Вы находитесь на странице: 1из 56

BAHAN KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN : Sejarah Singkat

Berdirinya Muhammadiyah

7 Votes

Sejarah Singkat Muhammadiyah


Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan
momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian
sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah
gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai
Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Penggunaan
kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran
dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi
Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: Dengan nama itu dia bermaksud
untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya
adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama
Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi
kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad
Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke
Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai
menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai
Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti
Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari
Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-
pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan
dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya
para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri
Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan
gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan
gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari
Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R.
Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang
siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah
tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar
kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh
suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby
Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama Muhammadiyah pada mulanya
diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama
Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan
setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan
Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau
dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000:
13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari sekolah (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan
ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan
pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda
rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung
Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan Sekolah Muhammadiyah, yakni sebuah sekolah
agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam
waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan
menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru,
juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330
Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20
Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur
Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam Statuten Muhammadiyah yang pertama
itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak
mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, Perhimpunan itu ditentukan
buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya Muhammadiyah dan
tempatnya di Yogyakarta. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a. menyebarkan
pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam kepada
penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada
anggauta-anggautanya.
Terdapat hal menarik, bahwa kata memajukan (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan
kata menggembirakan) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-
kunci yang selalu dicantumkan dalam Statuten Muhammadiyah pada periode Kyai Dahlan
hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921,
Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud
Persyarikatan ini yaitu:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia
Nederland,
2. dan Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan
agama Islam kepada lid-lidnya.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut mengandung
arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan
kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka
Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta
menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para
ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.
Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai
diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959,
yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan Asas Islam dalam
pasal 2 Bab II., dengan kalimat, Persyarikatan berasaskan Islam. Jika didaftar, maka
hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali
Statuten/Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921,
1934, 1941, 1943, 1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan
2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami
perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya
UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan
Muhammadiyah berubah menjadi Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridlai Allah Subhanahu wataala. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-
44 tahun 2000 di Jakarta.
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran,
dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang
ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka
pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru
Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat
Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (aqidah), ibadah, muamalah, dan
pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan
kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan
membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di
Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya
sebagai berikut:Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam
dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari
bidah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam
bidang pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian
memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad..
Adapun langkah pembaruan yang bersifat reformasi ialah dalam merintis pendidikan
modern yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan
pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu
mengintegrasikan aspek iman dan kemajuan, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim
terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya
(Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam modern bahkan menjadi ciri utama
kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok
pesantren kala itu. Pendidikan Islam modern itulah yang di belakang hari diadopsi dan
menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.
Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu
melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam
saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan
pengamalan Surat Al-Maun. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan
contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-
kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU).
Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan teologi
transformatif, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah
dan hablu min Allah (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat
dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah teologi amal
yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk
dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.
Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi
Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan
debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta.
Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran sebagai Kutab
Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau
mendorong umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan
kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini
misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid
(Jainuri, 2002: 78) .
Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga
ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya
dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi
harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan
kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari
pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain
(mukti Ali, 2000: 349-353). Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari
Kyai Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang
cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan
ide atau gerakan feminisme seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya
pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
murni yang berkemajuan.
Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, menurut Djarnawi Hadikusuma (t.t:
69) telah menampilkan Islam sebagai sistem kehidupan mansia dalam segala seginya.
Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan
ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan
muamalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam
akhlak dan muamalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para
pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan
memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata.
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan cerdas.
Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir mana
yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri,
menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan
mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan
tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup.
Karena itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki
dengan mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.
Dalam memahami Al-Quran, dengan kasus mengajarkan Surat Al-Maun, Kyai Dahlan
mendidik untuk mempelajari ayat Al-Quran satu persatu ayat, dua atau tiga ayat,
kemudian dibaca dan simak dengan tartil serta tadabbur (dipikirkan): bagaimanakah
artinya? bagaimanakah tafsir keterangannya? bagaimana maksudnya? apakah ini larangan
dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan ini? apakah ini perintah yang wajib
dikerjakan? sudahkah kita menjalankannya? (Ibid: 65). Menurut penuturan Mukti Ali,
bahwa model pemahaman yang demikian dikembangkan pula belakangan
oleh KH.Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah yang dikenal luas dan mendalam ilmu
agamanya, lulusan Al-Azhar Cairo, cerdas pemikirannya sekaligus luas pandangannya dalam
berbagai masalah kehidupan.
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya,
Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi
kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi
tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong
lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bidah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat
Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula
agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta
serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;
5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh
agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di
Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat
(Junus Salam, 1968: 33).
Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-
alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan
pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam;
dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam
Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332).
Kendati menurut sementara pihak Kyai Dahlan tidak melahirkan gagasan-gagasan
pembaruan yang tertulis lengkap dan tajdid Muhammadiyah bersifat ad-hoc, namun
penilaian yang terlampau akademik tersebut tidak harus mengabaikan gagasan-gagasan
cerdas dan kepeloporan Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, yang untuk
ukuran kala itu dalam konteks amannya sungguh merupakan suatu pembaruan yang
momunemntal. Ukuran saat ini tentu tidak dapat dijadikan standar dengan gerak
kepeloporan masa lalu dan hal yang mahal dalam gerakan pembaruan justru pada inisiatif
kepeloporannya.
Kyai Dahlan dengn Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil untuk mengubah keadaan
dengan melakukan gerakan pembaruan. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap
mengenai latarbelakang dan dampak dari kelahiran gerakan Muhammadiyah di Indonesia,
berikut pandangan James Peacock (1986: 26), seorang antropolog dari Amerika Serikat
yang merintis penelitian mengenai Muhammadiyah tahun 1970-an, bahwa: Dalam
setengah abad sejak berkembangnya pembaharuan di Asia Tenggara, pergerakan itu
tumbuh dengan cara yang berbeda di bermacam macam daerah. Hanya di Indonesia saja
gerakan pembaharuan Muslimin itu menjadi kekuatan yang besar dan teratur. Pada
permulaan abad ke-20 terdapat sejumlah pergerakan kecil kecil, pembaharuan di
Indonesia bergabung menjadi beberapa gerakan kedaerahan dan sebuah pergerakan
nasional yang tangguh, Muhammadiyah. Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan
dan berjuta-juta anggota yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang
merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai
pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah juga telah
memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Klinik-klinik
perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping beberapa ribu sekolah
menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen dalam bidang kemasyarakatan,
pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia. Aisyiah, organisasi wanitanya,
mungkin merupakan pergerakan wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata
Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat di negara terbesar
kelima di dunia.
Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada
Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan
keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan.
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang
otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan
hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.
Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran
yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan
untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia
kemajuan.
Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa
gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan,
tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi
merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional
yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan
peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan
fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai
Dahlan sebagai washilah (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.
Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah,
juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang
selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah m l yatimm al-wjib
ill bihi fa huw wjib, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat,
maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis
sebagaimana tercermin dalam pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang
memerintahkan adanya sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar. Ayat Al-Quran tersebut di kemudian hari
bahkan dikenal sebagai ayat Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Quran Surat Ali Imran 104 tersebut ingin
menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran transendensi yang mengajak pada
kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi
tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara
parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk
transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan humanisasi
(mengajak pada serba kebaikan) dan emanisipasi atau liberasi (pembebasan dari segala
kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang
menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.
Disadur dan dipostkan oleh : Rinawati, STKIP Muhammadiyah Bogor
(https://rinastkip.wordpress.com)
Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Materi Kuliah Kemuhammadiyahan
Mahasiswa Penempuh Mata Kuliah ini Wajib memberi komentar sebagai pengganti
presensi

Materi 1

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah


1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada
Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia
sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan
ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:


a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh
Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-


bidang:

a. 'Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut
ajaran Islam.

b. Akhlak

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman


kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia

c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW,
tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan


pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat


karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan
makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"

(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)

Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah:

1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;


2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.

Materi 2

Pendidikan Islam Untuk Memahami Tugas Pokok Iblis


Oleh Dr. Tjipto Subadi

Pendidikan adalah usaha sadar dalam suatu proses untuk menuju kedewasaan, kedewasaan
yang dimaksud adalah kemampuan untuk membedakan antara hak dan kewajiban, benar
dan salah. Dalam pandangan lain Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan
dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian
orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal.
Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu
pendidikan saya." Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam --
sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi.
Kegagalan pendidikan dikarenakan adanya pengaruh yang tidak baik, dan pengaruh yang
tidak baik ini bersumbr dari pengaruh iblis. Islam mengajarkan agar setiap manusia
mengenal sifat-sifat iblis dan tugasnya. Ada tiga tugas iblis ditinjau dari pandangan
Islam, yaitu:

1. Iblis Menggoda Manusia agar Syirik


Sebab, Allah melarang mns berbuat syirik.




Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang besar". Q.S (31) Luqman:
13

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. (Al-Anaam: 88)



Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.

Bentuk-bentuk kesyirikan yang biasa dilakukan ditengah-tengah umat manusia antara lain
a) Berdoa meminta suatu maslahat(kebaikan) atau dijauhkan dari mudharat (bahaya)
kepada kuburan para nabi-nabi, kuburan para orang-orang shalih, atau kuburan orang-
orang yang dianggap berwibawa dan sakti dan lainnya, atau kemudian bernadzar dan
menyembelih hewan untuk mereka(orang yang sudah mati).
b) Mempercayai dan mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang
ramal dan yang sepertinya dan meminta perlindungan dan bantuan kepada jin-jin.
c) Mempercayai jimat, tongkat, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang sakti, ramalan
bintang, dan lainnya.
d) Mempercayai dan menggunakan jampi-jampi, pelet, guna-guna dan lain-lain.
Rasulullah mengajarkan kepada kita tentang haramnya jimat, ramalan, sihir dan
perdukunan (kahin) dan berbagai macam kesesatan tersebut dan agar kita umat Islam
menjauhinya, meninggalkannya dan menyadarkan orang-orang yang masih saja
mempercayai dan melakukannya untuk segera bertaubat. Beberapa sabda Rasulullah yang
artinya:
Bukan dari golongan kami orang-orang yang bertathayyur (meramal kesialan) atau minta
dilakukan tathayyur terhadapnya, atau orang yang melakukan praktek perdukunan atau
mendatangi dukun (menanyakan hal yang akan datang), atau melakukan sihir atau mantra
disihirkan.
Barang siapa mendatangi dukun lalu ia mempercayai apa yang dikatakannya, berarti dia
telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW (HR At-
Thabrani)
Ibnu Masud. ra mengatakan, Barang siapa mendatangi peramal atau tukang sihir atau
dukun, lalu dia bertanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka dia telah kufur
terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW. (HR Al-Bazzar)
Siapa yang mendatangi peramal/dukun(kahin), lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu,
niscaya shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari (HR Muslim)
Dari Ibnu Masud, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya
jampi-jampi, jimat-jimat dan tiwalah itu syirik.(HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa
menggantungkan suatu jimat maka Allah tidak menyempurnakan banginya dan barangsiapa
menggantungkan siput maka Allah tidak menjaganya.(Hr Ahmad)
Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan. Para Sahabat bertanya, Wahai
Rasulullah, apakah ketujuh dosa besar itu? Beliau menjawab: Syirik kepada Allah, sihir,
dan membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan,
memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat terjadi peperangan
dan menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang telah bersuami dan menjaga diri, yang
tengah lengah.(Hr Bukhari dan Muslim)
Barang siapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari
sebagian dari ilmu sihir; semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari), semakin bertambah
pula dosanya. ( HR Abu Dawud dan ibnu Majah ).
Bentuk-bentuk kesesatan yang dijelaskan oleh Rasulullah tersebut diatas, kadang-kadang
ditengah-tengah masyarakat awam masih saja dianggab sebagai kebanggaan dan sebagai
kekuatan linuwih atau kemampuan indra keenam dan indra ketujuh yang diagung-agungkan.
Karena untuk mendapatkannya kadang-kadang dilakukan dengan menjalankan laku-laku
tertentu semisal puasa terus menerus, kungkum di pertemuan sungai-sungai, mandi bunga
setaman, berkhalwat di tempat yang diyakini sakral, angker dan wingit (berenergi tinggi)
dst.
Bila Allah SWT lewat Rasulullah SAW melarang sesuatu perbuatan, maka pasti
didalamnya terkandung bahaya-bahaya yang mencelakakan jiwa atau raga manusia
termasuk keimanannya.

