Вы находитесь на странице: 1из 5

ANALISIS JURNAL PERSEPSI SENSORI

HUBUNGAN ATARA FAKTOR TRAUMA TUMPUL PADA MATA DENGAN


KATARAK PADA PETANI
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Persepsi Sensori

Disusun Oleh :

LALU NURHALID

010114a057

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2016
ANALSIS JURNAL PERSEPSI SENSORI

Judul : Hubungan antara faktor trauma tumpul pada mata dengan katarak pada petani.

Peneliti : Lusianawaty Tana

Analisis Jurnal

1. Latar belakang
Pembahasan dalam latar belakang pada artikel penelitian ini, peneliti menjelaskan
secara umum dari kejadian katarak dan kemudian dijabarkan dengan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian katarak dan salah satunya yaitu trauma tumpul
pada mata. Dalam hal ini dijelaskan bahwa banyak hal yang dapat menyebabkan
trauma pada mata terutama trauma tumpul, kemudian peneliti melakukan perumusan
lebih dalam dan menemukan sebuah rumusan masalah apakah trauma tumpul pada
mata dapat menyebabkan kejadian katarak. Trauma mata dapat menimbulkan
keluhan nyeri dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Dampak trauma mata
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar akibat hilangnya penglihatan,
hilangnya waktu kerja, dan kerugian dalam hal besarnya biaya yang dikeluarkan.
Selain dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan, trauma mata dapat juga
merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya katarak. Berbagai benda di
bidang pertanian dapat mengakibatkan trauma mata yang tidak diharapkan, baik oleh
orang yang bekerja dibidang pertanian tersebut maupun oleh orang yang sedang
berada di sekitarnya.
Trauma mata di bidang pertanian dilaporkan lebih sering terjadi pada saat
memperbaiki peralatan pertanian dibandingkan pada saat mengoperasikan peralatan
tersebut. Selain itu, peralatan sederhana yang digunakan secara manual dapat pula
mengakibatkan trauma mata berat. Benda yang dapat mengakibatkan trauma mata
antara lain adalah partikel batu, tanah, bahan pertanian atau obyek asing lainnya yang
berasal dari peralatan pertanian. Kebanyakan penyebab trauma mata berasal dari
partikel kecil atau obyek yang mencolok atau menggores mata. Partikel/obyek
tersebut dapat berasal dari peralatan pertanian, hembusan angin atau terjatuh dari arah
atas kepala pekerja. Obyek seperti paku, staples, potongan kayu atau logam, dapat
menembus masuk ke dalam bola mata dan mengakibatkan kehilangan penglihatan
permanen. Selain obyek yang berukuran kecil, obyek yang berukuran besar bisa juga
mengenai mata atau wajah, seperti pekerja bergerak ke arah sesuatu obyek yang
dalam keadaan diam, mengakibatkan trauma tumpul yang kuat pada bola mata atau
rongga mata.

2. Metode Penelitian
a. Desain penelitian : Disain penelitian belah lintang, pada petani dan keluarganya
yang berusia 30 tahun ke atas, berasal dari desa Desa Warnakerta, Warnasari,
Warnajaya, dan Karangligar di Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten
Karawang.
b. Tempat penelitian : Desa Warnakerta, Warnasari, Warnajaya, dan Karangligar di
Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang.
c. Populasi Penelitian : Petani dan keluarganya yang berusia 30 tahun ke atas,
berasal dari desa Desa Warnakerta, Warnasari, Warnajaya, dan Karangligar di
Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang.
d. Sampel penelitian : Subyek penelitian dipilih secara purposive dengan kriteria
inklusi berusia minimal 30 tahun, bersedia ikut penelitian dengan
menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah menderita penyakit
berat, demensia, buta karena cacat, tidak mempunyai kedua bola mata dan sudah
operasi katarak/ lensa mata pada kedua mata. Sampel penelitian dipilih
berdasarkan 4000 nama petani dan keluarganya yang diperoleh dari Kantor
Kepala desa. Dari 4000 nama tersebut, dipilih secara acak sebanyak 1400 orang.
e. Instrumen penelitian : Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan
pemeriksaan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan pendidikan),
riwayat trauma mata dan jenis penyebabnya. Pemeriksaan mata dilakukan oleh
dokter spesialis mata dengan menggunakan ophthalmoscope (tanpa midriatika).
f. Analsisi Uji yang digunakan : Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat
dengan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan ditentukan sebesar 0,05
dan confidence interval ditentukan 95%.

3. Hasil dan Kesimpulan


a. Hubungan antara karakteristik individu dan trauma tumpul pada mata.
Hubungan bivariat antara karakteristik individu dan trauma tumpul pada mata.
Pada tabel artikel disajikan, di antara beberapa faktor karakteristik individu yang
di analisis (umur, jenis kelamin dan pendidikan) terhadap trauma tumpul mata
akibat terpukul/terbentur benda asing pada mata, didapatkan hanya jenis kelamin
yang berhubungan bermakna yaitu dengan p value 0,0001 < 0.05, sedangkan
umur p value 0,08 dan tingkat pendidikan p value 0,8 yang berati tidak
berhubungan secara bermakna. Riwayat trauma tumpul akibat terpukul/terbentur
benda asing pada mata lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Ini
dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung keluarga, serta kerap
melakukan kegiatan atau pekerjaan yang lebih berat dibandingkan perempuan.
b. Hubungan antara trauma tumpul akibat terpukul/terbentur pada mata dengan
katarak. Pada tabel artikel, terlihat walaupun persentase responden dengan katarak
yang pernah mengalami trauma tumpul akibat terpukul/terbentur benda lebih
tinggi dibandingkan persentase katarak pada responden yang tidak pernah
mengalami trauma akibat terpukul/ terbentur pada mata, namun tidak
berhubungan secara bermakna berdasarkan uji statistik dibuktikan dengan nilai p
value 0,07 > 0,05. Walaupun tidak ada hubungan yang bermakna namun
tarauma tumpul baik akibat terpukul atau semacamnya dapat menyebabkan
bahaya bagi mata, dan tentunya dapat merusak saraf-saraf yang ada dimata yang
dapat mengganggu pengeliahatan.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa, atau akibat kedua- duanya.Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid satu.2004). Kemudian
menurut Mansjoer (2008), faktor risiko terjadinya katarak bermacam - macam,
yaitu sebagai berikut:
a. Usia lanjut
Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senil). Dengan
bertambahnya usia lensa akan mengalami proses menua, di mana dalam
keadaan ini akan menjadi katarak.
b. Kongenital
Katarak dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa
pertumbuhan janin

c. Genetic
Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang
timbul pada lensa.
d. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan
amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka
meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari
akuos masuk ke dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam
lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose
reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam
lensa.
e. Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan
dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan karetenoid.
Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen 3 hydroxykhynurine
dan chromophores, yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi
protein.
f. Konsumsi alcohol
Peminum alkohol kronis mempunyai risiko tinggi terkena berbagai penyakit
mata, termasuk katarak. Dalam banyak penelitian alkohol berperan dalam
terjadinya katarak. Alkohol secara langsung bekerja pada protein lensa dan
secara tidak langsung dengan cara mempengaruhi penyerapan nutrisi penting
pada lensa.

DAFTAR PUSTAKA

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI


Mansjoer, Arif, dkk, (2008), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius

Вам также может понравиться