Вы находитесь на странице: 1из 18

MODUL - 04

Op Amp

Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum


90216301
Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung
yogaswarayuri@gmail.com

ABSTRAK

Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan IC LM741 yang memiliki masukan tak
membalik v+(non-inverting), masukan membalik v- (inverting) dan keluaran vo. Jika isyarat
masukan dihubungkan dengan masukan membalik (v-), maka pada daerah frekuensi tengah
isyarat keluaran akan berlawanan fase (berlawanan tanda dengan isyarat masukan).
Sebaliknya, jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik (v+), maka
isyarat keluaran akan sefase. Adapun prosedur percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Pertama menyusun rangkaian penguat membalik(inverting) dengan rangkaian filter high
pass filter dan low pass filter (gambar 1) kemudian menghubungkan rangkain tersebut pada
signal generator, dan penguat catu daya yang telah dibuat dalam proyek RBL sebagai
sumber tegangan listrik. Amati gelombang keluaran (output) dan masukannya (input) pada
osiloskop dan menghitung besar tegangan masukan dan keluarannya dengan menubah nilai
frekuensinya. Kedua dengan cara yang sama menyusun rangkaian penguat tidak
membalik(non inverting) dengan rangkaian filter high pass filter dan low pass filter (gambar
2) kemudian menghubungkan rangkain tersebut pada signal generator, dan penguat catu
daya yang telah dibuat dalam proyek RBL sebagai sumber tegangan listrik. Amati
gelombang keluaran (output) dan masukannya (input) pada osiloskop dan menghitung besar
tegangan masukan dan keluarannya dengan menubah nilai frekuensinya. ketiga
mensimuliasikan rangkaian penguat komparator pada proteus (gambar 3) kemudian
mengamati gelombang masukan dan keluarnya kemudian dianalisis lebar pita
gelombangnya. Kesimpulan dalam percobaan ini yang pertama, Op-amp inverting dan non
inverting dapat digunakan untuk membalik fase suatu sinyal input. Kedua, Op-amp inverting
dan non inverting dapat digunakan untuk melakukan penguatan terhadap tegangan dari suatu
input sinyal yang kecil sehingga didapat suatu sinyal keluaran yang besar. Ketiga, Op-Amp
inverting dan non inverting ini memiliki dua rangkaian feedback (umpan balik) yaitu
feedback negatif dan feedback positif dimana Feedback negatif pada op-amp memegang
peranan penting.

Kata Kunci : LM741, Op Amp Inverting, Op Amp Non Inverting


A. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari hari selain digunakan di industri, rangkain elektronika Op Amp
juga banyak digunakan dalam berbagai peralatan rumah tangga yang kita miliki, Aplikasi
rangkaian elektronika Op Amp banyak digunakan untuk kepentingan peralatan
rumah tangga dan industri.

Aplikasi elektronika Op Amp pada peralatan rumah tangga dapat dilihat pada UPS
(Uninterabable Power Supply), peralatan pengubah daya dari listrik DC menjadi listrik
AC (inverter), catu daya untuk laptop, notebook dan komputer. Op Amp atau
Operational Amplifier itu sendiri merupakan sebuah komponen yang terdiri dari banyak
resistor, dioda, dan transistor. Bagaimana cara kerja mendasar dari rangkaian Op Amp ini ?

B. TEORI DASAR

Penguat operasional (op-amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai
untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op amp biasanya berupa IC (Integrated Circuit).
Pengemasan Op amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op amp (contoh :
741), dua op amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.
Penguat Operasional atau disingkat Op-amp adalah merupakan sutu penguat differensial
berperolehan sangat tinggi yang terterkopel DC langsung yang dilengkapi dengan umpan.
Oleh karena itu, penguat operasional lebih banyak digunakan dengan loop tertutup daripada
dalam lingkar terbuka.