2.Iblis Menggoda Manusia agar bidah







"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya
mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(Q.S. Al-Qashash 28:50)
Jika seseorang menggunakan hawa nafsunya dalam masalah agama maka sungguh dia
adalah orang yang difirmankan Allah Subhanahu wa Taala : Dan siapakah yang lebih
sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk
dari Allah.




Setiap ibadah yang di buat-buat adalah bidah, setiap bidah adalah sesat dan setiap
kesesatan adalah neraka tempatnya.

3. Iblis Menggoda Manusia agar ber buat Masiat


Allah berfirman dalam S. Khujrat 12


Hai orang-orang yang beriman jauhilah segala macam prasangka, sesungguhnya
berprasangka dalam beberapa hal itu berdosa; dan janganlah kamu mencari-cari
keburukan orang; dan jangan pula sebagian kamu mengumpat kepada sebagian yang lain.
Apakah ada seorang diantara kamu suka makan daging saudaranya yang telah mati? Maka
(tentu) kamu jijik memakannya. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha
Menerima taubat lagi Maha Penyayang. Q.S. (49) Al Hujurat :12



Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya). Q.S. (6) Al Anam 151



Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk. Q.S (17) Al Isra 32



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu)? Q.S (4) An Nisa 144



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. QS (4) An Nisa 29





Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.Q.S (31) Luqman: 18.

Materi 3

Panduan Shalat Praktis Menurut Sunnah Rasulullah Saw


Di akses dari : konsultasipelajar.blogspot.com/.../1024x768-normal-0-false-false-
false.html

Ibadah yang merupakan rukun Islam kedua ini memang salah satu bagian dari agama Islam
yang amat mendasar. Meskipun pembahasan tentang ibadah shalat cukup banyak beredar
dimasyarakat. Namun yang praktis dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw sulit
didapatkan.

Terinspirasi dari hadits Nabi Saw: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku
Shalat. yang kemudian menjadi salah satu prinsip dalam ibadah shalat, Maka buku ini
hadir sebagai Panduan Shalat Praktis, yang disusun sesuai dengan Sunnah Rasulullah Saw
yang shahih,

Semoga kehadiran buku ini dapat menjadi pegangan bagi kaum muslimin dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.

PENGERTIAN SHALAT
Menurut bahasa shalat berarti doa atau rahmat. Sedangkan menurut istilah shalat adalah
sebuah ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan
takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.[1] Sedangkan menurut ahli tasawwuf, shalat
merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala, hingga
menumbuhkan rasa takut dan tunduk kepada-Nya, serta menumbuhkan kesadaran akan
keagungan dan kebesaran-Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
KEDUDUKAN SHALAT
Di dalam Islam, shalat adalah amal ibadah yang memegang peranan yang sangat vital
dalam proses pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya, sehinngga shalat memiliki
kedudukan yang sangat istimewa untuk umat Islam, yakni antara lain:

1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, yang
perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah saw pada malam Isra Miraj.[2]
2. Shalat merupakan tiang agama.[3]
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab (hitung) pada hari kiamat.[4]
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh (dewasa) dan
berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, maka iya telah syirik dan
kufur.[5]
TATA CARA SHALAT WAJIB
Ada banyak hadits yang menjelaskan tentang tata cara shalat secara lengkap, mulai dari
berdiri hingga akhir. Untuk menghindari penyimpangan (bidah) didalam pelaksanaan
shalat, maka disini akan dijelaskan tentang bagaimana tata cara shalat Rasulullah saw.
Dari Malik bi Huwairis ra:



Rasulullah saw bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.[6]
Dengan demikian mulai dari cara berdiri, cara mengangkat tangan, cara meletakan tangan,
cara ruku, cara sujud dan seterusnya sampai kepada salam, semuanya harus berdasarkan
pada cara shalat Nabi saw, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits-hadits yang
shahih.


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.[7]
Menaati Rasululullah saw, berarti kita telah menaati Allah Swt. Karena Allah berfirman
dalam Al Quran:



Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah.[8]

Adapun cara shalat wajib yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, sebagai berikut:
1. Berdiri tegak menghadap kiblat[9] dengan niat ikhlas karena Allah[10] (tanpa
melafadzkan kalimat "ushalli... dst" karena hal tersebut tidak ada dalilnya).

2. Bertakbir: Allahu Akbar[11] seraya mengangkat kedua telapak tangan dan ibu jari
mendekati telinga.[12]
3. Bersedekap: Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan kirimu, serta
pergelangan dan lengannya[13] diatas dada,[14] lalu menggenggamnya.[15]

4. Membaca doa Iftitah[16]






"Allaahumma baa'id bainii wa baina khothaa-yaa-ya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal
maghrib. Allaahumma naqqinii minal khothaa-yaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadu minad
danas, Allaahummaghsil khothaa-yaa-ya bilmaai wats-tsalji wal barod"
Artinya:
(Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana Kau telah
jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana
dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan
air, salju dan air hujan beku).[17]
Selain doa diatas kita juga dapat juga membaca:

























"wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa
minal musyrikiin. inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil
'aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidziilika umirtu wa anaa awwalul muslimiin (wa anaa minal
muslimiin). Allaahumma antal maliku laa ilaaha illa anta, anta rabbii wa anaa 'abduka,
dholamtu nafsii wa'taroftu bidzanbii faghfirlii dzunuubii jami'an. Laa Yaghfirudz-
dzunuuba illaa anta, wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li ahsanihaa iliaa anta. Washrif
'annii sayyiahaa laa yashrifu 'annii sayyiahaa illaa anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu
kulluhuu fii yadaika, wasysyarru laisa ilaika, Anaa bika wa ilaika, Tabaarokta wa ta'aalaita
astaghfiruka wa atuubu ilaika".
Artinya:
(Aku hadapkan wajahku, ke hadapan yang Maha Menjadikan semua langit dan bumi, dengan
tulus hati dan menyerah diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sungguh
shalatku, 'ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Tuhan yang menguasai semua
alam, yang tidak bersyarikat, maka dengan demikian aku diperintah dan aku menjadi orang
yang mula-mula berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Raja, yang tidak ada yang disembah
melainkan Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku ini hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya
pada diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku semua, yang mana tidak
ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Dan berilah petunjuk-Mu padaku, budi pekerti
yang bagus. Tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada bagusnya budi pekerti
selain Engkau. Dan jauhkanlah dariku kelakuan yang jahat. Tidak ada yang dapat
menjauhkannya kecuali Engkau. Aku junjung dan aku turuti perintah Engkau. Semua
kebaikan itu ada pada tangan-Mu, dan kejahatan itu tidak kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan
kembali kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Memberkati dan Maha Mulia. Aku mohon ampun
dan bertobat kepada-Mu).[18]
5. Membaca Surat al-Fatihah
Dibaca secara jelas dan perlahan[19] yang sebelumnya berdoa memohon perlindungan
dengan membaca taawwudz,[20] tanpa dikeraskan.



Auudzu billaahi minasy syaithaanir rojiim
Artinya:
(Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk).[21]
Lalu dilanjutkan dengan membaca basmalah tanpa dikeraskan.[22]


"Bismillaahir-rohmaanir-rohiim"
Artinya:
(Atas nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih).[23]

Kemudian diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah:[24]


*
*
* *

*

*
Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maaliki Yaumiddiin. iyyaaka
na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdnash-shiro-thol mustaqiim. Shiro-tholladziina an'amta
'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladhdho-llin.
Artinya:
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang
menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-
orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Dan setelah itu membaca amin.[25]

A-miin
Artinya:
(Kabulkanlah permohonanku)

6. Membaca salah satu surat dari Al Quran.[26], Diantaranya:


*
* *
*
Qul huwallaahu ahad. Allaahush shomad. Lam yalid walam yuulad. Walam yakul lahuu
kufuwan ahad.
Artinya:
(Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia). (Qs. Al-Ikhlas [112] : 1-4)
Atau membaca:
*
* *
Innaa a'thoina-kal kautsar. Fasholli lirobbika wanhar. Inna syaaniaka huwal abtar.
Artinya:
(Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus) (Qs. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Atau dapat juga membaca:
*
* *

* *

* *
Aroaitalladzii yukadzdzibu biddiin. Fadzaalikal ladziiyadu'ul yatiim, Walaa yahudldlu 'alaa
tho'aamil miskiin. Fawailul lil musholliin, alladziinahum 'an-sholaa tihim saahuun.
Alladziinahum yuro-uuna wa yamna'uu nal maa'uun.
Artinya:
(Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna).[27]
7. Ruku.[28]
Angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram sambil bertakbir: Allahu Akbar,[29] lalu
rukulah dengan meratakan punggungmu dan lehermu, genggam kedua lututmu dengan
kedua tanganmu.[30] Sehingga sudut ruku diperkirakan 90 derajat bujur sangkar.

8. Membaca doa Ruku:




"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
Artinya:
(Maha Suci Engkau, ya Allah. Dan dengan memuji engkau, ya Allah, aku memohon
ampun).[31]
Atau membaca :





Subhaana robbiyal a-dhiim 3x

Artinya:
(Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung).[32]
Dapat juga membaca:


Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-uuh
Artinya:
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))[33]

Keterangan:
Disaat ruku silahkan memilih salah satu dari ketiga bacaan diatas. Jika saat ruku kita
membaca pilihan doa yang pertama (Subhaanaka Allaahumma...), maka disaat sujud pun
kita membaca bacaan yang sama, kecuali pada pilihan doa yang kedua (subhaana robbiyal
adhim), karena bacaan doa sujudnya berbeda. Dan untuk bacaan subhaana robbiyal adhim,
disini tidak memakai tambahan wa bihamdihi, karena tambahan tersebut, bersumber dari
hadits dhaif, sementara yang bersumber dari hadits shahih tidak memiliki tambahan
tersebut.
9. Itidal (berdiri tegak)
Setelah ruku angkatlah kepala untuk berdiri tegak (itidal) dengan sempurna dan tenang
(thumaninah),[34] sambil mengangkat kedua tanganmu seperti dalam posisi takbiratul
ihram,

lalu membaca tasbih:





Samiallaahu liman hamidah
Artinya:
(Allah mendengar orang yang memuji-Nya)

10. Membaca doa Itidal


Dan bila sudah lurus berdiri maka berdoalah sebagai berikut:

Robbanaa wa lakal hamd.
Artinya:
(Ya Tuhanku, dan segala puji bagi Engkau)[35]
Selain bacaan itidal diatas ada juga bacaan/doa lain yang dapat dibaca setelah membaca
tasbih saat berdiri tegak bangkit dari ruku, diantaranya:



"Robbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih",
Artinya:
(Ya Tuhanku, bagi-Mulah segala puji, pujian yang banyak, baik dan memberkati).[36]
Atau membaca:


Robbanaa lakal hamdu milus samaawa-ti wa milul-ardhi wa mil umaa syi'ta min syaiin
ba'du".
Artinya:
(Tuhanku, bagi-Mu segala puji, sepenuh semua langit, sepenuh bumi dan sepenuh semua
aoa yang Kau sukai dari sesuatu apapun).[37]
11.Sujud.[38]
Sambil mengucapkan takbir: Allahu Akbar (tanpa mengangkat tangan).[39]
Letakkanlah kedua lututmu lalu kedua telapak tangan, kemudian letakkan wajahmu,
sehingga dahi dan hidung menempel di tempat sujud.[40]
Hadapkan ujung jari kakimu ke arah kiblat, dan renggankan kedua tanganmu dari ketiak
dan lambung,[41] serta angkat sikutmu dari lantai.[42]
Perhatikan gambar posisi sujud dibawah ini!

