Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Berdirinya Muhammadiyah
7 Votes
Materi 1
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada
Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia
sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan
ukhrawi.
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut
ajaran Islam.
b. Akhlak
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW,
tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah:
Materi 2
Pendidikan adalah usaha sadar dalam suatu proses untuk menuju kedewasaan, kedewasaan
yang dimaksud adalah kemampuan untuk membedakan antara hak dan kewajiban, benar
dan salah. Dalam pandangan lain Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan
dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian
orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal.
Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu
pendidikan saya." Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam --
sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi.
Kegagalan pendidikan dikarenakan adanya pengaruh yang tidak baik, dan pengaruh yang
tidak baik ini bersumbr dari pengaruh iblis. Islam mengajarkan agar setiap manusia
mengenal sifat-sifat iblis dan tugasnya. Ada tiga tugas iblis ditinjau dari pandangan
Islam, yaitu:
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. (Al-Anaam: 88)
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
Bentuk-bentuk kesyirikan yang biasa dilakukan ditengah-tengah umat manusia antara lain
a) Berdoa meminta suatu maslahat(kebaikan) atau dijauhkan dari mudharat (bahaya)
kepada kuburan para nabi-nabi, kuburan para orang-orang shalih, atau kuburan orang-
orang yang dianggap berwibawa dan sakti dan lainnya, atau kemudian bernadzar dan
menyembelih hewan untuk mereka(orang yang sudah mati).
b) Mempercayai dan mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang
ramal dan yang sepertinya dan meminta perlindungan dan bantuan kepada jin-jin.
c) Mempercayai jimat, tongkat, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang sakti, ramalan
bintang, dan lainnya.
d) Mempercayai dan menggunakan jampi-jampi, pelet, guna-guna dan lain-lain.
Rasulullah mengajarkan kepada kita tentang haramnya jimat, ramalan, sihir dan
perdukunan (kahin) dan berbagai macam kesesatan tersebut dan agar kita umat Islam
menjauhinya, meninggalkannya dan menyadarkan orang-orang yang masih saja
mempercayai dan melakukannya untuk segera bertaubat. Beberapa sabda Rasulullah yang
artinya:
Bukan dari golongan kami orang-orang yang bertathayyur (meramal kesialan) atau minta
dilakukan tathayyur terhadapnya, atau orang yang melakukan praktek perdukunan atau
mendatangi dukun (menanyakan hal yang akan datang), atau melakukan sihir atau mantra
disihirkan.
Barang siapa mendatangi dukun lalu ia mempercayai apa yang dikatakannya, berarti dia
telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW (HR At-
Thabrani)
Ibnu Masud. ra mengatakan, Barang siapa mendatangi peramal atau tukang sihir atau
dukun, lalu dia bertanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka dia telah kufur
terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW. (HR Al-Bazzar)
Siapa yang mendatangi peramal/dukun(kahin), lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu,
niscaya shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari (HR Muslim)
Dari Ibnu Masud, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya
jampi-jampi, jimat-jimat dan tiwalah itu syirik.(HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa
menggantungkan suatu jimat maka Allah tidak menyempurnakan banginya dan barangsiapa
menggantungkan siput maka Allah tidak menjaganya.(Hr Ahmad)
Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan. Para Sahabat bertanya, Wahai
Rasulullah, apakah ketujuh dosa besar itu? Beliau menjawab: Syirik kepada Allah, sihir,
dan membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan,
memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat terjadi peperangan
dan menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang telah bersuami dan menjaga diri, yang
tengah lengah.(Hr Bukhari dan Muslim)
Barang siapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari
sebagian dari ilmu sihir; semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari), semakin bertambah
pula dosanya. ( HR Abu Dawud dan ibnu Majah ).
Bentuk-bentuk kesesatan yang dijelaskan oleh Rasulullah tersebut diatas, kadang-kadang
ditengah-tengah masyarakat awam masih saja dianggab sebagai kebanggaan dan sebagai
kekuatan linuwih atau kemampuan indra keenam dan indra ketujuh yang diagung-agungkan.
Karena untuk mendapatkannya kadang-kadang dilakukan dengan menjalankan laku-laku
tertentu semisal puasa terus menerus, kungkum di pertemuan sungai-sungai, mandi bunga
setaman, berkhalwat di tempat yang diyakini sakral, angker dan wingit (berenergi tinggi)
dst.
Bila Allah SWT lewat Rasulullah SAW melarang sesuatu perbuatan, maka pasti
didalamnya terkandung bahaya-bahaya yang mencelakakan jiwa atau raga manusia
termasuk keimanannya.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.Q.S (31) Luqman: 18.
Materi 3
Ibadah yang merupakan rukun Islam kedua ini memang salah satu bagian dari agama Islam
yang amat mendasar. Meskipun pembahasan tentang ibadah shalat cukup banyak beredar
dimasyarakat. Namun yang praktis dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw sulit
didapatkan.