Gambar 1(a) Skematik Op Amp , (b)Fisik Op Amp (diambil dari


http://jendeladenng abei.bl ogspot.co.i d/2013/01/operational-amplifier-op-amp.html )

Gambar 1 menunjukkan sebuah blok op-amp yang mempunyai berbagai tipe dalam bentuk
IC. Dalam bentuk paket praktis IC seperti tipe 741 hanya berharga beberapa ribu rupiah.
Seperti terlihat pada gambar 1, op amp memiliki masukan tak membalik v+(non-inverting),
masukan membalik v- (inverting) dan keluaran vo. Jika isyarat masukan dihubungkan dengan
masukan membalik (v-), maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran akan
berlawanan fase (berlawanan tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya, jika isyarat
masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat keluaran akan
sefase. Sebuah opamp biasanya memerlukan catu daya 15 V. Dalam menggambarkan
rangkaian hubungan catu daya ini biasanya dihilangkan. Beberapa sifat ideal dari Op-amp
adalah sebagai berikut:
a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av, Ib =
b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol atau R0, Ib= 0
c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri, Ib=
d. Lebar pita tak berhingga atau f= f2 f1 =
e. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR)

Karakteristik Op-amp
Keuntungan dari pemakaian penguat operasional ini adalah karakteristiknya yang mendekati
ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih mudah dan
juga kareana penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan karakteristik
kerjanya secara teoritis. Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah:
a. Impedansi masukan tak terhingga. Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik
arus masukan, artinya tidak ada arus yang masuk kedalam terminal 1 maupun 2
(I1 = I2 = 0).
b. Impedansi keluaran sama dengan nol. Terminal 3 merupakan keluaran penguat
operasional, idealnya diharapkan bertindak sebagai terminal keluaran sebuah
sumber sumber tegangan ideal. Tegangan antara terminal 3 dengan ground akan
selalu sama dengan A, dimana A adalah faktor penguatan sebuah penguat
operasional.
c. Penguatan loop terbuka tak terhingga. Apabila dioperasikan pada loop terbuka
(tidak ada umpan balik dari keluaran ke masukan), maka sebuah penguat
opersaional ideal mempunyai gain (penguatan) yang besarnya tak terhingga.
Aplikasi dan Rangkaian Dasar Op-amp
Fungsi atau aplikasi rangkaian Op-amp yaitu:
Penguat Membalik (inverting)
Penguat membalik adalah penggunanan op- amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal
outputnya berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input. Pada penguat ini dimana, masukannya
melalui input membalik pada penguat operasional, dan keluarannya berlawanan fasa dengan
masukan.

Gambar .2 Rangkaian Penguat Membalik/ inverting (diambil dari


http://jendeladenng abei.bl ogspot.co.i d/2013/01/operational-amplifier-op-amp.html )

Untuk mencari penguatan/gain dari rangkaian amplifier inverting dengan Op Amp dapat
menggunakan persamaan berikut :

Penguat tidak Membalik (Non Inverting)


Penguat non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya
perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting. Hasil
tegangan output noninverting lebih dari satu dan selalu positif. Penguat ini dimana,
masukannya melalui input tak membalik (non inverting) pada penguat operasional dan
keluarannya sefasa dengan masukan.

Gambar 3 Rangkaian Penguat Tidak Membalik/Non Inverting (diambil dari


http://jendeladenng abei.bl ogspot.co.i d/2013/01/operational-amplifier-op-amp.html )
Untuk mencari penguatan/gain dari rangkaian amplifier non inverting dengan Op Amp dapat
menggunakan persamaan berikut :

Komparator (Pembanding)
Comparator adalah penggunaan op amp sebagai pembanding antara tegangan yang masuk
pada input (+) dan input (-). Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka op amp akan
mengeluarkan tegangan positif dan jika input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp akan
mengeluarkan tegangan negatif. Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk
membandingkan dua buah tegangan yang berbeda.