12. Doa Sujud


Lalu berdoalah dalam sujudmu:


"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
(Maha Suci Engkau, ya Allah. Dan dengan memuji engkau, ya Allah, aku memohon
ampun).[43]
Atau membaca:


Subhaana robbiyal alaa 3x
(Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung).[44]

Atau membaca:


Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-ruuh"
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))[45]

13. Duduk diantara dua sujud.


Setelah membaca doa sujud, kemudian angkatlah kepalamu sambil bertakbir: Allahu
Akbar, lalu duduk dengan tenang.[46]

14. Doa duduk diantara dua sujud:




"Allaahummaghfirii- warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii"
Artinya:
(Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah
rezeki kepadaku).[47]
15. Sujud Kedua.
Lalu sujudlah yang kedua kalinya dengan bertakbir: Allahu Akbar dan berdoa seperti
dalam sujud pertama.[48]
16. Rakaat Kedua.
Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir: Allahu Akbar. Dan duduklah sebentar,
lalu berdiri untuk rakaat yang kedua dengan menekankan tangan pada tanah.[49]
Kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sama dengan rakaat pertama, hanya saja tidak
membaca doa Iftitah, yakni langsung membaca surat al-Fatihah dan seterusnya.






-
-


"Dari Abu Hurayrah, bahwa jika Rasulullah saw berdiri dari rakaat kedua, beliau tidak
diam melainkan memulai bacaan dengan Alhamdulillahi rabbil alamiin [50]

Tasyahud Awwal.
Setelah sujud yang kedua kalinya pada rakaat kedua, maka bangunlah untuk duduk
tasyahud awwal.
Duduklah diatas bentangan kaki kirimu, sementara telapak kaki kanan di tegakkan dengan
jari kaki kanan menghadap qiblat.[51]
Letakkanlah kedua tanganmu diatas kedua lututmu lalu julurkan jari-jari tangan kirimu,
sedangkan jari tangan kananmu dalam posisi mengepal, yakni menggenggam jari kelingking,
jari manis dan jari tengah, serta mengacungkan jari telunjuk (seperti menunjuk) dan ibu
jari berada tepat diatas jari manismu.[52]
Adapun kapan jari telunjuk diacungkan, yaitu disaat kita mulai membaca doa tasyahud
sampai selesai. Dan mengenai posisi duduk tasyahud awwal dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

17. Lalu membaca tasyahud:[53]













"Attahiyyaatu lillaah wash-sholawaatu wath-thoyyibaat, assalaamu 'alaika ayyuhan
nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish
shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhuuwa
rosuuluh".
Artinya:
(Segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebagusan adalah kepunyaaan Allah. Semoga
keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah.
Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-
baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
itu hamba dan utusan-Nya).[54]

18. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:









"Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa a-li Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibro-
hiim wa a-li Ibro-hiim, wa baarik 'alaa Muhammad wa a-li Mulhammad, kamaa baarokta
'alaa Ibraahiim wa a-li Ibro-iim, innaka hamiidum majiid"

Artinya:
(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya
Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia).[55]

19. Lalu membaca doa setelah shalawat:








Allaahumma innii dholamtu nafsii dhulman katsiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba iliaa
anta faghfirlii maglifiratan min 'indika warhamnii innaka antal ghafuu rurrahiim.
Artinya:
(Ya Allah, aku sudah banyak menganiaya diriku, dan tiada yang dapat mengampuni dosa,
selain Engkau. Maka ampunilah aku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Pengampun dan Penyayang).[56]

20.Rakaat Ketiga dan Keempat


Kemudian berdirilah untuk rakaat yang ketiga kalau shalatmu itu tiga rakaat[57]
(maghrib) atau empat rakaat[58] dengan bertakbir mengangkat tanganmu, seperti pada
takbiratul ihram.
Ketika berdiri kamu cukup membaca Fatihah saja (tidak perlu membaca surat lain pada
rakaat ketiga dan keempat).[59]
21. Tasyahud Akhir
Setelah sujud kedua pada rakaat terakhir, bangkitlah untuk duduk tasyahud akhir
dengan memajukan kaki kiri, sedang posisi kaki kanan sama dengan tasyahud awal (jari-
jarinya menghadap kiblat) dan dudukmu bertumpukan pantat.

Kemudian bacalah doa tasyahud serta shalawat kepada Nabi. Bacaannya sama seperti
pada waktu tasyahud awal.
22. Doa Setelah Shalawat pada Tasyahud akhir
Setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir maka berdoa memohon perlindungan
dengan membaca:








"Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannama wa min 'adzaabil qobri wa min
fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal".
Artinya:
(Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa qubur, begitu
juga dari fitnah hidup dn mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal).[60]
23.Salam
Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan kekiri,.[61]

Sambil membaca:


Assalaa-mu alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh
Artinya:
(Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkat Allah)[62]

YANG PERLU DIPERHATIKAN:


- Tidak dibenarkan menambah-nambah gerakan atau bacaan didalam shalat kecuali
berdasarkan dalil yang kuat.[63]
- Semua gerakan shalat harus dilakukan dengan tenang dan sempurna (thumaninah), dan
sesuai dengan tuntunan Nabi Saw.[64]
- Bacaan al-Quran dalam shalat pun harus tartil dan jelas.[65]
- Pada saat salam tidak ada tuntunan dari Nabi Saw, mengibas telapak tangan kanan saat
salam ke kanan dan mengibas telapak tangan kiri saat salam ke kiri. Bahkan Nabi Saw
pernah melarang ada sahabat yang melakukan demikian.[66]
- Tidak ada perbedaan yang mendasar antara shalat pria dan wanita.

________________________________________
[1] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah I, h. 93
[2] HR. al-Tirmidzi 1/417: 213. Hadits ini berkualitas hasan shahih
[3] HR. al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Bayhaqiy, al-Thabrani, dari Muadz
dengan kualitas hasan shahih. Sementara dalam riwayat al-Bayhaqiy dan al-Daylami
dikatakan bahwa al-shalatu imaadud diin artinya shalat adalah tiangnya agama, tapi
sanad hadits tersebut dhaif karena terputus. Namun karena memiliki banyak jalur maka
hadits ini saling menguatkan satu sama lainnya.
[4] HR. al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Thabrani. Dalam riwayat al-
Thabrani memiliki tambahan jika shalatnya baik, maka baiklah semua amalannya, jika
shalatnya rusak maka rusaklah semua amalannya.
[5] HR. Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ahmad dari Jabir dengan kualitas shahih.
Kemudian HR. Ahmad, al-Bazzar dari Buraydah ra, dengan kualitas hasan.
[6] HR. Bukhariy, (595); ad-Darimiy, (1225); Ibn. Hibban, (541, 503); al-Baihaqiy (345);
ad-Daruquthniy (273); asy-Syafii, (55)
[7] Qs. Al-Israa : 36
[8] Qs. An-Nisaa : 80
[9] Qs. Al-Baqarah [2] : 238
[10] lihat footnote no. 2
[11] HR. Ibn. Majah, (795); Ibn. Hibban (179, 187); al-Baihaqiy, (137). Hadits ini
berkualitas sahih lidzatihi.
[12] HR. Muslim, (588, 589); al-Bukhari, (695); an-Nasaiy, (870, 871, 1014, 1046, 1075);
Abu Dawud, (636); Ibn Majah, (849), Ahmad Ibn Hambal, (15046, 19626); al-Darimiy,
(1223), Hadits ini bernilai shahih lidzatihi.
[13] HR. an-Nasaiy, Sunan (al-Iftitah, 879); Ahmad, (Musnad, 18115); al-Baihaqiy (Sunan
al-Kubra, II: 28; Sunan al-Sughra, I: 241); Ibn Hibban, (Shahih, V: 170), dan Ibn
Khudzaimah, (Shahih, I: 243). Hadits ini berkualitas shahih.
[14] HR. Ibn Khudzaimah, (Shahih, I: 243), dalam pandangan Ibn. Khudzaimah, hadits ini
berkualitas shahih.
[15] HR. Ibn. Khudzaimah, dalam kitab shahih Ibn. Khudzaimah (tahqiq al-Adzami I/242:
478). Hadits ini berkualitas hasan, dan dapat dipakai sebagai dalil.
[16] Ada beberapa macam bacaan doa iftitah yang lain yang pernah diajarkan oleh Nabi.
Akan tetapi yang pernah dibacakan oleh Nabi didalam shalat wajib hanyalah dua macam
doa iftitah yang diuraikan dalam buku ini.
[17] HR. Bukhariy, (702), Imam Muslim, (940), al-Nasaiy, (885), Abu Dawud, (663), Ibn
Majah, Sunan (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, 797), Ahmad (6867, 10005), dan al-
Darimiy, (1216). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi, sehingga dapat dipergunakan
sebagai dalil.
[18] HR. Muslim (1290); al-Tirmidzi, (3343, 3344, 3345), al-Nasaiy (887), Ibn Majah,
(854), Ahmad ibn Hanbal (764), al-Darimiy, (1210). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi
dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[19] Qs al-Muzzammil [73] : 5
[20] Mayoritas Ulama berpendapat membaca taawwudz cukup dibaca sekali sebelum
membaca surat al-Fatihah di rakaat pertama. Lihat mushannaf Abd al-Razzaq oleh al-
Adzami, juz 2, hal. 86, no. 2587-2589)
[21] HR. Al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi (al-Shalat, 225); Abu Dawud, (658);
Ahmad Ibn. Hanbal (11047); dan Ibn Khudzaimah (238). Hanya saja kualitas hadits ini
masih diperselisihkan. Namun demikian hadits-hadits ini diperkuat dengan keumuman dalil
Qs. An-Nahl [16] : 98, artinya: 98. Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
[22] Mayoritas sahabat dan ulama selain Imam al-Syafii, pada umumnya memilih untuk
tidak mengeraskan bacaan basmalah saat membaca al Fatihah. Karena ini didasarkan pada
riwayat Anas bin Malik dan Abdullah bin Mughaffal al-Muzani ra, bahwa: Aku shalat
bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, bahwa: aku tak mendengar satu
pun diantara mereka yang (mengeraskan) membaca bismillaahir-rahmaanir-rahiim (HSR.
Muslim, 399a; al-Nasaiy, 907; Ahmad, 13919.
[23] HR. an-Nasai (895), al-Baihaqiy (Sunan al-Sughra, I: 251; Sunan al-Kubra, 11: 46), al-
Daruquthni (Sunan, 1:305), al-Hakim (Syi'ar Ashab al-Hadis, 1:41), dan al-Haitsamiy,
(1:125). Dan hadits ini juga dinukilkan dalam kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-
'Asqalniy (II: 267). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[24] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (714), Muslim (595, 597), Tirmidzi (230), al-
Nasaiy (901, 902), Abu Dawud (700), dan Ibn Majah (828). Hadis ini berkualitas shahih,
apalagi hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dan para mukharrij hadis yang lain akan
semakin menambah kekuatan hadis ini sebagai dalil.
[25] HR. al-Bukhariy, (738), Muslim, (618), al-Tirmidzi, Sunan (al-Shalat: 232), al-Nasaiy,
(919), Abu Dawud, (801), Ibn Majah, (841), Ahmad ibn Hanbal (6946, 9541), Malik (182).
Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[26] HR. al-Bukhariy, (734, 717); Muslim, (685, 687); al-Nasaiy, (966); Ahmad Ibn
Hanbal, (21569) dan al-Darimiy (1260). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat
dipergunakan sebagai dalil.
[27] Qs. Al-Maauun [107] : 1-7
[28] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[29] HR. Al-Bukhariy terdapat dalam dua tempat pada kitab shahih al-Bukhariy (al-
Adzan: 747 dan 761) dan diriwayatkan oleh Muslim, dalam Kitab shahihnya (al-Shalat:
591); serta Ahmad bin Hanbal (Musnad: 9474). Hadits ini bekualitas shahih dan dapat
dipergunakan sebagai dalil.
[30] HR. Al-Bukharyi, dalam kitab shahih al-Bukhariy (al-Adzan: 785). Hadits ini
berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[31] HR. Bukhariy, (752, 775; 3955; 4585). Muslim, (746), Nasaiy, (1110,1111), Abu
Dawud, (743), dan Ahmad ibn Hanbal (23034). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat
dipakai sebagai dalil.
[32] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasaiy, (1036), Tirmidzi (243), Abu Dawud, (737),
Ibn Majah, (878), Ahmad, (22175), dan Darimiy, (1273). Hadits ini berkulaitas shahih,
kecuali riwayat Tirmidzi berkualitas hasan shahih, namun semuanya dapat dipakai sebagai
dalil.
[33] Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab Shahihnya (752), Al-Nasaiy (1122),
Abu Dawud (738), dan Ahmad ibn Hanbal (22934/ 23489, 23699, 23991, 24009, 24428,
25090). Hadits ini shahih dan bisa dipakai sebagai dalil.
[34] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, (715, 751, 5786, 6174), Muslim, (602),
Tirmidzi, (279), Nasaiy, (873), Abu Dawud, (730), Ibn Majah, (1050), dan Ahmad ibn
Hanbal (9260).
[35] Sumber hadits lihat footnote no. 50
[36] Diriwayatkan oleh al-Bukhariy (757), al-Nasaiy (1052), Abu Dawud (654), Ahmad ibn
Hanbal (18226), dan Malik (442). Hadits ini berkualitas shahih, dapat dipergunakan
sebagai dalil.
[37] HR. Muslim dalam kitab shahih Muslim (al-Shalat: 733) dengan berkualitas shahih
sehingga dapat dipakai sebagai dalil.
[38] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[39] HR. Al Bukhariy (705); Muslim (887, 888); al-Nasaiy, (876). Hadits ini berkualitas
shahih.
[40]Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasaiy (1077,1142), Tirmidzi (248), Abu Dawud
(713), Ibn Majah (872), ad-Darimiy (1286), Ibn Khuzaimah (I:319), Ibn Hibban (V: 237),
dan al-Baihaqiy(II: 98). Hadits ini berkualitas shahih.
[41] HR. Al-Bukhari (377, 765, 3300); Muslim (764); al-Nasaiy (1094) dan Ahmad
(21845). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[42] HR. Muslim (763) dan Ahmad Ibn. Hanbal (17760, 17858), dengan kualitas shahih
menurut Imam Muslim.
[43] Sumber dalil lihat footnote no.31
[44] Sumber dalil lihat footnote no.32
[45] Sumber dalil lihat footnote no.33
[46] HR. Al-Tirmidzi (262), dengan kualitas shahih.
[47] Sumber bacaan berdasarkan hadits pada footnote no.46
[48] Lihat footnote no. 31, 32,33
[49] HR. Al-Bukhariy (780); al-Tirmidzi (264); al-Nasaiy (1140); Abu Dawud (718).
Kualitas hadits ini shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[50] Hal tersebut sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab
shahihnyal: (al-Masajid wa Mawadhi al-Shalat: 941), dengan kualitas hadits adalah shahih
dan dapat dipakai sebagai dalil.
[51] HR. Al-Bukhariy dalam Kitab Shahihnya (al-Adzan: 785). Para perawi yang
meriwayatkan hadits ini adalah siqah, sehingga menjadikan hadits ini berkualitas shahih
lidzatihi dan dapat diakai sebagai dalil.
[52] HR. Muslim (909, 910, 912); al-Nasaiy (1358); Abu Dawud (838); Ahmad Ibn. Hanbal
(15518). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[53] Selain bacaan diata ada 4 bacaan lainnya yang dapat dipakai sebagai dalil.
[54]Hadis ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits, di antaranya adalah al-Bukhari
yang meriwayatkan tujuh kali di dalam Shahih al-Bukhari (788, 791, 1127, 5762, 5794,
5853, 6833), Muslim (609), al-Tirmidzi (266, 1123), Nasaiy sebanyak 10 kali (1150, 1151,
1152, 1153, 1154, 1155, 1156, 1157, 1158, 1281), Abu Dawud (825), Ibn Majah (889),
Ahmad ibn Hanbal (3381, 3439, 3858), dan ad-Darimiy (1306, 1307). Hadis ini bernilai
shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[55] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Syafi'iy dalam kitabnya al-Umm (Beirut, Dar al-
Ma'rifah: 1393, Juz I, hal. 117) dengan sanadnya sendiri. Hadis ini berkualitas shahih.
[56] Bacaan ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (790, 5851, 6839), Muslim (4876), Tirmidzi
(3454), Nasaiy (1285), Ibn Majah (3825), dan Ahmad ibn Hanbal (8, 28). Hadits ini
berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[57] Yakni shalat maghrib
[58] Yakni dzuhur, Ashar dan Isya
[59] Hadits dari Abu Qatada ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Shahih (al-Adzan: 734,
717); Muslim, Shahih (al-Shalat: 685, 687); al-Nasaiy, Sunan (al-Iftitah: 966); Ahmad
Ibn Hanbal, (Musnad: 21569) dan al-Darimiy (al-Shalat: 1260). Hadits ini berkualitas
shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[60] Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya (924, 926); Abu Dawud
(al-Shalat: 833); Nasaiy (as-Shawi: 1293); Ibn. Majah (899) dan Ahmad Ibn. Hanbal
(9791). Kualitas hadits ini adalah Shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[61] HR. Muslim (916); al-Nasaiy (1300); Ahmad ib Hanbal (1403, 1481) dan al-Darimiy
(1311). Hadits ini berkualitas shahih. Daat di pakai sebagai dalil.
[62] Al-Shananiy, Subul al-Salam, Juz. I/h. 301; dan Ibn. Haqzm, Kitab al-Muhalla,
Juz.III/h. 375.
[63] HR. Muslim 3242 dan 3243. Dan disepakati juga oleh Bukhariy.