Terinspirasi dari hadits Nabi Saw: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku
Shalat. yang kemudian menjadi salah satu prinsip dalam ibadah shalat, Maka buku ini
hadir sebagai Panduan Shalat Praktis, yang disusun sesuai dengan Sunnah Rasulullah Saw
yang shahih,
Semoga kehadiran buku ini dapat menjadi pegangan bagi kaum muslimin dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
PENGERTIAN SHALAT
Menurut bahasa shalat berarti doa atau rahmat. Sedangkan menurut istilah shalat adalah
sebuah ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan
takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.[1] Sedangkan menurut ahli tasawwuf, shalat
merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala, hingga
menumbuhkan rasa takut dan tunduk kepada-Nya, serta menumbuhkan kesadaran akan
keagungan dan kebesaran-Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
KEDUDUKAN SHALAT
Di dalam Islam, shalat adalah amal ibadah yang memegang peranan yang sangat vital
dalam proses pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya, sehinngga shalat memiliki
kedudukan yang sangat istimewa untuk umat Islam, yakni antara lain:
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, yang
perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah saw pada malam Isra Miraj.[2]
2. Shalat merupakan tiang agama.[3]
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab (hitung) pada hari kiamat.[4]
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh (dewasa) dan
berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, maka iya telah syirik dan
kufur.[5]
TATA CARA SHALAT WAJIB
Ada banyak hadits yang menjelaskan tentang tata cara shalat secara lengkap, mulai dari
berdiri hingga akhir. Untuk menghindari penyimpangan (bidah) didalam pelaksanaan
shalat, maka disini akan dijelaskan tentang bagaimana tata cara shalat Rasulullah saw.
Dari Malik bi Huwairis ra:
Rasulullah saw bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.[6]
Dengan demikian mulai dari cara berdiri, cara mengangkat tangan, cara meletakan tangan,
cara ruku, cara sujud dan seterusnya sampai kepada salam, semuanya harus berdasarkan
pada cara shalat Nabi saw, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits-hadits yang
shahih.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.[7]
Menaati Rasululullah saw, berarti kita telah menaati Allah Swt. Karena Allah berfirman
dalam Al Quran:
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah.[8]
Adapun cara shalat wajib yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, sebagai berikut:
1. Berdiri tegak menghadap kiblat[9] dengan niat ikhlas karena Allah[10] (tanpa
melafadzkan kalimat "ushalli... dst" karena hal tersebut tidak ada dalilnya).
2. Bertakbir: Allahu Akbar[11] seraya mengangkat kedua telapak tangan dan ibu jari
mendekati telinga.[12]
3. Bersedekap: Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan kirimu, serta
pergelangan dan lengannya[13] diatas dada,[14] lalu menggenggamnya.[15]
*
*
* *
*
*
Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maaliki Yaumiddiin. iyyaaka
na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdnash-shiro-thol mustaqiim. Shiro-tholladziina an'amta
'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladhdho-llin.
Artinya:
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang
menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-
orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Dan setelah itu membaca amin.[25]
A-miin
Artinya:
(Kabulkanlah permohonanku)
Subhaana robbiyal a-dhiim 3x
Artinya:
(Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung).[32]
Dapat juga membaca:
Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-uuh
Artinya:
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))[33]
Keterangan:
Disaat ruku silahkan memilih salah satu dari ketiga bacaan diatas. Jika saat ruku kita
membaca pilihan doa yang pertama (Subhaanaka Allaahumma...), maka disaat sujud pun
kita membaca bacaan yang sama, kecuali pada pilihan doa yang kedua (subhaana robbiyal
adhim), karena bacaan doa sujudnya berbeda. Dan untuk bacaan subhaana robbiyal adhim,
disini tidak memakai tambahan wa bihamdihi, karena tambahan tersebut, bersumber dari
hadits dhaif, sementara yang bersumber dari hadits shahih tidak memiliki tambahan
tersebut.
9. Itidal (berdiri tegak)
Setelah ruku angkatlah kepala untuk berdiri tegak (itidal) dengan sempurna dan tenang
(thumaninah),[34] sambil mengangkat kedua tanganmu seperti dalam posisi takbiratul
ihram,
Atau membaca:
Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-ruuh"
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))[45]
-
-
"Dari Abu Hurayrah, bahwa jika Rasulullah saw berdiri dari rakaat kedua, beliau tidak
diam melainkan memulai bacaan dengan Alhamdulillahi rabbil alamiin [50]
Tasyahud Awwal.
Setelah sujud yang kedua kalinya pada rakaat kedua, maka bangunlah untuk duduk
tasyahud awwal.
Duduklah diatas bentangan kaki kirimu, sementara telapak kaki kanan di tegakkan dengan
jari kaki kanan menghadap qiblat.[51]
Letakkanlah kedua tanganmu diatas kedua lututmu lalu julurkan jari-jari tangan kirimu,
sedangkan jari tangan kananmu dalam posisi mengepal, yakni menggenggam jari kelingking,
jari manis dan jari tengah, serta mengacungkan jari telunjuk (seperti menunjuk) dan ibu
jari berada tepat diatas jari manismu.[52]
Adapun kapan jari telunjuk diacungkan, yaitu disaat kita mulai membaca doa tasyahud
sampai selesai. Dan mengenai posisi duduk tasyahud awwal dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
"Attahiyyaatu lillaah wash-sholawaatu wath-thoyyibaat, assalaamu 'alaika ayyuhan
nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish
shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhuuwa
rosuuluh".
Artinya:
(Segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebagusan adalah kepunyaaan Allah. Semoga
keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah.
Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-
baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
itu hamba dan utusan-Nya).[54]
"Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa a-li Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibro-
hiim wa a-li Ibro-hiim, wa baarik 'alaa Muhammad wa a-li Mulhammad, kamaa baarokta
'alaa Ibraahiim wa a-li Ibro-iim, innaka hamiidum majiid"
Artinya:
(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya
Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia).[55]
Kemudian bacalah doa tasyahud serta shalawat kepada Nabi. Bacaannya sama seperti
pada waktu tasyahud awal.