Gambar 4 Rangkaian Komparator (diambil dari


http://jendeladenng abei.bl ogspot.co.i d/2013/01/operational-amplifier-op-amp.html )

Untuk mendapatkan Vout dapat menggunakan persamaan berikut :


C. METODE
Adapun prosedur percobaan ini yaitu sebagai berikut: Pertama menyusun rangkaian
penguat membalik(inverting) dengan rangkaian filter high pass filter dan low pass filter
(gambar 5) kemudian menghubungkan rangkain tersebut pada signal generator, dan
penguat catu daya yang telah dibuat dalam proyek RBL sebagai sumber tegangan listrik.
Amati gelombang keluaran (output) dan masukannya (input) pada osiloskop dan
menghitung besar tegangan masukan dan keluarannya dengan menubah nilai frekuensinya.
Kedua dengan cara yang sama menyusun rangkaian penguat tidak membalik(non
inverting) dengan rangkaian filter high pass filter dan low pass filter (gambar 6) kemudian
menghubungkan rangkain tersebut pada signal generator, dan penguat catu daya yang
telah dibuat dalam proyek RBL sebagai sumber tegangan listrik. Amati gelombang
keluaran (output) dan masukannya (input) pada osiloskop dan menghitung besar tegangan
masukan dan keluarannya dengan menubah nilai frekuensinya. ketiga mensimuliasikan
rangkaian penguat komparator pada proteus (gambar 7) kemudian mengamati gelombang
masukan dan keluarnya kemudian dianalisis lebar pita gelombangnya.

Gambar 5 : a) Rangkaian Inverting dengan LPF, b) Rangkaian Inverting dengan HPF


Gambar 6 : a) Rangkaian Non Inverting dengan LPF, b) Rangkaian Non Inverting dengan HPF

Gambar 7 : a) Rangkaian Op Amp Komparator

D. DATA DAN PEMBAHASAN


1. Rangkaian Penguat Inverting HPF
Frekuensi Cut Off HPF Inverting
(Hz) C R Ro Rf
159 Hz 1F 1k 1k 10k

Data Hasil Percobaan Penguat Inverting HPF Eksperimen


Vin Filter = 0,5 volt
Frekuensi Praktikum Gain Simulasi Proteus Gain
(Hz) Vout Filter Vout Amp Vout Filter Vout Amp
(volt) (volt) (volt) (volt)
30 0,04 0,4 10 0,03 0,17 6
40 0,06 0,6 10 0,04 0,32 8
50 0,08 0,8 10 0,05 0,47 9
100 0,12 1,2 10 0,10 1,00 10
*)
200 0,5 5 10 0,39 3,91 10
500 0,5 5 10 0,46 4,67 10
1000 0,5 5 10 0,48 4,9 10
2000 0,5 5 10 0,49 4,9 10
3000 0,5 5 10 0,49 4,9 10
4000 0,5 5 10 0,49 4,9 10
Rata rata gain 10,0 Rata rata gain 9,35
*) data untuk contoh perhitungan

Kurva Tanggapan Amplitudo


12

10

6
Gain

0
0 1000 2000 3000 4000 5000

Grafik 1: kurva tanggapan ampliutudo rangkaian inverting HPF hasil simulasi proteus

Dari hasil data hasil praktikum penguatan rangkaina inverting HPF bisa dianalsis
bahwa besarnya penguatan rangkaina inverting HPF dibandingkan dengan secara
teori adalah sama atau sesuai, yaitu memiliki penguatan 10 kali. Tetapi pada
proteus hasil yang didapatkan tidak tepat 10 kali tetapi hampir mendekati yaitu
9,3 . Mungkin hal ini disebabkan karena kurang teliti dalam membaca skala pada
osiloskop di simulasi proteus. Berikut contoh perhitungan penguatan rangkaian
Secara Teori

hasil praktikum, yaitu

asil simulasi proteus, yaitu

Ini membuktikan bahwa data hasil praktikum sama secara teori. Pada rangakaian
inverting HPF ini adanya penambahan tahanan dan kapasitor yang dimaksud
adalah untuk memfilter sinyal masukan, oleh karena itu adanya batasan input dari
frekuensi yang masuk dengan batas frekuensi cut off ditentukan dari nilai R dan C
nya.

Dari hasil analisis ternyata tampak bahwa jika frekuensi yang diberikan cukup
tinggi maka menghasilkan penguatan yang sesuai dengan teori. Sehingga dapat
dikatakan hasil praktikum ini ternyata sesuai keadaan karakteristik rangkaian filter
lolos tinggi

Gambar 8 : contoh sinyal gelombang tegnagan output hasil praktikum rangkaian Inverting
HPF
Gambar 9 : contoh sinyal gelombang tegnagan input dan output simulasi proteus rangkaian
Inverting HPF

Dari gambar sinyal masukan dan keluaran nampak bahwa terdapat perbedaan fasa
antara sinyal masukan dan sinyal keluaran sebesar 1800 hal ini juga sesuai dengan teori
bahwa pada penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada penguat
operasional, dan keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.