[64] Mutthafaq Alayh

[65] Qs. Al-Muzammil : 5

[66] HR. Muslim 431


ILMU :
- Kumpulan pengetahuan yg bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yg
memungkinkan manusia melakukan serangkaian aktifitas kreatif dan majinatif utk
menguasai gejala berdasarkan berbagai penyelesaian dan pembuktian empiris.
- Ilmu diperoleh melalui kajian ilmiah dimana membicarakan hukum kausal ( hbgn
sebab akibat).

Pendidikan
Sebagai suatu disiplin ilmu, karena pendidikan tidak bebas nilai dan mempunyai
setting standard.
Memiliki norma.
Ilmu-ilmu lain bebas nilai dan relatif terhadap bidang yg dipelajari.
Ilmu pendidikan ; Ilmu pengetahuan empiris, rohani, normatif yang diangkat dari
pengalaman pendidikan, yang disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis dan diarahkan pada perbuatan mendidik sesuai dengan tujuan dan norma-
norma.
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ;
- Pendidikan merupakan selubung (shield) dari ilmu pendidikan.
- Dalam pendidikan tidak harus memiliki pengetahuan ilmiah.
- Ilmu pendidikan merupakan inti dari pendidikan, karena ilmu pendidikan harus
memiliki pengetahuan ilmiah
Pendidikan
- Membicarakan bagaimana mendidik yang baik, sehingga berhasil.
- Melakukan kegiatan / tindakan / proses pendidikan yang sesungguhnya.
Ilmu Pendidikan
- Membahas / membicarakan tentang masalah-masalah / persoalan-persoalan
dalam pendidikan dan kegiatan mendidik.
- Ilmu pendidikan mengandung unsur keilmuan dan pendidikan.
Ilmu Pendidikan
- Merupakan ilmu terapan.
- Merupakan disiplin ilmu yang independent (berdiri sendiri) dan terapan terhadap
bidang / disiplin ilmu lain / ilmu murni.
- Ilmu-ilmu yang mendasari ilmu pendidikan / ilmu terapan tersebut adalah :
- Psikologi, karena mengajarkan tentang perkembangan manusia secara fisik
maupun mental.
- Antropologi, karena mengkaji tentang asal usul manusia.
- Filosofis, karena mengkaji tentang hakikat manusia seutuhnya.
- Biologi, mengkaji manusia dan alam sekitar.
- Sosiologi, mengkaji manusia secara individu dan hubungannya dgn manusia lain.
Unsur keilmuan terdiri dari :
- Bidang ilmu ekonomi, fisika, agama, kimia, biologi, sosiologi, psikologi, antropologi,
bahasa, matematika, statistik, dll.
- Perangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yaitu suatu sistem
berteori untuk melihat dan mendekati berbagai jenis fenomena dan permasalahan
yang meliputi : asumsi, postulat, hipotesis, hukum, penalaran.
- Metode ilmiah.
Unsur Pendidikan merupakan suatu Sistem, terdiri dari ;
- Tujuan dan prioritas Guru/ pelaksana pendidikan
- Kurikulum Isi / bahan / sumber
- Obyek didik Teknologi media
- Manajemen Penelitian
- Struktur Biaya pendidikan
- Pengendalian mutu
Fungsi Ilmu Pendidikan
- Menguraikan masalah-masalah pokok pendidikan.
- Membentuk pribadi para pendidik dan calon pendidik, agar dapat berpikir logis,
kritis dan berperasaan tajam serta berkemauan keras.

Ilmu pendidikan memuat sejumlah bidang ilmu pengajaran


- Konsep dasar kurikulum
- Program pengajaran
- Pengelolaan kegiatan belajar mengajar / pembelajaran
- Media pendidikan
- Penilaian dan pengukuran (evaluasi)
- Pengelolaan.
Perbedaan antara Ilmu Murni dan Ilmu Pendidikan
- Ilmu pendidikan dalam prakteknya adalah ilmu terapan sebagai sarana penerapan
ilmu-ilmu murni.
- Implikasinya sangat relevan dgn kebutuhan manusia dan bebas nilai.
- Ilmu murni adalah ilmu yang bebas nilai.
- Ilmu murni merupakan dependent (tergantung) terhadap ilmu terapannya dan
independent terhadap ilmunya sendiri.
Contoh : matematika terhdp matematika.
Kegunaan Ilmu Murni bagi Ilmu Pendidikan ; Sebagai dasar / landasan / acuan
pokok ilmu terapannya. Jadi apabila terjadi kesalahan pada ilmu terapan, maka
harus melihat kembali dan mengevaluasi kecocokan antara ilmu murni dengan ilmu
terapannya
Agama, Filsafat dan Ilmu Pendidikan
Agama adalah :
- Sarana untuk penentu arah gerakan kehidupan manusia yang merupakan
kebutuhan batin dan dilandasi oleh ajaran-ajaran dari Tuhan YME, yang
diyakini secara keimanan, sebagai pedoman hidup manusia.
- Dalam agama membicarakan tentang baik dan buruk, benar dan salah.
- Agama bersifat Absolut (mutlak).
Filsafat adalah :
- Kaidah berpikir dan cara pandang manusia secara menyeluruh dan spekulatif
terhadap kebenaran dalam kehidupan. Filsafat dapat memasuki aspek ilmu dan
agama karena dimulai dari adanya rasa ingin tahu manusia serta didorong oleh
rasa ingin tahu yang lebih mendalam lagi terhadap sesuatu atau kebenaran.
- Filsafat membicarakan makna, tergantung dari siapa yang dihadapinya
(relatif).
Pendidikan adalah :
- Usaha-usaha untuk mengembangkan potensi manusia dengan memberikan
stimulasi, dapat direncanakan atau tidak dan dapat dilakukan dimana saja.
- Pendidikan membicarakan sesuatu yang baik-baik saja.
Ilmu Pendidikan, Filsafat dan Agama tidak dapat dilepaskan kaitannya, karena ilmu
pendidikan pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan normatif yang merumuskan
kaidah, norma, dan ukuran tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupannya.
Ilmu pendidikan juga untuk mendidik manusia dalam mencari kebenaran hakiki guna
meningkatkan kualitas ibadah.
Dalam hal ini sesuai dengan ajaran agama serta memenuhi kaidah berpikir filsafat,
yaitu mencari kebenaran hakiki melalui peningkatan kualitas ibadah.
Agama dan filsafat berikut cabang-cabang ilmunya menentukan dasar dan tujuan
hidup yang akan menjadi dasar dan tujuan pendidikan manusia, selanjutnya akan
menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupannya.
Pembelajaran ; Merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar,
dalam arti perubahan perilaku individu, yang melalui suatu proses mengalami
sesuatu yang telah direncanakan / diprogramkan.
Pengajaran ; Merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi atau
mengatur lingkungan hingga sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara
anak dan lingkungan termasuk guru, alat pelajaran, sarana, media pembelajaran dll,
yang disebut dengan proses belajar, sehingga tercapai tujuan pengajaran yang
telah ditentukan.
Pelatihan ; Merupakan program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh
kecakapan dan ketrampilan tertentu, yang diperlukan anak sebagai bekal hidupnya
di masyarakat dengan waktu yang singkat.
Bhineka Tunggal Ika ;
- Berbeda-beda tetap satu tujuan
- Dalam Ilmu Pendidikan Bhineka Tunggal Ika menunjukkan perbedaan-perbedaan
manusia sebagai mahluk individu yang dilihat dari potensinya.
Dalam Bhineka Tunggal Ika adanya keinginan dan komitmen untuk menjadi satu
Dalam UUD :
- Menunjukkan penghargaan kepada mahluk individu yang memiliki potensi yang
bagaimanapun juga telah diberikan oleh Alloh SWT.
- Memberikan kesempatan kepada individu untuk saling mendapatkan haknya.
- Menghargai mereka dalam keadaan bagaimanapun juga.
Unity in Diversity (UID)(Lambang PBB)
Persatuan di dalam perbedaan, artinya menghargai dan saling menghormati
perbedaan hak dan pandangan masing-masing.
Landasan Ilmu Pendidikan
- Landasan ONTOLOGIS ; Untuk mengetahui obyek penelaahan ilmu, yang
mempertanyakan hakiki wujud obyek dan mempertanyakan hubungan antara
obyek dengan daya tangkap manusia (berpikir, berperasaan, dan panca indera)
yang hasilnya menghasilkan suatu pengetahuan.
- Suatu Ilmu yang berkaitan dengan obyek yang ditelaah / dikaji oleh ilmu
tersebut.
- Apa yang ingin diketahui oleh ilmu.
- Bagaimana wujud hakiki dari obyek tersebut.
- Bagaimana kaitannya dengan daya tangkap manusia.
- Landasan ontologis berkaitan dengan obyek forma dan obyek materia
pendidikan.
- Obyek Forma : situasi kependidikan, yaitu situasi yang memungkinkan semua
kapasitas manusia berkembang secara optimal dan terintegrasi dengan
dilandasi oleh norma-norma yang berlaku secara umum.
- Obyek Materia : Peserta didik / warga belajar
- Landasan EPISTEMOLOGIS ; Mempertanyakan proses kemungkinan
diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu, dari prosedur sampai pada hal-hal
yang harus diperhatikan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dengan
mengkaji kebenaran itu sendiri melalui : kriteria, cara, teknik dan saran yang
dapat membantu untuk mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu, cara
mendapatkan pengetahuan berdasarkan rasionalitas, empirisme, intuisi dan
wahyu.
Suatu ilmu yang disebut juga sebagai metode ilmiah untuk mencari kebenaran,
yaitu :
- Sering disebut juga sebagai proses Logico Hypotetico Verificatif atau Deducto
Hypotetico Verificatif.
- Suatu cara atau prosedur yang harus ditempuh secara sistematis dan dapat diuji
kebenarannya secara empiris.
- Berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah :
- Bagaimana prosedurnya.
- Apa yang harus diperhatikan agar memperoleh kebenaran.
- Cara / teknik serta sarana apa yang diperlukan untuk memperoleh kebenaran
ilmu pendidikan.
- Proses berpikir induktif memegang peranan penting ketika dilakukan verifikasi
terhadap hipotesis,yaitu :
- Apakah fakta-fakta yang dikumpulkan mendukung hipotesis atau tidak.
- Penyusunan hipotesis melalui proses berpikir induktif.
- Pengujian hipotesis tidak akan lepas dari proses berpikir induktif.
Landasan AKSIOLOGIS ; Yang mempertanyakan untuk apa pengetahuan ilmu
dipergunakan, hubungan aplikasi dan kaidah moralnya dan penentuan obyek telaah
berdasarkan alternatif moral serta hubungan antara teknik prosedur sebagai
operasional metode ilmiah dengan norma moral secara profesional.
Berkaitan dengan manfaat atau kegunaan suatu ilmu bagi kehidupan manusia :
- Untuk apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan.
- Bagaimana kaitannya dengan nilai-nilai moral.
- Berkaitan dengan manfaat atau pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, di
dalam mengembangkan potensinya secara optimal sehingga manusia tetap survive
di dalam kehidupannya.
- Pencapaian tujuannya dilakukan melalui kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
secara sistematis dan terencana, dalam suatu sistem pendidikan yang
terintegrasi dengan lingkungan masyarakat.

Cabang - Cabang Ilmu Pendidikan


- Ilmu Pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan
lainnya yang membentuk satu kesatuan.
- Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh suatu teori.
- Pendidikan Teoritis, Sejarah Pendidikan, Perbandingan Pendidikan,
Pengembangan Kurikulum, Didaktik Metodik / Proses Belajar Mengajar,
Mengajar Media dan Alat Belajar, Komunikasi dan Informasi Pendidikan,
Bimbingan dan Konseling, Evaluasi Pendidikan, Profesi dan Etika Pendidikan,
Kepemimpinan dan Supervisi, Perencanaan Pendidikan, Manajemen Pendidikan,
Statistik dan Penelitian Pendidikan.
- Ilmu bersifat Otonom, artinya bebas nilai dan norma yang diciptakan manusia,
yang memberi nilai suatu ilmu adalah para pengguna atau para ilmuwan.
- Ilmu hanya membicarakan benar dan salah dari suatu fenomena atau gejala yang
nyata di alam ini apa adanya.
- Ilmu mengemukakan hakikat alam semesta beserta isinya, bebas dari norma-
norma yang diciptakan manusia = bebas nilai.

Apakah Ilmu Akan Mendatangkan Kemashalatan Umat Manusia Atau Sebaliknya


Akan Mendatangkan Kemudharatan
- Sangat tergantung pada sikap moral yang melandasi tujuan penggunaan ilmu.
- Ilmu Pendidikan bersifat normatif = tidak bebas nilai = memiliki setting standar.
- Bertujuan mulia untuk mengembangkan derajat hidup manusia.
- Ilmu Pendidikan selalu mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat.
Fungsi Ilmu Pendidikan
- Untuk membantu manusia dalam mengatasi setiap persoalan yang di hadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
- Membantu manusia menghadapi permasalahan yang menyangkut bidang
pendidikan.
- Secara rinci menjelaskan (to explain), memprediksi (to prediction), dan
mengawasi (to control).
Asumsi tentang hakikat Manusia dan Implikasinya dalam penyelenggaraan
pendidikan
- Asumsi ; Merupakan dugaan sementara tentang fenomena atau gejala alam yang
masih harus dibuktikan kebenarannya.
- Syarat dalam mengembangkan asumsi antara lain :
o Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian suatu ilmu.
o Asumsi harus disusun secara operasinal dan merupakan dasar dari
pengkajian teoritis.
o Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya.
Hipotesis
- Merupakan jawaban sementara tentang fenomena atau gejala alam yang menjadi
obyek penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya.
- Pembenaran hipotesis dilakukan melalui pengujian ilmiah.
Postulat ;
- Berasal dari istilah geometri yang menunjukkan kepada sesuatu yang nyata dan
jelas, sehingga tidak perlu dibuktikan, tetapi mungkin diperlukan hanya bila untuk
pembuktian berdasarkan dalil yang tidak bertentangan dengan kenyataan.
- Pernyataan tentang fenomena atau gejala alam yang tidak memerlukan
pembuktian terhadap kebenarannya.
- Kebenaran yang terkandung didalamnya diterima secara luas oleh masyarakat.

Dalil dan Rumus


- Dalil : Suatu ketetapan umum yang diakui oleh masyarakat.
- Aksioma : Suatu ketetapan yang sudah dibuktikan.
- Rumus : Suatu dasar ketetapan yang jika diaplikasikan dimana saja, maka hasilnya
tetap sama ( hasilnya sudah teruji ).
Alur berpikir yang bagaimana yang mengandung Logico Hypotetico Verifikasi ; Alur
berpikir yang dihasilkan secara matang dan teliti dengan landasan asumsi-asumsi
realita yang berdasarkan situasi, kemudian dijustifikasi atau diuji kebenarannya
dengan teori-teori yang relevan, yang akhirnya diverifikasikan keandalannya dalam
dimensi implementasi kebutuhan nyata.
Beberapa Asumsi tentang Manusia
Mengapa Manusia sebagai Mahluk INDIVIDUAL
- Pada dasarnya manusia terlahir hanya diwarisi faktor biologis (physical atau
natural heritage), sifat watak yang diwariskan melalui darah.
- Dari segi badaniah tidak ada satupun manusia yang sama, selalu berbeda dengan
yang lain.
- Masing-masing individu senantiasa memiliki ciri khas sekalipun dalam lingkungan
kelompok.
- Manusia memiliki kepribadian yang tidak dimiliki manusia lain.
Mengapa Manusia sebagai Mahluk RELIGIUS ?
- Karena hanya manusialah yang memiliki Keimanan dan Beragama, percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan percaya kepada adanya hal yang ghoib, sehingga
manusia disebut sebagai mahluk RELIGIUS.
Mengapa Manusia sebagai Mahluk BERPIKIR ?
- Karena manusia memiliki keistimewaan yang lebih dibanding mahluk lainnya,
manusia dapat berpikir, tidak ada mahluk lain yang dapat berpikir kecuali manusia,
bila adapun dalam tingkat yang amat rendah, sehingga hampir dapat dikatakan
tidak dapat berpikir.
- Bila mahluk lain memiliki pemikiran, maka pemikiran mahluk lain tersebut
terbentuk karena pengalaman dan kebiasaan yang ditularkan pada sesamanya
yang disebut naluri (instinct), seperti binatang.
Mengapa Manusia sebagai HOMOHOMINILUPUS ?
- Pada dasarnya manusia mempunyai nafsu atau keinginan untuk menguasai, paling
tidak dalam melakukan kompetisi.
- Manusia tidak memandang orang lain jika sudah mencapai titik kritis kebutuhan
yang tidak dapat dihindari, sehingga manusia akan melakukan apa saja untuk
mempertahankan eksistensi hidupnya.
- Jadi manusia adalah mahluk HOMOHOMINILUPUS.
Mengapa Manusia sebagai ANIMAL EDUCANDUM ?
- Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan, sehingga sama
dengan hewan. Akan tetapi manusia diberi kelebihan oleh Alloh SWT dalam
bentuk potensi berpikir yang dapat diamalkan, sehingga manusia memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Mengapa Manusia sebagai KHALIFAH ALLOH
- Pada hakekatnya manusia adalah Pemimpin, minimal didalam keluarga atau
kelompoknya, dan menganggap dunia hanya merupakan terminologi jalan menuju
alam ILLAHI.
- Jadi manusia disebut Khalifah ALLOH.
KOMPONEN-KOMPONEN DALAM PENDIDIKAN
- Peserta didik biasa
- Peserta didik luar biasa
- Penyebab ALB
- Penanganan ALB
- Komponen-komponen yang harus dilaksanakan dalam meningkatkan mutu
pendidikan :
- Melakukan kompetitif / persaingan untuk mencapai keberhasilan dengan cara
membentuk mentalitas mulai usia dini / TK : EQ,AQ, Imtaq, SQ.
- Meningkatkan budaya baca untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menimbulkan keingintahuan anak.
- Komputerisasi yang canggih.
- Bahasa Inggris.

Agar sekolah merupakan suatu keajegan, maka harus memenuhi :


- 1.SDM Pendidikan.
- 2.Sarana prasarana.
- 3.Anggaran.
- 4.Kurikulum.
- 5.Sistem penyelenggaraan / kedinasan.
- 6.Lingkungan.
- 7.Kepengurusan / ketenagaan.
- 8.Kontrol.
- 9.Manajemen.