22. Doa Setelah Shalawat pada Tasyahud akhir
Setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir maka berdoa memohon perlindungan
dengan membaca:
"Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannama wa min 'adzaabil qobri wa min
fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal".
Artinya:
(Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa qubur, begitu
juga dari fitnah hidup dn mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal).[60]
23.Salam
Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan kekiri,.[61]
Sambil membaca:
Assalaa-mu alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh
Artinya:
(Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkat Allah)[62]
________________________________________
[1] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah I, h. 93
[2] HR. al-Tirmidzi 1/417: 213. Hadits ini berkualitas hasan shahih
[3] HR. al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Bayhaqiy, al-Thabrani, dari Muadz
dengan kualitas hasan shahih. Sementara dalam riwayat al-Bayhaqiy dan al-Daylami
dikatakan bahwa al-shalatu imaadud diin artinya shalat adalah tiangnya agama, tapi
sanad hadits tersebut dhaif karena terputus. Namun karena memiliki banyak jalur maka
hadits ini saling menguatkan satu sama lainnya.
[4] HR. al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Thabrani. Dalam riwayat al-
Thabrani memiliki tambahan jika shalatnya baik, maka baiklah semua amalannya, jika
shalatnya rusak maka rusaklah semua amalannya.
[5] HR. Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasaiy, Ahmad dari Jabir dengan kualitas shahih.
Kemudian HR. Ahmad, al-Bazzar dari Buraydah ra, dengan kualitas hasan.
[6] HR. Bukhariy, (595); ad-Darimiy, (1225); Ibn. Hibban, (541, 503); al-Baihaqiy (345);
ad-Daruquthniy (273); asy-Syafii, (55)
[7] Qs. Al-Israa : 36
[8] Qs. An-Nisaa : 80
[9] Qs. Al-Baqarah [2] : 238
[10] lihat footnote no. 2
[11] HR. Ibn. Majah, (795); Ibn. Hibban (179, 187); al-Baihaqiy, (137). Hadits ini
berkualitas sahih lidzatihi.
[12] HR. Muslim, (588, 589); al-Bukhari, (695); an-Nasaiy, (870, 871, 1014, 1046, 1075);
Abu Dawud, (636); Ibn Majah, (849), Ahmad Ibn Hambal, (15046, 19626); al-Darimiy,
(1223), Hadits ini bernilai shahih lidzatihi.
[13] HR. an-Nasaiy, Sunan (al-Iftitah, 879); Ahmad, (Musnad, 18115); al-Baihaqiy (Sunan
al-Kubra, II: 28; Sunan al-Sughra, I: 241); Ibn Hibban, (Shahih, V: 170), dan Ibn
Khudzaimah, (Shahih, I: 243). Hadits ini berkualitas shahih.
[14] HR. Ibn Khudzaimah, (Shahih, I: 243), dalam pandangan Ibn. Khudzaimah, hadits ini
berkualitas shahih.
[15] HR. Ibn. Khudzaimah, dalam kitab shahih Ibn. Khudzaimah (tahqiq al-Adzami I/242:
478). Hadits ini berkualitas hasan, dan dapat dipakai sebagai dalil.
[16] Ada beberapa macam bacaan doa iftitah yang lain yang pernah diajarkan oleh Nabi.
Akan tetapi yang pernah dibacakan oleh Nabi didalam shalat wajib hanyalah dua macam
doa iftitah yang diuraikan dalam buku ini.
[17] HR. Bukhariy, (702), Imam Muslim, (940), al-Nasaiy, (885), Abu Dawud, (663), Ibn
Majah, Sunan (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, 797), Ahmad (6867, 10005), dan al-
Darimiy, (1216). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi, sehingga dapat dipergunakan
sebagai dalil.
[18] HR. Muslim (1290); al-Tirmidzi, (3343, 3344, 3345), al-Nasaiy (887), Ibn Majah,
(854), Ahmad ibn Hanbal (764), al-Darimiy, (1210). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi
dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[19] Qs al-Muzzammil [73] : 5
[20] Mayoritas Ulama berpendapat membaca taawwudz cukup dibaca sekali sebelum
membaca surat al-Fatihah di rakaat pertama. Lihat mushannaf Abd al-Razzaq oleh al-
Adzami, juz 2, hal. 86, no. 2587-2589)
[21] HR. Al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi (al-Shalat, 225); Abu Dawud, (658);
Ahmad Ibn. Hanbal (11047); dan Ibn Khudzaimah (238). Hanya saja kualitas hadits ini
masih diperselisihkan. Namun demikian hadits-hadits ini diperkuat dengan keumuman dalil
Qs. An-Nahl [16] : 98, artinya: 98. Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
[22] Mayoritas sahabat dan ulama selain Imam al-Syafii, pada umumnya memilih untuk
tidak mengeraskan bacaan basmalah saat membaca al Fatihah. Karena ini didasarkan pada
riwayat Anas bin Malik dan Abdullah bin Mughaffal al-Muzani ra, bahwa: Aku shalat
bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, bahwa: aku tak mendengar satu
pun diantara mereka yang (mengeraskan) membaca bismillaahir-rahmaanir-rahiim (HSR.
Muslim, 399a; al-Nasaiy, 907; Ahmad, 13919.
