Вы находитесь на странице: 1из 206
‘Tir Fi Zhilait Quran V (249) Jus X: agian Akhie oLAnfoal 6 Rermulaan atTouboh PERIMULAAN SURAH AT-TAUBAH Diturunkan of Maiinah Juma AVAL 129 eeealal— Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Pendahuluan Surah at-Taubah adalah surah Madaniah, ter- masuk surah yang paling akhir turun kalau tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah surah yang terakhir turun, Karenanya, surah ini memuat hukum- hukum final yang membahas hubungan antara kaum muslimin dengan bangsa-bangsa lain di dunia; membahas kategorisasi internal kaum mus- limin, memberikan batasan tentang nilai dan ke- dudukan masing-masing kategori, serta menjelas- kan kondisi masing-masing kelompok dan tingkat- an. Juga memberikan gambaran yang gamblang dan rinci tentang fakta masyarakat muslim secara ‘umum serta fakta setiap kelompok dan tingkatan. Dengan asumsi di atas, surah ini memiliki tingkat urgensi khusus dalam menjelaskan karak- ter sistem pergerakan dalam Islam, tahapan-tahap- annya, serta langkahtangkah yang diambilnya. Yakni, ketika hukum-hukum final yang dimuat dalam surah ini dikaji bersama dengan hukum- hukum peralihan yang terdapat dalam surah-surah yang turun sebelumnya. Hasil kajian ini menying- kap betapa fleksibelnya sistem Islam, tetapi sekali- gus juga menunjukkan ketegasannya. Tanpa kajian seperti ini akan terjadi ketidakjelasan gambaran, hukum, dan kaidah. Ini terjadi apabila ayat-ayat yang menjelaskan tentang hukum-hukum untuk memberikan solusi temporal dianggap sebagai hukum final. Atau sebaliknya, ayat-ayat yang me- muat tentang hukum-hukum final ditafsirkan atau diinterpretasikan agar sesuai dengan hukum tem- poral. Hal ini sangat penting diketahui terutama dalam masalah jihad Islam dan hubungan masya- rakat muslim dengan masyarakat lain, Mudah- mudahan Allah memberikan taufik kepada kami untuk menjelaskan permasalahan ini dalam pen- dahuluan surah ini, dan di sela‘sela penjelasan nash- nash AlQur'an dalam surah ini. Setelah mengkaji nash-nash dalam surah ini secara tematis, setelah mengkaji riwayat-riwayat tentang asbabun nuzul serta segala permasalah- annya, dan mengkaji pula peristiwa-peristiwa dalam sirah nabawiah terungkap bahwa surah ini secara umum turun pada tahun ke-9 H tetapi tidak turun sekaligus. Meskipun kami tidak dapat memastikan waktu-waktu turunnya penggalan-penggalan surah secararinci dalam rentang waktu tahun ke-9, tetapi kami cenderung mengatakan bahwa surah ini turun dalam tiga tahap. Tahap satu turun sebelum Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun ke9. Tahap dua turun saat persiapan menghadapi Perang Tabuk serta di tengah kancah perang. Tahap tiga turun setelah kembali dari Perang Tabuk. Adapun pengantar surah ini dari awal ayat sam- pai akhir ayat ke-28 turun pada masa-masa akhir tahun ke-9 menjelang musim haji pada bulan Dzu- qaidah atau Dzulhijjah. Inilah pendapat kami secara umum tentang pendahuluan surah ini. Surah ini dalam bagian pertamanya, dari ayat pertama sampai ayat ke-28, memuat tentang hu- bungan akhir antara pasukan Islam dan orang- orang musyrik secara umum di Jazirah Arabia. ‘Juz X: Bagian Akhir atAnfaal & Permulaan at-Taubah Namun, dengan memberikan penekanan pada sebab-sebab faktual, historis, dan akidah yang menjadi landasan turunnya keputusan tersebut dengan gaya bahasa Al-Qur'an yang menggugah, ungkapan-ungkapan yang mengetuk hati dan tegas, serta memberikan kesan yang mendalam. Inilah di antara contoh ayatayat tersebut. Kutipan ayat pertama mengungkapkan bahwa orang Islam bebas dari tanggung jawab terhadap perjanjian dengan kaum musyrikin dan pengumum- an perang kepada mereka. "Unilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketakuilah bahwa sesung- gulnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul- Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahewa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu: Lebih baik bagimu. Dan, jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahzva sesungguhnya kamu tidak dapat melemakkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang me- musuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah ‘menyukai orang-orang yang bertakwa. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunublah orang- orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat dan menunatkan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman bagi- nya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (at Taubah: 1-6) Kutipan berikutnya menerangkan sebab-sebab perjanjian damai dibatalkan, (250) ‘Tafsir Fi Zhai Quran V "Bagaimana bisa ada perjangian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? Maka, selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah Kamu berlaku (Larus) pula terhadap mereka. Sesung- guknya Allah menyukai orang-orang yang bertakwoa. Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, ‘mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan ter- hadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjan- jan, Mereka menyenangkan hatimu dengan matlutrya, ‘edang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka ada- lah orang-orang yang fasik (tidak menetapi perjanjian). ‘Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga ‘yang sedikit, alu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Sesungguknya amat buruklah apa yang ‘mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelikara (hu- bungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mercka itulah orang-orang yang melampaui batas. ka mereka ber- tobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. fika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agama- mu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang fir ita, karena sesunggukinya mereka itu adalah orang- orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mercka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang- orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah eras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi amu? Mengapakah kamu takut kepada mereka pada- hal Allahlah yang berhak untuk kau takai, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (peran- taraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghina- kan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta ‘elegakan hati orang-orang yang beriman, dan meng- hilangkan panas hati orang-orang mukmin. Allah me- nerima tobat orang yang dikehendaki-Nya. Allai Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Apakah kamu mengira bakwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang benihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang sejati selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (at- ‘Taubah: 7-16) Tafsir Fi ZhilalitQur “an V "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadi- kan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin- pemimpinmu, jika mereka lebik mengutamakan ke- Kafiran atas keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, ‘maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Kata- kanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-sau- dara, isri-istri, kau keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri Kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nyadan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- ‘Nya.'Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang- orang fasik.” (at‘Taubah: 23-24) "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang- orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masidil Haram sesudah tahun ini, Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia- ‘Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha ‘Mengetahui lagi Mahabijaksana,” (at:Taubah: 28) Dari gaya bahasa Al- Qur'an dalam ayat.ayat yang kami kutip, dan dalam semua bagian ayat-ayat ini, dan dari kuatnya dorongan dan imbauan untuk memerangi orang-orang musyrik dan mengisolir mereka dari seluruh Jazirah Arabia, secara jelas menunjukkan adanya pergolakan yang sengit di dalam jiwajiwa kaum muslimin, Juga menunjukkan adanya sikap enggan, cemas, dan ragu-ragu untuk menentukan sikap yang tegas pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mudah- mudahan dapat kita ungkap dalam pendahuluan ini dan dalam kajian nash-nash Al-Qur'an sebentar lagi. Sedangkan, bagian kedua dari surah ini juga memuat tentang hubungan akhir antara masya- rakat muslim dengan Ahli Kitab secara umum, dengan menyebutkan faktor-faktor akidah, historis dan faktual yang melatarbelakangi diturunkannya keputusan tersebut. Ayat-ayat ini menyingkap ten- tang karakteristik Islam dan hakikatnya yang man- diri. Juga menjelaskan tentang penyimpangan Ahli Kitab dari agama Allah yang benar baik dari segi akidahnya maupun akhlaknya, Schingga, membuat mereka dalam pandangan Islam tidak lagi berada dalam agama Allah yang turun kepada mereka, dan dengannya mereka menjadi Abli Kitab. "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Alllah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh (251) Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan at‘Taubah Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Alkitab kepada mereka, sampai mereka ‘membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (at:Taubah: 29) "Orang-orang Yahudi berkata, ’Uzair itu putra Allah,’ dan orang Nasrani berkata, "Almasih itu putra Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang ter- dahulu. Dilaknati Allahlah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling. Mereka menjadikan orang-orang calimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Almasih ‘putra Maryam; padakal mereka hanya disuruh me- nyembah Than Yang Maha Esa; tidak ada Than (jang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”(at‘Taubah: 30- 31) *Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (wcapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kaftr tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawoa) petunjuk (Al-Qur an) dan agama ‘yang benar untuk dimenangkan-Nya alas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”(at- ‘Taubah: 32-33) "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (maniisia) darijalan Allah. Orang-orang yang menyim- pan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan pungeung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, YInilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu,” (at‘Taubah: 34-35) Dari gaya bahasa Al-Qur'an dalam bagian ini juga tampak jelas bahwa ayat-ayat tersebut sedang berhadapan dengan jiwa-jiwa yang pada hari itu ragu-ragu dalam menghadapi Ahli Kitab secara umum, atau mayoritas mereka. Model keraguan itu digambarkan oleh Allah dalam ayat pertama bagian kedua surah ini. Sebenarnya, maksud konfrontasi pertama itu adalah menghadapi Romawi dan para sekutu mereka dari Nasrani Arab di Syam dan di Juz X: Bagian Akhir akAnfoal & Permulaan at-Taubah (282) Tafsir Fi Zhai. Qur'an V belakangnya. Menghadapi satu kelompok ini saja memang cukup membuat ragu-ragu untuk ber- gerak, karena Romawi memiliki kekuatan dan nama besar dalam sejarah di kalangan penduduk Jazirah Arabia. Tetapi, nash sifatnya umum untuk seluruh Ahli Kitab, yang menjadikan gambaran- gambaran yang dituturkan oleh ayat-ayat tentang kaum muslimin menjadi relevan, sebagaimana nanti akan kami rinci ketika membahas tentang nash-nash tersebut. Dalam bagian ketiga, kabar buruk tentang orang yang berkeberatan diungkap. Yaitu, orang-orang yang diajak agar bersiap-siap untuk berperang, tetapi lebih condong memilih bumi dan bermalas- malasan untuk ikut berangkat. Mereka yang ter- masuk kelompok ini tidak semuanya munafik sebagaimana nanti akan kelihatan. Kondisi ini dapat menjelaskan sulitnya program dan perang ini terhadap jiwa-jiwa pada saat itu karena faktor-faktor yang kami harap dapat kami rinci pada waktunya. Kutipan berikutnya menjelaskan kisah Perang ‘Tabuk dan perintah untuk berjihad. "Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, 'Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan Kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hulup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikit pun. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mckah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada alam gua, di waktu dia berkata ke- pada temannya, Janganlah kamu berduka cita, sesung- guhnya Allah beserta kita.’ Maka, Allah menurunkan Retenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantu- nya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya. Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Berangkatlah kama baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (at‘Taubah: 38-41) Dari redaksi ayat yang mencela, mengancam, dan menegaskan secara berulang-ulang dalam bagian ini; dan redaksi yang mengingatkan orang- orang yang beriman dengan pertolongan Allah kepada Rasulullah ketika beliau diusir oleh orang- orang kafir,tanpa ada satu orang pun yang ilkut serta dalam menolongnya; dan redaksi yang berbentuk perintah tegas kepada kaum muslimin agar be- rangkat perang baik dalam kondisi ringan maupun berat. secara jelas menampakkan sikap yang penuh dengan rasa sulit, ingin terlambat, tidak ingin ikut, dan ragu-ragu (memenuhi panggilan perang). Kumpulan ayat-ayat ini pun memiliki kecenderung- an untuk mencela, mengancam, menegaskan, meng- ingatkan, dan mengeluarkan perintah yang keras. Kemudian datanglah bagian keempat dalam surah ini yang merupakan bagian terpanjang, karena menghabiskan lebih dari separuhnya. Bagian ini terfokus kepada tema kecaman terhadap orang- orang munafik dan sepak terjang mereka dalam komunitas masyarakat muslim. Bagian ini meng- gambarkan tentang kondisi kejiwaan dan aktivitas mereka, serta sikap yang diambil mereka dalam Perang Tabuk, baik sebelum, di kancah perang, maupun setelah perang berlangsung. Bagian ini juga menyingkap hakikat niat mereka, akal busuk mereka, dan alasan-alasan mereka tidak ikut ber- jihad. la juga menyingkap tentang propaganda mereka untuk melemahkan barisan, memfitnah, memecah-belah barisan kaum muslimin, menyakiti Rasulullah dan orang-orang mukminin yang ikhlas. Pembongkaran informasi tentang munafik ini juga diiringi dengan peringatan kepada orang orang mukmin yang ikhlas agar berhatt-hati dari makar orang-orang munafik, memberikan batasan tentang hubungan pergaulan di antara mereka, memisah- kan kedua kelompok ini, serta menentukan per bedaan yang gamblang di antara kedua baik aspek karakter maupun aktivitas mereka. Bagian ini sebenarnya menempati posisi batang tubuh surah ini, Di bagian ini, kelihatan sekali bagaimana sifat Kemunafikan kembali mencuat setelah Fathu Mekah, Sifat ini menjalar kembali setelah hampir punah dalam masyarakat muslim menjelang Fathu Mekah. Adapun tentang sebab mencuatnya, akan kami jelaskan dalam bagian berikutnya. Kami tidak bisa menjelaskan bagian keempat ini secara panjang lebar. Karenanya, kami mencukupkan diri dengan menulis haha yang menunjukkan karak- ter surah dalam bagian ini. Tafsir Fi Zhai Que“an V "Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu ke- untungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapajauh, pastilah mereka mengikutimu, telapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah. Jika- lau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama- samamu.’ Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahiwa seu mereka benar- benar orang-orang yang berdusta.” (at-Taubah: 42) Hanya orang munafiklah yang tidak mau ber- Perang. "yika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiap- kan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi, Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemakkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.’ Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas- -geg0s maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk ‘mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Allah mengetahui orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai ‘macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Aah), dan menang- Jah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.” (at-Taubah: 46-48) "Di antara mereka ada orang yang berkata, 'Berilah saya iin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.? Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam (fitnah. Dan, sesunggulinya Jahannam itu benar-benar ‘meliputi orang-orang yang kafir.Jika kamu mendapat sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karena- nya. Dan, jika ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami sebelumnya telah memper- hatikan urusan kami (tidak pergi berperang),’ dan mereka berpaling dengan rasa gembira.””(at:Taubah: 49-50) "Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah bakwa sesungguhnya mereka termasuk ‘golongan-golonganmu; padahal mereka bukanlah dari ‘golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang ‘yang sangat takut (kepadamu), Jika mereka memperoleh ‘tempat perlindungan atau gua gua atau lubang-lubang (dalam tanah), niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya. (at-Taubah: 56-57) (253) Juz X: Bagian Akhir abAnfaal & Permulaan at Toubah Sikap orang-orang munafik terhadap pembagian sedekah. . "Di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian dari- padanya, mereka bersenang hati. Dan, jika mereka tidak diberi ebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. Jika mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya ke- pada mereka, dan berkata, ‘Cukuplah Allah bagi kami, ‘Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesung- ‘guknya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah’, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (at-Taubah: 58-59) "Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan, ‘Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya,’ Katakanlah, Ta memper- cayai semuia yang baik bagi kamu, ia beriman kepada [Allak, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rakmat bagi orang-orang yang beriman di antara amu.’ Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.” (atTaubah: 61) ‘Tuduhan orang-orang munafik terhadap Nabi saw. "Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridha- annya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengeta- hui bahwoa barangsiapa menentang Allah dan Rasul- ‘Nya, maka sesungeuhnya neraka jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.” (atTaubah: 62-63) Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah epada mereka, Teruskanlah gjekan-gjekanmu (terhadap ‘Allah dan Rasul-Nya).’ Sesungguhnya Allah akan me- nyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka akan menjaiwab, ‘Sesung- guhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain- main saja.’ Katakanlah, dengan Allah, ayat- ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir se- sudah beriman,Jika Kami memaafkan segolongan dari- ‘pada kamu (lantaran mereka tabat), niscaya Kami akan ‘mengaznb golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang berbuat dosa.” (atTaubah: 64-66) Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan at-Taubah (254) ‘Tafsir Fi ZhilaliQur’‘an V Hasutan orang-orang munafil. *Orang-orang munafik laki-laki dan wanita, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, Mercka me- nyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf. Mercka menggenggamkan tangannya. ‘Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupa~ kan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allak mengancam orang-orang munafik laki-laki dan wanita serta orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mercka kekal di dalamaya. Cukuplah neraka itu bagé mereka. Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (at:Tan- bah: 67-68) Keharusan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan munafik. *Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahan- nam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruk- nya, Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpak dengan (nama) Allah bahwwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungeuhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, serta mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya. Mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nnya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, Dan, jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Mereka sekali-kali tidak mem- punyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (at-taubah: 73-74) Ikar orang munafik tak dapat dipercaya. "Di antara mercka ada orang yang telah berikrar ke- pada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilak kami ‘akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang- orang yang saleh.” Setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir de- ngan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memang- lah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka, Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, arena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa ‘yang telah mercka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) ‘arena mereka selalu berdusta.” (at‘Taubab: 75-77) Kemunafikan adalah dosa yang tidak diampuni Allah. *(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang men- cela orang-orang mukmin yang memberisedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak mem- peroleh (untuk disedekahkan) selainsekadar kesangeup- ‘annya, maka orang-orang munafikitu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mercka azab yang pedi. Kamu memohonkan ‘ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu me- mohonkan ampun bagi mercka tujuh pulih kali, namun Allah sekali-ali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”(at‘Taubah: 79- 80) Keadaan orang-orang munafik yang tidak mau turut berjihad dan larangan shalat jenazah ke atas mereka. *Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah. Mereka tidak suka berjthad dengan haria dan jiwwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata, Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.’ Katakanlah, ‘Api neraka jahanam itu lebih sangat panas(nya), jika mereka mengetahui.’Maka, hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mercka kerjakan, jika Allah mengem- balikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemu- dian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah, ‘Kamu tidak boleh Keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh i ‘musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu, duduk- Tah: (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikat berperang.’ Janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan Jjanganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya ‘Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan meng- azab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.”” (atTaubah: 81-85) Uraian panjang yang membuka kedok ini mengindikasikan bahwa manuver-manuver kaum munafik sangat banyak dilakukan untuk merusak barisan kaum muslimin. Mereka memfitnah dan membuat kaum muslimin sibuk dengan berbagai Tafsir FiZhilalil-Qur “ant V (255) Juz X: Bagian Akhir abAnfaal & Permulaan atTaubah macam problematika, mengobarkan kebencian dari dalam, dan membuat berita bohong. Dalam waktu yang sama, ayat-ayat ini juga mengungkap adanya ketidakrapian dan kurangnya koordinasi dalam pembentukan tubuh masyarakat muslim dalam periode ini. Hal ini diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya, "Sedang di antara kamu ada orang- orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka.” Hal ini sebagaimana juga diisyaratkan dengan larangan keras untuk memintakan ampun dan menshalatkan orang-orang munafik. Kondisi yang lahir dari masuk Islamnya masyarakat dalam jumlah besar setelah Fathu Mekah dengan iman yang belum mantap di hati, dan ajaran Islam yang belum terinternalisasi dalam diri mereka adalah di antara sebab dari apa yang akan kami bahas secara rinci setelah mengemukakan kategorisasi Al- Qur'an tentang kelompok kaum muslimin yang beragam saat itu. Bagian kelima dari surah ini mengkaji secara khusus kategorisasi tersebut. Dari bagian ini kita mengetahui bahwa di samping sahabat pelopor yang berjuang penuh ikhlas dari kalangan Muha- jirin dan Anshar (yang merupakan basis inti yang kokoh dalam tubuh masyarakat muslim) ada ke- lompok-kelompok lain, Di antaranya adalah Arab Badui, mereka ada orang yang ikhlas dan ada yang munafik. Juga ada orang yang yang hatinya belum merasakan manisnyaiman, ada orang munafik dari penduduk Madinah; ada kelompok yang masih mencampuradukkan amal-amal saleh dengan pe- kkerjaan tercela karena proses islamisasi iri mereka belum sempurna dan Islam belum menjadi bagian yang inheren dalam diri mereka. Ditambah lagi dengan kelompok yang tidak dikenal ke mana afiliasinya. Kita serahkan nasib kelompok terakhir ini kepada Allah, karena Dialah yang mengetahui kondisinya dan tempat kembalinya. Selain itu, ada kelompok yang melakukan persekongkolan jahat dengan mengatasnamakan agama. ‘Nash-nash Al-Qur'an membicarakan semua ke- lompok tersebut dengan redaksi yang singkat penuh makna. la menjelaskan bagaimana mereka bertingkah laku dalam masyarakat muslim, dan mengarahkan Rasulullah dan orang-orang muslim yang ikhlas bagaimana cara berinteraksi dengan tiap-tiap kelompok tersebut. "Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengeta- fui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Rasul-nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha- bijaksana. Di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai suatu Kerugian dan dia menanti- nanti maré menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkah- annya (dijalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkan- nya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguknya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan dirt (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rakmat (surga)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Orang-orang ‘yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) i antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridka mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga ‘yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. Di antara orang-orang Arab Badui yang di se- Felilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalgm kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (letapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerja- ‘an yang baik dengan prekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Se- sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pe- nyayang. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, Sesungguhnya doa kar itu (menjadi) ketenteraman jiwwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah: 97-103) "Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangeuhkan sampai ada keputusan Allah; adekalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan mene- rima tobat mereka. Allah Maha Mengetahui lagi Maha- bijaksana, Dan (di antara orang-orang munafik itu) cada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menim- bulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah-belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan Juz X: Bagian Akhir atAnfaal & Permulaan atTauboh (256) Tafsir Fi Zhilal-Que ‘an V orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul- Nya sejak dahulu. Mercka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpaknya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersiikan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (at-Taubah: 106-108) Fenomena yang tampak dari beragamnya ke- lompok, tingkatan, dan kualitas keimanan dalam masyarakat muslim menunjukkan betapa rapuhnya kondisi setelah Fathu Mekah dibandingkan dengan kondisi masyarakat yang sebelumnya atau men- jelang Fathu Mekah yang hampir bersih dari feno- ‘mena ini, sebagaimana nanti akan dibahas. Bagian keenam dari surah ini memuat keterang- an tentang karakter baiat Ganji setia) islami kepada Allah untuk melaksanakan jihad di jalan-Nya: menerangkan tentang tabiat jihad dan batasan- batasannya; serta menjelaskan tentang kewajiban penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang tinggal di sekitar Madinah. Mereka tidak boleh absen dari menyertai Rasulullah untuk ber- jihad dan mereka tidak boleh mencintai diri mereka lebih dari mencintai diri Rasulullah. Bagian inijuga menjelaskan pentingnya berpisah dengan orang- orang musyrik dan munafik. Di tengah-tengah pembicaraan tentang tema di atas, disebutkan juga kisah tentang keputusan Allah untuk orang-orang yang tidak ikut berperang. Mereka adalah kelom- pok mukmin yang ikhlas, bukan orang munafik. Bagian ini juga menggambarkan kondisi orang- orang munafik dan sikap mereka menghadapi ayat- ayat A-Qur'an yang turun. *Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (tu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Inyil, dan Al-Qur an. Dan siapakah yang lebih me- nepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, ber- gembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (atTaubah: 111) *Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itwadalah kaum kerabat(nya), sesudah jlas bagi mereka bahwwa orang-orang musyrik itu adalah penghuuni neraka jahannam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah arena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapak- nya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (at- Taubah: 113-114) "Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, Daan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerima- an tobal) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bum itu luas dan jizwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemu- dian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguknya Allaklah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” at-Taubah: 117-118) *Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi ber- perang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasu- dullah. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat ‘yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal sateh, Sesungguhnya Allah tidak menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), Karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmnin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengeta- ‘huan mereka tentang agama dan untuk memberi pe- ringatan kepada kaumnya apabila mereka telah ‘Tafsir Fi Zhilalil Quran V (257) Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan af-Toubah Kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya,” (atTaubah: 120-122) "Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang- orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mercka menemui kekerasan darimu, dan ketahuilah bbahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (at- ‘Taubah: 123) "Dan apabila diturunkan satu surah, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil ber- kata), ‘Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?’ Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”(at‘Taubah: 127) Di bagian akhir, surah ini ditutup dengan me- nyebut sifat Rasulullah dan arahan Allah kepada Rasulullah agar hanya bertawakal kepada-Nya dan mencukupkan diri untuk meminta perlindungan kepada-Nya. Allah berfirman, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan- mu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpating (dari keimanan), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Than yang memiliki Arsy ‘yang agung.” (at-Taubah: 128-129) Kami sengaja berpanjang lebar mengutip nash- nash yang terdapat dalam surah ini dalam pem- bahasan umum sebelum nanti mengkaji nash-nash surah ini secara detail. Alasannya karena redaksi surah ini menggambarkan profil masyarakat muslim secara utuh pada periode pasca-Fathu Mekah. Surah ini menggambarkan pula pembentukan ke- anggotaan dalam masyarakat.. Dalam surah ini tampak jelas adanya semacam kerapuhan dan kurangnya keharmonisan antara anggota masya- rakat dengan berbagai level keimanannya, Surah ini juga mengungkap tentang fenomena kebakhilan terhadap diri dan harta, kemunafikan dan kele- mahan, keraguan mengemban tugas dan kewajib- an, adanya ketidakjelasan persepsi tentang hubung- an antara pasukan Islam dengan yang lainnya, dan tidak adanya pemisahan sempurna yang dibangun di atas landasan akidah. Hal ini tidak menafikan adanya basis yang kokoh, jujur, dan ikhlas dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pentingnya penjelasan panjang, rinci, dan variatif untuk menyingkap, memberikan penyadaran, menjclaskan dan menetapkan proble- matika tersebut agar memenuhi kebutuhan ma- syarakat. Sebelumnya telah kami sebutkan secara unum bahwa sebab munculnya kondisi ini adalah masuk- nya banyak kelompok manusia ke dalam Islam pasca-Fathu Mekah yang belum sempurna pem- binaan keislamannya, dan belum terbentuknya ke- pribadian Islam yang orisinil dalam diri mereka. Tapi, keterangan singkat tersebut tidak mungkin dipahami secara gamblang kecuali dengan merujuk fakta historis gerakan Islam sebelum dan sesudah Fathu Mekah. Kami akan berusaha untuk mengkaji ini dengan sesingkat mungkin, sebelum me- ngomentari sedikit makna di balik fakta historis tersebut, menyebutkan intisarinya, dan menarik makna dari nash-nash AlQur'an yang terdapat dalam redaksi surah ini. Awal Mula Harakah Islamiah Harakah Islamiah lahir di Mekah dalam suasana Mekah yang penuh konflik. Masyarakat jahiliah yang diwakili oleh Quraisy saat itu belum merasa- kan dakwah yang menyeru kepada ‘tiada Mah selain Allah’, Kesaksian (syahadat) ini akan menggugat setiap penguasa dunia yang tidak mengambil sum- ber hukum kekuasaannya dari hukum Allah. Juga akan menyatakan talak pisah kepada setiap pe- nguasa thaghut di muka bumi dan mengajak agar setiap manusia bersegera menuju Allah sebagai sebuah ancaman serius. Adanya komunitas per- gerakan baru yang dibentuk oleh dakwah di bawah_ pimpinan Rasulullah juga belum mereka rasakan sebagai sebuah ancaman serius. Padahal, komu- nitas ini berprinsip sejak awal hanya menyatakan ketundukannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga akan keluar dari kepemimpinan jahiliah yang saat itu diwakili oleh pemerintah Quraisy serta akan keluar dari segala tradisi yang sudah lazim dilaku- kan di masyarakat jahiliah, Jahiliah yang diwakili Quraisy saat itu belum merasakan bahaya ini sampai mereka melancarkan perang brutal terhadap dakwah baru, komunitas masyarakat baru, kepemimpinan baru. Mereka juga melakukan apa saja dalam rangka membantai, membuat makar, melancarkan fitnah, dan membuat ‘Juz X: Bagian Akhir alAnfaal & Permuslaan at-Taubah tipu muslihat terhadap dakwah baru ini. Masyarakat jahiliah tergerak untuk membela diri dengan segala macam upaya melawan bahaya yang mengancam eksistensi mereka, seolah-olah mereka membela diri dari kematian yang mengan- cam diri mereka. Inilah kondisi alamiah yang tidak mungkin dihindari di saat dakwah yang menyata- kan bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam sudah dideKlarasikan di tengah-tengah masyarakatjahiliah yang tegak di atas prinsip penyembahan hamba kepada hamba, Setiap dakwah baru yang hadir me- wakili sebuah komunitas haraki yang baru, akan memunculkan dalam gerakan itu tokoh pemimpin yang baru pula, Juga akan berhadaphadapan secara nyata dengan Komunitas jahiliah lama Saat itulah setiap pribadi yang berada dalam komunitas Islam yang baru akan menuai sakit, dan akan merasakan fitnah dengan berbagai macam modelnya, bahkan sering sampai ke tingkat pem- bunuhan, Pada kondisi seperti itu tidak ada yang berani untuk mengikrarkan syahadat "La ilaha illallah” dan "Muhammad Rasulullah”, Tidak ada yang berani bergabung ke dalam komunitas Islam yang baru lahir dan tunduk kepada pemimpin yang baru, kecuali orang yang memang menazarkan hidupnya untuk Allah, siap menanggung risiko hidup, menerima fitnah, menahan lapar, keterasing- an, penyiksaan, dan kematian dalam bentuk yang mungkin paling mengenaskan. Dengan ujian sepertiitu, terbentuklah basis yang sangat kokoh dalam masyarakat Arab. Sedangkan, kelompok yang tidak mampu menanggung tekanan seperti itu, ketika difitnah dan disiksa, mereka kembali kepada kejahiliahan mereka. Kelompok yang tegar seperti ini adalah minoritas. Masalah ini sejak awal sudah diketahui dan tersingkap. Tidak ada yang berani sejak awal berpindah dari jahiliah ke Islam, menempuh jalan yang penuh dusi, bahaya dan menakutkan kecuali orang-orang piliban, istimewa, dan unggul dalam pembentukannya Demikianlah Allah memilih para pioner orang- orang Muhajirin dari unsur yang istimewa dan langka, agar mereka menjadi basis yang kokoh untuk agama ini di Mekah, Kemudian juga menjadi basis yang kokoh setelah hijrah ke Madinah, ber- sama dengan para pioner Anshar. Meskipun para pioner Anshar tidak lebih senior dari Muhajirin, tetapi janji setia (baiat) mereka untuk Rasulullah (Baiat Aqabah) menunjukkan bahwa kelompok ‘Anshar memiliki tabiat murni yang sesuai dengan tabiat agama ini. Tbnu Katsir dalam tafsirnya (258) Tair Fi Zhilali-Quran V berkata, "Muhammad bin Ka’ab al-Qurdzi dan lain- nya mengatakan bahwa Abdullah bin Rawahah berkata kepada Rasulullah (pada malam Aqabah), ’Mintalah syarat buat Tuhanmu dan dirimu sesuka hatimu.’ Rasulullah berkata,"Aku minta syarat untuk Tuhanku agar kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Aku minta syarat untuk diriku agar kalian membela diriku sebagaimana kalian membela diri dan harta kalian’ Mereka berkata, ‘Apa yang dapat kami dapatkan jika kami melakukan hal itu?’ Nabi berkata, "Surga.’ Mereka berkata, Perdagangan yang menguntungkan, kami tidak akan membatal- kan dan tidak akan minta untuk dibatalkan tran- saksi ini.” Mereka yang melakukan janji setia dengan Rasu- lullah dengan poin baiat tersebut; mereka yang tidak mengharapkan iming-iming di balik baiat ter- sebut kecuali surga; mereka yang memperteguh baiat ini dengan menyatakan bahwa mereka tidak akan mundur dari baiat tersebut dan tidak pula Rasulullah, maka sesungguhnya mereka sadar bahwa mereka tidak berbaiat dalam urusan yang ringan. Tetapi, mereka sangat yakin bahwa Quraisy akan menguntit mereka, masyarakat akan mencam- pakkan mereka, dan mereka tidak akan hidup secara damai setelah itu dengan jahiliah yang akan memukul mereka di Jazirah, dan jahiliah yang ada dihadapan mereka di Madinah. Dalam kitab al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir mengatakan bahwa Imam Ahmad meri- wayatkan dari Abdurrazzak, dari Ma’mar bin Khaitsam, dari Abi Zubair, dari Jabir bahwa ia ber- kata, "Rasulullah tinggal di Mekah selama sepuluh tahun. Beliau mendatangi rumah-rumah mereka dalam musim-musim tertentu dengan mengatakan, "Siapa yang akan melindungiku? Siapa yang akan membelaku? Sehingga, aku dapat menyampaikan risalah Tuhanku. Orang yang melindungi dan membelaku, maka baginya adalah surga’ Beliau tidak mendapatkan seorang pun yang mau melin- dungi dan membelanya. Sampaisampai ada orang yang keluar dari Yaman atau dari Mesir untuk me- nemui kaumnya atau kerabat dekatnya. Mereka berpesan, 'Berhati-hatilah dengan seorang anak Quraisy supaya tidak memfitnahmu.’ Beliau lewat, ditengah-tengah orang-orang tersebut dan mereka memberikan isyarat kepada Nabi dengan jarijari mereka. Hal tersebut terus berlangsung hingga Allah mengutus kami kepadanya dari Yatsrib. Kami ‘Tafsir Fi Zhitalit Qur'an V (259) Juz X: Bagian Akhie al-Anfaal & Permulaan atTaubah berikan kepada mereka perlindungan, dan kami mempercayainya. Jika seseorang dari kami keluar, dia akan beriman kepada Muhammad. Dibacakan kepadanya Al-Qur'an, lalu ia pulang kepada ke- Juarganya. Akhirnya, keluarganya masuk Islam karena Islamnya orang tersebut. Sehingga, tidak ada satu rumah pun di kalangan Anshar kecuali ada komunitas muslim yang menampakkan keislaman mereka, Kemudian mereka semuanya bermusya- warah. Kami berkata, ‘Sampai kapan kita membiar- kan Rasulullah berkeliling dan diusir dari pegu- nungan Mekah serta berada dalam ketakutan?” Akhirnya, tujuh puluh dua orang dari kami berangkat hendak menemui beliau, dan bertemu_ dengan beliau pada musim haji. Kami membuat janji dengan beliau untuk bertemu di bukit Agabah. Kami berkumpul di bukit tersebut dengan cara berjalan sendiri-sendiri atau berdua, sehingga jumlah kami sempurna. Kami berkata, 'Wahai Rasu- lullah? Transaksi (baiat) apa yang akan kami beri- ‘kan kepadamu?’ Beliau berkata, 'Kalian membaiat- ku untuk selalu mendengar dan taat, baik dalam. kondisi senang maupun terpuruk; berinfak dalam kondisi susah maupun mudah; melakukan amar ma'ruf nahi munkar, mengatakan kebenaran tentang Allah dengan tidak takut akan celaan orang- yang mencela; dan agar kalian membantu dan membelaku jika aku pindah ke tempat kalian se- bagaimana pembelaan kalian terhadap diri, istri, dan anak-anak kalian. Jika kalian melakukan semua itu, niscaya kalian mendapatkan surga.” Kami pun bangkit menuju beliau. As'ad bin Zurarah yang merupakan anggota rombongan paling junior mengambil tangan Rasulullah. Dia berkata, ‘Jangan gegabah wahai penduduk Yatsrib, sesungguhnya kita tidak menuntutilmu kepadanya kecuali karena kita tahu bahwa beliau adalah Rasu- lullah. Mengeluarkan beliau pada saat sekarang berarti mengumumkan permusuhan kepada se- Juruh orang Arab, membunuh pilihan kalian, dan pedang pun siap memangsa kalian. Opsinya, jika kalian mampu dan sabar menerima kenyataan itu semua, silakan bawa beliau, dan semoga Allah me- lindungi kalian. Atau, opsi kedua, jika kalian adalah manusia pengecut, maka tinggalkanlah dia, lalu jelaskan hal itu. Kalian, dalam hal itu, lebih di- maklumi oleh Allah.’ Mereka berkata, 'Mundurlah engkau wahai As'ad. Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan baiat ini, dan kami tidak akan men- cabutnya untuk selamaJamanya.’ Maka, kami bangun mendekati beliau dan membaiat beliau. Beliau menerima dan menentukan syarat. Dan sebagai gantinya, beliau memberikan kepada kami surga.” (Kisah ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihagi dari jalur Daud bin Abdirrahman al- ‘Aththar. Imam Baihaqi menambahkan dalam riwayat Hakim dengan sanadnya dari Yahya bin Sulaim, dan keduanya mengambil dari Utsman bin Khaitsam dari Abi Idris juga seperti itu. Sanad ini bagus menurut syarah Imam Muslim, tetapi mereka tidak mengeluarkannya. Al-Bazzar mengatakan bahwa kisah ini diriwayatkan oleh banyak orang selain Tbnu Khaitsam. Dan, kami tidak mengetahui kisah ini diriwayatkan dari Jabir kecuali dari jalan ini.) Orang-orang Anshar mengetahui dengan kesa- daran sempurna beban yang akan diemban dengan baiat tersebut. Mereka tahu bahwa mereka tidak diiming-imingi dengan beban yang diemban itu kkenikmatan apa pun dari kehidupan dunia, meski- pun sifatnya pembelaan dan pemenangan. Mereka tidak dijanjikan kecuali dengan surga. Kemudian kesadaran mereka yang tinggi dengan baiat dan perhatian mereka yang serius terhadapnya me- mastikan mereka masuk dalam jajaran basis utama yang kokoh pada periode awal dakwah di Madinah bersama dengan orang-orang Muhajirin senior yang memang dipersiapkan untuk menjadi basis dakwah. Tetapi masyarakat Anshar belum murni betul. Islam memang sudah muncul dan tersebar di Madina, tetapi banyak yang terpaksa-terutama orang-orang yang memiliki posisi di kaumnya. Mereka berpura-pura baik dengan kaumnya demi menjaga posisi mereka di mata kaumnya hingga tibanya Perang Badar. Pembesar mereka, Abdullah bin Ubay bin Salul, akhirnya pura-pura menyatakan diri masuk Islam. Dan yang pasti, kebanyakan penduduk akan mengikuti arus yang banyak, mereka pun masuk Islam karena ikutikutan-meski- pun mereka tidak masuk kelompok munafik. Tetapi, mereka belum memahami ajaran Islam dan belum ter-sibghak dengan ajaran Islam, Hal inilah yang menjadi bibit kerapuhan bangunan masya- rakat Madinah, munculnya bangunan masyarakat dari level keimanan yang sangat mencolok. Karena faktor itulah, Al-Qur'an menerapkan sistem tarbiah yang sangat unik, di bawah komando Rasulullah. Beliau bekerja melakukan penanganan kelompok baru ini, dan bekerja untuk mengem- balikan koordinasi dan melakukan sinergi di antara masyarakat yang berbeda tingkat akidah, akhlak, dan tingkah lakunya dalam tubuh masyarakat yang baru lahir. Juz X: Bagian Akhir abAnfaal & Permulaan at‘Taubah Di saat kami merujuk surah-surah Madaniah- dengan pendekatan urutan perkiraan masa turun- aya-kami menemukan ada kerja keras yang di fokuskan untuk mengawinkan masyarakat muslim yang sangat plural tersebut, meskipun sikap Quraisy yang sangat keras menentang, dan membuat sekutu dengan kabilah-kabilah Arab. Demikian juga dengan sikap dari orang-orang Yahudi yang brutal dan upaya mereka untuk membuat sekutu dengan kelompok-kelompok yang memusuhi agama baru dan komunitas yang baru ini. Karena itu, kegiatan asimilasi dan koordinasi dirasakan terus menjadi kebutuhan rutin dan tidak terputus meskipun se- kejap. Meskipun usaha keras telah dilakukan, kadang- kadang masih muncuHterutama pada saatsaat gen- ting-kelemahan-kelemahan, kemunafikan dan ke ragu-raguan, kebakhilan terhadap diri dan harta, dan gentar menghadapi marabahaya. Khususnya, masalah ketidakjelasan akidah yang membuat kata putus tentang hubungan antara muslim dan kera- batnya yang masih jahiliah, Nashnnash Al-Qur'an dalam beberapa surah secara berturutturut me- nyingkap kepada kita fenomena-fenomena lahir ini disertai dengan datangnya manhaj Al-Qur'an untuk mencari solusinya dengan metode Rabbani yang unik. Kami sebutkan beberapa contoh tersebut. Mengenai keengganan sebagian sahabat untuk. pergi ke peperangan Badar dan pertolongan Allah kepada kaum muslimin disinggung dalam firman- Nya, "Sebagaimana Tuhanmu menyurukmu pergi dari rumakmu dengan kebenaran, padahal sesungeuhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya. Mercka membartahmu tentang kebenar- an sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolak- olah mereka dikalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah), Ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untuk- mu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu. Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnakkan orang-orang kafir, agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan mem- batalkan yang bat (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (al- Anfaal: 5-8) Kemudian Allah berfirman mengenai beberapa sikap orang terhadap ayat-ayatNya, (260) ‘Tafsir Fi Zhitalit Quran V "Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur an) ke- pada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur an, dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasya- bihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk: mencari- cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal, (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Enghau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah ‘Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakandah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena se- sungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya.’ Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji,” (AM Imran: 7-9) Orang-orang munafik tidak menepati janjinya terhadap orang Yahudi sebagaimana yang disebut- kan dalam firman Allah, “Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang yang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka ‘yang kafir di antara Ahli Kitab, ‘Sesungguhnya jika amu diusir, niscaya kami pun akan keluar bersama amu. Kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun untuk: (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu,’ Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka benar-benar _pendusta, Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tiada akan keluar bersama mereka. Dan, sesungeuhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tiada akan menolongnya, Sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat per- tolongan. Sesungguhrtya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada mengerti.”(al-Hasyr: 11-13) Kemudian Allah menyinggung bantuan-Nya kepada kaum muslimin dalam peperangan Ahzab, "Hea orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang tlah dikaruniakan) kepadamu ketika datang Kepadamu tentara-tentara, Lalu, Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak Tafsir Fi Zhilali-Qur’‘an V (261) Juz X: Bagian Akhir abAnfoal & Permulaan at-Toubah dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha ‘Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika ‘mereka datang kepadam dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diyji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. Dan (ingailah) ketika orang-orang munafik dan orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ’Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’ Dan (ingatlah) Ketika segolongan di antara mereka berkata, 'Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembali- lah kamu.’ Sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, ‘Sesung- ‘guhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada pen- jaga).’ Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (atsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian di- minta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya, Mereka tiada akan menunda untuk ‘murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat.(al- Ahzab: 9-14) Mengenai keharusan siap siaga terhadap musuh, Allah ber firman, "Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok- Kelompok, atau majulah bersama-sama! Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat- lambat (ke medan pertempuran). Maka, jika kamu ditimpa musibah, ia berkata, ‘Sesungguhnya Tukan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena tidak ikact Berperang bersama mereka,’ Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, "Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula). (an- Nisaa’: 71-73) Kemudian diungkap sikap orang-orang munafik dalam menghadapi peperangan, *Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikata- an kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari ber- perang), divikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Selah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bakkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tang- guhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?, Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhivat itu lebih baik untuk orang- orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, ‘Ini adalah dari sisi Allah.’ Dan, kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan, ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).’ Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.’ Maka, mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicara- an sedikit pun?” (an-Nisaa”: 77-78) Dorongan untuk berinfak dinyatakan Allah dalam firman-Nya, *Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta ber- takwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya), niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, aru ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka, di antara kamu cada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhinya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah Yang Mahakaya sedangkan kamulah orang- orang yang membutuhkan-(Nya).Jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (Muhammad: 36-38) Allah melarang berteman dengan orang-orang yang memusuhi Islam, sebagaimana firman-Nya, "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang men- jadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai ‘teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka ber- sumpah untuk menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungeuhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah. Karena itu, mereka mendapat azab yang menghinakan. Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Juz X: Bagian Akhir alAnfaal & Permulaan at-Taubah Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalam- nya. (Ingatlah) hari (Ketika) mereka semua dibangkit- Kan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bakwwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (man- fat). Ketahuilah bahwa sesungguhnya merekalah ‘orang-orang pendusta. Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. Sesung- ‘guknya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul- nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti ‘menang,’ Sesungeuhnya Allah Mahakuat lagi Maha- perkasa. Kamu tidak akan mendapatisuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mena- namkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, Allah ridha terhadap mercka dan mercka (pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. ‘Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (al-Mujaadalah: 14-22) Dalam firman-Nya, Allah pun melarang ber- teman akrab dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Larangan ini disertai akibat jika melang- garnya "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi peminpin-pemimpin(mu), Sebagian mercka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di ‘antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka, kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, Kami takut akan mendapat bencana.’Mudah-mudahan Allah akan ‘mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu Keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal lerhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri nereka. Orang-orang yang ber- (262) Tafsir Fi ZhilalitQur“an V iman akan mengatakan, ‘Inilah orang-orang yang ber- sumpah sungguh-sungeuh dengan nama Allah, balwa mereka benar-benar beserta kamu?’ Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang ‘yang merugi.”” (al-Maa’idah: 51-53) Allah juga melarang menjadikan seseorang dari golongan musuh sebagai teman setia, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman- teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang. Padahal, sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu, Jika kamu benar-benar keluar untuk beyihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan- Ku, (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu mem- beritahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) ‘kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang aru nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungeuknya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. fika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan ‘melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan ‘menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (Kem- bali) kafir. Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan ‘memisahkan antara kamu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan ovang- orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkate epada kaum mereka, ‘Sesungguhnyea kam berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’ Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, *Sesungeuhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.’ (Ibrahim berkata), "Ya Tuhan kami, kanya kepada Engkaulah kami bertawakal, hanya kepada Engkaulah kami bertobat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”” (al-Mumta- hanah: 1-4) Kami cukupkan menyebut sepuluh contoh dari berbagai surah, untuk menunjukkan fenomena sesaat yang tampak pada masyarakat muslim sebagai hasil yang alami dan pasti dari masuknya Tafsir Fi Zhilal-Qur“anV unsur-unsur baru dalam masyarakat yang bersifat terus-menerus. Tetapi secara umum, fondasi masyarakat muslim di Madinah tetap sehat karena didukung penuh oleh kader inti yang kokoh dan ikhlas dari ke- lompok Mubajirin maupun Anshar. Kebersamaan dan soloditas mereka sangat baik dalam meng- hadapi seluruh gelagat tidak baik dan instabilitas yang kadang-kadang muncul. Mereka mampu menghadapi setiap ancaman yang berasal dari unsur-unsur yang belum matang keislamannya, belum kuat kebersamaan dan koordinasinya Secara perlahan, unsur-unsur tersebut akhirnya menyatu, bersih, dan memniliki koordinasi yang bail dengan kader inti. Jumlah pembangkang dari orang-orang yang masih lemah imannya dan orang- orang munafik menciut. Demikian juga jumlah orang-orang yang masih ragu-ragu dan takut-takut. Juga orang-orang yang belum utuh pemahaman mereka tentang kejelasan akidah yang menjadi landasan mereka untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Sampai menjelang Fathu Mekah, koordinasi masyarakat Islam dengan kader-kader inti yang ikhlas mendekati kesempurnaan, Secara umum, ia merupakan contoh yang paling dekat dengan tujuan yang diemban oleh sistem tarbiah Rabbaniah yang unik Diakui bahwa dalam masyarakat ini masih ter- dapat pemuliaan yang tidak sama antaranggotanya sebagai konsekuensi yang muncul dari gerakan akidah itu sendiri, Orang-orang mukmin sendiri memiliki tingkat pemuliaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya berdasarkan besar kecilnya prestasi mereka, lama tidaknya keber- samaan mereka, dan kokoh kendornya komitmen mereka. Orang-orang Muhajirin dan Anshar yang senior memperoleh keistimewaan, sahabat yang ikut Perang Badar memiliki keistimewaan, sahabat yang ikut dalam bai‘atur Ridwan di Hudaibiyyah memniliki keistimewaan, dan secara umum, sahabat- sahabat yang berinfak dan ikut berjuang sebelum Fathu Mekah memiliki keistimewaan. Baik nash- nash A-Qur’an, hadits-hadits, maupun fakta lapang- an menegaskan adanya perbedaan tingkat pemulia- an tersebut yang berasal dari gerakan yang ber- sumber dari akidah dan mendapatkan legitimasi dari nash. "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajrin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mercka dengan (263) Juz X: Bagian Akhir at Anfaal & Permulaan atTaubah baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha Kepada Allah, Allak menyediakan bagi mereka surga- surga yang mengalir sungai-sungai di dalamaya; mereka Kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenang- an yang besar.” (at‘Taubah: 100) *Barangkali Allah telah mengetahui (apa yang akan dilakukan) ahli Badar. Beliau berkata, 'Perbuatlah semau kalian, Karena surga telah menjadi ketetapan untuk kalian.’” (HR Bukhari) (Hadits ini merupakan penolakan Rasulullah terhadap permintaan Umar yang meminta izin kepada Rasulullah agar menebas leher Hatib bin Abi Balta’ah di saat ia didera oleh detik-detik pe- nurunan iman. Pada saat itu ia mengirim utusan kepada Quraisy secara sembunyi-sembunyi untuk memberitahukan kepada mereka tentang persiap- an Rasulullah untuk menyerang Mekah). "Sesungguknya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pokon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan ‘Kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta ram- pasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”(al- Fath: 18-19) "Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang ‘yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Hadiid: 10) "Tenanglah engkau hai Khalid! Janganlah engkau menyakiti sahabatku! Demi Allah, jika engkau memiliki emas sebanyak gunung Uhud, kemudian engkau infakkan itu semua dijalan Allah, ‘kamu tidak akan dapat menyusul pahala berangkat pagi dan petangnya sahabatku di jalan Allah.” (Hadits ini dinukil oleh Tbnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad. Hadits ini merupakan penolakan Rasulullah atas sikap Khalid ibnukWalid yang ber- seteru dengan Abdurrahman bin ‘Auf. Khalid ada- lah si pedang Allah, tetapi Abdurrahman bin ‘Auf adalah generasi awal para sahabat, Rasulullah ber- kata kepada Khalid, "Janganlah engkau menyakiti sahabatku.” Ini artinya tingkatan generasi awal sahabat memiliki kedudukan khusus dan istimewa dalam masyarakat Islam di Madinah.) Juz X: Bagian Akhir ab Anfaal & Permulaan atTouboh (264) ‘Tafsir Fi Zhai Qur ‘an V ‘Tetapi, keistimewaan level ini dengan kadar keimanannya, tidak menjadi penghalang saling mendekatnya semua level keimanan dan saling terjalinnya hubungan mereka dalam masyarakat Madinah menjelang Fat-hu Mekah. Hal ini menye- babkan tenggelamnya banyak fenomena kerapuh- an barisan kaum muslimin. Demikian juga feno- mena kelemahan dan keraguraguan, kebakhilan terhadap diri dan harta, dan ketidakjelasan akidah, dan kemunafikan. Kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat Madinah secara umum adalah basis utama agama Islam. ‘Namun, dengan terjadinya Fat-hu Mekah tahun ke-8 H, dan dilanjutkan dengan menyerahnya Hawazin dan Tsaqif di Thaif yang merupakan dua kekuatan terbesar di Jazirah setelah Quraisy, ke- jadian di atas berulang kembali. Masyarakat mus- lim dibanjiri oleh gelombang baru masyarakat yang baru masuk Islam dengan level keimanan yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang tidak senang dan purapura masuk Islam. Di antara mereka ada yang digiring kepada Islam oleh tam- pakan luar, dan di antara mereka ada yang hatinya masih lemah. Jiwa mereka belum terpola dengan hakikat dan ajaran Islam yang sebenarnya. Sikap pembangkangan panjang Quraisy sebelum- nya menjadi sandungan besar penyebaran Islam di Jazirah Arabia. Quraisy dahulunya adalah peme- gang otoritas tertinggi dalam urusan agama di Jazirah Arabia-di samping mereka juga memiliki pengaruh ekonomi, politik, dan sastra. Sikap pem- bangkangan mereka terhadap agama baru yang seperttiitu dianggap sebagai faktor pemicu enggan- nya masyarakat Arab untuk masuk Islam, atau paling minimal faktor pemicu keraguan dan sikap wait and see‘menunggu sambil melihat keadaan’ hingga akhirnya meletus peperangan antara Quraisy dan Nabi Muhammad yang juga anak Quraisy! Ketika Quraisy tunduk di Fat-hu Mekah, dan se- telahnya tunduk juga Hawazin dan Tsaqif di Thaif; dan tiga kabilah besar Yahudi di Madinah juga sudah kehilangan taringnya; bani Qainuga’ dan Bani Nadhir diusir ke Syam, dan suku Quraizah dibinasakan, serta menyerahnya Khaibar maka masuklah manusia ke agama Allah dengan berbon- dong-bondong. Semua itu menjadi faktor masuknya Islam ke seluruh Jazirah dalam waktu satu tahun, Tetapi, perluasan vertikal kawasan Islam ini mengulang kembali seluruh fenomena yang per- nah muncul dalam masyarakat pascakemenangan Perang Badar-meskipun dalam skala.yang lebih luas. Padahal, sebelumnya masyarakat hampir steril dari fenomena-fenomena negatif tersebut karena dampak positif dari tarbiah yang panjang dan berkesinambungan selama tujuh tahun setelah Perang Badar. Seandainya masyarakat Madinah secara umum belum berubah menjadi kader inti yang ikhlas dengan akidah Islam, dan belum men- jadi penopang utama masyarakat Madinah, pasti perluasan wilayah yang cepat ini berubah menjadi ancaman besar di Jazirah Arabia, Tetapi, Allahlah yang merekayasa dan memelihara ini semua. Dia- lah yang mempersiapkan kader-kader inti yang terdiri dari sahabat sahabat senior baik dari Muha- jirin maupun Anshar, agar mereka menjadi kader yang dapat mengemban amanah agama ini setelah terjadinya perluasan nisbi pasca kemenangan Badar; Sebagaimana Allah juga telah memper- siapkan masyarakat Madinah secara umum untuk menjadi kader yang dapat mengemban amanah agama setelah terjadi perluasan besar-besaran dan cepat setelah Fathu Mekah. Allah Maha Mengeta- hui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Fenomenapertama yang muncul setelah Fat-hu Mekah itu terjadi pada peristiwa Hunain yang diceritakan di dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai kaum mukminin) di medan preperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlakmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat ke- ‘padami sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempitolchmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berat. Kemudian Allah menurunkan ketenang- aan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman. Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya. Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.”(at:Taubah: 25-26) Diantara sebab yang tampak dari kekalahan ini diputaran awalnya adalah karena 2000 "orang yang dibebaskan” (muslimin baru) yang masuk Islam pada hari Fathu Mekah, juga keluar bersama de- ngan ribuan tentara Madinah yang dulunya menak. lukkan Mekah. Keberadaan dua ribu orang ini ber- sama dengaan sepuluh ribu orang adalah di antara sebab rusaknya keseimbangan dalam barisan, ditambah dengan faktor kejtan dari Hawazin. Rusaknya keseimbangan itu karena pasukan tidak seluruhnya berasal dari kader inti yang ikhlas yang telah matang tarbiah dan koordinasinya dalam pem- ‘Tafsir Fi Zhilalit Quran V binaan panjang sejak Badar hingga Fathu Mekah, Fenomena seperti ini juga tampak di tengah- tengah Perang Tabuk, sebuah fenomena menyakit- kan yang muncul sebagai buah yang pasti diterima dari perluasan wilayah secaracepat, dan masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bon- dong, dengan level keimanan yang ber ariasi dan garis struktural yang rapuh. Fenomena-fenomena inilah yang diceritakan oleh surah at-Taubah, dan yang dimaksud oleh ayatayat yang panjang, rinci, dan dengan teknik yang bervariasi, yang telah kami sebutkan dalam kutipan-kutipan yang mewakili setiap bagian surah Kami beralih di sini untuk melacak jejak langkah fakta historis masyarakat muslim dua tahun setelah Fathu Mekah, di saat Rasulullah meninggal dunia. Saatitu Jazirah Arabia secara keseluruhan murtad, tidak ada yang tersisa kecuali masyarakat Madinah, yang merusakan kader inti yang ikhlas. Fenomena ini sangat mudah diinterorientasikan, Sesungguh- nya dua tahun yang berlalu sejak Fathhu Mekah tidak cukup untuk menjadikan Islam berdomisili secara permanen di dalam jiwajiwa orang yang masuk Islam secara massal dengan level keimanan mereka yang rapuh, Ketika Rasulullah wafat, Jazirah Arabia yang rapuh itu goncang, dan kader inti tetap dalam komitmennya. Kaderi inti dengan kesolidan, keikhlasan, dan koordinasinya yang rapi mampu menghadapi arus itu. Mereka mengembali- kannya ke salurannya semula, dan mengembalikan saudarasaudara mereka kepada Islam sekali lagi Sesungguhnya memandang fakta historis de- ngan metode seperti ini sudah sangat memadai untuk memperlihatkan kepada kita rekayasa Allah Yang Mahabijak dalam ujian panjang yang dialami oleh dakwah di Mekah ketika muncul pertama kali. Cara pandang seperti ini juga mampu untuk melihat hikmah kenapa Allah menjadikan kaum musyrikin yang tiran berkuasa di atas kaum muslimin, me- nyiksa mereka, memfitnah, menumpahkan darah, dan memperlakukan kaum muslimin sesuka mereka? Allah sudah tahu bahwa inilah metode yang benar untuk mentarbiah generasi pertama kaum muslimin, dan membentuk kader-kader inti yang akan memperjuangkan akidah ini. Tanpa ujian panjang, maka penyangga akidah ini tidak kokoh dan tidak tahan terhadap tekanan, Tanpanya pula tidak lahir kualitas akidah yang kokoh, ikhlas, totalitas, pantang menyerah, dan tidak mundur dalam menapakijalan Allah karena disakiti disiksa, dibunuh, dihukum, diusir,dilapari, sedikitnya jum- (265) Juz X: Bagian Akhir alAnfaal & Permulaan atTaubah lah, dan tidak adanya pembela dunia. Sesungguh- nya generasi yang berkualitas seperti ini saja yang layak menjadi kader orisinil yang tegar menghadapi segala kemungkinan sejak awal perjalanan. Kader inti dari generasi awal Mubajirin inilah yang menjadi tempat bergabungnya generasi awal ‘Anshar, agar mereka menjadi basis utama di Madi- nah sebelum Badar. Juga agar menjadi pengawal yang kuat dan tegas pada periode terjadinya insta- bilitas Madinah pasca Badar karena adanya perlias- an wilayah dan masuk Islamnya orang-orang baru yang belum matang keislamannya, dan belum ber- sinergi dengan basis utama dalam level keimanan, dan strukturalnya. Danterakhir, kader intiyang dimensinya meluas menjelang Fat hu Mekah, sehingga meliputi masya- rakat Madinah secara umum, merekalah yang me- ngawal Islam dan memeliharanya dari goncangan yang terjadi pasca Fat-hu Mekah. Kemudian meme- liharanya dari kegoncangan besar pasca kematian Rasulullah, dan murtadnya sebagian Jazirah Arabia dari Islam. Hakikat ini di samping memperlihatkan kepada kita rekayasa Allah Yang Mahabijak dalam ujian panjang yang dialami dakwah di Mekah, dan ke- sulitan yang dialami oleh masyarakat muslim di Madinah sampai adanya perjanjian Hudaibiyah, ia juga menjelaskan kepada kita karakter dari manhaj pergerakan Islam yang aktual di segala waktu dan ‘tempat. Sebuah pergerakan, pertama-tama wajib meng- arahkan perhatiannya secara serius dan total untuk: membentuk kader-kader inti dari orang-orang mukmin yang ikhlas yang selalu berteman dengan ujian hidup dan mereka tegar menghadapinya, Per- gerakan harus memberikan perhatian penuh ke- pada kader ini dengan tarbiah imaniah yang men- dalam agar menambah soliditas, kekuatan, dan ke- sadaran mereka. Di samping itu, pergerakan harus sangat hatihati melakukan ekspansi sebelum merasa tenang dengan telah terbentuknya kader- kader inti yang ikhlas, kritis, dan tercerahkan. Melakukan ekspansi sebelum terbentuknya kader inti adalah bahaya serius yang dapat melenyapkan ksistensi setiap harakah (pergerakan). Di samping tidak mengikuti jalan dakwah yang dibangun Rasulullah, ia juga tidak memperhatikan karakter manhaj pergerakkan Rabbani dan Nabawi yang dititi oleh jamaah dakwah generasi pertama. Allahlah yang akan menjamin pergerakan dak- wah yang menitijalan ini. Di saat Dia menginginkan Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan atTaubah sebuah pergerakan berjalan di atas rel yang benar, Dia akan menurunkan kepada para pelopornya ujian yang panjang; memperlambat kemenang- annya, memperkecil jumlahnya, dan menjadikan manusia lambat menjawab ajakan mereka. Se- hingga, Allah mengetahui bahwa mereka telah sabar dan teguh, dan telah siap serta layak untuk menjadi kader-kader inti yang ikblas, kritis dan amanah. Kemudian Dia pindahkan langkah-lang- kah berikutnya ke tangan-Nya, dan adalah Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. ‘Tema‘Tema Pokok Surah Sekarang kami akan memaparkan secara global tema-tema pokok yang dikandung oleh surah ini. ‘Terutama hukum-hukum final yang ditetapkan oleh surah ini tentang hubungan antara kaum muslimnin dengan umat lainnya yang ada di kawasan se- kitarnya, Hukum-hukum yang tertera dalam surah ini, yang dianggap sebagai hukum-hukum yang terakhir turun, merupakan puncak dari garis-garis besar pergerakan dan manhaj Islam. Kami di sini ingin mengulang apa yang kami katakan pada juz 9 (dalam pendahuluan surah al- Anfaal) tentang karakter dari manhaj ini. Dengan demikian, melalui manhaj tersebut kita mengetahui hukum-hukum final itu; meskipun penulisan ulang- nya di sini dianggap sedikit pengulangan dalam azh- Zhilal Kami lakukan ini karena pengulangan alinea- alinea tersebut akan memberikan kesegaran terhadap kajian ini, “Imam Ibnul Qayyim telah membuat ringkasan tentang kajian jihad dalam Islam dalam kitab Zadul Ma ‘addi pasal yang ia namakan Pasal Urutan Sunnah Rasul Menghadapi Orang- Orang Kafir dan Munafik sejak Beliau Diulus hingga Meninggal Dunia, Wahyu pertama yang diturunkan oleh Tuhannya berisi perintah agar beliau membaca dengan menyebut nama Tuhannya Yang telah men- ciptakan. Itulah yang menandai awal kenabian beliau. Allah memerintahkannya agar membaca- nya untuk dirinya dan beliau belum diperintah- kan untuk menyampaikannya. - Kemudian Allah menurunkan kepadanya, 'Ya Ayyuhal muddatstsir, gum fa andzir, "Hai orang yang berselimut, bangunlah, alu berilah peringatan!”” Allah mengumumkan kenabiannya dengan perintah-Nya, Zgra”, dan mengumumkan ke- (266) ‘Tafsir Fi Zhilalit Qur'an V rasulannya dengan, 'Ye Ayyuhal Muddatssti.’ ~ Kemudian beliau diperintahkan untuk member‘ kan peringatan kepada kaum kerabatnya yang terdekat. Kemudian beliau memberikan peringatan ke- pada kaumnya, Kemudian memberikan peringatan kepada orang-orang yang bertetangga dengan jazirah Arabia. - Kemudian beliau memberikan peringatan ke- pada orang Arab secara keseluruhan. Kemudian beliau memberikan peringatan ke- pada seluruh alam. Setelah kenabiannya, beliau berdakwah selama belasan tahun tanpa ada perintah perang atau membayar jizyah. Beliau diperintahkan untuk menhan dir, sabar dan berlapang dada Setelah itu beliau diizinkan untuk hijrah dan berperang. - Kemudian beliau diperintahkan untuk meme- rangi orang yang memeranginya, dan menahan diri untuk tidak memerangi orang yang tidak memeranginya. - Kemudian beliau diperintahkan untuk meme- rangi orang-orang musyrik, sehingga agama hanya kepunyaan Allah. Setelah perintah jihad turun, orang-orang kafir terbagi tiga 1, Orang-orang yang ingin hidup damai dan me- lakukan gencatan senjata. 2. Orang-orang yang menyatakan perang. 3. Orang-orang yang tunduk di bawah kepemim- pinan kaum muslimin (ahlidz dzimmah). Allah memerintahkan Nabi saw. untuk menyem- purnakan janji dengan orang yang membuat gen- catan senjata, sepanjang mereka tetap komitmen dengan butir-butir kesepakatan. Apabila dikhawatir- kan dari mereka pengkhianatan, Rasulullah bisa memutuskan kesepakatan tersebut dan mereka tidak boleh diperangi sampai berita pembatalan sudah tersosialisasi di tengah-tengah mereka, Allah memerintahkan Nabi saw. agar membatalkan perjanjian orang yang terlebih dahulu membatalkan Janjinya. Ketika surah at‘Taubah turun, ia berisi tentang penjelasan hukum tiga kelompok di atas. Lalu, Allah perintahkan agar memerangi musuh-Nya dari Abli Kitab sehingga mereka membayar jizyah atau masuk Islam. Allah juga memerintahkan dalam surah ini agar melakukan jihad terhadap orang- ‘Tafsir Fi Zhilalit-Que“an V orang kafir dan orang-orang munafik sera berlaku tegas terhadap mereka. Beliau pun memerangi orang-orang kafir dengan pedang dan tombak. Namun, beliau memerangi orang-orang munafik dengan hujjah dan lisan, Dalam surah ini Allah ‘memerintahkan Nabi saw. agar melepas semua janji dengan orang-orang kafir dan membatalkannya. Setelah itu, orang-orang yang melakukan perjanjian (Ahlul Aqdi) menjadi tiga bagian: . Kelompok yang diperintahkan untuk diperangi. Mereka adalah orang-orang yang membatalkan perjanjian dan tidak mematuhi butir-butir kese- pakatan. Kelompok ini diperangi oleh Nabi saw.. Kelompok yang memiliki perjanjian sementara, mereka tidak membatalkannya, dan tidak mem- bantu orang lain yang memusuhi Nabi saw.. Allah memerintahkan Nabi saw. agar menyem- purnakan perjanjian tersebut sampai habis masa berlakunya. Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak © 2 saw., Atau, mereka memiliki perjanjian yang tidak terikat. Kelompok ini diberikan tangguh. selama empat bulan. Apabila masa empat bulan tersebut berlalu, Nabi saw. diperintahkan untuk memerangi mereka Maka, Nabi saw. pun memerangi orang-orang yang membatalkan perjanjiannya. Beliau memberi tempo kepada yang tidak membuat perjan- jian, atau memiliki perjanjian yang tidak terikat selama empat bulan. Beliau juga menyempurnakan janjinya kepada mereka yang juga memenuhi janjinya sampai batas waktunya. Mereka semuanya akhirnya masuk Islam dan tidak tetap dalam ke- dangkan, ahli dzimmah dikenakan kepada mereka kewajiban membayar jizyah. Kategorisasi orang-orang kafir setelah turunnya surah Bara'ah (at Taubah) ini ditetapkan menjadi tiga. Perlama, kelompok yang menginginkan perang. Kedua, kelompok yang melakukan_ perjanjian. Ketiga, kelompok yang tunduk di bawah naungan pemerintah Islam (ahli dzimmah). Kemudian ke- Jompok yang menginginkan hidup damai dan yang memiliki perjanjian sementara akhirnya masuk Islam. Akhirnya, orang-orang dikelompokkan dalam dua Kategori saja: kelompok yang menginginkan perang dan kelompok yang tunduk dengan pe- merintah Islam. Orang-orang yang menginginkan perang merasa (267) Juz X: Bagian Akhir alAnfaal & Permulaan at-Taubah gentar kepada Nabi saw. untuk melakukan kontak senjata. Akhirnya, peta penduduk dunia dalam ber- sikap terhadap Nabi saw. terbagi dalam tiga kate- gori: orang muslim yang beriman kepadanya; orang yang tunduk kepadanya dan ingin hidup aman; dan orang yang takut tapi mau perang. Sedangkan, beliau diperintahkan untuk menerima orang-orang munafik dengan apa yang mereka tampakkan dan menyerahkan apa yang mereka sembunyikan ke- pada Allah. Beliau berjihad kepada mereka dengan ilmu dan hujjah. Beliau diperintahkan untuk ber- paling dari mereka, tegas, dan menyampaikan dak- wah kepada mereka dengan perkataan yang tepat yang dapat menembus relung hati mereka. Beliau dilarang untuk menshalatkan mayat mereka. Beliau juga dilarang untuk berdiri di atas kuburan mereka. Dan, beliau sampaikan kepada mereka bahwa se- andainya beliau memohonkan maaf untuk mereka, tetapi Allah tidak akan memaafkan mereka. Inilah perjalanan hidup Rasulullah bersama dengan musuh-musuhnya, baik dari kalangan kafir maupun munafik. Selesai. Dari ringkasan yang baik tentang tahapan- tahapan jihad dalam Islam di atas, terungkap jelas ciri-ciri orisinil dan mendalam tentang manhaj haraki ’sistem pergerakan’ dalam agama ini. Ta sangat layak dikaji secara mendalam. Tetapi dalam azh-Zhilalini, kami hanya bisa memberikan ilustrasi global tentang hal tersebut. Ciri pertama, wagi’iyyah jiddiyyah'sesuai dengan realitas, tetapi menampilkan keseriusan’. Islam adalah gerakan yang berhadapan dengan realitas manusia. la menghadapi manusia dengan berbagai sarana yang sesuai dengan eksistensinya yang riil. Gerakan Islam bertugas menghadapi jahiliah di sektor akidah yang berdiri di atasnya sistem yang riil dan aplikatif,. serta ditopang oleh kekuasaan yang memiliki kekuatan finansial. Dari situlah gerakan Islam menghadapi semua realitas itu de- ngan menggunakan cara yang sebanding. Dalam. upaya pelurusan akidah dan persepsi, ia hadapi dengan dakwah dan penjelasan. Untuk menghapuskan sistem dan kekuasaan yang berdiri di atas asas jahiliah yang menghalangi mayoritas rakyat dari pemahaman akidah yang lurus, menundukkan manusia dengan paksa dan dengan cara penyesatan, dan menyuruh orang untuk menyembah selain Allah, Islam menghadapi- nyadengan kekuatan dan jihad. Karenanya gerakan Islam tidak cukup hanya menggunakan sarana bayan'penjelasan’ saat harus berhadapan dengan Juz X: Bgian Akhir al-Anfal & Permulaan atTaubah (268) ‘Tafsir Fi Zhai Quran V penguasa yang materialis, sebagaimana ia tidak menggunakan pemaksaan materi untuk menun- dukkan nurani anggota masyarakat. Kedua sarana tersebut sebenarnya sama pentingnya dalam sis- tem Islam. Tujuannya bergerak menuju penye- lamatan manusia, dengan mengeluarkan mereka dari penyembahan sesama hamba kepada penyem- bahan hanya kepada Allah; sebagaimana nanti akan dibahas, Ciri kedua, zoagiiyyah harakiyyah'sesuai dengan realitas, tetapi selalu dinamis’. Islam adalah gerakan yang memiliki tahapan-tahapan. Setiap tahapan memiliki sarana yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya yang riil. Setiap tahapan harus mengantarkan kepada tahapan selanjutnya. Islam tidak menghadapi realitas dengan teori murni, dan juga tidak menghadapi setiap tahapan dengan sarana yang statis. Orang-orang yang mengumpul- kan ayat-ayat Al Qur'an untuk dijadikan sandaran buat sistem Islam tentang jihad tanpa memper- hatikan ciri ini, tanpa memahami dengan baik karakteristik tiap tahapan yang dilalui oleh sistem ini, dan tanpa memahami hubungan nash-nash yang berbeda dari tiap tahapan serta memahami nash tidak sesuai dengan semangat prinsip dan menganggap setiap nash adalah representasi dari kaidah final dalam agama akan mengatakan dalam kesimpulannya bahv-a sesungguhnya Islam tidak berjihad kecuali unt mempertahankan diri Jika demikian, mereka berada dalam kekalahan Fuhiy- yah dan ‘agliyyah’ di bawah tekanan realitas yang ‘menyedihkan di tengah-tengah kaum muslimin yang tidak tersisa Istamnya kecuali nama. Dengan begitu, mereka menyangka telah ber- buat yang terbaik untuk Islam dengan melepas- kannya dari manhajnya, Padahal, manhaj Islam ber- tujuan untuk menghapuskan segala macam bentuk thaghut yang ada di muka bumi, dan mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah. Man- hj Islam mengeluarkan mereka dari penyembahan sesama hamba kepada penyembahan Tuhannya hamba, Islam tidak memaksa manusia untuk me- nganut akidahnya, Tetapi, memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih akidah setelah sistem-sistem politik yang berkuasa dihapuskan atau ditundukkan dengan membayar jizyah dan mengumumkan ketundukkannya, serta mem- biarkan masyarakat untuk memilih akida ini Mereka bebas apakah akan menganut akidah ini atau tidak. Ciri ketiga, gerakan Islam adalah tetap, tetapi sarananya bisa berubah-ubah, dengan catatan tidak mengeluarkan agama ini dari kaidah-kaidahnya yang telah ditetapkan, dan tidak pula membelok- iannya dari tujuannya yang telah digariskan. Sejak hari pertama Rasulullah menyampaikan kepada mereka satu kaidah, dan meminta mereka untuk berhenti pada satu tujuan yaitu pengikhlasan ibadah hanya kepada Allah, dan keluar dari penyembahan sesama hamba, Tidak ada tawar-menawar dalam kaidah ini dan tidak ada kata lembut. Kemudian beliau bergerak untuk merealisasikan tujuan yang satu ini, dalam langkahlangkah yang telah diambil, dengan tahapanahapan yang jelas. Setiap tahapan memiliki sarana-sarananya yang selalu up to date, sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam alinea sebelumnya. Ciri keempat, adanya kriteria-kriteria syariat dalam hubungan antara masyarakat muslim dan seluruh komunitas lainnya sebagaimana kita temukan pada ringkasan yang kami nukil dari Zadul ‘Ma‘ad. Kriteria ini dibangun dengan dasar bahwa Islam adalah milik Allah. Kaidah ini adalah univer- sal, dan setiap manusia seharusnya kembali kepada kaidah ini, atau menerimanya secara utuh. Dakkwah inj tidak boleh terhenti karena adanya sandungan sistem politik atau kekuatan materi, Hendaknya setiap orang bebas memegang prinsip ini, apakah dia mau menerima atau menolak, terserah kepada keinginannya, tetapi ia tidak membuat perlawanan atau memeranginya. Apabila ada orang yang mela- kukan hal tersebut, maka Islam boleh memerangi- nya, membunuhnya, atau paling tidak membuat mereka menyatakan ketundukkannya. Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami kenapa hukum-hukum final yang terdapat dalam surah ini dari pemutusan perhubungan dari Allah dan Rasul-Nya tentang janjijanji yang dibuat dengan orang-orang musyrik; memberikan tempo dalam batas tertentu kepada kaum musyrikin yang me- miliki janji dalam waktu tertentu; dan juga mem- berikan tempo selama empat bulan kepada kaum musyrikin yang memiliki perjanjian dalam waktu yang tidak tertentu. Sedangkan, orang-orang yang sejak awal tidak memiliki perjanjian dengan kaum. muslimin, mereka diperlakukan sama dengan kelompok yang disebutkan terakhir. Untuk orang- orang yang membatalkan perjanjian, maka perjan- jiannya dicabut, dengan memberikan tempo kepada ‘Tafsir Fi Zhai Quran V (269) Juz X: Bagian Akhir akAnfaal & Permulaon at-Taubah mereka selama empat bulan untuk berjalan di muka bumi dalam keadaan aman. Apabila tempo empat bulan telah berlalu, maka mereka akan ditangkap dan dibunuh di manapun mereka ditemukan. Mereka dikepung dan dilarang untuk berpindah- pindah, dan mereka aman. Kita memahami hukum-hukum yang terdapat di surah ini tentang perang yang dilancarkan kepada Ahli Kitab yang menyimpang dari agama Allah yang benar, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh dan tunduk. Kita juga memahami hukum- hukum tentang jihad yang dilancarkan kepada orang-orang munafik dan kafir dengan berlaku keras kepada mereka, larangan menshalatkan orang yang meninggal dunia di antara mereka, dan Jarangan berdiri di kubur mereka untuk mendoa- kan mereka. Hukum-hukum tersebut semuanya menggantikan hukum-hukum peralihan sebelum- nya yang turun sebelum at-Taubah. Perubahan tersebut sekarang dapat kita pahami, dalam ke- rangka penjelasan seperti itu. Disini bukan tempatnya untuk merinci pendapat tentang hukum-hukum final tersebut, atau untuk mengkaji hukum-hukum peralihan yang turun sebelumnya, dan tidak juga untuk mengkaji tema- tema lain dari surah Kita akan kaji hal-hal tersebut secara detail di saat membahas nash-nash_ Al-Qur'an dengan urutan ayat di dalam surah ini. Tapi, secara singkat kami mengatakan bahwa sesungguhnya hukum-hukum peralihan tersebut tidak dimansukh, dalam arti tidak boleh diamalkan sama sekali dalam kondisi tertentu yang terjadi pada umat Islam setelah turunnya hukum-hukum final dalam surah at-Taubah. Kami mengatakan hal tersebut karena gerakan dan kondisi riil yang dihadapinya dalam berbagai situasi, di berbagai tempat dan waktu, dialah yang menentukan (de- ngan jalan ijtihad mutlak) hukum mana yang paling sesttai untuk diambil pada situasi, masa, dan tempat tertentu! Tentunya tidak melupakan hukum-hukum final yang wajib untuk dituju. Kapan sajaumat Islam berada dalam kondisi yang memungkinkan mereka untuk merealisasikan hukum-hukum ini, sebagai- mana kondisi di saat turunnya surah atTaubah dan selanjutnya pada masa-masa perluasan kawasan Islam (Futuhat Islamiyyah) yang berdiri di atas fondasi hukum-hukum final, maka saat itu kaum muslimin harus menggunakan hukum-hukum final, apakah dalam berinteraksi dengan kaum musyrikin ataupun dengan Abii Kitab. Orang-orang yang terserang penyakit inferiority complex ‘rasa rendah diri’ di zaman ini berada di hadapan kondisi kaum muslimin yang sedang sakit yang tidak tertinggal dari Islam mereka kecuali identitas. Juga berada di tengah serangan para orientalis yang membuat makar terhadap orisina- litas jihad dalam Islam. Mereka berusaha untuk menemukan nash-nash peralihan sebagai upaya untuk lari dari hakikat yang sebenarnya yang menjadi landasan Islam bertolak ke seluruh muka bumi untuk membebaskan seluruh manusia dari penyembahan kepada sesama hamba, dan me- ngembalikan mereka semua kepada penyembahan Allah Yang Esa. Karena faktor-faktor di atas, kita melihat mereka (orang yang terserang penyakit inferiority complex) itu mengatakan bahwa sesungguhnya Allah ber- firman, "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertakzwalah kepada Allah.” (al-Anfaal: 61) “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memer- angimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.” (al-Mumtahanah: 8) *Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah, Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang ‘yang berserah diri (kepada Allah).”” (Ali Imran: 64) Kesimpulannya (menurut mereka) adalah bahwa Islam tidak akan berperang kecuali kepada orang- orang yang memerangi negeri Islam dalam tapal batas negeri Islam tersebut. Atau, Islam boleh memerangi orang-orang dariluar yang mengancam eksistensinya. Islam telah melakukan perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang musyrikin. Islam juga membuat kesepakatan dengan Yahudi Madi- nah dan penduduk musyrikin Madinah. Artinya, dalam persepsi mereka yang inferior, Islam tidak mempunyai hubungan dengan seluruh manusia di seluruh penjuru bumi. Tidak ada masalah sama sekali bagi manusia untuk menyembah apa yang mereka sembah selain Allah. Tidak ada masalah_ bagi sebagian mereka untuk menjadikan sebagian yang lain tuhan-tuhan selain Allah di seluruh muka bumi, selama dia aman hidup dalam batas-batas Ju X: Bagian Akhir abAnfoal & Permulaan at-Taubah (270) ‘Tafsir Fi Zhai. Quran V teritorial tertentu! Pendapat ini merupakan tindak- an Su'ughanterhadap Islam dan Su’uzhanterhadap Allah. Kekalahan yang mendera mereka diperparah lagi dengan realitas umat yang sakit, dan adanya kekuatan global yang melancarkan serangan yang membuat mereka tidak berdaya sama sekaii. Permasalahan ini agak sedikit ringan andaikan saat mereka kalah secara mental di hadapan ke- kuatan-kekuatan tersebut, mereka tidak mengalih- kan kekalahan itu kepada Islam. Atau, tidak mem- bawa-bawa Islam kepada kelemahan yang mereka alami akibat jauhnya mereka dengan Islam. Tetapi, mereka tetap bersikukuh untuk menyeret agama Allah yang kuat dan kokoh kepada kelemahan dan kekalahan mereka. Sesungguhnya nash-nash tempat mereka ber- lindung adalah nash-nash peralihan yang. saat itu berhadapan dengan realitas tertentu. Realitas tertentu tersebut mungkin saja akan terjadi secara berulang dalam kehidupan kaum muslimin. Dalam kondisi ‘seperti itu ditetapkan untuk menerapkan nash-nash peralihan, karena memang kondisinya menetapkan bahwa nash-nash sepert lah yang layak untuk dijadikan hukum. Tetapi, ini tidak berarti bahwa hukum tersebut adalah tujuan yang hendak dicapai, bahwa hukum tersebut merupakan langkah ter- akhir dari agama ini, Arti sebenarnya adalah bahwa umat Islam harus terus maju untuk memperbaiki kondisi dan menghilangkan rintangan-rintangan yang menghadang di jalan. Schingga, akhirnya ia mampu untuk menerapkan hukum-hukum final yang terdapat dalam surah terakhir, dan yang menghadapi kondisi yang tidak dihadapi oleh nash- nash peralihan. ‘Sesungguhnya nash-nash final berbicara tentang urusan kaum musyrikin sebagaimana firman-Nya, “(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari- pada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada ‘orang-orang musyrikin yang kamu (Raum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). Maka, berjalantah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguh- nya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul- Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bakwwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik baginu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungeuknya kamu tidak dapat melemakkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak me- ngurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas wwaktunya. Sesungguhnya Allah menyukai ‘orang-orang yang bertakwa. “Apa udak habs ban bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyri- kin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tang- kaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan men- dirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah ebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu me- minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya sempat mendengar firman Allah. kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demi- Kian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengeta- hui.” (at‘Taubah: 1-6) Mengenai Abii Kitab, Allah pun berfirman, *Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan ‘agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) ‘yang diberikan Alkitab kepada mereka, sampai mereka ‘membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.” (at‘Taubah: 29) Apabila kaum muslimin hari ini tidak sanggup karena kondisi mereka untuk merealisasilan hukum-hukum ini, maka mereka untuk sementara tidak dibebankan untuk merealisasikannya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai de- ngan kesanggupannya. Bagi mereka ada alternatif, menerapkan hukum-hukum peralihan, sambil me- rangkak menuju penerapan hukum-hukum final di saat mereka sudah mampu untuk menerapkannya. Tetapi, mereka tidak boleh mengorbankan nash- nash final agar sejalan dengan nash-nash peralihan. Mereka juga tidak boleh membawa-bawa kele- mahan mereka hari ini untuk dilekatkan kepada agama Allah yang kuat dan kokoh. Mereka harus takut kepada Allah untuk menco- reng agama ini dan mengalamatkan kepadanya nuansa ketidakseriusan, dengan dalil bahwa Islam adalah agama damai dan sejahtera. Memang benar, Tafsir Fi Zhilali- Qur'an V (271) Jue X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan at-Taubah Islam adalah agama damai dan sejahtera, tetapi kedamaian dan kesejahteraan yang dihasungnya berdiridiatas landasan penyelamatan seluruh ma- nusia dari penyembahan selain Allah, dan me- masukkan seluruh manusia ke dalam Islam yang kaffah. Ini adalah manhaj Allah yang bertujuan untuk mengangkat derajat manusia menuju ke- pada-Nya, dan menikmati kebaikan-Nya, Ia bukan manhaj seorang hamba, dan bukan mazhab se- orang pemikir dari anak manusia. Mengapa para penyeru malu untuk mendeklarasikan bahwa tujuan akhir mereka adalah menghancurkan segala kkekuatan yang menghadang jalannya, dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan manusia untuk menentukan pilihannya. Manhaj Dahi Disaat mazhab yang dianut oleh manusia adalah mazhab yang dibuat oleh manusia; dan di saat sistem dan perundang-undangan yang mengatur kehidupan mereka juga adalah buatan seorang hamba; maka setiap mazhab dan peraturan bisa hidup dalam batas-batas tertentu secara aman, sepanjang ia tidak melewati batasbatas orang lain, Karena itu, yang harus dilakukan oleh mazhab dan sistem-sistem seperti itu adalah saling menyesuai- kan diri dan tidak berupaya untuk melenyapkan yang lain. ‘Tetapi, manakala hukum itu adalah hukum Mahi dan syariat ‘Rabbaniyyah yang memposisikan hamba harus tunduk kepada Allah saja dan di sampingnya ada manhaj-manhaj, mazhab-mazhab, dan undang- undang yang dibuat oleh manusia yang memposisi- kan seorang hamba tunduk kepada hamba maka masalahnya sudah berbeda dari akarnya. Yang harus dilakukan oleh manhajIlahi adalah melewati sekat-sekat kemanusiaan, memerdekakan manusia dari penyembahan kepada sesama, dan membiar- kan mereka memilih akidah yang sesuai dengan nurani mereka dalam nuansa ketundukan hanya kepada Allah. Orang-orang yang terserang penyakit inferiority complex yang berusaha untuk mengorbankan nash- nash seperti itu untuk keluar dari ’ketimpangan’ yang mereka duga bersumber dari landasan ber- tolaknya Islam di belakang prinsip-prinsip awalnya untuk memerdekakan manusia di seluruh muka bumi dari penyembahan selain Allah melupakan_ hakikat yang besar ini. Yaitu, adanya pertarungan antara manhaj Rabbani yang mengajarkan bahwa penghambaan hanya kepada Allah dengan manhaj- manhaj manusia yang mengajarkan penghambaan kepada sesama hamba. ‘Sesungguhnya jihad mutlak dalam agama ini memniliki legalitasnya yang bersumber dari manhaj Tlahi itu sendiri. Hendaklah orang-orang yang ter- serang penyakit lemah mental dan mengalamat- kannya kepada agama, merujuk aspek legalitas tersebut. Semoga Allah mengaruniai kekuatan yang bersumber dari kekuatan-Nya, dan memberi- kan kepada mereka dinding pembatas yang tegas antara hak dan batil yang dijanjikan untuk orang- orang yang bertakwa. ‘Terakhir diawal surah ini tidak tertulis basmalah sebagaimana layaknya surah-surah lain dalam mushaf Utsman yang merupakan mushaf pokok. ‘Tirmidzi dengan sanadnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata, "Aku berkata kepada Utsman bin 'Affan, ‘Apa yang menyebabkanmu_ menulis al-Anfaal (yang termasuk matsaani) dan Bara’ah/at“Taubah (yang termasuk mi‘in) dengan menggandengkan keduanya tanpa menulis di antara keduanya baris Bismillahirrahmanirrahim? Padahal, kamu menulisnya dalam as-sab'ut thiwal” tujuh surah yang panjang’.’Apa yang menyebabkan ‘kamu melakukan itu?” Utsman berkata, ‘Jika turun kepada Rasulullah ayat-ayat dalam jumiah tertentu, beliau biasanya memanggil sebagian sahabat yang bertugas se- i penulis, dan beliau berkata, 'Letakkanlah ayat dalam surah yang disebutkan di dalamnya ini danitu.’ Al-Anfaal adalah di antara surah yang paling pertama turun di Madinah, sedangkan surah Bara’ah adalah di antara surah yang paling terakhir turun. Kisah Bara’ah memiliki kemiripan dengan surah al-Anfaal, dan aku khawatir bahwa Bara’ah adalah bagian dari al-Anfaal. Di saat Rasulullah meninggal dunia, beliau tidak menjelaskan bahwa Bara’ah adalah bagian dari al-Anfaal. Karenanya, aku gandengkan di antara dua surah tersebut, dan. aku tidak menulis di antara keduanya baris Bis- millahirrahmanirrahim. Aku meletakkan keduanya dalam kelompok as-sab ‘ut thiwal” Riwayat ini adalah riwayat yang paling dekat kepada pengantar tafsir yang dapat diterima tentang sebab penempatan dua surah ini seperti itu, tanpa memisahkan keduanya dengan ‘Bismillahirrah- manirrahim, Riwayat ini juga memberikan informasi kepada kita bahwa penempatan posisi ayat-ayat di Juz X: Bagian Ahir al-Anfoal & Permulaan at-Taubah (272) ‘Tafsir Fi Zhitait Qur'an V dalam suatu surah, dan penentuan urutannya pada tempat-tempatnya, semuanya telah sempurna di- Jlakukan berdasarkan perintah Rasulullah selama hidupnya. Banyak surah ketika itu masih terbuka (belum sempurna) dalam satu waktu. Apabila turun satu atau beberapa ayat pada peristiwa tertentu untuk merespons realitas yang tengah berlangsung atau menyempurnakan/mengganti suatu hukum, sesuai dengan manhaj haraki yang ril dalam agama ini, maka Rasulullah memerintahkan agar ayat tersebut diletakkan di tempatnya dari surah ter- tentu. Dengan demikian, ayat-ayat yang terkandung di dalam setiap surah pasti menyimpan hikmah tertentu. Adanya urutan penempatan ayat dalam satu surah juga mengandung hikmah tertentu. Kami mencatat bahwa setiap surah memiliki kepribadian yang unik, dan memiliki ciriciri ter- tentu yang menyebutkan profil kepribadian surah tersebut. Setiap surah juga mengandung suasana dan nuansa tertentu. Kemudian menggunakan bahasa dengan gaya tersendiri dalam satu surah yang mempertegas profil surah tersebut dan me- nonjolkan kepribadiannya. Mudah-mudahan alinea sebelumnya dan hadits Ibnu Abbas yang disebut- kan diatas dapat menafsirkan fenomena yang jelas ini yang selalu kami tekankan berulang kali dalam pendahuluan setiap surah di dalam azh-Zhilalini. Dan sekarang, kami cukupkan pembahasan ini sampai di sini, Kami berpindah kepada kajian nash- nash AlQur'an berdasarkan urutannya. Hanya kepada Allahlah kami mengharapkan taufik, dan dari-Nyalah kemudahan. oats Mba ss ss Mi aie ESO Ae5 esi Eli pestiodecit SB pe SON RC yh et pAbeNgiotig > ape ae fet sore ——s OSS EE Slate ablieog, Loose See ali SL dase anita; e3Kiz! eA AS EMAC soN5)5 Bary MS Rasa Less eles PUG Ge cng: nee oe b, oe e (eae GGL AGET HLF : % oa ruin Aa Elance Pokus naghieas Re Pon Ps Wess tala oe ern (ix es it ehag ie ane ee sa eas eee Se ~ : BEE ee b Hope 1535, satSNeS scat Uiog er ae ee Coe coals 5 24 . tO tee LSA GMA PNET yh be (ge gitar cit IS . eee Ee SD oss i tion ogres wes Tafsir Fi Zhilali-Qur “an V Pane polgs wales ass SET AG AME ALAR, SOM ZEB MaSie igh aeLAles eons ALA ore (Mcsev ait (sie Sea pats aeeetse ALSACE S 3 Sass Raps tosntl t. Dos gras arte ges Cialis ai we $ ESP ESR sits SAMS eT SL 5 ro ess G BAGLESS Medea id ee exes CAEL ° srs Pn sis ey Ssoatges Bayt eh Bessie, as Pisa Bax sais as aK aati BEE vines 3 Nayar, oA GES A3 tae oI SN SAIN fs SG (273) Juz X: Bagian Akhir abAnfaal & Permulaan at-Taubah Sree tedaa ”(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadap- kan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan per- janjian (dengan mereka) (1) Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguh- nya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah dan sesungguhnya Allah menghinakan orang- orang