KOMPONEN TUJUAN PENDIDIKAN


- Tujuan Umum atau Tujuan Akhir, yaitu : merupakan sesuatu yang akhirnya akan
dicapai oleh pendidikan, yakni kedewasaan peserta didik.
- Tujuan Khusus, yaitu : suatu pengkhususan dari tujuan umum.
- Tujuan Insidental, yaitu : tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus.
- Tujuan Sementara, yaitu : tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk
mencapai tujuan umum.
- Tujuan Tak Lengkap, yaitu : tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek
pendidikan.
- Tujuan Perantara (Intermedier), yaitu : tujuan yang melayani tujuan pendidikan
yang lain merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain.
ALAT PENDIDIKAN
- Bersifat Preventif (mencegah)
- Bersifat kuratif (mengembangkan / memperbaiki)
- Alat Pendidikan sebagai berikut :
- Punishman (hukuman)
- Extinction (pengabaian)
- Distinction (pembeda)
- Reinforcement (penguatan/pujian)
- Reward (hadiah)
- Alat Pendidikan dapat berupa benda / tindakan / perbuatan yang dengan
sengaja harus dilakukan / diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Persyaratan Pendidik :
- Usia yang telah cukup
- Berwawasan
- Berpengalaman
- Bertanggung jawab
- Mandiri
- Berpengetahuan
- Berwibawa
- Dapat menjadi contoh / teladan
Kegiatan Pendidikan :
- Merupakan aktivitas anak, dimana anak terlibat suatu kegiatan interaksi dengan
pendidik.
- Keberhasilan kegiatan pendidikan ditentukan oleh bagaimana partisipasi anak
didik dalam mengikuti kegiatan interaksi dalam pendidikan tersebut.
KURIKULUM
Kurikulum Berbasis Kompetensi :
- Merupakan suatu kurikulum yang ditujukan untuk menciptakan tamatan yang
kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
- Kompetensi yang dikembangkan berupa ketrampilan dan keahlian bertahan hidup
dalam perubahan, pertentangan, ketidak tentuan, ketidakpastian, dan kesulitan-
kesulitan dalam kehidupan.
Landasan Kurikulum :
Filosofis / Yuridis :
- Sistem nilai / pandangan hidup yang dianut oleh suatu masyarakat.
- Peraturan Perundang-undangan.
Psikologis :
- Bakat.
- Minat.
- Potensi.
- Latar belakang kehidupan.
Sosiologis :
- Potensi lingkungan.
- Kultur / budaya.
- Kebiasaan lingkungan hidup / kehidupan.
- Peserta didik.
Organisatoris :
- Separate Subject Curriculum.
- Broadfield Curriculum.
- Integrated Curriculum.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum :


- Relevansi (kesesuaian), kurikulum harus relevan dengan :
- Kebutuhan peserta didik (sebagai individu dan anggota masyarakat).
- Tuntutan dunia kerja.
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Kontinuitas :
- Adanya kesinambungan dalam isi dan program, antara satu pokok bahasan ke
pokok bahasan berikutnya, antara satu kelas ke kelas berikutnya, antara satu
sekolah ke sekolah diatasnya.
- Fleksibilitas :
- Memiliki keluwesan dalam pemilihan program-program oleh siswa dan
pengembangan program oleh guru.
- Berorientasi pada bahan (subject matter oriented).
- Berorientasi pada tujuan (objective oriented).
- Efisiensi : Dalam hal ini menyangkut waktu, tenaga, biaya.
- Efektivitas : Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, baik oleh guru dalam
melaksanakan program pembelajarannya, maupun oleh siswa yang melakukan
kegiatan belajar.
- Praktis : Pelaksanaan kurikulum dapat diaplikasikan secara nyata.

- Proses Pengembangan Kurikulum :


- Guru
- Ahli kurikulum
- Ahli pendidikan
- Ahli lain diluar ahli pendidikan
- Lulusan
- Siswa
- Masyarakat pengguna lulusan.
- Konsep Pengembangan Kurikulum :
- Pengembangan proses kognitif
- Teknologi
- Aktualisasi diri
- Rekonstruksi sosial
- Rasionalisasi akademik.
- Kurikulum Masa Depan :
- Banyak menawarkan pelajaran / matakuliah interdisipliner.
- Menawarkan mata pelajaran mengenai tingkat usia dan berbagai aspeknya.
- Keragaman budaya, pendidikan internasional dan gobal untuk membangun
pemahaman pembelajar akan emosi, sikap, perasaan diri sendiri atau orang lain.
- Memasukkan hal-hal seperti pengembangan meta kognisi, cara berpikir otak kiri
dan otak kanan seta manajemen emosi / stress.
- Masa Depan Kurikulum :
- Abad 21 (perubahan ekstensif dan cepat).
- Ketidakpastian yang tinggi.
- Masyarakat yang sangat dinamis.
- Bertanya mengenai kemungkinan masa depan apa yang akan terjadi dan masa
depan apa yang diinginkan untuk terjadi.
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
- Merupakan suatu keadaan atau berupa tempat yang memungkinkan terjadinya
pendidikan, oleh karena pendidikan merupakan interaksi antar manusia, maka
yang dimaksud dengan lingkungan adalah suatu tempat dimana memungkinkan
terjadinya suatu interaksi manusia dalam proses pendidikan dan untuk mencapai
tujuan pendidikan.

- Yang meliputi :
- Pendidikan Formal.
- Pendidikan Non Formal.
- Pendidikan Informal.

ALIRAN KONVENSIONAL DALAM PENDIDIKAN


Aliran Empirisme Tokoh (John Locke) yang menyatakan bahwa pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak diakuinya,
pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan
tabula rasa, sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan nasib anak dimasa depan.
Aliran Nativisme Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan seseorang
merupakan produk dari factor pembawaan yang berupa bakat, sehingga
pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan seseorang,
sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan
seseorang, maka tidak akan ada gunanya.
Aliran Naturalisme Tokoh (J.J Rousseau), yang menyatakan bahwa anak yang
dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik, aliran ini berpendapat bahwa
pendidikan hanya memiliki kewajiban member kesempatan kepada anak untuk
tumbuh dengan sendirinya, sehingga cirri aliran ini adalah dalam mendidik anak
hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak
dirusak oleh pendidik.
Aliran Konvergensi Tokoh (William Stern), inti ajaran konvergensi adalah bakat,
pembawaan, dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan
pribadi seseorang, dengan demikian aliran konvergensi ini menganggap bahwa
pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat lingkungan.
ALIRAN-ALIRAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Pengajaran Alam Sekitar Tokoh (Fr. A. Finger, J. Ligthart), dasar pemikiran yang
terkandung di dalam pengajaran alam sekitar ini adalah peserta didik akan
mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan.
Pengajaran Pusat Perhatian Dipelopori oleh Ovide Decroly, pengajaran disusun
menurut pusat perhatian anak, yang dinamai centres dinterest yang mencari dan
menyelidiki naluri anak dalam pertumbuhannya (secara instrinsik).
Sekolah Kerja Tokoh George Kerschensteiner yang mengembangkan cita-cita
pendidikan, yang menyatakan bahwa tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah
mengabdi kepada negara, sehingga kewajiban sekolah yang terpenting adalah
menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan.
Pengajaran Proyek Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar
mengandung arti kesempatan untuk memilih, merancang, berlatih, memimpin dan
sebagainya. Apabila peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka
wataknya akan terbentuk. Demikian konsep pemikiran WH Kilpatrick didalam
pengajaran proyek.
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa Tokoh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
yang menganut asas merdeka untuk mengatur diri sendiri, asas kebudayaan, asas
kerakyatan, asas kekuatan sendiri, asas berhamba kepada anak.
INS Kayu Tanam Sekolah ini timbul sebagai reaksi terhadap sekolah-sekolah
pemerintah Hindia Belanda yaitu INS ( Indonesiche Nederlansce School) di Kayu
Tanam, yaitu suatu kota kecil di dekat Padang Panjang Sumatera Barat. Sekolah
ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri dengan rancangan berani
tegak sendiri, hidup bebas dan tidak bergantung pada pemerintah.
Pesantren dan Muhammadiyah Gagasan pembaharuan muhammadiyah
disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota,
disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam. Ahmad Dahlan ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup menurut tuntunan Al- Quran dan Al-Hadist.
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan dalam masa Kolonial Pada tahun 1602 Belanda mendirikan VOC yang
memiliki dasar dan tujuan pendidikan sebagai perusahaan dagang, sehingga
wajar VOC memiliki tujuan komersial, yang terdiri dari : Pendidikan Dasar,
Sekolah Latin Bahasa Latin, Seminarium Theological, dan Akademi Pelayaran.
Pendidikan dalam masa Ki Hajar Dewantoro Ki Hajar Dewantoro adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu Lembaga Pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bias memperoleh hak pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ki Hajar dewantoro
juga menentukan semboyan bagi pendidik, antara lain : Ing Ngarso Sung
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Pendidikan dalam masa Jepang Jepang memperkenalkan militerisme dengan
landasan ideal pemerintahannya di Indonesia. Dalam masa jepang ini ada inovasi
yang paling penting adalah pendidikan merupakan hak semua warga Negara,
pengadaan buku, dan rindunya bangsa Indonesia kepada kemerdekaan, dan
pendidikan yang merata dengan system administrasi yang lancer.
Pendidikan dalam masa Kemerdekaan hingga tahun 1967 Demokrasi terpimpin
(1955-1967) ke masa pemerintahan Orde baru (1967-1998) sampai periode
reformasi dengan menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sesudah perang Dunia II sampai dengan pertumbuhan teknologi mutakhir.
Pendidikan dalam masa Orde Baru Pendidikan Nasional Indonesia tahun 1966-
1969 ( zaman Orde Baru ). Orde baru adalah tatanan seluruh perikehidupan
rakyat, bagsa, dan Negara Indonesia berdasarkan kemurnian Pancasila dan UUD
1945, dengan tujuan mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan dalam masa era Pemerintahan Reformasi sampai sekarang Dalam
masa reformasi sampai sekarang system pendidikan di Indonesia telah banyak
mengalami perubahan-perubahan, yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik pada khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

A. Latar belakang Masalah


Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
Arti matan adalah sesuatu yang menjulang dan tinggi di atas tanah. Secara
istilah, matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.
Sanad secara bahasa artinya sesuatu yang dijadikan sandaran. Secara istilah,
sanad adalah mata rantai persambungan periwayat yang bersambung bagi matan
hadist
Jadi, Setiap yang hidup pasti memiliki sebuah cita-cita, bahkan kita hidup ini harus
memiliki sebuah cita-cita, dengan cita-cita kita hidup, dengan cita-cita pula kita
berambisi. Tetapi cita-cita tanpa sebuah keyakinan adalah sebuah mimpi belaka.
Cita-cita diiringi dengan keyakinan akan memberikan kita semangat dalam
mengejar cita-cita kita itu. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-
ajaran Islam, salah satunya adalah aqidah.
Maka dari itu makalah kami ini mengangkat topik hubungan antara Matan
Keyakinan dan Cita-cita hidup muhammadiyah dan aqidah islam, agar kita mengerti
bagaimana cita-cita hidup muhammadiyah.
Kita semua menginginkan Muhammadiyah dapat berbuat yang lebih banyak lagi
untuk umat di masa kini dan masa yang akan datang. Muhammadiyah pernah
menjadi lokomotif umat di masa lalu dan jika di masa yang akan datang ingin
kembali mengambil peran itu tentu Muhammadiyah harus banyak melakukan
perbaikan dan penataan diri kembali agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman yang
jauh berubah dari masa lalu.

B. Permasalahan yang terjadi di Masyarakat.


1. Bagaimana sejarah perumusan matan keyakinan cita-cita hidup muhammadiyah?
2. Apa isi dari MKHCM?
3. Bagaimana Muhammadiyah bergerak di Bidang Kesehatan. Bidang Ekonomi dan
Bidang Politik?
4. Apakah Definisi dan Fungsi Aqidah islam ?
5. Bagaimana Hubungan MKHCM dengan Aqidah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah perumusan matan keyakinan cita-cita hidup
muhammadiyah.
2. Mengetahui isi dari MKHCM.
3. Mengetahui Definisi dan fungsi Aqidah islam.
4. Mengetahui hubungan aqidah dan matan keyakinan cita-cita hidup
muhammadiyah.
5. Mengetahui Gerakan Muhammadiyah di Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi dan
Bidang Politik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Perumusan MKCHM.