[23] HR. an-Nasai (895), al-Baihaqiy (Sunan al-Sughra, I: 251; Sunan al-Kubra, 11: 46), al-
Daruquthni (Sunan, 1:305), al-Hakim (Syi'ar Ashab al-Hadis, 1:41), dan al-Haitsamiy,
(1:125). Dan hadits ini juga dinukilkan dalam kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-
'Asqalniy (II: 267). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[24] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (714), Muslim (595, 597), Tirmidzi (230), al-
Nasaiy (901, 902), Abu Dawud (700), dan Ibn Majah (828). Hadis ini berkualitas shahih,
apalagi hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dan para mukharrij hadis yang lain akan
semakin menambah kekuatan hadis ini sebagai dalil.
[25] HR. al-Bukhariy, (738), Muslim, (618), al-Tirmidzi, Sunan (al-Shalat: 232), al-Nasaiy,
(919), Abu Dawud, (801), Ibn Majah, (841), Ahmad ibn Hanbal (6946, 9541), Malik (182).
Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[26] HR. al-Bukhariy, (734, 717); Muslim, (685, 687); al-Nasaiy, (966); Ahmad Ibn
Hanbal, (21569) dan al-Darimiy (1260). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat
dipergunakan sebagai dalil.
[27] Qs. Al-Maauun [107] : 1-7
[28] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[29] HR. Al-Bukhariy terdapat dalam dua tempat pada kitab shahih al-Bukhariy (al-
Adzan: 747 dan 761) dan diriwayatkan oleh Muslim, dalam Kitab shahihnya (al-Shalat:
591); serta Ahmad bin Hanbal (Musnad: 9474). Hadits ini bekualitas shahih dan dapat
dipergunakan sebagai dalil.
[30] HR. Al-Bukharyi, dalam kitab shahih al-Bukhariy (al-Adzan: 785). Hadits ini
berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[31] HR. Bukhariy, (752, 775; 3955; 4585). Muslim, (746), Nasaiy, (1110,1111), Abu
Dawud, (743), dan Ahmad ibn Hanbal (23034). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat
dipakai sebagai dalil.
[32] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasaiy, (1036), Tirmidzi (243), Abu Dawud, (737),
Ibn Majah, (878), Ahmad, (22175), dan Darimiy, (1273). Hadits ini berkulaitas shahih,
kecuali riwayat Tirmidzi berkualitas hasan shahih, namun semuanya dapat dipakai sebagai
dalil.
[33] Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab Shahihnya (752), Al-Nasaiy (1122),
Abu Dawud (738), dan Ahmad ibn Hanbal (22934/ 23489, 23699, 23991, 24009, 24428,
25090). Hadits ini shahih dan bisa dipakai sebagai dalil.
[34] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, (715, 751, 5786, 6174), Muslim, (602),
Tirmidzi, (279), Nasaiy, (873), Abu Dawud, (730), Ibn Majah, (1050), dan Ahmad ibn
Hanbal (9260).
[35] Sumber hadits lihat footnote no. 50
[36] Diriwayatkan oleh al-Bukhariy (757), al-Nasaiy (1052), Abu Dawud (654), Ahmad ibn
Hanbal (18226), dan Malik (442). Hadits ini berkualitas shahih, dapat dipergunakan
sebagai dalil.
[37] HR. Muslim dalam kitab shahih Muslim (al-Shalat: 733) dengan berkualitas shahih
sehingga dapat dipakai sebagai dalil.
[38] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[39] HR. Al Bukhariy (705); Muslim (887, 888); al-Nasaiy, (876). Hadits ini berkualitas
shahih.
[40]Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasaiy (1077,1142), Tirmidzi (248), Abu Dawud
(713), Ibn Majah (872), ad-Darimiy (1286), Ibn Khuzaimah (I:319), Ibn Hibban (V: 237),
dan al-Baihaqiy(II: 98). Hadits ini berkualitas shahih.
[41] HR. Al-Bukhari (377, 765, 3300); Muslim (764); al-Nasaiy (1094) dan Ahmad
(21845). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[42] HR. Muslim (763) dan Ahmad Ibn. Hanbal (17760, 17858), dengan kualitas shahih
menurut Imam Muslim.
[43] Sumber dalil lihat footnote no.31
[44] Sumber dalil lihat footnote no.32
[45] Sumber dalil lihat footnote no.33
[46] HR. Al-Tirmidzi (262), dengan kualitas shahih.
[47] Sumber bacaan berdasarkan hadits pada footnote no.46
[48] Lihat footnote no. 31, 32,33
[49] HR. Al-Bukhariy (780); al-Tirmidzi (264); al-Nasaiy (1140); Abu Dawud (718).
Kualitas hadits ini shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[50] Hal tersebut sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab
shahihnyal: (al-Masajid wa Mawadhi al-Shalat: 941), dengan kualitas hadits adalah shahih
dan dapat dipakai sebagai dalil.
[51] HR. Al-Bukhariy dalam Kitab Shahihnya (al-Adzan: 785). Para perawi yang
meriwayatkan hadits ini adalah siqah, sehingga menjadikan hadits ini berkualitas shahih
lidzatihi dan dapat diakai sebagai dalil.
[52] HR. Muslim (909, 910, 912); al-Nasaiy (1358); Abu Dawud (838); Ahmad Ibn. Hanbal
(15518). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[53] Selain bacaan diata ada 4 bacaan lainnya yang dapat dipakai sebagai dalil.
