Вы находитесь на странице: 1из 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA LAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT

PRAKTIKUM IV
PENENTUAN KOMPOSISI BOTANIS

NAMA : TENSI
NIM : I111 15 020
KELOMPOK : XV (LIMA BELAS)
GELOMBANG : IV (EMPAT)
ASISTEN : RIPANDI

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

Pakan hijauan yang diberikan pada ternak dapat diperoleh dari berbagai

sumber, padang penggembalaan atau pasture merupakan sebagai salah satu

contohnya. Padang penggembalaan atau pasture merupakan tempat

menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi

ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang

tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembua tanpa dan

penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas,

efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun.

Untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas padang penggembalaan

sebagai penyedia hijauan makanan ternak perlu diadakannya evalusi terhadap

padang penggembalaan tersebut. Di samping itu alas an dilakukan nya evalusai

adalah untuk mengotrol perkembangan pastura, mempertahankan komposisi

botani sesuai yang diharapkan, mempertahakan persediaan hijauan selama

mungkin, dan memperhatikan pula kelestarian lingkungan.

Pengukuran pada pasture merupakan cara evalusi yang cukup akurat baik

dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pengukuran pasture secara

langsung akan lebih memberikan gambaran akan keadaan pasture sebenarnya,

metode ini dapat dilakukan dengan penghitungan komposisi botani dengan

beberapa caranya, dengan mengukur produktivitasnya dan juga penghitungan

komposisi kimianya. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktek

lapang mengenai Penentuan Komposisi Botanis.


Rumusan Masalah

Rumusan masalah laporan praktek lapang mengenai penentuan kapasitas

botas sebagai berikur:

1. Bagaimanakah gambaran umum penggunaan padang penggembalaan ?


2. Bagaimanakah gambaran umum komposisi botanis ?
3. Bagaimanakah Metode Komposisi Botanis, Kualitas Hijauan Pada Padang

Penggembalaan, Komponen Spesies Rumput, Legum Dan Gulma Pada

Padang Penggembalaan ?
4. Bagaimanakah yang dimaksud dengan cara cuplikan ?
5. Apakah rumput pakan itu ?
6. Apakah legum hijauanitu ?
7. Bagaimanakah yang dimaksud dengan gulma ?

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenaipenentuan komposisi botani yaitu agar mahasiswa

dapat mempelajari cara mengukur produksi hijauan dan metode-metode yang

dilakukan dalam pengukuran kuantitas hijauan.

Kegunaan yang diperoleh dilakukannyapraktikum Tatalaksana Padang

Penggembalaan Peternakan Rakyatmengenai penentuan komposisi botaniyaitu

masyarakat atau petanipeternak dapat mengetahui jumlah produksi hijauannya ada

didaerah mereka.
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Penggunaan Padang Pengembalaan

Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana

tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang merenggutnya

menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Produktivitas hijauan pakan pada

suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lahan yang

memadai, dimana lahan tersebut harus mampu menyediakan hijauan pakan yang

cukup bagi kebutuhan ternak. Selain itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan air,

iklim dan topografi juga turut berpengaruh (Sawen dan Junaidi, 2011).

Padang penggembalaan ternak terdapat diberbagai kawasan di Indonesia

yang memiliki prospek dalam pembangunan peternakan. Pemanfaatan padang

penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan sudah lama dilakukan oleh

peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan. Untuk memperoleh pakan

hijauan bagi ternak yang dipeliharanya, peternak umumnya menggembalakan

ternaknya pada padang penggembalaan alami yang berada di sekitar tempat

tinggalnya. Pada kenyataannya, pemeliharaan ternak ruminansia dengan sistem

pemeliharaan tersebut cenderung memperlihatkan bahwa produksi yang

dihasilkan relatif rendah (Yoku., dkk. 2005).

Lahan padang penggembalaan dengan topsoil yang tipis dan kesuburan

rendah adalah factor utama penyebab ketidakcukupan nutrient bagi ternak. Upaya

meningkatkan produktivitas hijauan pakan ternak di kawasan padang

penggembalaan harus memenuhi beberapa prasarat, antara lain cukup air, tanah

subur, spesies dan varietas tumbuhan tanaman pakan ternak yang cocok dengan

kondisi tanah dan iklim sehingga dapat beradaptasi pada lingkungan serta
tatalaksana padang (pasture management) berwawasan holistic (Jarmani dan

Haryanto, 2015).

Gambaran Umum Komposisi Botanis

Komposisi botani adalah proporsi suatu spesies tanaman terhadap seluruh

tanaman yang tumbuh bersamanya.Indonesia memiliki iklim tropis yang

terdiridari dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujansehinga

perubahankomposisi botani hijauan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

sepertikesuburan tanah, ketersediaan air, dan naungan dari tajuk sawit (cahaya)

(Marga, 2016).

Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan

kualitas hijauan pakan. Analisis komposisi botani merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan adanya spesies-spesies tumbuhan tertentu serta

proporsinya di dalam suatu ekosistem padangan. Komposisi suatu padangan tidak

konstan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya

pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak. Padang

penggembalaan yang memiliki spesies hijauan yang bervariasi antara rumput dan

leguminosa terutama spesies tanaman yang berkualitas baik akan meningkatkan

kualitas hijauan pakannya (Yoku., dkk. 2005).

Proporsi spesies tumbuhan berdasarkan frekuensi ditemukannya terdiri

dari 53% rumput, 13% legum dan hijauan lain 34% untuk lokasi Sorong

sedangkan di Fakfak terdiri dari 56% rumput 30% legum dan hijauan lain 14%.

Kapasitas tampung padang penggembalaan alami di Kabupaten Sorong sebesar

6,64 UT/ha/tahun dan di Kabupaten Fakfak sebesar 4,94 UT/ha/tahun. Penelitian

lainnya yang dilakukan di Propinsi Papua menunjukkan padang penggembalaan


alam dengan komposisi botani sekitar 82 87% rumput, 1% legum dan hijauan

yang dapat dikonsumsi dan 12 - 17% hijauan lain yang tidak dapat dikonsumsi

ternak (Praptiwi., dkk. 2017).

Metode Komposisi Botanis, Kualitas Hijauan Pada Padang Penggembalaan,


Komponen Spesies Rumput, Legum Dan Gulma Pada Padang
Penggembalaan
Analisis komposisi botani merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menggambarkan adanya spesies-spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di

dalam suatu ekosistem padangan. Komposisi suatu padangan tidak konstan, hal ini

disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim,

kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak. Padang penggembalaan yang

memiliki spesies hijauan yang bervariasi antara rumput dan leguminosa terutama

spesies tanaman yang berkualitas baik akan meningkatkan kualitas hijauan

pakannya (Yoku., dkk. 2005).

Secara umum, padang penggembalaan adalah areal untuk

menggembalakan ternak ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan

(grazing) dalam mendukung efisiensi tenaga kerja dalam budidaya ternak. Dengan

sistem ternak diumbar di lahan tertentu pada periode tertentu, ternak bebas

memilih hijauan yang dibutuhkan, sehingga memacu produktivitas ternak itu

sendiri. Untuk mendukung pengembangan peternakan dalam antisipasi

ketersediaan daya dukung pakan yang semakin terbatas, saat ini telah berkembang

teknologi model integrasi ternak-tanaman (Crop Livestock System/CLS), yakni

ternak diintegrasikan dengan komoditas tanaman untuk mencapai kombinasi

optimal, sehingga inputproduksi menjadi lebih rendah (low input) dengan tidak

mengganggu tingkat produksi yang dihasilkan (Sudaryanto dan Priyanto, 2009).


Komposisi vegetasi ideal suatu daerah padang pengembalaan adalah 60%

rumput, 40% leguminosa dengan tidak ada invasi gulma. Jika invasi gulma

mencapai 40 % dari total vegetasi maka daerah padang dapat dikatakan telah

rusak dan memerlukan upaya rehabilitasi. Salah satu cara yang dapat ditempuh

guna mendeteksi terjadi tidaknya tanda-tanda penurunan derajat kualitas padang

adalah melalui pemeriksaan terhadap komposisi vegetasi padang. Kahadiran

maupun ketidakhadran spesies dalam suatu komunitas dapat dilihat sebagai daya

tamping komunitas terhadap kebutuhan-kebutuhan minimum vegetasi

penyusunnya (Fernandez dan Rubianti, 2015).

Cara Cuplikan

Ada beberapa metoda untuk menentukan letak petak-petak cuplikan agar

produksi hijauan dapat ditaksir dengan benar. Metoda-metoda yang mungkin

dapat dipilih adalah sebagai berikut (Jones, 1974) :

1. Dengan pengacakan
2. Dengan stratifikasi
3. Secara sistematik (dimulai dari titik yang telah ditentukan dan kemudian

cuplikan-cuplikan diambil pada jarak-jarak tertentu sepanjang garis yang

memotong padang rumput).

