Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini definisi tentang auting begitu banyak. Gejala autisme

sangat bervariasi serta penyebabnya pun sangat kompleks. Secara garis besar

akutis merupakan gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa

anak-anak yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi

sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Hal ini hampir sama

dengan maslalah kejiwaan yaitu schizophrenia namun kedua hal ini

merupakan hal yang berdeda. Pada schizophrenia seseorang juga akan

mengalami gangguan dan membuat ia menarik diri dari dinia luar dan

menciptakan dunianya sendiri.


Pada saat ini anak yang mengalami autis dapat dilakukan terapi

pengobatan. Jika anak autis dilakukan terapi jiwa sedini mungkin, anak autis

bisa pulih seperti anak normal. Untuk itu sangat lah penting untuk mengetahui

tindakan terapi yang dapat dilakukan pada anak autis agar mendapatkan hasil

yang positif.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme

berarti aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada

dunianya sendiri (Purwati, 2007).Autis adalah gangguan perkembangan

pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan

keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan

interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif

berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2006).

B. Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah

faktor faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002)

diantaranya yaitu:
1. Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya

kelainan kromosom yang disebutkan syndrome fragile x (ditemukan

pada 5-20% penyandang autis).


2. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak

anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama

kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya

Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus

Infection.
3. Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan

dalam timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan


persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan

ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah

dengan adanya keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun

merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.

C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui

adalah bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang tua,

beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa penyebab autisme adalah

ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan gangguan imunitas tubuh.

Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH),

penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan

enzim), dan sindrom X (kelainan kromosom).

D. Manisfestasi Klinik
1. Di bidang komunikasi:
a) Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada.

Anak nampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu

kemudian hilang kemampuan bicara.


b) Terkadang kata kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c) Mengoceh tanpa arti secara berulang ulang, dengan bahasa yang

tidak dimengerti orang lain.


d) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau

membeo (Echolalia).
e) Bila senang meniru, dapat menghafal kata kata atau nyanyian yang

didengar tanpa mengerti artinya.


f) Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata kata) atau

sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.


g) Senang menarik narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang

dia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.


2. Di bidang interaksi sosial:
a) Anak autis lebih suka menyendiri
b) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau

menghindari tatapan muka atau mata dengan orang lain.


c) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya

maupun yang lebih tua dari umurnya.


d) Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3. Di bidang sensoris:
a) Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b) Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c) Anak autis senang mencium cium, menjilat mainan atau benda

benda yang ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa

takut.
4. Di bidang pola bermain:
a) Anak autis tidak bermain seperti anak anak pada umumnya.
b) Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
c) Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d) Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya

diputar putar.
e) Senang terhadap benda benda yang berputar seperti kipas angin, roda

sepeda, dan sejenisnya.


f) Sangat lekat dengan benda benda tertentu yang dipegang terus dan

dibawa kemana mana.


5. Di bidang perilaku:
a) Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif)

dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif).


b) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri

seperti bergoyang goyang, mengepakkan tangan seperti burung.


c) Berputar putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau

berjalan dengan bolak balik, dan melakukan gerakan yang diulang

ulang.
d) Tidak suka terhadap perubahan.
e) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6. Di bidang emosi:
a) Anak autis sering marah marah tanpa alasan yang jelas, tertawa

tawa dan dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak

diberikan keinginannya.
b) Kadang agresif dan merusak.
c) Kadang kadang menyakiti dirinya sendiri.
d) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang

ada disekitarnya atau didekatnya.

E. Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi

autisme menjadi dua yaitu:


1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan

dengan anak non autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia

bayi 6 bulan.
2. Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan

kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat

menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya

sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan

beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).


Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007)

mengelompokkan autisme menjadi :


a. Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal

karena kelainan sudah timbul sebelum lahir


b. Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak anak usia lebih besar

(6 7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa

juga terjadi sejak usia minggu minggu pertama. Penderita autisme

reaktif ini bisa membuat gerakan gerakan tertentu berulang ulang

dan kadang kadang disertai kejang kejang.

F. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan

penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang

dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan

positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur

kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di

Indonesia.
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam

bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak

pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat

kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak

mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/ berinteraksi

dengan orang lain.Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat

menolong.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam

perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka


kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk

memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain

sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih

mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.


4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak

diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam

motorik kasarnya.
Terkadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.

Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi

sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot2nya dan

memperbaiki keseimbangan tubuhnya.


5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah

dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini

membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah,

membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis

sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul

dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.


6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan

pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya

berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang

terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik

tertentu.
7. Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya

seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan

kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya

dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis

perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif

tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan

lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.


8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental

Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak

dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya,

kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya.

Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang

lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.


9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual

learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk

mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar,

misalnya dengan metode PECS ( Picture ExchangeCommunication

System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan

ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang

tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para

perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan

riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya
gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.

Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan,

darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan

dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih

banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang

komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri

(biomedis).

Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian


a. Edukasi kepada keluarga
Keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu

perkembangan anak, karena orang tua adalah orang terdekat mereka

yang dapat membantu untuk belajar berkomunikasi, berperilaku

terhadap lingkungan dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela

bagi penderita untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini

bukanlah hal yang mudah.


b. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah

pengawasan dokter. Penggunaan obat-obatan ini diberikan jika

dicurigai terdapat kerusakan di otak yang mengganggu pusat emosi

dari penderita, yang seringkali menimbulkan gangguan emosi

mendadak, agresifitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang

diberikan adalah Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone

(antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif)

G. Asuhan Keperawatan
KASUS GANGGUAN JIWA PADA ANAK
(AUTIS)

Ny. H berusia 40 tahun mempunyai anak pertamanya berusia 3,5 tahun

bernama An T. Ny. H gelisah karena anaknya sekarang belum dapat bicara

atau melakukan komunikasi verbal, hiperaktiv, tak bisa bermain dengan teman

sebaya, menutup diri terhadap pergaulan sosial, sering mengulang beberapa

perilaku yang sama dengan intensitas yang tinggi. Orang tua curiga anaknya

tersebut mengalami autisme. Kemudian dia berkonsultasi dengan dokter atas

permasalahan yang menimpa anaknya. Setelah dilakukan pengkajian, Ny. H

berkata bahwa anaknya selalu menolak makanan yang keras dan tidak mau

mengunyah makanannya. Saat diajak berinteraksi, respon An. T sangat

lambat, tidak memiliki kontak mata, dan jawaban An. T juga menyimpang

dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. T

terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 3,5 tahun pada umumnya. Saat

diberikan mainan oleh perawat An. T terlihat kurang berminat. Saat dilakukan

pemeriksaan TTV didapatkan hasil : TD: 110/80 mmHg, RR: 32 x/menit, S:

36,5 oC, N: 110x/menit. Melihat keadaan anaknya, Ny. H sangat sedih dan

selalu murung, dia bertanya kepada dokter apakah anaknya bisa tumbuh

normal seperti anak-anak yang lain kelak.

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS:
- Belum dapat bicara Lingkungan, kerusakan Hambatan komunikasi
atau melakukan otak, emosi verbal dan nonverbal
komunikasi verbal
- Hiperaktif Masalah pendengaran,
- Sering mengulang gangguan bahasa,
beberapa perilaku keterlambatan
yang sama dengan pertumbuhan dan
intensitas yang perkembangan
tinggi
Gangguan bicara
DO:
Hubungan sosial
- Saat diajak
berinteraksi respon Hambatan
An, T sangat lambat Komunikasi Verbal
- Tidak memiliki
dan Nonverbal
kontak mata
- Jawaban An. T juga
menyimpang dari
pertanyaan yang
diberikan oleh
perawat
DS:
- Tak bisa bermain Lingkungan, kerusakan Hambatan interaksi
dengan teman otak, emosi sosial
sebaya
- Menutup diri Masalah pendengaran,
terhadap pergaulan gangguan bahasa,
sosial keterlambatan
pertumbuhan dan
DO: perkembangan
- Saat diajak
berinteraksi respon Gangguan bicara
An, T sangat lambat
Hubungan sosial
- Tidak memiliki
kontak mata Hambatan Interaksi
- Jawaban An. T juga
Verbal
menyimpang dari
pertanyaan yang
diberikan oleh
perawat
DS:
- Orang tua curiga Lingkungan, kerusakan Kecemasan pada
anaknya tersebut otak, emosi keluarga
mengalami autism
- Ny. H sangat sedih Masalah pendengaran,
dan selalu murung, gangguan bahasa,
dia bertanya-tanya keterlambatan
apakah anaknya pertumbuhan dan
bisa tumbuh normal perkembangan
seperti anak-anak
Gangguan bicara
yang lain kelak
Keluarga
DO:
- Kecemasan pada
keluarga

Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan Komunikasi Verbal dan Nonverbal berhubungan dengan

rangsangan sensori tidak adekuat, gangguanketerampilan reseptif dan

ketidakmampuan anak mengungkapkan perasaan.


2. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

percaya pada orang lain.


3. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan perkembangan anak.

Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal dan non verbal

berhubungan dengan rangsangan sensori tidak adekuat. Gangguan

keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak mengungkapkan perasaan.


Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi

perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu

yang telah ditentukan.


Kriteria Hasil :
Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang

lain.
Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal.
Pasien memulai berinteraksi verbal dan non-verbal dengan orang lain.

Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan konsistensi tugas staf untuk Hal ini memudahkan kepercayaan dan
memahami tindakan-tindakan dan kemampuan untuk memahami
komunikasi anak tindakan-tindakan dan komunikasi
pasien.
Antipasti dan penuhi kebutuhan- Pemenuhan kebutuhan pasien akan
kebutuhan anak sampai kepuasan pola dapat mengurangi kecemasan anak
komunikasi terbentuk sehingga anak akan mulai dapat
menjalin komunikasi dengan orang
lain dengan asertif
Gunakan teknik validasi konsensual dan Teknik-teknik ini digunakan untuk
klarifikasi untuk menguraikan kode pola memastikan akurasi dari pesan yang
komunikasi (misalnya : apakah anda diterima. Menjelaskan pengertian-
bermaksud untuk mengatakan bahwa..?) pengertian yang tersembunyi didalam
pesan. Hati-hati untuk tidak berbicara
atas nama pasien tanpa seizinnya
Gunakan pendekatan tatap muka Kontak mata mengekspresikan minat
berhadapan untuk menyampaikan yang murni terhadap dan hormat
ekspresi nonverbal yang benar dengan kepada seseorang.
menggunakan contoh
Evaluasi

Subjektif : klien sudah sedikit bisa berbicara atau komunikasi verbal seperti

anak usia 3,5 tahun.

Objektif :

Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang

lain.
Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal.
Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain

Assesment : intervensi yang dilakukan sudah tercapai sebagian.

Planning : melakukan intervensi selanjutnya.

2. Diagnosa Keperawatan : Kelemahan interaksi sosial berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.

Tujuan : diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24

jam, an. T mampu mendemonstrasikan kepercayaan pada perawat dengan

sikap reponsive pada wajah dan kontak mata.

Kriteria Hasil :
Anak mulai berinteraksi dengan orang lain
Klien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan

perilaku-perilaku non verbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang

lain.
Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain.
Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL
Jalin hubungan satu-satu dengan anak Interaksi perawat dengan pasien yang
untuk meningkatkan kepercayaaan konsisten, meningkatkan pembentukan
kepercayaan
Berikan benda-benda yang dikenal Benda-benda ini memberikan rasa aman
(misalnya : mainan kesukaan) untuk dalam waktu-waktu aman bila anak
memberikan rasa aman dalam waktu- merasa distress
waktu tertentu agar anak tidak
mengalami distress
Sampaikan sikap hangat, dukungan, Karekteristik-karakteristik ini
dan kebutuhan-kebutuhan dasarnya meningkatkan pembentukan dan
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
mempertahankan hubungan saling percaya
percaya
Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan Pasien autis dapat merasa terancam oleh
memaksakan interaksi-interaksi, mulai suatu rangsangan yang gencar pada
dengan penguatan positif pada kontak pasien yang tidak terbiasa.
mata, perkenalan dengan berangsur-
angsur dengan sentuhan, senyuman dan

3. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan pada orang tua berhubungan

dengan perkembangan anak.

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam kecemasan

keluarga pasien berkurang/tidak berlarut-larut.

Kriteria Hasil : Orang tua tampak tenang Orang tua mengerti

mengenai autis dan cara penanganannya.

Intervesi :

INTERVENSI RASIONAL
Tanamkan pada orang tua bahwa autis Memberi memahami orang tua
bukan aib/penyakit mengenai autis dan mengurangi
kecemasan
Anjurkan orang tua untuk membawa Terapi dapat membantu anak untuk
anak ketempat terapi yang berkwalitas mengejar keterlambatan
baik serta melakukan secara konsisten perkembangan
Berikan motivasi kepada orang tua agar Untuk melihat sisi positif dari anaknya
dapat menerima kondisi anaknya yang dan tidak menelantarkan
spesial
Anjurkan orang tua untuk mengikuti Menambahkan pengetahuan klien
perkumpulan orang tua dengan anak mengenai metode penanganan yang
autis, seperti kegiatan Autis Awareness efektif untuk anak dengan autis
Festifal
Evaluasi

Subjektif : Ibu klien mengatakan tidak sedih dan murung melihat

anaknya
Objektif

Orang tua tampak tenang


Orang tua mengerti mengenai autis dan cara penanganan

Asessment : Intervensi yang dilakukan sudah tercapai sebagian

Planning : Melakukan intervensi selanjutnya


Pohon MasalahBAB III

PENUTUP
LINGKUNGAN KERUSAKAN OTAK EMOSI
Sosial ekonomi rendah Kerusakan neuromuskuler Ibu tertekan
Tekanan Keluarga Sensori motor Gangguan serius pada orang tua/anak
A. Kesimpulan
Keluarga bisu Masalah persepsi
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak

yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang

kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor faktor yang

menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu :

Faktor Genetik, Faktor Cacat (kelainan


GANGGUAN BAHASA pada bayi), Faktor Kelahiran dan
MASALAH PENDENGARAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TERLAMBA
Persalinan
B. Saran
Besar harapan kelompok agar makalah ini dapat dijadikan salah satu

panduan memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

GANGGUAN BICARA

KELUARGA HUBUNGAN SOSIAL


Perkembangan
Cemas Gangguan komunikasi verbal
Kurang pengetahuan Gangguan bermain
Koping keluarga tidak efektif Isolasi sosial
Interaksi sosial Intelegensia

Produktivitas

Risiko ketergantungan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Aris, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku KedokteranEGC : Jakarta

Вам также может понравиться

  • Amoksisilin
    Amoksisilin
    Документ9 страниц
    Amoksisilin
    Lia Martina
    Оценок пока нет
  • Makalah Seminar Awal Mankep
    Makalah Seminar Awal Mankep
    Документ80 страниц
    Makalah Seminar Awal Mankep
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    100% (2)
  • Analisis Jurnal Murottal
    Analisis Jurnal Murottal
    Документ10 страниц
    Analisis Jurnal Murottal
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Amoksisilin
    Amoksisilin
    Документ9 страниц
    Amoksisilin
    Maulvi Nazir
    Оценок пока нет
  • Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Документ2 страницы
    Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Документ45 страниц
    Mioma Uteri
    Sarah Dewi
    Оценок пока нет
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Документ17 страниц
    Naskah Publikasi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Kecemasan Pasien
    Kecemasan Pasien
    Документ13 страниц
    Kecemasan Pasien
    Asmawatifitrye Junaidi Sorenggana
    Оценок пока нет
  • PATHWAY Mioma Kompre
    PATHWAY Mioma Kompre
    Документ1 страница
    PATHWAY Mioma Kompre
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Jurnal Bupepaya
    Jurnal Bupepaya
    Документ15 страниц
    Jurnal Bupepaya
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Seft 2 PDF
    Seft 2 PDF
    Документ18 страниц
    Seft 2 PDF
    Yuspika Oktania
    Оценок пока нет
  • Tentang Eft
    Tentang Eft
    Документ7 страниц
    Tentang Eft
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Документ33 страницы
    Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Документ8 страниц
    Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Документ31 страница
    Lamp Iran
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Документ2 страницы
    Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Tugas Kie Gizi
    Tugas Kie Gizi
    Документ3 страницы
    Tugas Kie Gizi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Mioma Uteri Baru
    Mioma Uteri Baru
    Документ17 страниц
    Mioma Uteri Baru
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • SP 2
    SP 2
    Документ31 страница
    SP 2
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • BHBJJHUYTFDY
    BHBJJHUYTFDY
    Документ21 страница
    BHBJJHUYTFDY
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Histerektomi
    Histerektomi
    Документ13 страниц
    Histerektomi
    shintarosiana
    Оценок пока нет
  • SP
    SP
    Документ29 страниц
    SP
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Cestoda Usus
    Cestoda Usus
    Документ33 страницы
    Cestoda Usus
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Leaflet Halusinasi
    Leaflet Halusinasi
    Документ2 страницы
    Leaflet Halusinasi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Chapter Ia
    Chapter Ia
    Документ6 страниц
    Chapter Ia
    sevens7
    Оценок пока нет
  • Laporan Posyandu Rini
    Laporan Posyandu Rini
    Документ7 страниц
    Laporan Posyandu Rini
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Amoksillin
    Amoksillin
    Документ5 страниц
    Amoksillin
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • CESTODA
    CESTODA
    Документ20 страниц
    CESTODA
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет
  • Sesi 3
    Sesi 3
    Документ1 страница
    Sesi 3
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Оценок пока нет