[54]Hadis ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits, di antaranya adalah al-Bukhari
yang meriwayatkan tujuh kali di dalam Shahih al-Bukhari (788, 791, 1127, 5762, 5794,
5853, 6833), Muslim (609), al-Tirmidzi (266, 1123), Nasaiy sebanyak 10 kali (1150, 1151,
1152, 1153, 1154, 1155, 1156, 1157, 1158, 1281), Abu Dawud (825), Ibn Majah (889),
Ahmad ibn Hanbal (3381, 3439, 3858), dan ad-Darimiy (1306, 1307). Hadis ini bernilai
shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[55] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Syafi'iy dalam kitabnya al-Umm (Beirut, Dar al-
Ma'rifah: 1393, Juz I, hal. 117) dengan sanadnya sendiri. Hadis ini berkualitas shahih.
[56] Bacaan ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (790, 5851, 6839), Muslim (4876), Tirmidzi
(3454), Nasaiy (1285), Ibn Majah (3825), dan Ahmad ibn Hanbal (8, 28). Hadits ini
berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[57] Yakni shalat maghrib
[58] Yakni dzuhur, Ashar dan Isya
[59] Hadits dari Abu Qatada ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Shahih (al-Adzan: 734,
717); Muslim, Shahih (al-Shalat: 685, 687); al-Nasaiy, Sunan (al-Iftitah: 966); Ahmad
Ibn Hanbal, (Musnad: 21569) dan al-Darimiy (al-Shalat: 1260). Hadits ini berkualitas
shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[60] Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya (924, 926); Abu Dawud
(al-Shalat: 833); Nasaiy (as-Shawi: 1293); Ibn. Majah (899) dan Ahmad Ibn. Hanbal
(9791). Kualitas hadits ini adalah Shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[61] HR. Muslim (916); al-Nasaiy (1300); Ahmad ib Hanbal (1403, 1481) dan al-Darimiy
(1311). Hadits ini berkualitas shahih. Daat di pakai sebagai dalil.
[62] Al-Shananiy, Subul al-Salam, Juz. I/h. 301; dan Ibn. Haqzm, Kitab al-Muhalla,
Juz.III/h. 375.
[63] HR. Muslim 3242 dan 3243. Dan disepakati juga oleh Bukhariy.
Pendidikan
Sebagai suatu disiplin ilmu, karena pendidikan tidak bebas nilai dan mempunyai
setting standard.
Memiliki norma.
Ilmu-ilmu lain bebas nilai dan relatif terhadap bidang yg dipelajari.
Ilmu pendidikan ; Ilmu pengetahuan empiris, rohani, normatif yang diangkat dari
pengalaman pendidikan, yang disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis dan diarahkan pada perbuatan mendidik sesuai dengan tujuan dan norma-
norma.
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ;
- Pendidikan merupakan selubung (shield) dari ilmu pendidikan.
- Dalam pendidikan tidak harus memiliki pengetahuan ilmiah.
- Ilmu pendidikan merupakan inti dari pendidikan, karena ilmu pendidikan harus
memiliki pengetahuan ilmiah
Pendidikan
- Membicarakan bagaimana mendidik yang baik, sehingga berhasil.
- Melakukan kegiatan / tindakan / proses pendidikan yang sesungguhnya.
Ilmu Pendidikan
- Membahas / membicarakan tentang masalah-masalah / persoalan-persoalan
dalam pendidikan dan kegiatan mendidik.
- Ilmu pendidikan mengandung unsur keilmuan dan pendidikan.
Ilmu Pendidikan
- Merupakan ilmu terapan.
- Merupakan disiplin ilmu yang independent (berdiri sendiri) dan terapan terhadap
bidang / disiplin ilmu lain / ilmu murni.
- Ilmu-ilmu yang mendasari ilmu pendidikan / ilmu terapan tersebut adalah :
- Psikologi, karena mengajarkan tentang perkembangan manusia secara fisik
maupun mental.
- Antropologi, karena mengkaji tentang asal usul manusia.
- Filosofis, karena mengkaji tentang hakikat manusia seutuhnya.
- Biologi, mengkaji manusia dan alam sekitar.
- Sosiologi, mengkaji manusia secara individu dan hubungannya dgn manusia lain.
Unsur keilmuan terdiri dari :
- Bidang ilmu ekonomi, fisika, agama, kimia, biologi, sosiologi, psikologi, antropologi,
bahasa, matematika, statistik, dll.
- Perangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yaitu suatu sistem
berteori untuk melihat dan mendekati berbagai jenis fenomena dan permasalahan
yang meliputi : asumsi, postulat, hipotesis, hukum, penalaran.
- Metode ilmiah.
Unsur Pendidikan merupakan suatu Sistem, terdiri dari ;
- Tujuan dan prioritas Guru/ pelaksana pendidikan
- Kurikulum Isi / bahan / sumber
- Obyek didik Teknologi media
- Manajemen Penelitian
- Struktur Biaya pendidikan
- Pengendalian mutu
Fungsi Ilmu Pendidikan
- Menguraikan masalah-masalah pokok pendidikan.
- Membentuk pribadi para pendidik dan calon pendidik, agar dapat berpikir logis,
kritis dan berperasaan tajam serta berkemauan keras.
- Yang meliputi :
- Pendidikan Formal.
- Pendidikan Non Formal.
- Pendidikan Informal.