Pengukuran komposisi botani memakai metode cuplikan menggunakan

frame ( 0,5 x 0,5 ) m . Jumlah cuplikan per hektar adalah 60 kaki. Dengan

demikian setiap areal rumput alam di hutan produksi per desa obyek survai

mempunyai 60 cuplikan. Petak cuplikan pertama di tentukan secara acak

kemudian petak cuplikan ke dua diambil pada jarak lurus 13,14 m dari petak

cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kemudian antara petak. Cuplikan

tersebut membentuk suatu kumpulan (cluster). Karena petak sampel yang di


gunakan seluas 10.000 m yang mempunyai sisi-sisi 100 m (bujur sangkar),

sehingga cluster selanjutnya memungkinkan untuk diambil jarak 19,5 m dari

cluster sebelumnya. Dengan cara demkian, dapat memberikan gambaran yang

cukup obyekif ( Wardoyo, 1984).

Cara yang baik dalam pengambilan cuplikan misalnya dengan

menggunakan dua angka dari daftar angka random sebagai koordinat

tempatcuplikan. Koordinat tersebut tidak per lu dimulai dari sudut pastura sebagai

titik nol tetapi dapat dimulai dari letak cuplikan yang sebelumnya. Jumlah

cuplikan yang diperlukan tergantung dari ketidak seragaman pastura, alat -alat

yang digunakan, tujuan pengambilan data, tingkat ketelitian yang dikehendaki

serta biaya atau fasilitas yang tersedia (Jones, 1974).

Rumput Hijauan Pakan

Rumput ditinjau dari metode pemanfaatannya terbagi atas dua : rumput

grazing dan rumput potong. Rumput grazing adalah rumput yang dikonsumsi oleh

ternak langsung di lapangan. Biasanya tinggi rumput grazing dapat mencapai 2

meter di atas permukaan tanah, tahan terhadap injakan, serta tahan terhadap

renggutan ternak. Sementara rumput potong adalah rumput yang dikonsumsi oleh

ternak ruminansia melalui perantara peternaknya (dengan istilah cut and carry).

Rumput potong pada umumnya berproduksi tinggi, tingginya dapat mencapai 10

meter di atas permukaan tanah, dan memerlukan perhatian dalam pengelolaan

pemanenan (Hasan, 2015).

Budidaya pakan ternak banyak dilakukan dilahan kering, produktivitas

tanaman dilahan kering sangat ditentukan oleh musim, produksi antara musim

hujan dan musim kemarau sangat berbeda.Produksi rumput pakan ternak yang
ditanam di bibir/tampingan teras sangat berbeda antara musim hujan dan musim

kemarau, pada musim kemarau produksinya hanya sepertiga dari produksi musim

hujan (Supriadi dan Musofie, 2012).

Rumput, baik rumput lokal maupun rumput unggul, terdiri atas akar,

batang yang lunak, daun dan bunga. Sebagian rumput ada yang tumbuh

membentuk rumpun, ada yang memiliki stolon (batang yang menjalar di

permukaan tanah), dan ada juga yang memiliki rizoma (rimpang) yaitu batang

yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah. Dari buku-buku stolon dan

rizoma ini tumbuh akar serabut. Semua rumput berakar serabut. Daun rumput

biasanya berbentuk pita, yaitu tulang daun yang sejajar dan ujungnya lancip, baik

rumput yang kecil (rumput kawat) maupun rumput yang besar (rumput gajah).

Namun ada juga yang daunnya berbentuk lanset atau tombak (Bambang,

dkk.2012).

Legum Hijauan Pakan

Legum adalah kelompok hijauan lain yang merupakan unsur utama dalam

usaha peternakan ruminansia. Lagum pada umumnya mengandung protein yang

tinggi dibandingkan Graminae. Dalam salah satu cabang usaha peternakan

ruminansia yakni fattening, keberadaan legum sangat dibutuhkan (Hasan, 2015).

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan pakan ternak

rumansia. Secara umum bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan

oleh hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa

mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. berdasarkan sifat karakteristik

fisik dan kimia, serta penggunaannya secara internasional dibagi menjadi delapan

kelas yaitu: 1) pasture, tanaman padangan, atau tanaman pakan ternak yang
sengaja ditanam untuk diberikan pada ternak dalam keadaan segar, 2) hijauan

kering dan jerami, 3) silase hijauan , 4) bahan pakan sumber energi dari biji-bijian

atau hasil samping penggilingan, 5) sumber protein yang berasal dari hewan, biji-

bijian, bungkil, 6) sumber mineral, 7) sumber vitamin dan 8) aditif (Supriadi dan

Musofie, 2012).

Semua leguminosa perdu/pohon mempunyai perakaran yang dalam (akar

tunggang) untuk mendapatkan air maupun nutrisi sehingga mempunyai

kemampuan untuk berfungsi sebagai tanaman penghijauan, reklamasi daerah

kritis. Hijauan leguminosa, baik herba maupun pohon, adalah hijauan yang

mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Kandungan

protein kasarnya juga tinggi, selain itu juga mengandung mineral yang dibutuhkan

oleh ternak lebih banyak dibandingkan dengan rumput (Bambang, dkk.2012).