Disahkan : Pada Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta


Kedudukan : Sebagai hasil tajdid di bidang Ideologi
Disempurnakan : Sidang Tanwir tahun 1969 di Ponorogo
Pada periode : K.H. Faqih Usman dan K.H. A.R. Fakhrudin
Muhammadiyah sebagai perserikatan memiliki 4 teks cita-cita yang
merupakan sebuah impian yang diiringi dengan sebuah keyakinan. Matan
Muhammadiyah tersebut yaitu:
1. Mewujudkan Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Artinya: Para sekutu
Muhammadiyah harus bersih dari penyakit TBC/ Bidah, khurofat, Tahayul dll
2. Menjadikan Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Artinya: Islam adalah
agama untuk semua yang ada di dunia ini, di pelajari oleh siapa saja, dan diamalkan
untuk siapa saja adalah menjadi cita-cita Muhammadiyah.
3. Dalam amalan Muhammadiyah berdasarkan Al-Quran, Hadits.
4. Melaksanakan ajaran-ajaran Islam meliputi segala bidang, baik Akhlak,
Aqidah, Ibadah, Muamalah.

1. Isi Matan Keyakinan Cita-Cita Muhammadiyah


1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Maruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, bercita-cita
dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi
Allah SWT, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang


diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan
hidup materil dan spritual, duniawi serta ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan
oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam
yang meliputi bidang-bidang
v Aqidah, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bidah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
v Akhlak, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia
v Ibadah, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
v Muamalah Duniawiyah, Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat
duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan
ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah
kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang
telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi AllahSWT: Baldatun
Thayyibatub Wa Robbun Ghofur .
Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah:
Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta.
Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.

2. Defenisi aqidah dan Fungsi Aqidah


Defenisi aqidah Secara etimologis (lughatan), aqidah berasal dari kata
aqada-yaqidu-aqdan- aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata
aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati,
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk membangun agama Allah (Dinullah/Islam).
Jika diumpamakan sebuah bangunan, semakin tinggi bangunan tersebut, maka
harus pula semakin kokoh pondasi yang dibuatnya. Sebab kalau fondasinya lemah
maka bangunan tersebut akan mudah runtuh/ambruk.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh dan benar, pasti akan memiliki
ibadah yang baik dan benar pula, begitu juga cara bermuamalahnya dapat berjalan
dengan baik dan lebih lancar. Amalan ibadah seseorang tidak dapat dikatakan mulia
jika tidak memiliki iman yang kokoh dan mulia.
Fungsi Aqidah, Aqidah memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Mempertebal keimanan kita terhadap Allah SWT
2. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
3. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat
pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan
bermuamalat dengan baik.

1. Gerakan Muhammadiyah di Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi dan Bidang


Politik

1. Bidang Kesehatan. Di bidang kesehatan Muhammadiyah mengharapkan


terwujudnya masyarakat sehat, yaitu masyarakat yang bebas dari penyakit.
Kalaupun terpaksa harus sakit Muhammadiyah memberikan pelayanan kesehatan
untuk penyembuhan para penderita sakit. Oleh karena itu yang kemudian harus
dilakukan Muhammadiyah adalah memberikan pendidikan hidup sehat kepada
masyarakat, menyediakan sarana-sarana untuk terwujudnya hidup sehat dan
menyediakan balai-balai kesehatan untuk penyembuhan para penderita sakit.
2. Bidang Ekonomi. Dalam bidang ekonomi Muhammadiyah hendak mewujudkan
masyarakat yang bebas dari kekurangan dan kemiskinan. Karena kemiskinan dapat
membawa pada kekufuran. Kemiskinan biasanya diukur dengan kekurangan harta
kekayaan. Karena ketersediaan dan perolehan harta yang sangat kecil akhirnya
orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Kemiskinan muncul
karena banyak sebab, di antaranya karena kemalasan, kekurangan ketrampilan,
sikap mental rendah diri, keterbatasan akses, serta karena sistem di masyarakat
yang tidak adil. Dalam masalah ini Muhammadiyah perlu berusaha untuk
memberikan solusi terhadap berbagai sebab munculnya kemiskinan-kemiskinan
tersebut.
Contoh usaha tentang masalah ini antara lain, pelatihan AMT, pemberian
ketrampilan, membatu mengakses jaringan yang lebih luas, dan jika penyebabnya
adalah struktur sosial yang dholim maka Muhammadiyah perlu terlibat dalam
membongkar struktur tersebut dan mengkonstruksinya kembali secara lebih baik.
3. Bidang Seni Budaya. Megenai masalah seni, Muhammadiyah hendak
mewujudkan seni yang mampu mendekatkan diri manusia kepada nilai-nilai
ketuhanan dan menjauhkan masyarakat dari seni yang hanya mengedepankan
hiburan saja, apalagi yang mengajak kepada kemaksiatan dan kemunkaran.
Tentang masalah ini Muhammadiyah perlu memberikan tawaran seni alternatif dari
seni yang secara umum berkembang yang kebanyakan bersifat sangat profan.
Demikian pula mengenai masalah budaya. Muhammadiyah menyadari bahwa manusia
adalah makhluk budaya, oleh karena itu budaya manusia adalah sesuatu yang perlu
dihargai selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan yang
diperjuangkan oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu Muhammadiyah perlu menjadi
kontrol budaya yang berkembang agar budaya ini berrsifat keilahian.
4. Bidang Politik. Politik adalah urusan yang berkaitan dengan negara dan
kekuasaan. Di kalangan umat Islam, ada dua kutub besar memahami negara dan
kekuasaan dalam konteks sebagai ajaran Islam.
Pertama, Mereka yang memandang bahwa Islam itu sistem hidup yang kaffah.
Karena kekaffahanya itu maka negara menjadi bagian tak terpisahkan dari Islam.
Setiap aturan Islam yang terdapat dalam al Quran dan as Sunnah akan sempurna
penegakannya jika aturan-aturan tersebut menjadi undang-undang negara. Maka
negara menjadi bagian penting dalam mewujudkan Islam yang ideal. Salah satu dalil
yang dijadikan landasan pemahaman ini adalah keharusan manusia berhukum
dengan hukum Allah, yaitu firman Allah SWT : faman lam yahkum bimaa anzalallah
faulaaika humul kaafiruun. Artinya: Barang siapa yang tidak berhukum dengan
hukum Allah maka mereka adalah orang-orang kafir. (Q.S. al Maidah : 5 : 44).
Ayat tersebut dipahami bahwa berhukum dengan hukum Allah harus dilakukan
dengan mem-formal-kan hukum-hukum tersebut dalam undang-undang dan
peraturan-peraturan pemerintah.
Pemahaman ini diperkuat oleh argementasi qoidah Ushuliyah yang berbunyi :
maa laa yatimmul waajibu illaa bihi fa huwa waajibun. Artinya: Sesuatu yang
tanpanya menjadikan sebuah kewajiban tidak sempurna, maka sesuatu itu ikut
menjadi wajib . Maksudnya, wajibnya berhukum dengan hukum Allah secara
sempurna menyebabkan wajibnya memasukkan hukum-hukum nash al Quran dan as
Sunnah tersebut ke dalam undang-undang dan peraturan-peraturan negara, dan
lebih sempura lagi jika negara tersebut adalah negara yang melandaskan pada
Islam secara keseluruhan atau disebut negara Islam. Oleh karena itu, kutub ini
mencita-citakan terwujudnya negara Islam secara formal.
Kedua, Mereka yang memandang negara adalah bagian dari persoalan muammalah
duniawi. Negara menjadi salah satu jalan untuk menjadikan Islam sebagai nilai yang
membingkai seluruh aspek kehidupan manusia. Karena negara hanya menjadi salah
satu jalan saja, maka masih ada jalan yang lain yang dapat ditempuh untuk
mewujudkan Islam dalam kehidupan manusia. Mereka mengakui bahwa negara dan
kekuasan adalah faktor penting dalam mewujudkan kehidupan yang tertib. Negara
dan kekuasaan juga dapat menjadi alat yang ampuh untuk menjadi media
menanamkan nilai Islam kepada rakyat. Karena daya paksanya negara, maka rakyat
tentu dengan mudah dapat digerakkan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
Perbedaannya, kutub ini tidak memutlakkan negara menjadi sarana itu, serta tidak
memaknai bahwa kekaffahan Islam itu selalu sempurna dengan formalisasi ajaran
ke dalam undang-undang negara.
Argumentasi golongan ini adalah:
pertama, Adanya realitas keragaman nilai ajaran serta keyakinan dan faham
agama di masyarakat baik keragaman sesama agama maupun antar agama.
Menyatukan aturan yang sifatnya fiqhiyah (pemahaman ajaran agama) dalam
sebuah undang-undang akan melukai sebagaian kalangan yang memiliki pemahaman
yang berbeda. Kedua, beragama adalah sebuah penyerahan diri yang utuh dan
tulus kepada Allah SWT. Pelaksanaan agama yang didorong oleh tekanan aturan
negara akan menjadikan beragama sebagai kewajiban formal saja, lepas dari
kepentingan agama yang lebih hakiki.
Ketiga, usaha untuk mewujudkan aturan agama ke dalam undang-undang atau
bahkan untuk menjadikan negara agama sering beresiko melahirkan sikap dan
keputusan yang ambivalen dengan nilai-nilai agama yang luhur dan hakiki karena
faktor kepentingan pragmatis.
Keempat, Dalam sejarah umat Islam, sejak khulafaaurrasyidin sampai dengan hari
ini, memperjuangkan Islam melalui jalur kekuasaan dan negara selalu melahirkan
konflik dan perpecahan umat Islam, bahkan tidak jarang harus berdarah-darah.
Dari kedua model yang ada Muhammadiyah dapat memilih model yang kedua.
Muhammadiyah tidak memilih menjadikan Islam yang formal dalam sebuah negara,
bukan karena itu itu tidak benar, melainkan itu bukan satu-satunya jalan
mengislamkan masyarakat. Menurut Muhammadiyah itu bukan jalan yang terbaik.
Muhammadiyah memilih terlibat langsung dalam mendidik dan melayani masyarakat
melalui berbagai amal usaha di banyak sektor kehidupan.
Sementara keterlibatan Muhammadiyah dalam proses politik negara dan
kekuasaan dicukupkan dengan mendorong sebagian kader-kadernya untuk terlibat
secara individual melalui berbagai jalur politik yang dapat mereka tempuh dan
menjadi pilihan terbaiknya. Selama mereka adalah kader-kader yang taat ber-
Islam, memiliki kapasitas yang cukup tentu nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang
akan mereka perjuangkan untuk negara dan kekuasaan yang ada.
Dan lain-lainnya. Mengapa dikatakan yang lainnya? Muhammadiyah bergerak di
semua bidang dan lapangan muammalah duniawiyah. Dengan demikian segala macam
hal yang menyangkut pengelolaan dunia untuk terwujudnya masyarakat Islam
sebenarnya, sektor apapun itu, menjadi wilayah garap Muhammadiyah. Di semua
sektor tersebut Muhammadiyah hendak menjadikannya senantiasa berjalan dalam
bingkai dan jiwa Islam.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Didirikan 18 September 1958