Pendidikan dalam masa Kolonial Pada tahun 1602 Belanda mendirikan VOC yang
memiliki dasar dan tujuan pendidikan sebagai perusahaan dagang, sehingga
wajar VOC memiliki tujuan komersial, yang terdiri dari : Pendidikan Dasar,
Sekolah Latin Bahasa Latin, Seminarium Theological, dan Akademi Pelayaran.
Pendidikan dalam masa Ki Hajar Dewantoro Ki Hajar Dewantoro adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu Lembaga Pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bias memperoleh hak pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ki Hajar dewantoro
juga menentukan semboyan bagi pendidik, antara lain : Ing Ngarso Sung
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Pendidikan dalam masa Jepang Jepang memperkenalkan militerisme dengan
landasan ideal pemerintahannya di Indonesia. Dalam masa jepang ini ada inovasi
yang paling penting adalah pendidikan merupakan hak semua warga Negara,
pengadaan buku, dan rindunya bangsa Indonesia kepada kemerdekaan, dan
pendidikan yang merata dengan system administrasi yang lancer.
Pendidikan dalam masa Kemerdekaan hingga tahun 1967 Demokrasi terpimpin
(1955-1967) ke masa pemerintahan Orde baru (1967-1998) sampai periode
reformasi dengan menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sesudah perang Dunia II sampai dengan pertumbuhan teknologi mutakhir.
Pendidikan dalam masa Orde Baru Pendidikan Nasional Indonesia tahun 1966-
1969 ( zaman Orde Baru ). Orde baru adalah tatanan seluruh perikehidupan
rakyat, bagsa, dan Negara Indonesia berdasarkan kemurnian Pancasila dan UUD
1945, dengan tujuan mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan dalam masa era Pemerintahan Reformasi sampai sekarang Dalam
masa reformasi sampai sekarang system pendidikan di Indonesia telah banyak
mengalami perubahan-perubahan, yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik pada khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah perumusan matan keyakinan cita-cita hidup
muhammadiyah.
2. Mengetahui isi dari MKHCM.
3. Mengetahui Definisi dan fungsi Aqidah islam.
4. Mengetahui hubungan aqidah dan matan keyakinan cita-cita hidup
muhammadiyah.
5. Mengetahui Gerakan Muhammadiyah di Bidang Kesehatan, Bidang Ekonomi dan
Bidang Politik.
BAB II
PEMBAHASAN
Situs http://www.ums.ac.id
web
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan satu dari 164
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan satu di antara 1.890 Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia. UMS ini terletak di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Kartasura, Sukoharjo). Amal usaha bidang
pendidikan ini bertekad mewujudkan kampus sebagai "Wacana Keilmuan dan
Keislaman", yakni mampu menumbuhkan budaya islami yang menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi nilai-nilai keislaman. Sikap kerja
keras, jujur, ikhlas, sabar, berintegritas tinggi, berpikiran positif, rasional,
objektif, adil dan berhati bersih sebagai landasan moral pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan ilmu-ilmu keislaman senantiasa ditanamkan kepada
seluruh civitas akademik UMS untuk menyongsong era globalisasi. Era globalisasi
dan informasi menimbulkan interdependensi. Oleh karena itu, perguruan tinggi
memainkan peran yang menen-tukan dalam pembentukan kualitas sumberdaya
insani suatu bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan informasi. UMS tidak
bisa lepas dari tuntutan tersebut dan perlu menata diri untuk meningkatkan
keberlangsungan, daya juang, dan daya saing pada masa-masa mendatang
(sustainable competitive advantage).
Daftar isi
[sembunyikan]
1Sejarah
2Program Sarjana
3Program Magister (S2)
4Program Doktoral (S3)
5Pranala luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal 24 Oktober
1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta.
Sebelum menjadi UMS, secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang
Surakarta yang didirikan pada tahun 1957. Para perintisnya antara lain Ibu
Sudalmiyah Suhud Rais, Bapak Radjab Bulan Hadipurnomo, Bapak Muhammad
Syafaat Habib, Ibu Sulastri Gito Atmodjo, dan KH Syahlan Rosyidi.
Pada tanggal 18 September 1958, lembaga tersebut diresmikan oleh Bapak Wali
Kota Madya Surakarta H.M Shaleh Werdhisastro. Pada saat diresmikan,.
Perguruan Tinggi ini baru memiliki 51 mahasiswa, 6 orang karyawan dan 7 orang
dosen. Asset tersebut modal awal berdirinya FKIP Universitas Muhammadiyah
Jakarta Cabang Surakarta yang berlokasi di Jalan Overste Sudiarto Nomor 60
Surakarta.
Sebagai Dekan (Rektor saat itu) adalah Prof. Drs. Abdullah Sigit, Guru Besar
Universitas Gadjah Mada dan sekretarisnya Bapak Drs. M. Syafaat Habib.
Adapun jurusan yang dibuka adalah Pendidkan Umum, Ekonomi Umum dan Islamic
Studies-Pendidikan Agama Islam-- tingkat Sarjana Muda, dengan status
terdaftar.
Pada tahun 1963, jurusan-jurusan tersebut mendapatkan Status disamakan
(mendapatkan penghargaan sama dengan ijazah perguruan tinggi negeri yang
setaraf untuk tingkat Sarjana Muda) berdasarkan surat keputusan Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 106/A tahun 1963.
Pada tahun 1965, FKIP Muhammadiyah Cabang Surakarta mendapatkan izin untuk
berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan Tinggi, yaitu Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Surakarta, di bawah
koordinasi Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Institut
Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) di bawah koordinasi Departemen Agama.