Gulma

Gulma adalah jenis tanaman yang tumbuh tidak dikehendaki oleh

peternak. Gumla merupakan tanaman pengganggu yang mampu menghambat

bahkan mematikan hijauan pakan yang tumbuh bersamanya. Kerusakan yang

diakibatkan oleh gulma dibagi dalam 3 kelompok : kerusakan ringan, sedang, dan

berat. Kerusakan ringan adalah kerusakan yang diakibatkan oleh gulma yang

mencakup 10-30% total lahan. Kerusakan sedang adalah ketika gulma telah

merusak tatanan padang penggembalaan 31-50% dari total lahan. Kerusakan berat

terjadi ketika gulma telah merusak tatanan padang penggembalaan sebesar 51-

80% atau bahkan 100% dari total lahan (Hasan, 2015).

Metode pengendalian gulma lainya ialah dengan penyiangan. Penyiangan

gulma dilakukan untuk membersihkan tanaman budidaya dari tumbuhan


gulma yang dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman budidaya

tersebut sehingga tanaman budidaya dapat tumbuh dan berkembang dengan

optimal. Akan tetapi metode tersebut membutuhkan tenaga manusia yang tidak

sedikit dan memakan waktu yang cukup lama.Untuk mengatasinya telah

dilakukan berbagai metode pengendalian seperti secara mekanis dengan

mencabut atau membabat, membakar, menggenangi, memakai mulsa, musuh

alami, rotasi tanaman dan penyeprotan herbisida (Riyadi. 2016).

Smith (1983) mengemukakan bahwa efek gangguan gulma yang berat dan

biasa terjadi adalah kehilangan hasil karena kompetisi gulma di lahan padi.

Kehilangan hasil dipengaruhi oleh efisiensi kompetitif dari gulma dan padi,

spesies atau golongan gulma, kerapatan gulma, lama kompetisi antara gulma

dan padi, cara tanam, kultivar padi, tingkat kesuburan tanah, pengelolaan air,

jarak tanam padi, allelopati, dan interaksi antara faktor-faktor tersebut di

atas. Spesies-spesies gulma yang menjadi masalah di pertanian padi

bervariasi, tergantung pada tanah, temperatur, posisi garis lintang tempat,

ketinggian tempat, cara budidaya, perbenihan, manajemen air, tingkat kesuburan

tanah, dan teknologi pengendalian gulma yang diadopsi.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang, R.P.,dkk. 2012. Hijauan Pakan Ternak untuk Lahan Sub-Optimal.
Jurnal peneilitian. IAARD Press

Hasan, S., Rusdy, M., Nompo, S., Nohong, B. 2015. Bahan Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Fernandez, P.T. dan Rubianti.,A. 2015. Kolerasi Komposisi Vegetasi Padang


Pengembalaan di Kabupaten Kupang dengan Propek Peternakan Sapi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kupang

Jarmani, S.N, dan Haryanto, B. 2015. Memperbaiki produktivitas hijauan pakan


ternak untuk menunjang kapasitas padang penggembalaan Kerbau di
kabupateng Kampar, Riau. Balai penelitian ternak. Vol.4 No.2 : 95-99

Jones, R.J. and R.L. Sandland, 1974. The Relation between Animal Gain and
Stocking Rate. J.Agric.Sci., 83, 335-52.

Marga, Apriansyah. Evaluasi kapasitas tamping dan komposisi botani di


perkebunan kelapa sawit provinsi lampung. Skripsi. Universitas Lampung.
Bandar lampung.

Praptiwi, I.I, dkk. 2017. Potensi berbagai jenis vegetasi sebagai hijuan pakan
ternak di padang penggembalaan kampng Sota, Kabupateng Marauke.
Agricola. Vol.7. p-ISSN :2088-1673

Sawen, D dan Junaidi, M. 2011. Potensi padang penggembalaan alam pada dua
kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari.

Sudaryanto, B dan Priyanto, D. 2009. Degradasi padang penggembalaan. Balai


Penelitian Ternak, Yogyakarta.

Supriadi, dan Musofie, A. 2012. Hijauan Pakan dan Kegunaan lainnya di Lahan
Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Yoku, O.,dkk. 2005. Produksi padang penggembalaan alam dan potensi


pengembangan sapi bali dalam mendukung program kecukupan daging di
papua barat. Universitas Papua. Amban Manokwari.

Вам также может понравиться