2. Rangkaian Penguat Inverting LPF

Frekuensi Cut Off LPF Inverting


(Hz) C R Ro Rf
159 Hz 1F 1k 20 100k

Data Hasil Percobaan Penguat Inverting LPF Eksperimen


Vin Filter = 0,5 volt
Frekuensi Praktikum Gain Simulasi Proteus Gain
(Hz) Vout Filter Vout Amp Vout Filter Vout Amp
(volt) (volt) (volt) (volt)
30 0,8 4,8 6,0 0,33 0,43 1,3
40 0,8 4,4 5,5 0,33 0,56 1,7
*)
50 0,8 4,4 5,5 0,32 1,06 3,3
100 0,7 4,2 6,0 0,29 1,07 3,7
200 0,5 4 8,0 0,21 1,00 4,8
500 0,3 4 13,3 0,11 0,57 5,2
1000 0,2 4 20,0 0,11 0,57 5,2
2000 0,1 4 40,0 0,02 0,10 5,0
3000 0,1 4 40,0 0,01 0,05 5,0
4000 0,1 4 40,0 0,01 0,05 5,0
Rata rata gain 18,4 Rata rata gain 4,0
*) data untuk contoh perhitungan

Kurva Tanggapan Amplitudo


6,0

5,0

4,0

3,0
Gain
2,0

1,0

0,0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Grafik 2: kurva tanggapan ampliutudo rangkaian inverting LPF hasil simulasi proteus

Dari hasil data hasil praktikum dan simulasi proteus penguatan inverting LPF
bisa dianalsis bahwa besarnya penguatan bervariassi, rata rata penguatan hasil
praktikum dan simulasi dibanding secara teori benda jauh. Mungkin kesalahan ini
dikarenakan kesalahan paralak kesalahan membaca skala pada alat ukur atau
ketelitian suatu alat ukur yang dipakai. Berikut contoh perhitungan data
secara Teori, yaitu

hasil praktikum, yaitu

hasil simulasi proteus, yaitu


Kesalahan pada data hasil praktikum mungkin dikarenakan kesalahan dalam
pengambilan data serta praktikum pada tapis lolos rendah ini tidak maksimal
sehingga adanya ketidak sesuaian antara teori dan kesimpulan pada praktikum ini.
Dari data nilai-nilai penguatan yang diperoleh dengan besarnya frekuensi yang
digunakan maka dapat diketahui bahwa tinginya frekuensi yang diberikan tidak
seiring dengan kecilnya keluaranya. Hal ini tidak sesuai dengan teori pada
tapis/filter lolos rendah yang menyatakan bahwa tegangan keluaran pada
rangkaian tapis lolos rendah berubah dengan frekuensi, makin tinggi frekuensi
makin kecil keluaranya. Isyarat dengan frekuensi rendah mempunyai tegangan
keluaran sama dengan tegangan masukan, sedangkan isyrat frekuensi tinggi
mempunyai tenggangan keluaran yang diperlemah. Makin tinggi frekuensi
makin lemah keluaranya. Dikatakan isyarat dengan frekuensi tinggi mendapat
pelemahan. Inilah yang dimaksud sebagai tapis lolos rendah, artinya setiap
isyarat dengan frekuensi rendah lolos dan isyarat dengan frekuensi tinggi tidak
lolos yaitu diberi pelemahan. Lengkung yang menyatakan hubungan antara
perbandingan dengan isyarat keluaran dan isyarat masukan dengan frekuensi
disebut tanggapan ampilitudo.

Gambar 10 : contoh sinyal gelombang tegnagan input dan output hasil praktikum rangkaian
Inverting LPF
Gambar 11 : contoh sinyal gelombang tegnagan input dan output simulasi proteus rangkaian
Inverting LPF

Dari gambar sinyal masukan dan keluaran nampak bahwa terdapat perbedaan fasa
antara sinyal masukan dan sinyal keluaran sebesar 1800 hal ini juga sesuai dengan teori
bahwa pada penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada penguat
operasional, dan keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.