IKIP Muhammadiyah Surakarta berdiri dengan jurusan-jurusan Pendidikan Umum
(PU), Ekonomi Umum (EU) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan
tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 337/B-SWT/1965, dan IAIM dengan jurusan
Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam dan Jurusan Ushuluddin/Perbandingan Agama
bersadarkan Keputusan Menteri Agama nomor 21 tahun 1966.
Tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta menambah satu jurusan yaitu Civic
Hukum (CH) dengan status Terdaftar dan mendapatkan izin sebagai induk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri dari IKIP
Muhammadiyah Klaten, Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates,
Temanggung, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan,
Purbalingga, Wonosari, dan Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang
tersebut akhirnya berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi yang mandiri seperti
IKIP Muhammadiyah Purwokerto, IKIP Muhammadiyah Purworejo dan IKIP
Muhammadiyah Magelang.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamd Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud dengan turunnya SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0330/O/1981 tentang berubahnya status
IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada tahun 1993, Prof. Abdul Malik Fajar menjadi Rektor UMS sampai dengan
1996. Prof. Malik merangkap antara UMS dan Univ Muhmammadiyah Malang,
prof. Malik Fajar kemudian hijrah ke Jakarta untuk menjadi dirjen di
departemen agama, menjadi mentere Agama, dan menjadi Mendiknas. Pada masa
Prof Malik banyak dilakukan terobosan sehingga program studi di UMS banyak
mendapat status disamakan.
Pada tahun 1996 sampai 2004 Prof. Dochak Latif menjadi rektor UMS. Prof
Dochak melanjutkan program Prof Malik Fajar mengembankan program program
studi baru, program paska sarjana dan Program studi kedokteran.
Tahun 2005 sampai sekarang Prof. Bambang Setiaji melanjutkan menjadi rektor
UMS. Program studi dibuka makin banyak sampai 52 program studi. Kerja sama
dengan luar negeri double degree dilakukan dengan 5 negara, UK, Australia,
Korea, Taiwan, dan USA. Manajmen dibenahi dengan mendirikan dana pensiun,
dana abadi, dan cash manajemen untuk perbaikan manajemen keuangan.
Sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat, beberapa fakultas
dikembangkan dengan membuka jurusan baru seperti Fakultas Ekonomi dengan
Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Teknik dengan Jurusan
Teknik Arsitektur, Elektro, Teknik Kimia, dan Teknik Industri. Pada tahun
1993/1994 UMS membuka program Pendidikan Ahli Madya Kesehatan (D3)
dengan Jurusan Keperawatan, Fisioterapi, Gizi, dan Kesehatan Lingkungan. Tahun
1995/1996 membuka Program Pasca Sarjana dengan program Magister Studi
Islam (MSI). Selanjutnya pada tahun 1999 membuka Fakultas Farmasi dan
Magister Manajemen (MM) serta tahun 2001 membuka Magister Ilmu Hukum,
Teknik Sipil, dan Manajemen Pendidikan. Pada tahun 2003/2004 dibuka program
S1 dan D4 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, dengan jurusan Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan, Fisioterapi, dan menyusul dibuka program studi Pendidikan Dokter
tahun akademik 2004/2005. Pada perkembangannya empat program studi
terakhir ini diintegrasikan dengan program D-3 Kesehatan dengan nama Fakultas
Ilmu Kedokteran. Pada tahun 2005, UMS mendapat izin untuk membuka program
Magister Psikologi dan di susul program Magister Pengkajian Bahasa tahun 2006.
Pada tahun 2006, FKIP membuka jurusan baru Program D2 Pendidikan Guru
Taman Kanak-Kanak (PGTK). Pada tahun 2006 juga dibuka Fakultas Komunikasi
dan Informatika dengan satu jurusan yaitu Ilmu Komunikasi, disusul dibukanya
jurusan Teknik Informatika (Perangkat Lunak) pada tahun 2007. Pada tahun
2007 FKIP juga membuka jurusan baru, yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD). Tahun 2007 juga ditandai dengan langkah UMS menuju universitas kelas
dunia yaitu dengan dibukanya program Internasional kerjasama UMS dengan
Kingston University di Inggris untuk program studi automotive engineering dan
kerjasama UMS dengan Universiti Kebangsaan Malaysia untuk program studi
Bussiness Administration dan Medical Law. Sampai saat ini, UMS mengelola 42
(empat puluh dua) program studi dan 2 (dua) program internasional. Di samping
itu, UMS juga menyelenggarakan pendidikan profesi, seperti profesi Apoteker,
Psikologi, Advokat, Ners, dan Guru. Landasan untuk menuju universitas kelas
dunia semakin kuat dengan masuknya UMS dalam kelompok 50 Promissing
Indonesian Universities.
Program Sarjana[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta terdiri dari 12 Fakultas, antara lain:
Fakultas Kedokteran (FK)
Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Fakultas Teknik (FT) terdiri atas : Teknik Sipil (http://sipil.ums.ac.id),
Teknik Industri (http://industri.ums.ac.id), teknik kimia, teknik mesin, teknik
arsitektur, dan teknik elektro
Fakultas Ekonomi (FE)
Fakultas Hukum (FH)
Fakultas Farmasi (FF),
Fakultas Psikologi
Fakultas Geografi (FG)
Fakultas Agama Islam (FAI)
Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) - terdiri atas dua program studi:
Ilmu Komunikasi dan Teknik Informatika. Spesialisasi Program Studi Ilmu
Komunikasi adalah pada bidang Periklanan, Penyiaran dan Public Relations,
sedangkan spesialisasi Program Studi Teknik Informatika adalah Sistem
Informasi, Sistem Jaringan Komputer dan Sistem Rekayasa Perangkat Lunak.