kafir. (2) Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat ma- nusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguh- nya Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (3) kecuali orang- orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (4) Apabila sudah habis bulan- bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah ke- bebasan kepada mereka untuk berjalan. Se- sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (5) Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlin- dungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. Kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (6) Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul- Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? Maka, selama mereka berlaku lurus Juz X: Bagion Akhir al-Anfaal & Permulaan at‘Taubah (274) Taftir Fi ZhilaitQur°an V terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (7) Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenang- an terhadap kamu, mereka tidak memelihara. hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka, menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Kebanyakan mereka, adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). (8) Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Se- sungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. (9) Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) per- janjian. Mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (10) Jika mereka bertobat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (11) Jika mereka me- rusak sumpah (janjijnya sesudah mereka ber- janji dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti. (12) Mengapa- kah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjijnya, padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allahlah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (13) Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, (14) dan meng- hilangkan panas hati orang-orang mukmin. Allah menerima tobat orang yang dikehen- daki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha- bijaksana. (15) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang: orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang ber- iman, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, (16) Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan mereka kekal di dalam neraka. (17) Hanyalah yang memakmurkan masjid- masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, seria tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (18) Apakah (orang- orang) yang memberi minuman kepada orang- orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kerudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah dan Allah tidak mem- beri petunjuk kepada kaum yang zalim. (19) orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang men- dapat kemenangan. (20) Tuhan mereka meng- gembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. (21) Mereka kekal di dalamnya selama-Jamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pabalt yang besar. (22) Hai orang-orang yang riman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dian saudara-saudaramu pemimpin-pemim- pinmu, jika mereka lebih mengutamakan ke- kafiran atas keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pe- mimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (23) Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usaha- kan, perniagaan yang kamu khawatiri ke- rugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) ber- jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai ‘Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (24) Sesungguhnya Allah telah menolong Tafsir Fi Zhilali-Que“an V kamu (hai kaum mukminin) di medan pepe- rangan yang banyak, dan (ingatlah) pepe- rangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. (25) Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman. Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah me- nimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (26) Sesudah itu Allah menerima tobat dari orang-orang yang di- kehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (27) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan ke- padamu dari karunia-Nya, jika Dia meng- hendaki. ya Allah Maha Mengeta- hui lagi Mahabijaksana.” (28) Pengantar Kelompok ayat-ayat yang tercantum di atas dari urutan surah atTaubah, turun belakangan walau- pun dalam urutannya dicantumkan di pendahuluan awal dari surah ini. Karena urutan ayat-ayat dalam suatu surah di mushaf Al-Qur an sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya adalah menurut pe- rintah Rasulullah. Jadi urutan tersebut merupakan masalah faugifi sesuai petunjuk Rasulullah. Bagian tersebut mengandung pembatalan per- janjian-perjanjian yang ditandatangani antarakaum_ muslimin dan orang-orang musyrik hingga saat turunnya ayat-ayat itu. Jadi, intinya sebagai keputus- an akhir adalah pembatalan semua perjanjian ber- sama orang-orang musyrik di Jazirah Arab, dan penghentian segala proses memulai perjanjian baru bersama orang-orang musyrik setelah itu. Pem- batalan ini dinyatakan dengan permakluman pe- mutusan hubungan mutlak terhadap orang-orang musyrik dan dengan pengingkaran akan kemung- Kinan adanya perjanjian damai dengan orang-orang musyrik di sisi Allah dan Rasul-Nya. Diantara kandungan pembatalan itu adalah tidak diperkenankan orang-orang musyrik bertawaf di (275) Juz X: Bagian Akhir at Anfoal & Permulaan at-Taubah Masjidil Haram atau memakmurkannya dalam bentuk apa pun setelah itu. Hal ini bertolak be- lakang dengan apa yang terjadi sebelumnya dari perjanjian mutlak yang ditandatangani Rasulullah (perjanjian Hudaibiyah) bersama orang-orang mu- syrik agar saling membahu mengamankan Baitul- Jah al Haram dan bulan-bulan haram, dengan kon- disi orang-orang musyrik tersebut tetap bertahan dalam kemusyrikan mereka, Orang yang merujuk mata rantai peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam sirah nabawiyah, pasti menyaksikan di sela-selanya kenyataan sejarah tentang manhaj pergerakan Islam. Sebagaimana ia akan menemukan tabiat manhajini tentang dirinya sendiri, periode periodenya, dan tujuan-tujuannya. Iaakan menyaksikan dengan jelas bahwa langkah final dan spektakuler ini dalam hubungan antara kekuatan-kekuatan pasukan muslim dengan segala kekuatan pasukan musyrik dan Abli Kitab yang ditetapkan dalam surah ini, telah tiba waktunya. Jalannya telah terbentang, kondisi-kondisinya telah siap, dan ia menjadi langkah yang alami di masanya yang tepat. Darifakta praktik di lapangan, telah benar-benar jelas bahwa tidak mungkin hidup berdampingan dua manhaj kehidupan yang keduanya saling berbeda begitu tajam mencakup segala aspek ke- yakinan, persepsi, akhlak, gaya hidup, norma- norma sosial, ekonomi, dan politik serta aspek pembangunan manusia, Perbedaan itu timbul dari perbedaan keyakinan dan persepsi. Dua manhaj kehidupan; yang pertama, terbangun atas dasar penghambaan kepada Allah semata-mata dan tiada sekutu bagi-Nya. Sedangkan, yang lainnya ter- bangun atas dasar penghambaan manusia kepada manusia, kepada tuhan-tuhan yang dibuat-buat, dan dewa-dewa yang bermacam-macam. Kemudian terjadilah benturan dalam setiap langkah kehidup- an. Karena, setiap langkah dalam dua manhaj tersebut selalu berbeda dengan yang lainnya. Sesungguhnya bukanlah suatu kebetulan bahwa ‘Quraisy bersikap menentang dengan keras dakwah kepada syahadatain, "Tiada tuhan selain Allah dan bahia Muhammad adalah utusan Allah”, di Mekah. Bukan suatu kebetulan juga Quraisy memerangi dakwah dengan zalim ketika ia berada di Madinah. Bukan pula suatu kebetulan jika Yahudi di Madinah menentang dan menghalangi pergerakan ini, dan kemudian bersekutu dengan kekuatan pasukan orang-orang musytik. Dan, bukan pula suatu ke- etulan kaum Yahudi dan kaum musyrikin mem- Juz X: Bagian Akhir atAnfoal & Permulaan at-Taubah (276) Tafsir Fi ZhilalikQur an V propaganda kabilah-kabilah di Jazirah Arab untuk bersama-sama memusnahkan secara total bahaya yang mengancam mereka semua, dengan ber- dirinya daulah Islamiah di Madinah yang berasas kepada akidah Islam dan penegakan undang-undang- nya sesutai dengan manhaj Rabbani tersebut. Begitu pula akan kita ketahui bahwa bukanlah suatu peristiwa yang sekadar lewat, ketika kaum Nasrani sebagai bagian dari Ahli Kitab, menentang dakwah dan pergerakan ini di baris terdepan, baik di Yaman, Suriah, maupun di tempat-empatlainnya sampai akhir zaman. Kejadian-kejadian ini ber- langsung secara alami dan sesuai tabiatnya. Per- tama, ini merupakan tabiat yang tak terpisahkan dari manhaj Islam yang diketahui dan disadari betul oleh para penganut manhaj-manhaj (ideologi- ideologi) lainnya. Tabiat dakwah Islam tersebut adalah pantang menyerah untuk terus berusaha menegakkan kerajaan Allah di muka bumi dan mengeluarkan manusia dari penyembahan ter- hadap sesama manusia kepada penyembahan hakiki kepada Allah semata, dan meruntuhkan -segala materi penghalang antara seluruh manusia dan kebebasan hakikinya dalam memilih. Kedua, sesungguhnya ia merupakan tabiat per- musuhan abadi antara dua manhaj yang tidak akan pernah bertemu baik dalam perkara-perkara besar maupun perkara-perkara kecil. Para penganut manhaj-manhaj konvensional (ideologi-ideologi modern) sangat berambisi untuk memusnahkan manhaj Rabbani yang mengancam eksistensi mereka, Jadi, masing-masing pihak tidak punya pilihan selain saling mengalahkan dan memusnahkan. Kenyataan ini akan berlangsung sepanjang zaman dan sepanjang percobaannya. Dia tampak dalam berbagai macam bentuk, yang menekankan dan memperdalam urgensi menempuh langkah parwu- ngkas yang dipermaklumkan oleh surah ini. Asbabun nuzul yang berkaitan erat dan langsung (dengan turunnya ayat) yang disebutkan oleh ber- agai riwayat, hanyalah mata rantai peristiwa yang terdapat dalam silsilah yang panjang dan berkem- bang sepanjang sirah nabawiyah yang mulia dan sepanjang praktik pergerakan Islam sejak masa awal. Dengan keluasan memandang terhadap akar- akar dasar atas sikap ini dan gerakannya yang terus- menerus, dapat dipahami kebijakan atas langkah pemungkas ini. Tentu saja dengan tanpameremeh- kan asbabun nuzul yang berkaitan erat dan lang- sung karena fungsinya tidak lebih dari sekadar mata rantai peristiwa dalam silsilah panjang tersebut. Imam akBaghawi menyebutkan dalam tafsirnya beberapa pendapat ulama tafsir. Mereka berkata, "Sesungguhnya setelah Rasulullah bertolak me- nuju Perang Tabuk, kaum munafik pun bersiap-siap untuk terjun perang (melawan kaum muslimin) dan orang-orang musyrik pun melanggar perjanjian damai mereka. Menghadapi kondisi tersebut, Allah menurunkan ayat-ayat berkaitan dengan mereka. Yaitu, dengan memberikan kelonggaran waktu se- Jama empat bulan bagi orang-orang yang mengikat perjanjian damai dengan tenggang waktu yang lebih pendek dari empat bulan dan membatasi hanya empat bulan bagi perjanjian yang lebih lama daripada itu. Setelah memaparkan pendapat-pendapat ulama tafsir pada awal surah ini, Imam ath-Thabari menye- butkan, 'Pendapat yang paling dekat kepada ke- benaran dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa tenggang waktu empat bulan yang diberikan Allah kepada ahlul ahdi’orang-orang. yang terikat dalam perjanjian damai’ dari orang- orang musyrik dan di dalamnya mereka dib kesempatan untuk bergerak bebas. Firman-Nya dalam surah atTaubah ayat 2, Maka, berjalanlah Kamu (kaum musprikin) di muka bumi selama empat ular’, adalah bagi orang-orang musyrik yang me- musuhi Rasulullah dan melanggar perjanjian damai yang ditandatangani sebelum habis masa ber- lakunya, Sedangkan, orang-orang yang tidak melanggar perjanjiannya dan tidak memusuhi Rasulullah, Allah memerintahkan Nabi untuk menyempurnakan perjanjiannya dengan mereka hingga batas waktu- nya, dengan firman-Nya pada ayat 4, ‘Keauali orang- orang musyrikin yang kamu telak mengadakan per- janjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi ‘esuatu prun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terkadap mereka itu penukilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguknya Allak menyukai orang- orang yang bertakwa.” Demikian pula riwayat dari ath-Thabari dengan sanadnya dari Mujahid mengenai firman Allah dalam surah at‘Taubah ayat 1, ‘(nilah pernyataan) _pemutusan perhubungan daripada Allah dan rasul-Nya (ang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang Kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanyian (dengan mereka).'Iaberkata, "Ahlul ahdiadalah Bani Mudiij dan semua kabilah Arab yang mengikat perjanjian dengan Nabi dan orang-orang yang me- Tafsir Fi ZhilaliQue“an V milikiikatan perjanjian.’ Ia berkata,/"Rasulullah tiba dari Tabuk setelah menaklukkannya, kemudian beliau hendak berhaji. Rasulullah bersabda, ‘Sesung- guhnya Baitullah masih dikunjungi oleh orang-orang ‘musyrik. Mereka bertawafsambil telanjang. Aku tidak senang ketika berhaji, Keadaan itu masih terjadi.” Maka, Rasulullah pun mengutus Abu Bakar dan Ali, Mereka berdua berkeliling di Dzil Majaz dan pusat-pusat perdagangan orang-orang musyrik. Kepada setiap orang yang datang pada musim haji itu, mereka memaklumkan kepada orang-orang yang memiliki ikatan perjanjian dengan Rasulullah agar merasa aman selama empat bulan. Yaitu, bulan-bulan haram yang berturut-urut, dua puluh hari di akhir Dzulhijjah hingga sepuluh hari awal dari Rabiul Akhir. Setelah itu tidak berlaku lagi setiap perjanjian. Rasulullah memaklumkan perang melawan semua bangsa Arab kecuali bila mereka beriman. Kemudian semua orang beriman dan tak seorang pun yang tertinggal Sebab-sebab turunnya ayat yang berkaitan erat dan langsung ini tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh dalam mempertimbangkan langkah akhir yang ditetapkan, Namun, fungsinya hanyalah sebagai mata rantai peristiwa yang terjadi dalam rentetan silsilah panjang yang timbul dari akar pokok permasalahan yang besar. Yaitu, pertentang- an abadi dua manhaj dan tidak adanya celah yang memungkinkan keduanya hidup berdampingan secara bersama-sama kecuali dalam keadaan darurat yang pasti akan berakhir.” Komentar Sayyid Rasyid Ridha Sayyid Rasyid Ridha ingin sekali menguasai ‘mata rantai peristiwa-peristiwa dalam silsilah ini sejak dimulainya dakwah. Namun, ia tidak ber- usaha menguasai akar pokok pertentangan yang abadi yang membangun silsilah ini dengan mata rantai peristiwanya, yang berakhir dengan langkah pamungkas yang spektakuler. Rasyid Ridha berkata dalam kitab tafsirnya al-Manar, "Merupakan ke- pastian masyhur yang tidak bisa diperdebatkan bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai rasul- Nya dan sebagai penutup para nabi, dengan mem- awa risalah Islam yang merupakan agama yang paling sempurna. Allah menjadikan mukjizatnya (277) _Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan at Taubah yang paling besar adalah Al-Qur'an yang mengalah- kan seluruh manusia dari segala aspeknya, telah disebutkan pokok-pokoknya dalam tafsir surah a- Bagarah ayat ke-3 (halaman 190-228 jilid 1). Rasulullah membangun bangunan dakwah yang mengajak kepada Islam atas dasar dalil-dalil aqli (rasional) dan pemahaman ilmu yang memuaskan dan menundukkan.' Allah melarang pemaksaan di dalamnya dan mengajak ke dalamnya dengan ke- kerasan, sebagaimana telah kami jelaskan dalam tafsir ayat 256 surah al-Bagarah. Kemudian kaum musyrikin menentang Rasulullah dan menyiksa kaum mukminin dengan berbagai penyiksaan dan pengusiran. Mereka menghalangi Rasulullah dari tabliknya dengan kekerasan dan tidak seorang pun dari pengikut Rasulullah yang merasa aman dari pembunuhan dan penyiksaan kecuali yang men- dapat suaka dari sekutunya atau kerabatnya. Maka, terjadilah hijrah demi hijrah, namun penyiksaan kaum Quraisy makin bertambah terhadap Rasu- lullah. Sehingga, mereka berkonspirasi terang- terangan di Darun Nadwah untuk memenjarakan_ Rasulullah seumur hidup atau membuangnya atau membunuhnya. Akhirnya, mereka lebih memilih untuk membunuhnya. Allah memerintahkan beliau untuk berhijrah sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir ayat 30 surah alAnfaal, Rasulullah pun berhijrah dan orang- orang yang mampu mengikuti beliau berhijrah ke Madinah. Di sana mereka mendapatkan kaum Anshar yang menolong Allah dan Rasul-Nya serta mencintai orang-orang yang berhijrah ke tempat mereka. Kaum Anshar lebih mengutamakan kaum Muhajirin dibanding diri mereka sendiri. Sedang- kan, hubungan mereka dengan orang-orang mu- syrikin masih tetap dalam kondisi perang dan sesuai dengan kebiasaan pada masa itu. Rasulullah mengikat perjanjian damai dan kerja sama dengan ‘Ahli Kitab yang ada di Madinah dan sekitarnya. Namun, mereka berkhianat dan melanggar per- janjian tersebut dengan mendukung dan mem- bantu orang-orang musyrik setiap terjadi perang dengan kaum muslimin, sebagaimana telah dijelas- kan dalam tafsir surah al-Anfaal. Rasulullah mengikat perjanjian damai dengan orang-orang musyrik Mekah dalam perjanjian 1 Peri diingatkan di sini tentang metode pemikiran Syaikh Muhammad Abduh yang berpengaruh dengan filsafatasing dari Islam yatufisafat Dickard yang terlalu terfokus kepada akal dan memiberikan porsiyang terlalu banyak kepadanya dalam urusan akidah. Maka di samping dalildail agli dan ilmu pengetahwan, perl ditambah dengan dalildall ah dan keikutsertaannya dalam semua potensi manusiatermasuk akal dan pikiran Ju X: Bagian Akhir akAnfaal & Permulaan atTaubah Hudaibiyah selama sepuluh tahun dengan syarat- syarat yang sangat menghinakan, meskipun saat itu kaum muslimin telah berada dalam kondisi ke- kuatan yang prima dan perkasa, tidak lemah dan hina. Namun, perjanjian itu tetap ditandatangani karena Rasulullah lebih menyukai perdamaian dan menyebarkan agamanya dengan kepuasan akal dan argumentasi.? Bani Khuza’ah masuk ke dalam sekutu Rasulullah dan bani Bakar masuk ke dalam sekutu Quraisy. Kemudian bani Bakar dengan bantuan senjata dari Quraisy menyerang bani Khuza’ah. Ini penyebab pecahnya kembali perang umum melawan Quraisy. Kemudian takluklah Mekah yang meruntuhkan kekuatan syirik dan menghinakan penganutnya. ‘Namun, mereka tetapmemerangi Rasulullah ketika mampu melakukannya. Fakta dalam praktik me- nunjukkan bahwa baik dalam kondisi kuat maupun_ Jemah, kaum musyrikin tidak pernah mematuhi perjanjian damai yang disepakati. Kaum muslimin tidak pernah terbebas dari ancaman pelanggaran dan pembatalan sepihak dari kaum musyrikin. Sebagaimana akan kita jumpai dalam firman Allah di surah ini di ayat ke-7, ‘Bagaimana bisa ada ‘perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, hinggaakhir ayat ke- 12, "maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang hair itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang- orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti.” Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa tiada perjanjian yang mereka pegang dan penuhi. Mak- sudnya, sesungguhnya merupakan hal yang mus- tahil untuk hidup berdampingan bersama orang- orang musyrik dalam ketentuan-ketentuan per- janjian yang disepakati selama mereka masih tetap dalam kemusyrikan yang tidak memiliki syariat sebagai pengontrol dan pengikat bagi mereka.? Sedangkan, sebelumnya telah ada contoh pelang- garan dan pembatalan perjanjian damai secara (278) ‘Toi Fi Zhilalit Quran V sepihak dari Ahli Kitab, Padahal, mereka lebih patut untuk lebih terikat dalam menepatinya. Inilah kaidah syariah yang harus dijadikan patokan dalam menyikapi setiap informasi dalam surah ini tentang pembatalan perjanjian damai yang tak terikat batas waktu dengan kaum tersebut dan penyempurnaan perjanjian yang terikat dengan atas waktu hingga masa berakhirnya bagi kaum yang teguh memegang ikatan pernjanjiannya. Sedangkan, hikmah yang terkandung di dalamnya adalah penghapusan sisa-sisa kemusyrikan dari Jazirah Arab dengan kekerasan dan dijadikannya Jazirah Arab sebagai tempat tinggal yang khusus bagi kaum muslimin, dengan tetap berpegang ke- pada kaidahdkaidah yang tercantum dalam firman Allah surah al-Baqarah ayat 190 semampu mung- kin. Walaupun, jumhur ulama tafsir mengatakan bahwa ayat-ayat ini adalah mansukh dengan ayat tentang kewajiban berperang dan membatalkan perjanjian damai dengan abli syirik.” Dari paparan ini dan dari penjelasan yang ada dalam tafsir surah at-Taubah di dalam kitab Tafsir Al-Manar, menjadi jelas bahwa meskipun hakikat yang murni, mendalam, dan tersembunyi di be- lakang mata rantai silsilah dari proses pelanggaran perjanjian dan serangan yang dilakukan secara tiba- tiba oleh kaum musyrikin dan Ahli Kitab ketika mereka melihat adanya peluang dan kesempatan, penulis tafsir Al-Manar ini (Rasyid Ridha) tidak menyelidiki hingga ke akar-akar masalahnya, dan tidak melihat akibat dan cakupannya. Ia tidak men- dekatkan hakikat dahsyat yang ada dalam tabiat agama ini dan gerakannya, dan tabiat pertentangan mendasar antara manhaj Allah dan manhajhamba- Nya, yang tidak pernah akan bertemu dalam satu unsur pun, Apalagi, untuk hidup berdampingan se- cara bersama-sama dalam jangka waltu yang pan- Poa her sang sinakuhan baa aidah haus isbn dengan pun inl dan kenaguln argent oh dasar art geraan am, Narn, pernotan in akan mlampaui bas dan renynpang bia imaksudan bbws fad dalam en hanya Gye vk nema di kumi, a babi xan dara wat dala ep Kons hondis separ ang arhkan oleh aod Rha Sanat anch, meskgun Rael Ridha menyadar hakikatpokok in ang merupaka kash daar tentang musta hip berdampingan ais dasr biiebu eran ang ditandatangant nara Klas tr stam dan ket iiter ham muy dan, A Kia alae ae wat rte, Rapyid Ria berkesimpulanbukanah mer span ida yong tetap, Karena pendangan Rey ith mengarah epata aah asl bea hibungan sara kekoatan milter Tam da Kekuatan mer Raum musyrk dan Adi Kitab, ‘alah haten peta dara selma ak ead penyerangen terhadap muslin di neger mereka, Menta, nah yang saga tmemngnan dan kek sedanghan kona pean an bad adalah pngecuaian, Peng deja hanya beak ag kum msyrkin {stra Ar, (ontargen ber aman ea aren haan slur Kaun musi pada mares sa sper kau myrkindJevrah Arb, Pertara i as Ha jlahan dalam papas slaslaKterangen tentang nash-esh surah). ‘Tafsir Fi Zhilalit Quran V Jang antara kekuatan militer yang berdiri atas dasar manhaj Allah dan kekuatan yang terbangun atas ‘manhaj lainnya. Bantahan terhadap Komentar Muhammad Izzah Sementara itu, Prof. Muhammad Izzah dalam tafsirnya tentang surah ini yang termuat dalam kitab At-Tafir al-Hadits, komentarnya sangat jauh dari hakikat agung ini, Ia juga tidak menyentuh akar pokok permasalahan yang mendalam itu. Hal ini kkarena ia seperti kebanyakan penulis lain. Yakni, terlalu terpengaruh dengan tekanan luar biasa dan menyesakkan dada, yang disebabkan olch kenyata an yang memilukan pada generasi muslim. Juga kkarena tekanan besar dari kekuatan persenjataan in, komunisme, dan Ahli Kitab yang Talebih sibuk dengan mencari-cari pembenaran dari dalil-dalil agama bahwa Islam adalah agama damai dan perdamaian. Menurutnya, kepentingan Islam hanyalah bagaimana hidup aman dalam wilayah garis-garis perbatasannya. Maka, kapan pun ada celah untuk berdamai dan mengikat per- janjian, Islam sangat mengutamakan hal itu, dan tidak melenceng dari prinsip itu untuk mencapai target lain. Oleh karena itu, Muhammad Izzah tidak melihat adanya asbabun nuzul bagi nash-nash yang terakhir dari surah at-Taubah, kecuali hanya melihat satu sebab. Yaitu, pelanggaran sebagian kaum musyri- kin terhadap perjanjian mereka dengan Rasulullah. Sedangkan, terhadap orang-orang yang tidak me- langgar perjanjiannya baik yang terbatas dengan waktu maupun yang tidak terbatas dengan waktu, maka surah ini memerintahkan untuk meneruskan perjanjian itu dan menjaganya. Bahkan, bila per- janjian mereka telah berakhir masa berlakunya, boleh menjalin ikatan perjanjian baru dengan mereka. Demikian juga bagi orang-orang yang melanggar perjanjiannya. Menurutnya, ayatayat yang menyata- kan tentang adanya periodisasi dalam hal ini adalah hukum pokok dan dijadikan pegangan, yang mem- batasi makna umum dalam ayat-ayat akhir dari surah ini. Berkaitan dengan itu, Muhammad Izzah me- ngomentari firman Allah, *Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjtan)mu (279) Juz X: Bagian Akhir akAnfoal & Permulaan atTaubah dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penukilah janjinya sampai batas waklunya. Sesungeuknya Allah ‘menyukai orang-orang yang bertakwa, Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang- orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intai- lah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguknya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (at‘Taubah: 4-5) Dalam duaayat diatas dan ayatayat sebelumnya terdapat gambaran tentang