Jenis Perguruan Tinggi Swasta

Rektor Prof. Dr. Bambang Setiaji

Lokasi Sukoharjo, Jawa


Tengah, Indonesia

Situs http://www.ums.ac.id
web
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan satu dari 164
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan satu di antara 1.890 Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia. UMS ini terletak di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Kartasura, Sukoharjo). Amal usaha bidang
pendidikan ini bertekad mewujudkan kampus sebagai "Wacana Keilmuan dan
Keislaman", yakni mampu menumbuhkan budaya islami yang menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi nilai-nilai keislaman. Sikap kerja
keras, jujur, ikhlas, sabar, berintegritas tinggi, berpikiran positif, rasional,
objektif, adil dan berhati bersih sebagai landasan moral pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan ilmu-ilmu keislaman senantiasa ditanamkan kepada
seluruh civitas akademik UMS untuk menyongsong era globalisasi. Era globalisasi
dan informasi menimbulkan interdependensi. Oleh karena itu, perguruan tinggi
memainkan peran yang menen-tukan dalam pembentukan kualitas sumberdaya
insani suatu bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan informasi. UMS tidak
bisa lepas dari tuntutan tersebut dan perlu menata diri untuk meningkatkan
keberlangsungan, daya juang, dan daya saing pada masa-masa mendatang
(sustainable competitive advantage).
Daftar isi
[sembunyikan]
1Sejarah
2Program Sarjana
3Program Magister (S2)
4Program Doktoral (S3)
5Pranala luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal 24 Oktober
1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta.
Sebelum menjadi UMS, secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang
Surakarta yang didirikan pada tahun 1957. Para perintisnya antara lain Ibu
Sudalmiyah Suhud Rais, Bapak Radjab Bulan Hadipurnomo, Bapak Muhammad
Syafaat Habib, Ibu Sulastri Gito Atmodjo, dan KH Syahlan Rosyidi.
Pada tanggal 18 September 1958, lembaga tersebut diresmikan oleh Bapak Wali
Kota Madya Surakarta H.M Shaleh Werdhisastro. Pada saat diresmikan,.
Perguruan Tinggi ini baru memiliki 51 mahasiswa, 6 orang karyawan dan 7 orang
dosen. Asset tersebut modal awal berdirinya FKIP Universitas Muhammadiyah
Jakarta Cabang Surakarta yang berlokasi di Jalan Overste Sudiarto Nomor 60
Surakarta.
Sebagai Dekan (Rektor saat itu) adalah Prof. Drs. Abdullah Sigit, Guru Besar
Universitas Gadjah Mada dan sekretarisnya Bapak Drs. M. Syafaat Habib.
Adapun jurusan yang dibuka adalah Pendidkan Umum, Ekonomi Umum dan Islamic
Studies-Pendidikan Agama Islam-- tingkat Sarjana Muda, dengan status
terdaftar.
Pada tahun 1963, jurusan-jurusan tersebut mendapatkan Status disamakan
(mendapatkan penghargaan sama dengan ijazah perguruan tinggi negeri yang
setaraf untuk tingkat Sarjana Muda) berdasarkan surat keputusan Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 106/A tahun 1963.
Pada tahun 1965, FKIP Muhammadiyah Cabang Surakarta mendapatkan izin untuk
berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan Tinggi, yaitu Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Surakarta, di bawah
koordinasi Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Institut
Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) di bawah koordinasi Departemen Agama.
IKIP Muhammadiyah Surakarta berdiri dengan jurusan-jurusan Pendidikan Umum
(PU), Ekonomi Umum (EU) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan
tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 337/B-SWT/1965, dan IAIM dengan jurusan
Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam dan Jurusan Ushuluddin/Perbandingan Agama
bersadarkan Keputusan Menteri Agama nomor 21 tahun 1966.
Tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta menambah satu jurusan yaitu Civic
Hukum (CH) dengan status Terdaftar dan mendapatkan izin sebagai induk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri dari IKIP
Muhammadiyah Klaten, Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates,
Temanggung, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan,
Purbalingga, Wonosari, dan Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang
tersebut akhirnya berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi yang mandiri seperti
IKIP Muhammadiyah Purwokerto, IKIP Muhammadiyah Purworejo dan IKIP
Muhammadiyah Magelang.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamd Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud dengan turunnya SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0330/O/1981 tentang berubahnya status
IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada tahun 1993, Prof. Abdul Malik Fajar menjadi Rektor UMS sampai dengan
1996. Prof. Malik merangkap antara UMS dan Univ Muhmammadiyah Malang,
prof. Malik Fajar kemudian hijrah ke Jakarta untuk menjadi dirjen di
departemen agama, menjadi mentere Agama, dan menjadi Mendiknas. Pada masa
Prof Malik banyak dilakukan terobosan sehingga program studi di UMS banyak
mendapat status disamakan.
Pada tahun 1996 sampai 2004 Prof. Dochak Latif menjadi rektor UMS. Prof
Dochak melanjutkan program Prof Malik Fajar mengembankan program program
studi baru, program paska sarjana dan Program studi kedokteran.
Tahun 2005 sampai sekarang Prof. Bambang Setiaji melanjutkan menjadi rektor
UMS. Program studi dibuka makin banyak sampai 52 program studi. Kerja sama
dengan luar negeri double degree dilakukan dengan 5 negara, UK, Australia,
Korea, Taiwan, dan USA. Manajmen dibenahi dengan mendirikan dana pensiun,
dana abadi, dan cash manajemen untuk perbaikan manajemen keuangan.
Sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat, beberapa fakultas
dikembangkan dengan membuka jurusan baru seperti Fakultas Ekonomi dengan
Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Teknik dengan Jurusan
Teknik Arsitektur, Elektro, Teknik Kimia, dan Teknik Industri. Pada tahun
1993/1994 UMS membuka program Pendidikan Ahli Madya Kesehatan (D3)
dengan Jurusan Keperawatan, Fisioterapi, Gizi, dan Kesehatan Lingkungan. Tahun
1995/1996 membuka Program Pasca Sarjana dengan program Magister Studi
Islam (MSI). Selanjutnya pada tahun 1999 membuka Fakultas Farmasi dan
Magister Manajemen (MM) serta tahun 2001 membuka Magister Ilmu Hukum,
Teknik Sipil, dan Manajemen Pendidikan. Pada tahun 2003/2004 dibuka program
S1 dan D4 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, dengan jurusan Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan, Fisioterapi, dan menyusul dibuka program studi Pendidikan Dokter
tahun akademik 2004/2005. Pada perkembangannya empat program studi
terakhir ini diintegrasikan dengan program D-3 Kesehatan dengan nama Fakultas
Ilmu Kedokteran. Pada tahun 2005, UMS mendapat izin untuk membuka program
Magister Psikologi dan di susul program Magister Pengkajian Bahasa tahun 2006.
Pada tahun 2006, FKIP membuka jurusan baru Program D2 Pendidikan Guru
Taman Kanak-Kanak (PGTK). Pada tahun 2006 juga dibuka Fakultas Komunikasi
dan Informatika dengan satu jurusan yaitu Ilmu Komunikasi, disusul dibukanya
jurusan Teknik Informatika (Perangkat Lunak) pada tahun 2007. Pada tahun
2007 FKIP juga membuka jurusan baru, yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD). Tahun 2007 juga ditandai dengan langkah UMS menuju universitas kelas
dunia yaitu dengan dibukanya program Internasional kerjasama UMS dengan
Kingston University di Inggris untuk program studi automotive engineering dan
kerjasama UMS dengan Universiti Kebangsaan Malaysia untuk program studi
Bussiness Administration dan Medical Law. Sampai saat ini, UMS mengelola 42
(empat puluh dua) program studi dan 2 (dua) program internasional. Di samping
itu, UMS juga menyelenggarakan pendidikan profesi, seperti profesi Apoteker,
Psikologi, Advokat, Ners, dan Guru. Landasan untuk menuju universitas kelas
dunia semakin kuat dengan masuknya UMS dalam kelompok 50 Promissing
Indonesian Universities.
Program Sarjana[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta terdiri dari 12 Fakultas, antara lain:
Fakultas Kedokteran (FK)
Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Fakultas Teknik (FT) terdiri atas : Teknik Sipil (http://sipil.ums.ac.id),
Teknik Industri (http://industri.ums.ac.id), teknik kimia, teknik mesin, teknik
arsitektur, dan teknik elektro
Fakultas Ekonomi (FE)
Fakultas Hukum (FH)
Fakultas Farmasi (FF),
Fakultas Psikologi
Fakultas Geografi (FG)
Fakultas Agama Islam (FAI)
Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) - terdiri atas dua program studi:
Ilmu Komunikasi dan Teknik Informatika. Spesialisasi Program Studi Ilmu
Komunikasi adalah pada bidang Periklanan, Penyiaran dan Public Relations,
sedangkan spesialisasi Program Studi Teknik Informatika adalah Sistem
Informasi, Sistem Jaringan Komputer dan Sistem Rekayasa Perangkat Lunak.
Mulai tahun akademik 2009/2010, Program Studi Teknik Informatika juga
membuka kelas internasional.
Program Magister (S2)[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki 10 Program Pasca Sarjana:
Magister Manajemen (MM)
Magister Manjemen Pendidikan (MPd)
Magister Ilmu Hukum (MH)
Magister Teknik Sipil (MT)
Magister Psikologi
Magister Profesi Psikologi
Magister Pengkajian Bahasa dan Sastra
Magister Farmasi
Magister Teknik Mesin
Magister Akuntansi
Magister Pemikiran Islam (MPI)
Magister Pendidikan Islam (MPdI)
Magister Hukum Islam (MHI)
Sejarah
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan pada 24 Oktober 1981 sebagai
perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta.
Awalnya, UMS merupakan sebuah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Jakarta cabang Surakarta yang didirikan tahun 1957.
Saat itu, beberapa jurusan dibuka adalah Pendidikan Umum, Ekonomi Umum
dan Islamic Studies-Pendidikan Agama Islam- tingkat Sarjana Muda.
Setelah mendapatkan ijin berdiri di tahun 1965, FKIP Muhammadiyah Cabang
Surakarta menjadi dua lembaga pendidikan tinggi, yaitu Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Surakarta dan Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM).
Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta
menambah satu jurusan lagi, yaitu Civic Hukum. Selain itu, di tahun yang sama,
IKIP Muhammadiyah Surakarta mendapat ijin sebagai induk PerguruanTinggi
Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri IKIP Muhammadiyah Klaten,
Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates, Temanggung, Wonogiri,
Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan, Purbalingga, Wonosari, dam
Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang tersebut akhirnya berdiri sendiri
menjadi perguruan tinggi yang mandiri.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Sehingga dua tahun setelahnya, 1981, IKIP Muhammadiyah Surakarta
berganti nama menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat itu, UMS
mengelola beberapa fakultas, seperti FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum,
Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam (FAI). Kemudian, sejalan dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, beberapa fakultas dikembangkan dengan
membuka jurusan baru, hingga saat ini UMS mengelola 47 (empat puluh tujuh)
program studi dengan program studi S1, S2 hingga S3.
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal 24 Oktober
1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta dan Institut
Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Surakarta.
Secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta yang didirikan
pada tahun 1957. Para perintisnya antara lain Ibu Sudalmiyah Suhud Rais, Bapak
Radjab Bulan Hadipurnomo, Bapak Muhammad Syafaat Habib, Ibu Sulastri Gito
Atmodjo, dan KH Syahlan Rosyidi.
Pada tanggal 18 September 1958, lembaga tersebut diresmikan oleh Bapak Wali
Kota Madya Surakarta H.M. Shaleh Werdhisastro. Pada saat diresmikan,
perguruan tinggi ini baru memiliki 51 mahasiswa, 6 orang karyawan dan 7 orang
dosen. Aset tersebut modal awal berdirinya FKIP Universitas Muhammadiyah
Jakarta Cabang Surakarta yang berlokasi di Jalan Overste Sudiarto Nomor 60
Surakarta.
Sebagai Dekan (Rektor saat itu) adalah Prof. Drs. Abdullah Sigit, Guru Besar
Universitas Gadjah Mada dan sekretarisnya Bapak Drs. M. Syafaat Habib.
Adapun jurusan yang dibuka adalah Pendidikan Umum, Ekonomi Umum dan Islamic
Studies-Pendidikan Agama Islam tingkat Sarjana Muda, dengan status
terdaftar.
Pada tahun 1963, jurusan-jurusan tersebut mendapatkan status disamakan
(mendapatkan penghargaan sama dengan ijazah perguruan tinggi negeri yang
setaraf untuk tingkat Sarjana Muda) berdasarkan surat keputusan Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 106/A tahun 1963.
Pada tahun 1965, FKIP Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta
mendapatkan ijin untuk berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan
Tinggi, yaitu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah
Surakarta, di bawah koordinasi Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan dan Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) di bawah
koordinasi Departemen Agama. IKIP Muhammadiyah Surakarta berdiri dengan
jurusan-jurusan Pendidikan Umum (PU), Ekonomi Umum (EU) berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perguruan tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 337/B-
SWT/1965, dan IAIM dengan jurusan Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam dan
Jurusan Ushuluddin/Perbandingan Agama bersadarkan Keputusan Menteri Agama
nomor 21 tahun 1966.
Tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta menambah satu jurusan yaitu Civic
Hukum (CH) dengan status Terdaftar dan mendapatkan ijin sebagai induk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri dari IKIP
Muhammadiyah Klaten, Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates,
Temanggung, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan,
Purbalingga, Wonosari, dan Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang
tersebut akhirnya berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi yang mandiri seperti
IKIP Muhammadiyah Purwokerto, IKIP Muhammadiyah Purworejo dan IKIP
Muhammadiyah Magelang.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud dengan turunnya SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0330/O/1981 tentang berubahnya status
IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS).

Вам также может понравиться