Mulai tahun akademik 2009/2010, Program Studi Teknik Informatika juga
membuka kelas internasional.
Program Magister (S2)[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki 10 Program Pasca Sarjana:
Magister Manajemen (MM)
Magister Manjemen Pendidikan (MPd)
Magister Ilmu Hukum (MH)
Magister Teknik Sipil (MT)
Magister Psikologi
Magister Profesi Psikologi
Magister Pengkajian Bahasa dan Sastra
Magister Farmasi
Magister Teknik Mesin
Magister Akuntansi
Magister Pemikiran Islam (MPI)
Magister Pendidikan Islam (MPdI)
Magister Hukum Islam (MHI)
Sejarah
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan pada 24 Oktober 1981 sebagai
perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta.
Awalnya, UMS merupakan sebuah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Jakarta cabang Surakarta yang didirikan tahun 1957.
Saat itu, beberapa jurusan dibuka adalah Pendidikan Umum, Ekonomi Umum
dan Islamic Studies-Pendidikan Agama Islam- tingkat Sarjana Muda.
Setelah mendapatkan ijin berdiri di tahun 1965, FKIP Muhammadiyah Cabang
Surakarta menjadi dua lembaga pendidikan tinggi, yaitu Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Surakarta dan Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM).
Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta
menambah satu jurusan lagi, yaitu Civic Hukum. Selain itu, di tahun yang sama,
IKIP Muhammadiyah Surakarta mendapat ijin sebagai induk PerguruanTinggi
Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri IKIP Muhammadiyah Klaten,
Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates, Temanggung, Wonogiri,
Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan, Purbalingga, Wonosari, dam
Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang tersebut akhirnya berdiri sendiri
menjadi perguruan tinggi yang mandiri.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Sehingga dua tahun setelahnya, 1981, IKIP Muhammadiyah Surakarta
berganti nama menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat itu, UMS
mengelola beberapa fakultas, seperti FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum,
Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam (FAI). Kemudian, sejalan dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, beberapa fakultas dikembangkan dengan
membuka jurusan baru, hingga saat ini UMS mengelola 47 (empat puluh tujuh)
program studi dengan program studi S1, S2 hingga S3.
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di
bawah persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal 24 Oktober
1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta dan Institut
Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Surakarta.
Secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta yang didirikan
pada tahun 1957. Para perintisnya antara lain Ibu Sudalmiyah Suhud Rais, Bapak
Radjab Bulan Hadipurnomo, Bapak Muhammad Syafaat Habib, Ibu Sulastri Gito
Atmodjo, dan KH Syahlan Rosyidi.
Pada tanggal 18 September 1958, lembaga tersebut diresmikan oleh Bapak Wali
Kota Madya Surakarta H.M. Shaleh Werdhisastro. Pada saat diresmikan,
perguruan tinggi ini baru memiliki 51 mahasiswa, 6 orang karyawan dan 7 orang
dosen. Aset tersebut modal awal berdirinya FKIP Universitas Muhammadiyah
Jakarta Cabang Surakarta yang berlokasi di Jalan Overste Sudiarto Nomor 60
Surakarta.
Sebagai Dekan (Rektor saat itu) adalah Prof. Drs. Abdullah Sigit, Guru Besar
Universitas Gadjah Mada dan sekretarisnya Bapak Drs. M. Syafaat Habib.
Adapun jurusan yang dibuka adalah Pendidikan Umum, Ekonomi Umum dan Islamic
Studies-Pendidikan Agama Islam tingkat Sarjana Muda, dengan status
terdaftar.
Pada tahun 1963, jurusan-jurusan tersebut mendapatkan status disamakan
(mendapatkan penghargaan sama dengan ijazah perguruan tinggi negeri yang
setaraf untuk tingkat Sarjana Muda) berdasarkan surat keputusan Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 106/A tahun 1963.
Pada tahun 1965, FKIP Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta
mendapatkan ijin untuk berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan
Tinggi, yaitu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah
Surakarta, di bawah koordinasi Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan dan Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) di bawah
koordinasi Departemen Agama. IKIP Muhammadiyah Surakarta berdiri dengan
jurusan-jurusan Pendidikan Umum (PU), Ekonomi Umum (EU) berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perguruan tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 337/B-
SWT/1965, dan IAIM dengan jurusan Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam dan
Jurusan Ushuluddin/Perbandingan Agama bersadarkan Keputusan Menteri Agama
nomor 21 tahun 1966.
Tahun 1967, IKIP Muhammadiyah Surakarta menambah satu jurusan yaitu Civic
Hukum (CH) dengan status Terdaftar dan mendapatkan ijin sebagai induk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri dari IKIP
Muhammadiyah Klaten, Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates,
Temanggung, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan,
Purbalingga, Wonosari, dan Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang
tersebut akhirnya berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi yang mandiri seperti
IKIP Muhammadiyah Purwokerto, IKIP Muhammadiyah Purworejo dan IKIP
Muhammadiyah Magelang.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud dengan turunnya SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0330/O/1981 tentang berubahnya status
IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS).