Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMIN PAIN DIRUANG MELATI 2


RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
DONA AGAREVI KHOIRIYAH
SN.161035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ABDOMINAL PAIN DI RUANG MELATI 2
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi
dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
1) Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang
meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang.
Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh
pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang
berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul disertai
rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan.
Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif
tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.
2) Nyeri somatic
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi
oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh
pasien dengan menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa
rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum
parietal akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik
akibat peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah
yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap
gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan
tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng
menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain
memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut
2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan
atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a ulkus yang mengalami perforasi
b irritable bowel syndrome
c apendisitis
d pankreasitis
e batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.
3. Manifestasi Klinik
a Nyeri abdomen
b Mual, muntah
c Tidak nafsu makan
d Lidah dan mukosa bibir kering
e Turgor kulit tidak elastis
f Urine sedikit dan pekat
g Lemah dan kelelahan
4. Komplikasi
a Perporasi gastrointestinal
b Obstruksi gastrointestinal
5. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik
pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri
abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras
sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf
A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh
regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri
dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke
labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum
jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Pathway
Obstruksi usus

Akumulasi gas cairan
didalam lumen sebelah proksimal
dari letak absorpsi

Distensi Profilerasi bakteri yang Kehilangan H2O dan

berlangsung cepat elektrolit
Tekanan infralumen


Volume ECK
Kehilangan cairan menuju

ruang peritoneum Syok hipovolemik

Pelepasan bakteri dan toksin Rasa nyeri pada abdomen
dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan
sirkulasi sistemik

Peritonitis sep tikemia

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a Pemberian analgetik
b Pembedahan
Penatalaksanaan Keperawatan
a Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c Berikan posisi yang nyaman pada klien
d Berikan HE tentang nyeri

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengakajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi
dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah
pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau
menular.
2. Pola- pola fungsi kesehatan
a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran
terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.

c. Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi
konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
f. Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.
g. Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
h. Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan
proses penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
b. Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi
sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
c. Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
d. Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
e. Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan
berkurang, muntah.
f. Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

4. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh,
berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
b. Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
c. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan.
5. Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh,
berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
- Tujuan : Nyeri berkurang
- Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan nyeri mulai berkurang
2) Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
- Rencana tindakan
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.
2) Observasi TTV klien.
3) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
4) Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
5) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
b. Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
- Tujuan : Cemas berkurang
- Kriteria hasil :
1) Menunjukkan rileks
2) Klien tidak terlihat gelisah
3) Menunjukkan pemecahan masalah
- Rencana tindakan
1) Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.
2) Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak
mata.
3) Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
4) Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
c. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan.
- Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut
- Kriteria hasil :
1) Klien tidak merasa mual dan muntah.
2) Klien toleran terhadap makanannya.
- Rencana tindakan
1) Kaji dan observasi TTV klien.
2) Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.
3) Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.
4) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.
6. Evaluasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh,
berhati-hati dengan abdomen, respon autonomic teratasi hentikan intervensi.
b. Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita teratasi hentikan intervensi.
c. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan teratasi hentikan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media.

Mc dosky and Baldeck. 2013. Nursing Intervention Clasification (NIC). United Status of
America: Mosby.

Meidian JM. 2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC). United Status of America:
Mosby.

Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 2014. Jakarta : EG

Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Вам также может понравиться