sirah Nabawiah dalam masa akhir dari periode Madinah. Di sana ter- cantum bahwa antara kaum muslimin dan kaum musyrikin telah terikat perjanjian damai setelah penaklukan Mekah dan bahkan meluas ke masa sebelumnya. Juga tercantum bahwa ada di antara orang-orang musyrik yang masih menepati per- janjian mereka dan sebagian dari mereka telah melanggarnya atau telah tampak tandatanda dan bukti-bukti pelanggaran dari mereka. Sebelumnya telah kami singgung bahwa sesung- gubnya para ahli takwil dan abli tafsir menamakan ayat kedua dari dua ayat di atas dengan nama ayat saif’ayat pedang’. Mereka menganggap bahwa ayat tersebut merupakan nasikhyang mengamandemen seluruh ayat yang mengandung sikap toleransi, bersikap ramah, memberikan tenggang waktu, ‘memaafkan, dan berpaling dari orang-orang musyrik. Ayat tersebut adalah ayat yang mewajibkan memerangi mereka secara mutlak. Diantara ahli takwil dan tafsir tersebut ada yang mengecualikan aflul akdi'orang-orang yang meng- ikat perjanjian damai’ hingga batas masa berlaku perjanjiannya berakhir. Sebagian lainnya tidak me- ngecualikan suatu kaum pun dan tidak memboleh- kan menerima persyaratan lain, slain masuk Islam dari kaum kafir setelah turunnya ayat ini, Telah kami singgung tentang pendapat berlebih- an dan bertentangan dengan ketentuan ALQur‘an yang mencakup hukum-hukum muhkamah (hukum positi) yang menentukan tidak bolehnya meme- rangi orang-orang kafir yang bukan musuh dan membiarkan dalam keadaan aman orang-orang yang mengikat perjanjian dan para sejawat kafir ‘Mereka dianjurkan untuk dilayani dan bersikap adil kepada mereka. Para ahli tafsir telah mengutip pendapat-pendapat dan riwayatriwayat dari ahli Juz X: Bagian Akhir al-Anfaal & Permulaan at-Taubah (280) Tafsir Fi Zhilalit Que “an V takwil terdahulu berkenaan dengan ayat ini secara berulang-ulang. Ibnu Katsir telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat tersebut memerintah- kan kepada Rasulullah agar mengayunkan pedang (senjata) melawan orang-orang yang perjanjian damainya telah beliau tanda tangani, hingga mereka masuk Islam. Menurutnya, ayat itu menyuruh beliau untuk membatalkan semua perjanjian dan ikatan damai mereka yang telah berlaku sebelumnya. Tbnu Katsir sendiri mengutip riwayat aneh sekali dari Sulaiman bin Uyainah, yang menghimpun ayat- ayat ini dan ayatayat lainnya dari surah ini dan dari surah lainnya yang tidak berkenaan dengan perang melawan orang-orang kafir. Kemudian ia menama- kannya dengan ayat-ayat pedang. Ia berkata, "Se- sungguhnya Nabi telah mengutus Ali bin Abi Thalib membawa misi untuk menyampaikan berita per- makluman kepada seluruh manusia pada hari Haji Akbar. Di antaranya ayat ini adalah ayat yang di- namakan dengan ayat pedang melawan kaum musyrikin dari komunitas Arab, dan ayat pedang melawan para Ahli Kitab, "Perangilah orang-orang yang tidak Beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) ‘yang diberikan Alkitab kepada mereka, sampai mereka ‘membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (atTaubah: 29) Ayat pedang melawan kaum munafik terdapat dalam surah at-Taubah ayat 73, "Hai nabi, berjihad- lah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu dan bersikap keraslah melawwan mereka. Tempat mereka ialah neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya, ”Ayat pedang melawan para bughat (pemberontak) yaitu ayat 9 surah al-Hujuraat, "Jika ada dua golongan dari orang- orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan ite berbuat aniaya terkadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah,” Hal itu sangat aneh karena ath-Thabari juga berpendapat bahwaayat tersebut mencalcup semua kaum kafir, baik yang memiliki ikatan perjanjian maupun yang tidak memilikinya secara mutlak tanpaperbedaan sedikit pun, Sementara itu, iajuga memutuskan dalam arahan surah akMumtahanah ayat 8, "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungeuknya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.” Menurutnya, ayat ini adalah muhkamah (berlaku sebagai hukum positif) dan Allah tidak melarang kaum muslimin dari berbuat baik dan berbuat adil terhadap komunitas dari orang-orang kafir yang bersikap damai, baik, dan condong kepada mereka. Setiap pendapat itu dan pemahaman yang di- simpulkan dari arahan ayat menunjukkan bahwa ayat itu ditujukan hanya semata-mata untuk meme- rangi orang-orang kafir yang terikat dalam per- janjian damai kemudian mereka melanggar per- janjian tersebut, bukan tertuju kepada orang-orang kafir lainnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa menganggapnya sebagai ayat pedang dan makna- nya mencakup orang:orang musyrik secara mutlak adalah memaknai ayat dengan makna yang tidak dikandungnya, baik dari arahannya maupun pema- hamannya, Sebagaimana juga salah menganggap- nya sebagai nasikh'amandemen’ bagi ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam banyak ayat lain yang di atasnya terletak kaidah-kaidah umum. Misalnya, tiada paksaan dalam beragama, hendak- nya berdakwah ke jalan Allah dengan hikmah, anjuran memberikan nasihat yang baik dan ber- debat dengan argumen dan cara yang lebih baik, serta anjuran untuk berbuat baik dan berbuat adil terhadap orang-orang yang tidak memerangikaum_ muslimin dan tidak mengeluarkan mereka dari tanah air mereka. Sebentar lagi akan kita jumpai ayat yang di dalamnya secara jelas tercantum perintah kepada kaum muslimin untuk berpegang teguh terhadap perjanjian damai mereka bersama orang-orang musyrik yang ditandatangani di Masjidil Haram. Dengan syarat, selama mereka berpegang teguh kepadanya, Dalam ayat tersebut terdapat tambahan_ bukti penguat atas apa yang kami putuskan, insya Allah. Dua Permasalahan Hukum Seringkali timbul dua masalah berkenaan de- ngan hukum yang terkandung dalam dua ayat di atas. Masalah Pertama, pengecualian yang terdapat dalam ayat pertama membatasi pemberlakuannya dengan berakhirnya masa perjanjian damai. Apa- kah orang-orang yang mengikat perjanjian damai ‘Tafsir Fi Zhitali-Que“an V (281) Juz X: Bogian Akhir olAnfaal & Permulaan at-Taubah dari orang-orang musyrik terputus hubungan de- ngan Allah dan Rasul-Nya sehingga wajib meme- rangi mereka? Pendapat para mufassirin dalam ‘menjawab per tanyaan ini sangat positif. Sementara ini kami belum menemukan satu riwayat atsar yang ‘kuat dari Nabi saw. berkenaan dengan masalah ini. Kami melihat bahwa pendapat para mufassir bisa jadi sah-sah saja kalau dikatakan sebagai pendapat yang belum jelas secara umum. Menurut kami, masalah ini perlu diperjelas ‘arena kaum mu ‘ahad” yang mengikat perjanjian’ itu terbagi-bagi. Ada yang sebelum perjanjian damai merupakan musuh kaum muslimin dan telah ter- jadi perang bersenjatan dengan mereka, kemudian kaum muslimin mengikat perjanjian damai dengan mereka. Hal ini sebagaimana kasus kaum Quraisy_ yang mengikat perjanjian damai dengan Nabi saw. dalam perjanjian Hudaibiyah. Ada pula yang sejak awal ingin mengikat hubungan baik dan perjanjian damai dengan kaum muslimin dan belum pernah terjadi permusuhan dan perang dengan mereka. Di surah ini terdapat ayat yang mengisyaratkan hal itu, *Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan Kepada suatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa Aeberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia mem- beri kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi, jika mereka ‘membiarkan kamu dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.” Ayat ini mengandung apa yang kita yakini sebagai fakta yang benar-benar terjadi. Dalam riwayat sirah terdapat beberapa contoh. Diriwayat- kan dari Ibnu Saad bahwa Nabi saw. mengikat perjanjian dengan bani Shakhar dari Kinanah yang menyebutkan bahwa Nabi saw. tidak akan meme- rangi mereka dan mereka tidak akan memerangi- nya, Disebutkan pula bahwa mereka tidak akan memperbanyak jumlah sekutu dan menolong kaum musyrik dalam memusuhi Nabi saw. Hal itu tertulis dalam perjanjian dengan mereka. Dalam ayat tersebut dan dalam ayat lainnya tidak terdapat larangan yang melarang melakukan pem- baruan perjanjian damai atau memperpanjangnya dengan orang-orang musyrik tersebut dan tidak puladengan selain mereka, bilamereka mengingin- kanya. Dengan syarat, belum pernah timbul pe- Janggaran dari mereka atau tanda-tanda meng- khianatinya. Kaum muslimin tidak berhak menolak hal itu karena mereka hanya diperintahkan oleh Allah untuk memerangi orang-orang yang meme- rangi dan memusuhi mereka dengan melakukan penyerangan sekecil apa pun. Dalam ayat yang akan kita jumpai sebentar lagi dan ayat yang mengan- dung perintah secara elas terhadap kaum muslimin untuk berpegang teguh kepada perjanjian damai dengan orang-orang musyrik selama mereka ber- pegang teguh kepadanya, terdapat kaitan yang erat dengan pendapat kami di atas, insya Allah. Masalah Kedua, yaitu apa yang dapat dipahami dari paragraf teralchir dari ayat kedua yang menyata- kan perintah membiarkan orang-orang musyrik bebas dan menahan diri dari memerangi mereka disebabkan oleh pelanggaran mereka sendiri. Tetapi, dengan syarat, kembalinya mereka dengan ber- tobat dari syirik, kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Hal yang langsung timbul dari pemahaman kami berkenaan dengan masalah ini adalah bahwa orang- orang musyrik setelah melanggar perjanjian damai mereka, kemudian diperangi oleh orang-orang muslim, Maka, hak perjanjian damai bagi mereka telah hilang untuk kedua kalinya. Sehingga, men- jadi hak orang-orang muslim untuk membebani orang-orang musyrik dengan syarat yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan bagimereka. Syarat tersebut adalah bertobatnya mereka dari syirik dan masuknya mereka ke dalam Islam. Juga komitmen mereka terhadap segala kewajiban Islam, baik yang bersifat ibadah maupun derma harta’ benda. Hal ini bukanlah termasuk pemaksaan dalam agama, tanpa memandang bahwa syirik itu me- nandakan adanya kejatuhan martabat manusia dan perbudakannya untuk melayani kekuatan-kekuat- an, pikiran-pikiran, dan keyakinan keyakinan palsu dan hina yang bertentangan dengan akal, logika, dan kebenaran. Sebagaimana juga menandakan tumbuh suburnya hukum-hukum jahiliah yang di dalamnya mengandung kebiasaan-kebiasaan yang zalim, adat-adat kebiasaan yang keji dan mungkar, dan fanatisme yang membabi buta. Islam yang dipersyaratkan kepada mereka untuk memeluknya, menjamin bagi mereka terlepas dari semuajeratan tersebut. Kemudian bersama mereka membangun untuk naik ke tingkat kesempurnaan sebagai ma- nusia dari sisi akal, akhlak, ibadah, akidah, dan amal. Juz X: Bagian Akhir abAnfoal & Permulaan at-Taubah Namun demikian, kami tidak berpendapat bahwa dalam ayat tersebut terdapat larangan yang mela- rang kaum muslimin memperbarui perjanjian dengan orang-orang yang melanggar kembali per- janjiannya untuk kedua kalinya setelah perang, bila maslahat lebih condong dan berpihak kepada per- janjian tersebut. Mungkin kaum muslimin juga tidak mampu melakukan perang terus-menerus atau tidak mampu menaklukkan mereka dengan kekuatan senjata. Wallahu alam. Pendapat Sayyid Quthb Jelas sekali dari kutipan-kutipan yang kami cantumkan dan dari komentar semisal dari pe- ngarang bersangkutan bahwa dia tidak reladengan kebenaran Islam secara mutlak, yang berhak men- jelajahi bumi untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap sesama makhuk selama hal itu memungkinkan, tanpa memandang ada atau tidak adanya penyerangan atas kaum muslimin di tanah air mereka sendiri. Pengarang tersebut men- jauhkan kaidah dasar ini sejak awal. Sedangkan, di atas kaidah dasar inilah terbangun konsep jihad dalam Islam. Tanpa perkara itu, hilanglah hak agama Allah ini untuk menghapus segalarintangan materi] dalam jalan dakwah, sebagaimana akan hilang pula semangat dan keikutsertaannya secara nyata dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada manusia dengan segala sarana yang sepadan dan setara dengan masalah itu dalam berbagai periode dengan sarana yang bermacam- macam. Yang tersisa baginya hanyalah dakwah yang berupa keyakinan untuk melawan segala ke- kuatan materi. Ini merupakan senda gurau yang tidak diridhai Allah untuk agamanya di muka bumi. Jelas pula bahwa pengarang bersangkutan tidak rela dengan manhaj pergerakan dalam Islam dan perlawanannya terhadap segala peristiwa yang terjadi dengan segala sarana yang sepadan dan setara dengannya. Pengarang tersebut telah me- nyimpangkan hukum-hukum final yang merupa- kan keputusan akhir sebagai hukum-hukum pera- lihan yang berlaku sebelum turun ayat tersebut. [a tidak menoleh kepada kenyataan bahwa nash-nash terdahulu berkenaan dengan perlawanan meng- hadapi kejadian-kejadian masa lalu yang sangat berbeda jauh dengan kondisi yang dihadapi oleh nash-nash terakhir sebagai hukum final. Memang benar dan demikianlah hakikatnya bahwa nash- nash peralihan tersebut tidak mansukh (tidak diamandemen). Maksudnya, nash-nash tersebut (282) ‘Tafsir Fi Zhilali-Qur ‘an V tidak boleh dijadikan sebagai pijakan dalam kondisi apa pun setelah turunnya nash terakhir yang mengandung hukum final. Nash-nash tersebut tetap berlaku untuk menghadapi kondisi-kondisi yang semisal dengan kondisi ketika diturunkannya. Namun, nash-nash tersebut tidak mengikat kaum muslimin bila dihadapkan dengan kondisi-kon seperti yang dihadapi oleh nash terakhir tersebut, sementara mercka mampu melaksanakannya. Perkara ini sangat membutuhkan keluasan, elas- tisitas, dan pemahaman yang mendalam tentang. tabiat dari agam (islam). Juga tabiat manhaj harakahnya sebagaimana telah dikemukakan se- belumnya. Ketentuan Mutlak dan Dua Dampak Nyata Kita kembali kepada pernyataan pembuka yang tercantum dalam paragraf sebelumnya. "Orang-orang yang merujuk kepada kejadian- kejadian dalam sirah Nabi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya, pasti melihat di sela-sela- nya fakta sejarah bagi manhaj harakah Islam. Apa- bila seseorang merujuk pula kepada tabiat manhaj ini, hakikatnya, marhalah-marhalahnya (periode- periodenya), dan tujuan-tujuannya, pasti akan me- nyadari bahwa langkah final itu telah tiba saatnya, telah dibentangkan jalannya, dan telah dipersiapkan segala kemungkinannya. Juga telah menjadi lang- kah alami pada saatnya yang tepat dan tak bisa di- pungkiri.” Percobaan demi percobaan telah menyingkap ketentuan yang mutlak bahwa perselisihan ber- kaitan dengan hubungan antara masyarakat mus- lim dan masyarakat jahiliah diputuskan dengan perang yang dinyatakan dalam firman Allah, "Dan sekivanya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi, dan masid-magid, ‘yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesung- gulnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungeuknya Allah benar-benar Maha- uat lagi Mahaperkasa.” (al-Hajj: 40) "Seandainya Allah tidak menolak (Reganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah buri ini.” (al-Baqarah: 251) Ketentuan mutlak ini telah berdampak dalam dua fenomena yang jelas. ‘Tafsir Fi Zhai Quran V (283) Juz X: Ragian Akhir abAnfoal & Permulaan atTaubah Pertama, bertolaknya Islam selangkah demi se- langkah, perang demi perang, dan marhalah (periode) demi marhalah, untuk menyebarkan manhaj Allah di daerah sekitarnya. Penyampaian kalimat Allah itu dalam rangka menyampaikannya kepada seluruh manusia dan penghapusan setiap penghalang yang merintanginya dalam memaklum- kan dan menyampaikannya kepada setiap anak Adam. Sehingga, takluklah Mekah dan hancurlah kekuatan Quraisy yang merupakan penghalang ter- besar dalam langkah penyebaran Islam. Kemudian tunduklah kaum Hawazin dan Tsaqif di Thaif yang merupakan kabilah terkuat setelah Quraisy. Islam pun memiliki kekuatan yang menggetar- kan setiap musuhnya dan membuka jalan baginya untuk melakukan langkah final yang komprehensif_ diseluruh Jazirah, Itu merupakan pendahuluan dari JangkahJangkah selanjutnya dalam penaklukan bumi lainnya, sesuai dengan kondisi yang cocok dengan masing-masing langkah berikutnya. Sehingga, tidak terjadi fitnah dan agama semuanya menjadi milik Allah Kedua, pembatalan perjanjian damai yang ditan- datangani oleh kekuatan pasukan kaum musyrikin dengan kaum muslimin, yang selalu dilanggar kaum musyrikin setiap ada peluang untuk melang- garnya, menunjukkan bahwa kekuatan bala tentara Islam selalu berada dalam keadaan terpojok yang mengancam keberadaannya. Atau, paling tidak menjadikan pelanggaran ini seolah-olah tanpa risiko dan akibat apa-apa atas para pelanggarnya dari kaum musyrikin dan Abii Kitab sebelumnya. Hal ini Karena perjanjian-perjanjian damai itu pada hakikat- nya tidak timbul dari niat hakiki dan murni dalam menciptakan perdamaian dengan Islam dan ikatan damai dengan kaum muslimin, melainkan sangat jarang. Namun, sebenarnya ia tercipta karena ke- terpaksaan sejati beberapa saat. Kekuatan-kekuatan jahiliah tidak akan bertahan lama melihat perkembangan Islam yang terus- menerus menegakkan eksistensinya, sumber wujud- nya bertolak belakang dengan sumber wujudnya, dan bertentangan dengannya. Islam selalu mengan- cam keberadaan kekuatan jahiliah tersebut dengan tabiat Islam yang penuh dengan kebenaran, pro- duktivitas, harakah, dan kesiapan bertolak untuk menghancurkan segala thagut dan mengembalikan manusia kepada penyembahan kepada Allah se- mata-mata Fenomena terakhir ini dan kaidah dasar yang terbangun di atasnya merupakan keputusan Allah dalam firman-Nya, "Mereka tiada henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (al- Bagarah: 217) Mengenai Abli Kitab, Allah berfirman; "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (al-Baqarah: 109) "Orang-orang Yahudi dan Nasvani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (al-Bagarah: 120) Allah memaklumkan dengan nash-nash (gath’i) dj atas tentang kesatuan dan kesamaan target antara semua kekuatan jahiliah terhadap Islam dan kaum muslimin dengan usaha yang tidak pernah putus untuk mencapai target itu. Kemudian mele- barkannya sepanjang zaman tanpa pembatasannya dengan suatu kondisi atau zaman. Tanpa mengetahui ketentuan pasti tersebut dalam tabiat hubungan antara masyarakat Islam dan masyarakat jahiliah dan penafsiran fenomena- fenomena yang timbul darinya, dengan merujuk kepadanya, tidak mungkin memahami tabiat jihad dalam Islam. Juga tidak mungkin memahami tabiat peperangan yang panjang antara kekuatan jahiliah dan kekuatan Islam. Tidak mungkin pula mema- hami pembangkit-pembangkit semangat kaum mujahidin yang pertama, rahasia-rahasia penakluk- an Islam, rahasiarahasia perang terhadap ani- misme dan salibisme yang tidak pernah padam sepanjang empat belas abad, walaupun disebabkan buruknya pendidikan dan nasib. Kini mereka telah berlepas dari hakikat Islam dan tiada tersisa darinya kecuali simbolnya. Mereka tenggelam dalam kekuatan balatentara komunis, animisme, dan salibisme di Rusia, Cina, Yugoslavia, Albania, India, Kasmir, Ethiopia, Siprus, Kenya, bagian Utara Afrika dan Amerika Serikat. Hal itu ditambah lagi dengan praktik-praktik kejam dan buas untuk membasmi segala benih-benih kebang- Kitan Islam di setiap tempat di dunia Islam, atau (dengan penyataan lebih tepat) yang sebelumnya Islam. Komunisme, animisme, dan salibisme ber- sama-sama menjalin kerja sama dan persekutuan. dengan lembaga-lembaga yang menangani pemus- nahan benih-benih kebangkitan tersebut. Para musuh itu disertai dengan bantuan dana yang ber~ Juz X: Bagian Akhir al-Anfoal & Permulaan at-Toubah (284) ‘Tafsir Fi Zhilali-Qur ‘an V limpah untuk biaya jaminan dan menjaga rahasia pemusnahan tersebut. Sesungguhnya hal itu tidak akan dipahami se- dikit pun tanpa mengetahui ketentuan pastitersebut dan fenomena-fenomena yang timbul darinya. Telah jelas ketentuan tersebut sebagaimana di- kemukakan sebelumnya, yaitu sebelum turunnya surah at-Taubah dan setelah penaklukan Mekah dalam dua fenomena yang dijelaskan di muka. Tampak dengan jelas bahwa mau tidak mau kita harus mengambil langkah final tersebut di Jazirah Arab baik terhadap kaum musyrikin maupun Ahli Kitab. Namun, kejelasan semua hal tersebut untuk kepemimpinan Islam saat itu, tidak otomatis makna- nya juga jelas bagi setiap komunitas dan kelompok dimasyarakat muslim. Khususnya, bagi yang baru beriman dan mualaf, apalagi bagi orang-orang yang lemah hatinya dan orang-orang munafik. Dalam masyarakat muslim, ada yang merasa ke- beratan dengan pembatalan perjanjian damai de- ngan seluruh kaum musyrikin. Yaitu, setelah empat bulan berlalu bagi orang-orang yang melanggarnya, orang-orang yang perjanjiannya tanpa batas waktu, orang-orang yang tidak memerangi kaum muslimin walaupun tanpa perjanjian, dan orang-orang yang memniliki ikatan perjanjian kurang dari empat bulan. Juga setelah masa berlakunya habis bagi orang- orang yang memiliki perjanjian dengan batas waktu tertentu dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu. Ada orang-orang Islam yang menolak pembatalan itu walaupun kaum muslimin berhak mengacuhkan perjanjian terhadap mereka yang telah melanggar- nya dan terhadap orang-orang yang ditakutkan ber- khianat terhadap perjanjiannya. Hal ini sebagai- mana telah disebutkan dalam hukum peralihan yang dikandung firman Allah, YJika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikantah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguh- nya Allah tidak menyukai orang-orang yang ber- Khianat,” (al-Anfaal: 58) Sesungguhnya pembatalan perjanjian-perjanjian dengan selain mereka setelah empat bulan atau setelah masa berlakunya yang ditetapkan, mungkin bagi mereka bertentangan dengan apa yang mereka ketahui dan kebiasaan yang mereka dapatkan dalam mengikat perjanjian damai terhadap para mu 'ahidin dan membiarkan bebas orang yang terikat di dalamnya, Namun, Allah menghendaki perkara yang lebih besar dari biasanya dan langkah spektakuler yang belum dijalani sebelumnya, Dalam masyarakat muslim juga ada yang me- mandang bahwa tidak penting lagi berperang me- Jawan kaum musyrikin secara umum dan mengejar mereka hingga kembali kepada Islam, setelah Islam jaya di Jazirah Arab dan orang-orang musyrik tidak tersisa lagi kecuali beberapa kantong yang tersebar di beberapa tempat yang tidak perlu di- khawatirkan keberadaannya bagi Islam saat ini Komunitas ini tidak terbebas dari rasa keberatan untuk memerangi para kerabat, sahabat, dan orang- orang yang terikat dengan mereka dalam hubung- an sosial dan ekonomi yang bermacam-macam, selama masih ada harapan bagi masuknya mereka ke dalam Islam tanpa perlakuan yang kejam ini. Namun, Allah menghendaki berdirinya unsur- unsur masyarakatatas dasar akidah sematasemata, dan Jazirah Arab murni hanya untuk Islam. Juga agar seluruh datarannya menjadi pijakan yang aman baginya. Sedangkan, Dia Mahatahu bahwa Romawi bersiap-siap menyerang Islam di dataran Syam sebagaimana akan dilalui bahasan sebentar lagi. Dalam masyarakat muslim ada yang takut ke- pada kelesuan pasar dan kebangkrutan yang timbul diakibatkan oleh putusnya hubungan perdagangan dan ekonomi diseluruh penjuru Jazirah disebablan permakluman perang total atas seluruh kaum kafir didalamnya, Pengaruh hal itu akan terasa sekali di musim haji, khususnya setelah ada larangan bagi kaum musyrikin berhaji setelah tahun itu dan tidak bolehnya kaum musyrikin memakmurkan masjid- masjid Allah, Apalagi bila ditambah lagi dengan pandangan bahwa langkah tersebut tidak penting dilakukan dan terbukanya kemungkinan mencapai- nya dengan jaian damai yang lamban. Namun, Allah menghendaki berdirinya unsur-unsur masyarakat atas dasar akidah semata-semata, dan agar akidah menjadi ukuran yang paling kuat dalam hati setiap mukmin dari segala yang lainnya. Sebagaimana Allah menghendaki untuk memaklumkan kepada mereka bahwa Dia adalah Maha Pemberi rezeki safur-satunya, dan bahwa penyebab-penyebab rezeki yang tampak bukanlah satu-satunya penyebab yang diatur dan ditundukkan bagi mereka dengan kekuasaan-Nya. Dalam masyarakat muslim ada orang-orang yang. bethati lemah, ragu, mualaf, orang-orang munafik, dan laindain yang masuk ke dalam Islam secara Tafsir Fi Zhitali-Qur“an V (285) Juz X: Bagian Akhir al-Anfoal & Permulaan at-Taubah berbondong-bondong dan belum terbentuk dengan tabiat Islam. Ada di antara mereka yang takut me- merangi kaum musyrikin secara total, dan takut kebangkrutan dan kelesuan pasar yang timbul akibat pembatalan tempat-tempat perdagangan, dan kurang- nya keamanan dalam berdagang, distribusi, putus- nya transportasi, dan beban biaya jihad secaraumum. Ia tidak mendapatkan dorongan yang kuat dari dirinya untuk menanggung ini semua. Ia masuk Islam karena ia menang, jaya, dan kokoh. Jadi, ia masuk Islam karena melihatnya sebagai peluang yang menguntungkan tanpa beban keringat yang berat. Sedangkan, pandangan kewajiban perang total tidak mendatangkan manfaat apa-apa bagi mereka. Padahal, mereka baru saja masuk Islam, ke- napa harus menanggung beban biaya yang besar? Allah hendak menyeleksi barisan dan hati-hati kaum muslimin. Dia berfirman kepada mereka dalam surah atTaubah ayat 16, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Perilaku yang carut-marutdan bercampur aduk dalam masyarakat muslim ini membutuhkan penjelasan panjang dan terperinci dengan berbagai gaya bahasa dan isyarat dalam bagian surah ini. Tujuannya untuk menyembuhkan kegagalan-ke- gagalan yang terdapat dalam jiwajiwa kaum mus- limin, kesemerawutan dalam barisan-barisan mereka, dan syubhat-syubhat yang terdapat dalam sebagian hati kaum muslimin yang ikhlas. Hal tersebut menjelaskan betapa urgensinya memulai surah ini dengan permakluman umum bahwa Allah dan Rasul-Nya benar-benar berlepas iri dari kaum musyrikin, Permakluman umum dari Allah dan Rasul-Nya tersebut perlu ditegaskan berulang kali setelah ayat pertama dengan tekanan yang sama dan kekuatan dan ketinggian gaya bahasa yang sama. Sehingga, tidak tersisa lagi di hati setiap mukmin hubungan dalam bentuk apa pun dengan kaum yang Allah dan Rasul-Nya telah berlepas diri dari mereka. *(nilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari- pada Allah dan Rasul-Nya (yang dikadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kau muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).” (at- Taubah: 1) "Dan (inilak) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, ahaa sesunggutinya Allah Rasul-Nya berlepas divi dari orang-orang musyrikin.” (at‘Taubah: 3) Dengan demikian, dibutuhkan kondisi yang membuat tenteram kaum mukminin dan kekha- watiran bagi kaum musyrikin bahwa sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Selain itu, orang-orang yang menjadikan mereka penolong- penolong dan pemimpin-pemimpin tidak akan dapat melemahkan Allah dan tidak pernah bebas dari azab Allah, "Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa se- sungguhnya kamu tidak akan dapat melemakkan Allah dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.” (at‘Taubah: 2) "Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kafr (bahwa mereka akan mendapat) siksa ‘yang pedih.” (at-Taubah: 3) Dibutuhkan pula ketegasan pengingkaran bahwa tidak mungkin ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang musyrikin yang telah meng- adakan perjanjian dengan kaum muslimin dan mereka berpegang teguh dengan isi perjanjian itu. Maka, terhadap mereka itu harus dipenuhi per- janjiannya sampai batas waktunya, selama mereka tetap berpegang dengannya. Bersama itu pula kaum mukminin diingatkan bahwa kaum musyri- kin tidak mengindahkan perjanjian terhadap kaum mukminin dan tidak menganggap tercela untuk me- langgar dengan kejam bila mendapat kesempatan dan kekuatan untuk melaksanakannya. Allah meng- gambarkan kekufuran kaum musyrikin tersebut dan kebohongan mereka ketika menampakkan sikap bersahabat dan kasih sayang kepada kaum mukminin ketika kaum mukminin berada dalam. kejayaan, "Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin). Padahal, jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) per- janjian. Mercka menyenangkan hatimu dengan mulut- ‘nya, sedang hatinya menolak. Kebanyakan mereka Juz X: Bagian Akhir al-Anfoal & Permulaan at-Taubah adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati per- janjian). Mercka menukarkan ayat-ayat Allah dengan ‘harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Sesungguknya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukinin dan tidak (pula mengindakkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (at- ‘Taubah: 8-10) Karena itu, menjadi sangat penting untuk mem- bangkitkan kembali kenangan-kenangan pahit yang ada dalam hati kaum mukminin, dan mem- bangkitkan perasaan-perasaan marah, balas den- dam, dan penyembuhan sakit hati mereka dari musuh-musuh mereka, yang juga musuh-musuh Allah dan musuh-musuh Islam. "Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpak (jaryi)nya, padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusirrasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allaklah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar ‘orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan- tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan, menghilangkan panas hati orang-orang mukmin, Allah menerima tobat orang ‘yang dikehendaki-Nya, Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (at‘Taubah: 13-15) Hal tersebut menentukan adanya pemisahan total atas dasar akidah, mengalahkan dan meng- abaikan segala perasaan kekerabatan dan masiahat sekaligus. Juga adanya ketentuan harus memilih antara hubungan kekerabatan dan maslahat atau memilih Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Maka, kaum muslimin harus memilih salah satu jalur jalan tersebut, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jedikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemim- ‘pin-pemimpinmu, jika mercka lebih mengutamakan kekafiran alas keimanan. Barangsiapa di antara kama yang menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemim- pinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah, Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara- saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan ‘yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah (286) Tesi Fi Zhilai-Qur“an V dan Rasul-Nya dan (dari) bejihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- ‘Nya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang ‘fasik.” (at-Taubah: 23-24) Karenaitu, menjadi sangat penting untuk meng- ingatkan kaum muslimin kembali tentang per- tolongan Allah bagi mereka di banyak tempat per- tempuran, Adapun paling dekat dengan ingatan mereka adalah di Perang Hunain ketika mereka pada awalnya kalah total, dan tidak ada yang meno- Jong melainkan hanya Allah dengan balatentara- Nya dan dengan memantapkan Rasul-Nya, *Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai kaum mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yailu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat Kepadamu sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehrnu, kemudian kamu lari ke blakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya. Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir dan demikianlah pem- balasan kepada orang-orang yang kafir.”(at‘Taubah: 25-26) Karenanya, menjadi sangat penting pada akhir- nya untuk menenteramkan hati kaum mukminin dalam persoalan rezeki yang mereka khawatirkan terjadi kebangkrutan dan kelesuan dalam musim tersebut dan terganggunya transaksi perdagangan. Allah mengingatkan mereka bahwa rezeki itu tergantung dengan kehendak Allah, bukan datang melalui jalanjalan dan sebab-sebab yang mereka sangka, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang- orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Magidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawwatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia- ‘Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Alak Maha ‘Mengetahui lagi Mahabijaksana,”(at-Taubah: 28) Penegasan-penegasan dan keputusan-keputus- an, isyaratisyarat dan pembangkitpembangleit, dan keterangan panjang dengan gaya bahasa yang ber- aneka ragam tersebut menjelaskan tentang kondisi masyarakat muslim setelah penaklukan Mekah, dan masuknya unsur-unsur baru dan banyak ke dalamnya. Sekiranya masyarakat Madinah dengan Tafsir Fi Zhilalit Quran V (287) Juz X: Bagian Akhir at Anfaal & Permulaan at-Taubah perjalanan dan pendidikan panjang yang mereka dapat dari Rasulullah belum mencapai derajat komitmen yang kokoh, kuat, murni, dan terang, pastilah fenomenafenomena ini menjadi penyebab bahaya yang sangat besar bagi eksistensi Islam, sebagaimana telah kami kemukakan sebelumnya berulang-ulang. Cukuplah itu sebagai penjelasan sekadarnya tentang keterangan umum mengenai bagian awal dari surah ini. Juga apa yang dijelaskannya tentang kondisi masyarakat muslim pada masanya. Marilah kita masuk ke dalam nash-nash di atas secara ter- perinci. Maklumat Allah dan Rasul-Nya terhadap Kaum Musyrikin al Sages, ci ibge cod St Pagers ies PAK iy es PAC Nig S atte zag! BESIS LITE dears lisa heS. Latah Eafe le abies DAB alyele ra} Jest VBIz5 i it bic 2g $535 set . : Sees at Me A ays Jacke tae 3 ite "(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari- pada Aah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada ‘orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwwa sesungguh- nya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kar. Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, aha sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas dri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (Kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kaftr (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak me- ngurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu sescorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya, Sesungeuknya Allah mereyukai orang-orang yang bertakawa. Apabila sudah habis bulan- bulan haram itu, maka bunublah orang-orang musyri- in itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tang- kaplah mereka. Kepunglak mereka dan intailah dé tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan men- dirikan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah ebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguknya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu me- ‘minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. Kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demi- ian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengeta- hui.” (at‘Taubah: 1-6) Ayat-ayat ini dan ayat-ayat sesudahnya sampai ayat kedua puluh delapan, turun untuk membatasi hubungan-hubungan final antara masyarakat mus- lim yang telah kokoh keberadaannya di Madinah dan di Jazirah Arab secara umum, dengan sisa orang-orang musyrikin di Jazirah Arab yang belum masuk ke dalam agama ini, Kepada kaum musyri- kin inilah ayat-ayat ini dan ayat-ayat sesudahnya turun untuk menentukan batasan hubungan final antara mereka dengan masyarakat muslim, dalam naungan ketentuan-ketentuan yang dihormati se- perti yang telah kami jelaskan secara panjang lebar baik di pendahuluan surah ini maupun di pengantar pelajaran bagian ini secara khusus. Gaya bahasa ayat-ayat di atas dan isyaratisyarat pernyataan di dalamnya, datang dalam bentuk gaya permakluman yang umum dan gaya tutur yang tinggi. Gaya bahasa dalam pernyataannya dan gam- barannya mengenai tema dan suasana yang me- Juz X: Bagian Akhir akAnfaal & Permulaan atTaubah ngelilinginya sangat cocok dan serasi. Demikianlah cara Al-Qur'an dalam mengungkapkan suatu masalah. ‘Terdapat banyak riwayat yang dikutip berkenaan dengan kondisi-kondisi yang terjadi ketika terjadi permakluman umum ini, cara penyampaiannya, dan siapa yang bertugas menyampaikannya. Dari beberapa riwayat tersebut yang paling benar, paling dekat dengan tabiat segala sesuatu, dan paling se suai dengan fakta kaum muslimin pada saat itu adalah riwayat yang dipilih oleh Ibnu Jarir ketika memaparkan riwayat-riwayat tersebut. Kami me- ngutip beberapa komentarnya di sini yang sesuai dengan pandangan kami dan mengacuhkan ko- mentarnya yang tidak kami sepakati dan pernyata- annya yang saling bertentangan, Kami tidak men- diskusikan berbagai riwayat tersebut dan juga tidak mengomentari komentar-komentar Ibnu Jarir ath- ‘Thabari, Namun, kami menguatkan apa yang kami pandang lebih kuat dari kejadian sebenarnya se- telah merujuk beberapa sumber dan melakukan penelitian. Tbnu Jarir berkata dalam riwayatnya dari Mujahid; "Mengenai firman Allah surah at-Taubah ayat 1, ‘Unilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari- pada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada ‘orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian ( dengan mereka)’, ia mengatakan bahwa ayat ini turun kepada ahlul ahdi yaitu Bani Mudlaj dan kaum Arab yang mengikat perjanjian damai dengan mereka, dan orang-orang yang inemiliki ikatan perjanjian damai. Rasulullah tiba dari Tabuk setelah usai perang, kemudian beliau ingin berhaji. Kemudian Rasulullah ber- sabda, Sesungguhnya Baitullah (Ka’bah) masih di- Aunjungi oleh kaum musyrikin yang melakukan tawaf dengan telanjang. Aku tidak suka berhaji hingga hal ilu tidak terjadi lagi.’ Maka, Rasulullah pun mengutus Abu Bakar dan Ali, Kemudian keduanya berkeliling memaklumkan kepada semua orang; di Dzil Majaz, di pusat-pusat perdagangan, dan di seluruh tempat haji. Keduanya memaklumkan kepada orang-orang yang memiliki hubungan perjanjian damai agar merasa aman selama empat bulan. Yaitu, bulan- bulan yang berturut-urut yang akan berakhir; dua puluh hari dari akhir bulan Dzulhijjah hingga se- puluh hari awal dari bulan Rabiul Akhir, kemudian habislah masa berlakunya perjanjian tersebut. Ke. duanya memaklumkan kepada semua orang bahwa tidak ada pilihan lain bagi selain perang, kecuali mereka mau beriman. Maka, semua orang pun beriman pada saat itu dan tak seorang pun yang (288) Tafsir Fi Zhilali- Quran V ketinggalan dan membangkang.” Tbnu Jarir memutuskan tentang masa awal dan masa akhir dari masa berlakunya perjanjian ter- sebut dan maksud dari kedua batas tersebut. Ia mengatakan bahwa pendapat yang paling benar dari pendapat-pendapat tersebut adalah pendapat yang menyatakan bahwa masa berlakunya (perjan- jian tersebut) yang ditetapkan oleh Allah terhadap ehlul ahdi dari kaum musyrikin dan pemberian kebebasan bergerak kepada mereka dengan fir- man-Nya dalam surah at-Taubah ayat 2, "Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan” jangka waktu ini diperuntuk- kan bagi ahdul ahdiyang memusuhi Rasulullah dan melanggar perjanjian mereka sebelum berakhir jangka waktunya. Sedangkan, terhadap orang-orang yang belum melanggar perjanjian damainya dan belum memusuhi Rasulullah, maka Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar menepati perjanjian antara ia dengan orang-orang tersebut hingga berakhir jangka waktu- nya dengan firman-Nya dalam ayat 4 surah at:Taubah, "Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanyian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janginya sampai batas waktunya, Sesungguknya Allah ‘menyukai orang-orang yang berlakwa,” Menurut Ibnu Jarir, bila ada orang yang men- duga bahwa firman Allah dalam surah yang sama ayat 5, “Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, ‘maka buruklah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepung- lah mereka dan intailah di tempat pengintaian” ber- tentangan dengan pendapat yang kami kemukakan dalam masalah tersebut bahwa ayat tersebut me- nunjukkan bahwa kewajiban atas setiap mukmin untuk membunuh setiap kaum musyrik adalah setelah berakhirnya masa empat bulan, maka se- sungguhnya hakikat kebenaran dalam perkara ter- sebut bertentangan dengan dugaannya, Hal itu di- sebabkan oleh keterangan ayat sesudahnya yang menunjukkan atas kebenaran pendapat kami dan menunjukkan salahnya dugaan orang yang men- duga bahwa setelah berakhir masa empat bulan, dibolehkan membunuh setiap kaum musyrikin baik yang memiliki ikatan perjanjian dengan Rasu- lullah maupun tidak memilikinya. Yaitu, firman Allah, Tafsir Fi Zhilalit Quran V "Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? Maka, selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah ‘aaa berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguh- nya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (at- ‘Taubah: 7) Mereka yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, kata Ibnu Jarir, semuanya adalah orang-orang musyrikin. Sedangkan, Allah telah memerintahkan Rasulullah dan kaum mukminin untuk memegang teguh perjanjian damai mereka selama kaum musyrikin juga berpegang teguh kepadanya, Yaitu, yang terbukti dalam kondisi tidak adanya pelang- garan terhadap perjanjian mereka dan tidak adanya pemberian pertolongan dan pemasukan senjata terhadap musuh-musuh kaum muslimin untuk me- nyerang kaum musli Dalam riwayat-riwayat yang jelas dari Rasulullah diceritakan bahwa sesungguhnya Rasulullah me- ngutus Ali bin Abi Thalib untuk memaklumkan "berlepas diri’ terhadap semua ahlul ahdi yang me- miliki perjanjian damai dengan mereka. Rasulullah memerintahkan Ali untuk menyampaikan pesan yang di dalamnya antara lain ada pernyataan, “Barangsiapa yang memiliki hubungan perjanjian damai dengan Rasulullah, maka perjanjian damai tersebut berlaku hingga masa jangka waktunya berakhir.” Di sini terdapat dalil sangat jelas yang menunjukkan kebenaran pendapat kami. Pasalnya, Allah tidak menyuruh Rasulullah untuk memutus- kan perjanjian damai yang telah beliau tanda tangani dengan @hlul ahdi dalam masa waktu ter- tentu, selama mereka tetap berpegang teguh ke- pada isi perjanjian tersebut dan tidak melang- garnya, Selain itu, pernyataan yang dibaca Ali juga me- ‘nunjukkan pula bahwa masa empat bulan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang melanggar per- janjian damainya sebelum masa jangka waktunya habis, atau kepada orang-orang yang memiliki hubungan perjanjian damai yang tanpa batas waktu tertentu. Sedangkan, kepada orang-orang yang memiliki hubungan perjanjian damai dengan batas- an waktu yang jelas dan belum melanggarnya, maka Rasulullah diperintahkan untuk menyem- purnakan masa jangka walctu yang telah ditetapkan hingga berakchir. Dengan pesan itulah Rasulullah ‘mengutus para utusannya untuk menyampaikan- (289) Juz X: Bagian Akhir ak Anfoal & Permulaan at-Taubah nya di musim haji kepada semua suku Arab. Tbnu Jarir berkata dalam komentar lain atas bermacam-macam riwayat yang berkenaan dengan perjanjian damai. Ia berkata, "Riwayat-riwayat ini dan yang semisal dengannya menunjukkan ke- benaran atas pendapat kami bahwa masa empat bulan adalah diperuntukkan kepada orang-orang yang kami sebutkan. Sedangkan, terhadap orang. orang yang memiliki hubungan perjanjian damai hingga batas waktu yang ditetapkan, maka Rasu- lullah dan kaum mukminin tidaklah diberi hak untuk melanggarnya dan memusuhi musuh-musuh mereka dengan menyerangnya. Oleh karena itu, Rasulullah menyempurnakan perjanjian damai tersebut hingga batas akhirnya. Hal itumerupakan perintah Allah kepatia beliau. Itulah yang ditunjuk- kan dengan jelas oleh ayat di atas, dan diperkuat oleh riwayat-riwayat dari Rasulullah. Meskipun kami telah menghapus riwayat-riwa- yat yang lemah dan riwayat-riwayat yang timbul disebabkan oleh pengaruh persaingan dan perten- tangan politik antara kaum Syiah pendukung Ali dan para pendukung bani Umayyah, atau abli sunnah, namun kami dapat menyimpulkan bahwa “sesungguhnya Rasulullah mengutus Abu Bakar sebagai amir haji pada tahun itu karena beliau sangat membenci berhaji bersama orang-orang musyrik yang masih tawaf sambil bertelanjang. Setelah Abu Bakar bertolak menuju Mekah, lalu turunlah beberapa ayat di awal surah at-Taubabh i Maka, Rasulullah pun mengutus lagi Ali bin Abi ‘Thalib untuk melengkapi pesan yang dibawa oleh Abu Bakar. Ali pun memaklumkan semua isi kan- dungan ayat-ayat tersebut dengan segala keputusan_ final. Di antaranya menyatakan bahwa setelah tahun tersebut tidak diperbolehkan lagi seorang musyrik pun bertawaf di Baitullah (Ka’bah).” AtTirmidzi meriwayatkan dalam sunannya di kitab tafsir dengan sanadnya dari Ali bahwa ia berkata, "Rasulullah mengutusku setelah turunnya ayat, "Bara‘ah, dengan empat pesan. Yaitu, tidak boleh bertawaf di Ka’bah dengan bertelanjang, tidak boleh seorang musyrik pun mendekati Mas- jidil Haram setelah tahun tersebut, barangsiapa yang memiliki hubungan perjanjian damai dengan Rasulullah maka masa berlakunya hingga berakhir jangka waktunya, dan tidak akan masuk surga kecualijiwa yang berislam (muslim).” Inilah riwayat yang paling benar dalam masalah ini, dan kami ‘cukupkan bahasan ini dengan itu. Juz X: Bagian Akhir atAnfaal & Permulaan at-Taubah "(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari- pada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).” (at- Taubah: 1) Permakluman umum ini dengan sentuhan yang sangat tinggi, mengandung kaidah dasar ber- kenaan dengan hubungan antara kaum muslimin dan orang-orang musyrik pada masa itu di seluruh dataran Jazirah Arab. Perjanjian-perjanjian damai yang disinggung adalah perjanjian-perjanjian yang terjadi antara Rasulullah dan kaum musyrikin di Jazirah Arab saat itu. Permakluman pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya terhadap orang- orang musyrik ini menentukan batasan sikap setiap muslim dan menyentuh sangat mendalam dan dahsyat terhadap setiap hati setiap muslim, tanpa tersisa peluang sedikit pun untuk mundur dan ragu. Setelah permakluman umum ini, diikuti pula dengan penjelasan-penjelasan, klasifikasi-klasifi- kasi, dan keterangan-keterangan berkenaan de- ngannya. "(nilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian dengan mereka).” Ini merupakan penjelasan tentang jangka waktu yang ditentukan Allah terhadap orang-orang mu- syrik. Selama empat bulan mereka bebas dan aman berjalan ke mana saja di muka bumi, Selama itu mereka tidak akan diserang dengan tibatiba dan keamanan mereka terjamin sampai batas waktu perjanjian yang ditetapkan. Sehingga, orang-orang yang berniat untuk melanggar perjanjian melihat adanya peluang ketika menurut perkiraan mereka, Rasulullah dan kaum mukminin tidak akan pernah kembali ke Madinah dari Perang Tabuk melawan Romawi. Ketika melihat celah itu, sertamerta mereka melanggar perjanjian damainya. Kapan pelanggaran itu terjadi? Pelanggaran tersebut terjadi setelah melalui jangka waktu yang panjang dari masa perjanjian tersebut yang hampir tidak pernah ditepati dan selalu dilanggar oleh kaum musyrikin. Dimasa sejarah yang mana hal itu terjadi? Pada masa manusia belum mengenal hukum kecuali hukum rimba, dan tidak ada yang menentukan hubungan antara berbagai kelompok masyarakat melainkan kekuatan dalam perang ataukah kelemahan di dalamnya. Tanpa melalui (290) Tafsir Fi Zhitalit Que“an V peringatan terlebih dahulu, tanpa ancaman, dan tanpa pengindahan terhadap isi kandungan per- janjian, selama ada peluang untuk melakukan penye- rangan, maka mereka menyerang kelompok lainnya. Namun, Islam lain daripada kebiasaan pada saat itu. Islam sejak masa itu (telah meletakkan aturan- aturan main dalam berperang). Hal ini dikarenakan Islam adalah manhaj Allah yang tidak bergantung ‘kepada zaman tertentu dalam meletakkan kaidah- kaidah pokok dan dasarnya. Maka, bukan zaman yang menumbuhkan dan meningkatkannya. Tetapi, Islamlah yang menumbuhkan dan meningkatkan peradaban manusia di sekitar porosnya dan dalam wilayahnya. Sedangkan, ia (slam) dengan peng- aruhnya terus-menerus menghadapi perkembang- an manusia yang selalu berubah-ubah, dengan berbagai sarana yang diperbarui dan sepadan dengan timbulnya perkembangan dan perubahan_ dalam pergerakannya. Dengan diberikannya jangka waktu bagi orang- orang musyrik, Allah mengguncangkan hati-hati mereka dengan kenyataan yang terjadi dan menya- darkan mereka dengan hakikat ini agar mereka membuka mata-mata mereka. Sesungguhnyakebe- basan mereka bergerak di bumi tidak akan me- lemahkan Allah dalam mengejar mereka. Mereka tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari-Nya, dengan melarikan diri. Mereka tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari akibat yang pasti me- nimpa mereka sesuai dengan takdir dan keputusan- Nya bahwa Dia pasti mengalahkan mereka, mem- bukacela dan aib mereka, dan menghinakan mereka, “dan ketahuilah bahwa sesui ‘kamu tidak akan dapat melemahkan Allah dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.” (at‘Taubah: 2) Ke mana mereka akan melepaskan diri dan kemana mereka akan lari agar Allah tidak mampu mencari mereka dan mendatangi mereka? Sedang- kan, mereka berada dalam genggaman-Nya dan seluruh permukaan bumi berada dalam genggam- an-Nya pula?! Allah pun telah menetapkan dan me- mutuskan bahwa Dia pasti menghinakan mereka dan mengalahkan mereka, dan tak ada seorang pun yang dapat menolak ketentuan-Nya?! Setelah itu, Allah menerangkan tentang batasan waktu yang dipermaklumkan di dalamnya sikap berlepas dirt ini dan disampaikan kepada orang- orang musyrik agar mereka berhati-hatidengannya dan selalu ingat dengan ancaman yang ditetapkan di dalamnya, Tafsir Fi ZhilaliQue“an V "Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bpahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kau musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih bak bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahava sesungeuhnya kamu tidak dapat melemabkan ‘Allah, Beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (at- ‘Taubah: 3) Banyak riwayat berselisih tentang batasan apa yang disebut dengan haji akbar ini, apakah ia adalah hari Arafah atau hari Nahar (dul Adha). Yang paling benar adalah hari Nahar. Sedangkan, makna adzan (dalam ayat tersebut) adalah penyampaian (permakluman), dan hal tersebut telah terlaksana dan sampai kepada setiap orang yang datang di musim haji tersebut. Dipermaklumkanlah bahwa Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari semua orang musyrik. Kemudian datang ayat yang mengecuali- kan masih berlakunya perjanjian damai yang di- tentukan masa berlakunya hingga berakhir, dalam ayat selanjutnya. Hikmahnya sangat nyata dan jelas dalam menentukan kaidah umum yang mendasar dalam gambaran yang mencakup seluruhnya, karena itulah yang menggambarkan tabiat hubungan- hubungan final. Sedangkan, pengecualian tersebut hanya berlaku untuk kondisi-kondisi tertentu yang otomatis akan berakhir dengan habisnya jangka waktunya, Pemahaman inilah yang mengajarkan pandang- an luas bagi tabiat hubungan pasti antara kekuatan bersenjata yang menjadikan manusia sebagai hamba Allah semata dan kekuatan bersenjata yang menjadikan manusia sebagai hamba bagi sekutu- sekutu. Hal ini sebagaimana telah kami kemukakan sebelumnya dalam pendahuluan surah ini dan begitu pula dalam pengantar bagian ayat ini dari surah ini. Bersama dengan permakluman berlepas diri secara mutlak ini datang pula penjelasan tentang targhib ‘janji-janji baik dan memikat’ bagi yang me- nerima hidayah dan farkib'peringatan akan hukum- an’ bagi yang memilih kesesatan. "Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhinya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa Jang pedih.” (291) Juz X: Bagian Akhir akAnfaal & Permulaan at-Taubah ‘Tarkib ini dan targhib yang ada di ayat Bara’ah, keduanya menunjukkan tabiat manhaj Islam. Se- sungguhnya manhaj Islam itu adalah manhaj yang menunjukkan hidayah terlebih dahulu sebelum segala apa pun yang lainnya. Ia memberikan teng- gang waktu bagi orang-orang musyrik hanya karena Islam tidak ingin menyerang mereka dengan tiba- tiba dan menggempur mereka ketika Islam mampu dan jaya, sebagaimana yang lazim terjadi dalam hubungan antara negara-negara hingga saat ini. Islam memberikan tenggang waktu ini agar orang- orang musyrik dapat merenung dan berpikir, se- hingga dapat memilih langkah terbaik. Islam mem- bujuk mereka untuk bertobat dari syirik dan kem- bali kepada Allah. Islam memperingatkan mereka dengan hukuman kalau berpaling. Islam membuat mereka berputus asa dari melakukannya. [slam memperingatkan mereka dengan azab yang pedih di akhirat di samping kehinaan di dunia. Islam meletakkan dalam hati-hati mereka keguncangan yang mengguncang-guncangnya agar timbunan keraguan yang ada di dalam yang menutup fitrah segera keluar darinya, kemudian ia mendengar panggilan tersebut dan menyambutnya. ‘Kemudian hal itu pasti memberikan ketenangan kepada barisan kaum muslimin, dan dalam setiap hati pihak lain dari segala kekhawatiran, keraguan, ketakutan (dari pengkhianatan), dan dari segala kesempitan dan prasangka. Maka, demikianlah Allah menentukan perkara itu dengan qadhanya. Akibat akhirnya telah ditentukan oleh-Nyasebelum dimulai. Setelah memutuskan tentang kaidah umum hu- bungan dengan kaum yang lain yaitu berlepas diri secara mutlak dari orang-orang musyrik dan dari ikatan perjanjian dengan mereka, ketentuan pe- ngecualian secara khusus dalam batas-batas waktu yang ditentukan, boleh diberlakukan. Namun, se- telah kondisi-kondisi itu berlalu, maka ketentuan umum kembali berlaku dengan merujuk kepada kaidah umum tersebut. "Keeuali orang-orang musyrikin yang kamu telah me- ngadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memu- suki kamu, maka terhadap mereka itu penukilah janji- nya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah me- nyukai orang-orang yang bertakwa.” (at Taubah: 4) Pendapat yang paling benar tentang orang-orang yang dikecualikan tersebut adalah kelompok bani Juz X: Bagian Akbir abAnfoal & Permulaan at-Taubah (292) Tafsir Fi Zhitali-Qur-an V Bakar, yaitu anak keturunan Khuzaimah bin Amir dari bani Bakar bin Kinanah. Mereka tidak pernah melanggar perjanjian damai yang ditandatangani di Hudaibiyah dengan Quraisy dan sekutunya, Mereka tidak ikut serta bersama bani Bakar dalam per- musuhan dengan Khuza'ah, Permusuban itu dibantu dan ditopang dengan bantuan persenjataan oleh Quraisy. Dengan peristiwa tersebut, batallah per- janjian Hudaibiyah. Penaklukan Mekah terjadi setelah dua tahun berjalan dari perjanjian Hudaibiyah. Padahal, jangka -waktu semestinya dari perjanjian tersebut adalah sepuluh tahun, Namun, kelompok bani Bakar tetap berpegang kepada perjanjian tersebut dan tetap dalam kemusyrikannya. Maka, Rasulullah pun memerintahkan untuk menyempurnakan perjanjian damai dengan mereka hingga habis masa berlaku- nya sepuluh tahun. Ada beberapa riwayat yang menguatkan pen- dapat kami tersebut, seperti pendapat as-Sudi yang berkata, "Mereka adalah keturunan bani Dhamuroh dan bani Mudhij Hayyan dari kabilah bani Bakar.” Mujahid berkata, "Bani Mudlij dan Khuza'ah men- jalin perjanjian damai (dengan Rasulullah), itulah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya, ‘maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya.” Namun, harus diperhatikan lebih dalam lagi tentang masalah ini karena bani Khuza‘ah masukc Islam setelah penaklukan Mekah. Ketentuan ini ditujukan secara khusus kepada orang-orang mu- syrik yang tetap berpegang kepada kemusyrikan- nya, sebagaimana dikuatkan oleh kandungan ayat ke7 surah atTaubah, "Bagaimana bisa ada per- {janjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan ‘orang-orang musyrikin, Kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Magidil Haram? Maka, selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai crang- orang yang bertakwa.” Dua kelompok dari kabilah Kinanah tersebut termasuk dari kelompok yang menandatangani perjanjian Hudaibiyah di Masjidil Haram, dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) terhadap kaum mustimin dan tidak pula mereka membantu seseorang yang memusuhi kaum muslimin. Merekalah yang dimaksudkan oleh Allah dengan orang-orang yang dikecualikan dalam ayatayat di atas baik dipengecualian pertama maupun dipengecualian terakhir sebagaimana yang dikemukakan oleh para abil tafsir terdahulu. Pendapat tersebut juga diambil sebagai pegangan oleh Syaikh Rasyid Ridha. Sedangkan, Muhammad Izzah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang menan- datangani perjanjian damai di Masjidil Haram ada- lah kelompok lain yang tidak disebutkan dalam pengecualian pertama, Karena ia lebih suka ber- pegang kepada pendapat bahwa sesungguhnya kaum muslimin boleh mengikat perjanjian damai abadi dengan kaum musyrikin, la bersandar kepada firman Allah ayat 7, "Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlakw lurus (pula) terhadap mereka.”\a menjadikannya sebagai dalil bolehnya mengikat perjanjian damai abadi. Pendapatnya sangat jauh dari tabiat sikap dan tabiat manhaj serta tabiat agama ini juga, sebagaimana yang sering kami jelaskan. Islam telah memenuhi segala persyaratan damai yang ditandatangani bersama orang-orang yang berpegang teguh dengan isi perjanjiannya. Se- hingga, mereka tidak diberi tenggang waktu selama empat bulan, sebagaimana ditetapkan kepada orang- orang musyrik selain mereka. Namun demikian, Islam tetap memberikan batasan waktu hingga berakhirnya masa perjanjian damai. Hal itu di- sebabkan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) terhadap kaum muslimin dan tidak pula membantu seseorang yang memusuhi kaum muslimin. Kondisi tersebut menentukan bahwa kaum muslimin harus menepatijanji dengan mereka dan tetap berpegang kepadanya hingga masa berlakunya habis, Padahal, sikap pergerakan Islam dalam masyarakat muslim pada saat itu sangat membutuhkan pemurnian Jazirah Arab dari pengaruh syirik secara total dan mengelihkannya menjadi pusat markaz yang terjamin keamanannya bagi pertumbuhan Islam. Pasalnya, musuh-musuh Islam di daerah-daerah perbatasan Jazirah telah menyadari bahaya Islam dan mereka mulai me- mobilisesi kekuatan untuk menghadapinya. ‘Apa yang diceritakan oleh Tbnul Qayyim bahwa orang-orang yang dikecualikan Allah dan diperintah- kan untuk menepati perjanjian dengan mereka, telah benar-benar masuk Islam sebelum masa ber- lakunya perjanjian tersebut habis. Bahkan, orang- orang Jain pun yang melanggar perjanjian damai dan selain mereka yang diberi jangka waktu selama empat bulan untuk bergerak bebas menjalin dukung- an dan bersiap-siap, mercka justru memilih masuk Islam juga Tafsir Fi Zhitalit Quran V (293) Juz X: Bagian Akhir abAnfaal & Permulaan at-Taubah Allah Mahatahu yang dengan tangan-Nya me- mindahkan fase langkal-langkah dakwah. Dia Maha- tahu bahwa telah tiba saatnya yang tepat untuk mengambil kebijakan langkah final ini dan bahwa segala kondisi telah siap dan jalan pun telah ter- hampar, Kebijakan ini datang pada saat yang tepat, sesuai dengan kenyataan lahiriah dan sesuai qadar Allah yang tersembunyi dan gaib. Maka, terjadilah apa yang terjadi. Kita berhenti sebentar merenungi komentar Mahi yang menyuruh menepati janji damai dengan orang-orang yang menepatinya. “maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguknya Allah menyukai orang- orang yang bertakwa.” (at‘Taubah: 4) Komentar ini mengaitkan penepatan janji itu dengan takwa kepada Allah dan cintaNya kepada orang-orang yang bertakwa. Allah menjadikan penepatan janji tersebut sebagai ibadah kepada- Nya. Allah mencintai talowa dari para pemiliknya. Inilah kaidah akhlak dalam Islam. Sesungguhnya ia tidaklah berdiri atas asas manfaat dan maslahat, dan bukan pula atas asasistilah dan kebiasaan yang. selalu berubah-ubah selamanya. Sesungguhnya ia adalah kaidah beribadah kepada Allah dan takwa kepada-Nya. Maka, seorang muslim harus ber- akhlak dengan apa-apa yang dicintai Allah dan diridhai Nya. Sedangkan, ia diliputi khasyatullah ‘takutkepada Allah’ dalam hal ini dan mencariridha- Nya. Dar sinilah sumber kekuatan akkhlak dalam Islam, sebagaimana dari sini pula kebangkitan prinsip sejatinya muncul, Kemudian ia melangkah untuk merealisasikan manfaat-manfaat bagi hamba, menjamin keamanan maslahat-maslahatnya, dan menciptakan komunitas masyarakat dengan per- tikaian dan pertentangan seminim mungkin, serta mengangkat peradaban manusia ke jalan yang tinggi menuju Allah Setelah ikrar keputusan Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrik secara se- rempak baik yang terikat dalam perjanjian maupun yang tidak terikat di dalamnya, dengan pengecualian orang-orang yang tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) terhadap kaum muslimin dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kaum muslimin agar dipenuhi janjinya sampai batas waktunya, maka tibalah penjelasan tang sikap yang harus diambil oleh kaum mus- limin setelah habisnya jangka waktu tersebut. Perselisihan Pendapat tentang Asyhurul Hurum 25 GS RIE AC AY ela 4 At anatase 2 Ade ak oe SEALS bases Bs Bias Santer Sep; Glatt: GHGs aos teed ate San et tee SS agli “Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka burulak orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian, Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (at:Taubah: 5) Ada perselisihan pendapat di sini tentang maksud dari firman Allah, 50-7351 . Apakah yang dimaksud adalah bulan-bulan haram yang menurut istilah ali fiqih yaitu bulan Zulga’idah, Dzulhijjah, Muharram, dan kemudian Rajab? Menurut pen- dapat ini, maka waktu yang tersisa setelah per- makluman berlepas diridi hari Haji Akbar itu tinggal beberapa hari di bulan Dzulhiijah dan bulan Muhar- ram, berarti cuma lima puluh hari, Ataukah, yang dimaksudkan adalah empat bulan yang diharamkan berperang di dalamnya, dimulai sejak Hari Nahar (dul Adha) hingga berakhir di tanggal dua puluh dari Rabiul Akhir? Ataukah, jangka waktu pertama (menurut pendapat pertama) berlaku bagi orang- orang yang melanggar isi perjanjian mereka se- dangkan jangka waktu kedua (menurut pendapat kedua) berlaku bagi orang-orang yang asalnya tidak memiliki ikatan perjanjian sama sekali atau bagi orang-orang yang memiliki ikatan perjanjian, namun tanpa batas waktu yang jelas? Yang paling benar menurut pandangan kami adalah bahwa empat bulan yang disebutkan di ayat itu bukanlah empat bulan menurut istilah abi figih, Allah memberikan keterangan untuk empat bulan ini dengan bulan-bulan haram, karena diharamkan berperang di dalamnya agar kaum musyrikin diberi kesempatan selama bulan-bulan itu untuk berjalan Juz X: Bagian Akhir al-Anfoal & Permulaan at Taubah bebas di muka bumi, Ketentuan itu berlaku umum atas siapa saja kecuali atas orang-orang yang me- miliki perjanjian damai hingga batas waktu yang ditentukan. Karena Allah menyatakan pada ayat 2, "Maka, berjalantah kamu (kaum musyrikin) di muka bum selama empat bulan’, maka pastijangka empat bulan ini dimulai sejak hari permaklumannya. Inilah pendapat yang sesuai dengan tabiat permakluman. Setelah masa empat bulan tersebut berlalu, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk membunuh setiap orang musyrik di manapun mereka menemukannya, atau menawannya, atau mengepungnya bila bersembunyi dalam benteng, mengintai di tempat pengintaian, tanpa memberi- kan peluang kepadanya untuk lolos dan melarikan diri. Tetapi, tentu dengan pengecualian atas orang- orang yang diperintahkan untuk menepati janji telah diberi peringatan dan tenggang waktu yang cukup, maka mereka tidaklah diperangi karena pengkhianatan dan mereka pun tidak diserang tibs tiba. Perjanjian-perjanjian damai mereka tetap di- berlakukan dan mereka telah tahu sebelumnya ke- putusan yang mengintai mereka selanjutnya. Ttu bukanlah serangan pemusnahan dan balas dendam, Sesungguhnya itu hanya misi peringatan dan dorongan untuk masuk Islam. Yika mereka bertobat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (at-Taubah: 5) Sebelum permakluman tersebut, telah berlang- sung dakwah dan penjelasan selama dua puluh dua tahun kepada kaum musyrikin, Selama itu mereka menyiksa kaum muslimin dan berusaha meng- kafirkan mereka dengan paksa dan kekerasan. Mereka juga menyerang kaum muslimin dan berusaha melenyapkan negerinya. Mereka juga menghina agama Islam, Rasulullah dan para pe- meluk agamanya yang bersama beliau. Benar- benar masa sejarah yang panjang. Meskipun de- ngan perlakuan mereka yang kejam seperti ini, Islam tetap membuka sayapnya bagi mereka. Allah memerintahkan Nabi Nya dan kaum muslimin yang telah disiksa, disakiti, diperangi, dicincang, dan dibunuh, untuk mencegah diri kaum muslimin sendiri dari menyerang orang-orang musyrik bila mereka memilih untuk bertobat dan berpegang teguh kepada syiar-syiar Islam yang menunjukkan (294) ‘fir Fi Zhilalil-Qur“an V masuknya mereka ke dalam agama ini, ketundukan mereka kepadanya, dan tunaian mereka terhadap segala kewajibannya. Hal ini dikarenakan Allah tidak akan pernah menolak seorang yang bertobat sebesar apa pun dosanya. *Sesungeuhnya Allah Maka Pengampun lagi Maka Penyayang.” Kami tidak tertarik di sini masuk ke dalam bahasan perselisihan figih yang dipaparkan oleh beberapa kitab tafsir dan kitab figih tentang nash berikut. “Jika mereka bertobat dan mendirikan shalat dan me- nunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.” Yaitu, beberapa masalah berkenaan dengan apakah syarat-syarat Islam itu bila ditinggalkan akan membuat pelakunya otomatis menjadi kafir? Kapan ia kafir? Sudah cukupkah bagi seorang yang. bertobat menyempurnakan syarat-syarat tersebut saja, tanpa melengkapi sisa syarat yang lainnya? Juga masalah-masalah lainnya. Kami tidak memandang bahwa ayat itu datang untuk menyelesaikan perselisihan tentang masalah- masalah tersebut. Sesungguhnya ia datang untuk menghadapi kenyataan yang ada pada kaum mu- syrikin di Jazirah Arab saat itu. Maka, tidak mung- kin seorang pun dari orang-orang musyrik memak- lumatkan tobatnya, mendirikan shalat, dan me- nunaikan zakat tanpa ingin menunaikan Islam secara keseluruhan, tunduk kepadanya, dan masuk ke dalam pelukannya. Ayat tersebut hanya mene- gaskan tobat, pendirian shalat, dan penunaian zakat secara khusus. Karena, tidak mungkin seseorang yang melakukannya dengan tulus pada saat itu, melainkan orang yang benar-benar berniat masuk Islam dan meridhainya beserta segala persyaratan dan maknanya. Sedangkan, di langkah pertama saja, harus ada pernyataan ketundukan kepada Allah semata-mata yaitu dengan bersyahadat, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah (asyhadu alla ilaaha illallah).” Juga dengan pengakuan terhadap risalah Muham- mad dengan menyatakan syahadat, "Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalak Rasul Allah (asyhadu anna Muhammadar rasulullah).” Ayat ini bukantah ditujukan untuk menetapkan suatu hukum figih. Namun, ia datang untuk menen- tukan kebijakan yang dilakukan terhadap kenyata- Tair FZhilali- Quran V an yang membingungkan dan meragukan. ‘Akhirnya, walaupun disertai dengan pemak- luman (pernyataan) perang total terhadap orang- orang musyrik setelah berlalunya masa empat bulan, Islam tetap penuh ampunan, kesungguhan, dan objektivitasnya. Islam tidaklah memaklumat- kan perang pemusnahan atas setiap musyrik se- bagaimana kami kemukakan sebelumnya. Namun, Islam memaklumatkannya sebagai gerakan dak- wah hidayah selagi masih memungkinkan, Para individu dari orang-orang musyrik yang tidak ter- himpun dalam sekutu komunitas jahiliah untuk memerangi dan menghalangi gerakan Islam, maka Islam menjamin keamanan mereka dalam daulah Islamiah. Allah memerintahkan Rasulullah sebagai utusan-Nya agar melindungi mereka sehingga mereka dapat mendengar kalam (ayatayat) Allah dan dakwah sampai kepada mereka secara sem- purna. Allah memerintahkan pula agar menjaga mereka hingga mencapai rasa aman. Semua per- Jakuan ini dilakukan terhadap kaum musyrikin, walaupun mereka tetap musyrik. Memberi Suaka terhadap Kaum Musyrikin "Yika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadam, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, Kemu- dian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak ‘mengdtahui.” (at:Taubah: 6) Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat meng- inginkan setiap hati manusia agar mendapat hidayah dan mendapat imbalan dan penghargaan. Juga menunjukkan bahwa setiap orang musyrik yang mencari suaka dan perlindungan ke negara Islam, wajib diberikan kepadanya suaka dan perlindungan. Karena dalam kondisi seperti ini, ada jaminan orang-orang musyrik itu tidak akan menyerang Islam, tidak mungkin pula ada persekutuan dan persekongkolan untuk memusnahkannya. Jadi, tidak bahaya sedikit pun dalam pemberian kesem- patan kepada mereka untuk mendengarkan Al- Qur'an dan pengenalan akan agama ini. Mudah- mudahan dengan demikian hati-hati mereka ter- buka, menemukan dan menerima agama ini. Bah- kan, walaupun mereka tidak menyambut dakwah, Allah tetap mewajibkan atas kaum muslimin yang menjadi warga negara Islam untuk menjaga me- (295) Juz X: Bagian Akhir atAnfoal & Permutaan atTaubah reka ketika mengeluarkan dari wilayah negara hingga mereka sampai ke negeri yang aman bagi diri mereka sendiri, Inj menunjukkan betapa suaka politik dan per- lindungan dalam negara Islam berada dalam tingkat puncak yang sangat tinggi. Namun, puncak-puncak ketinggian Islam yang diberlakukan bukan hanya ini, Perlindungan untuk orang-orang musyrik yang merupakan musuh Islam dan kaum muslimin yang telah menyiksa, menyakiti, dan memusuhi mereka bertahun-tahun, hanyalah salah satu dari puncak ketinggian ajaran Islam. Perlindungan ini tidak terbatas hanya dalam wilayah negara, namun hingga ke daerah di luar kekuasaan kaum muslimin. Sesungguhnya itu menunjukkan bahwa manhaj Islam adalah manhaj hidayah (petunjuk), bukan ‘manhaj pemusnahan, Bahkan, ia berani mengambil risiko bahaya bagi landasan Islam, untuk mengem- bangkan dan menyebarkan Islam. Orang-orang yang membahas masalah jihad dalam Islam mengasumsikan bahwa sesungguh- nya ia merupakan pemaksaan individu terhadap keyakinan Islam. Sementara orang orang yang ter- pengaruh dengan hantaman tuduhanini, yaitu para ahli agama yang bersikap selalu dengan sikap pem- belaan, mereka merasa tenang dengan melakukan pembelaan terhadap tuduhan ini bahwa Islam tidak mensyariatkan jihad dan perang, melainkan hanya untuk membela pemeluknya dalam wilayah batas kekuasaannya. Mereka dan mereka semua perlu menelaah kembali tentang puncak ketinggian nilai Islam di atas yang dilukiskan oleh arahan Allah ‘Yang Mahamulia berikut ini. "Yika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. Kemu- dian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” Sesungguhnya agama ini merupakan permak- luman bagi orang-orang yang belum mengetahui- nya dan perlindungan terhadap orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya, walaupun hal itu datang dari musuh-musuhnya yang menghunus pedang, memeranginya dan menolaknya. Namun, ia tetap mensyariatkan jihad untuk menghancurkan kekuatan materil yang menghalangi seseorang untuk mendengar Al-Qur’an, yang menghalanginya dari pengetahuan terhadap apaapa yang diturun- kan Allah, sehingga hidayah pun tidak sampai ke- ‘Juz X: agian Abr abAnfoal& Permulaan at Teboh (296) efi Zillt Quran V pada mereka, Scbayaimana penghalangpeng- (263 r halangtersebut juga menghalang’ mercka untuk — Seo Oy we SIL ges Sait bebas dari penghambaan terhadap makhluk dan memaksa mereka untuk menyembah kepada selain Allah. Schingga, bila kekuatan-kekuatan ini telah hancur dan penghalang-penghalang telah musnah, maka individwindividu meskipun dalam keyakinan mereka masing-masing, mereka merasa aman berada dalam lindungan Islam. Islam mengajarkan mereka, tapi tidak menakut-nakuti mereka. Islam melindungi mereka, tapi tidak untuk membunuh mereka. Kemudian Islam menjaga mereka dan menjamin mereka hingga sampai ke tempat yang aman. Semua pelayanan ini diberikan kepada me- reka, walaupun mereka menolak manhaj Allah. Di dunia saat ini terdapat berbagai macam atur- an, manhaj, dan norma yang diciptakan oleh makh- luk. Tidak seorang pun yang melanggarnya merasa aman atas jiwanya, hartanya, kehormatannya, dan salah satu hak dari hakchak asasi manusia. Kemu- dian beberapa orang memandang hal itu sebagai hukuman yang wajar dan layak dalam hukum- hukum duniawi, Namun, mereka tidak meman- dang seperti itu ketika mereka membela manhaj Allah atas tuduhan bohong tersebut. Mereka justru menunjukkan sikap plin-plan dengan mengotori manhaj Allah dan mengalihkannya kepada usaha yang hina. Intinya, menolak syariat adanya per- juangan dengan pedang dan senjata baik di zaman ini maupun di setiap zaman lainnya, Perjanjian dengan Orang-Orang Musyrik Lisjsilicel nee, a eas Bp dyn cities x Bae cls Wi ens 4 2 Amy ALA eI ot BRA aes dairy kiss PSA meth HE TE ae a ES, Vis SL. Nes SNS Soieaenscey er asl eNes SKE S ity ENGI Fea AS Gog Celtel asta ie CsA aN ae IE I *Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? Maka, selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah amu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguh- ya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Bagai- ‘mana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul- Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan ter- hadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) per- Jjanjian. Mercka menyenangkan hatimu dengan mulut- nya, sedang hatinya menolak. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati per- janjian). Mercka menukarkan ayat-ayat Allah dengan ‘harga yang sedikit, alu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguknya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, Jika mereka bertobat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu se- agama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui, Jika mereka merusak sumpah (janji)- nya sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti.” (at-Taubah: 7-12) Setelah dalam kumpulan ayat-ayat sebelumnya berakthir pada ketentuan hukum final yang meng- atur hubungan antara masyarakat muslim dan orang-orang yang masih tetap dalam kemusyrikan di Jazirah Arab, maka dalam kumpulan baru dari ayat-ayat di atas, Allah mulai menetapkan (dengan metode pengingkaran) bahwa tidak seharusnya, tidak boleh, dan bukan perkara yang pantas bagi orang-orang musyrik untuk mengikat perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya. Ini merupakan peng- ingkaran atas kaidah perjanjian itu sendiri dan me- nunjulckan tidak mungkinnya sama sekali mengikat

Вам также может понравиться