3. Rangkaian Penguat Non Inverting


Frekuensi Cut Off HPF&LPF Non Inverting
(Hz) C R Ro Rf
159 Hz 1F 1k 2k 18k

Data Hasil Percobaan Simulasi Proteus


Vin Filter = 0,5 volt
Frekuensi HPF Gain LPF Gain
(Hz) Vout Filter Vout Amp Vout Filter Vout Amp
(volt) (volt) (volt) (volt)
10000 0,5 5 10 0,5 5 10
9000 0,5 5 10 0,5 5 10
8000 0,5 5 10 0,5 5 10
7000 0,5 5 10 0,5 5 10
6000 0,5 5 10 0,5 5 10
5000 0,5 5 10 0,5 5 10
4000 0,5 5 10 0,5 5 10
3000 0,5 5 10 0,5 5 10
2000 0,5 5 10 0,5 5 10
1000 0,5 5 10 0,5 5 10
500 0,5 5 10 0,5 5 10
200 0,4 4 10 0,4 4 10
100 0,4 4 10 0,4 4 10
50 0,1 1 10 0,1 1 10
40 0,1 1 10 0,1 1 10
30 0,1 1 10 0,1 1 10
Rata rata gain 10,0 Rata rata gain 10,0

Gambar 12 : contoh sinyal gelombang tegnagan input dan output simulasi proteus rangkaian
Non Inverting LPF

Pada percobaan simulasi proetus penguatan non inverting HPF maupun LPF memiliki
nilai data yang sama. Dengan besar penguatan secara teori, yaitu

Hal ini juga sama denga hasil percobaan simulasi proteus gain Vo dan Vi bisa dianalisis
dari data, sebagai contoh salah satu data yaitu :
Dilihat dari bentuk sinyal masukan dan sinyal keluaran memiliki fasa yang sama. Hal
ini juga sesuai dengan teori bahwa masukan melalui input tak membalik (non
inverting) pada penguat operasional dan keluarannya sefasa dengan masukan.
Sehingga dapat dikatakan hasil simulasi ini ternyata sesuai keadaan karakteristik
rangkaian non inverting

4. Kenapa be ntuk gelombang tegangan keluarannya ke potong


Jawaban :
Karena tegangan V.out melebihi V.saturasi sementara hasil output dari OP-AMP
hanya sampai batas rating maksimal saturasi. Penyebabnya distorsi amplitudo sinyal
output pada sebuah amplifier dapat berupa terpotongnya sinyal output pada sisi
puncak positif maupun puncak negatif atau keduanya. Ini juga disebabkan karena
V.in melebihi tegangan V.saturasi

5. Simuliasikan rangakain kompartor dengan Proteus

Gambar 13 : Rangkaian Op Amp Komparator


Gambar 14 : sinyal gelombang rangkaian Op Amp Komparator

penggunaan komparator op amp adalah sebagai pembanding antara tegangan yang masuk
pada input (+) dan input (-). Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka op amp akan
mengeluarkan tegangan positif dan jika input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp
akan mengeluarkan tegangan negatif. Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk
membandingkan dua buah tegangan yang berbeda. Dapat dilihat dari sinyal masukan dan
keluaran memiliki fasa yang berlawanan tetapi lebar pita atau bandwithnya sama. Kenapa
pada rangkaian penguatan komparator harus adanya RL sebagai tahanan pada power
supply nilai RL ini akan berpengaruh pada kinerja power supply, kalau RL nya kecil maka
power supply akan panas.

E. KESIMPULAN

1. Op-amp inverting dan non inverting dapat digunakan untuk membalik fase suatu
sinyal input.
2. Op-amp inverting dan non inverting dapat digunakan untuk melakukan penguatan
terhadap tegangan dari suatu input sinyal yang kecil sehingga didapat suatu sinyal
keluaran yang besar.
3. Op-Amp inverting dan non inverting ini memiliki dua rangkaian feedback (umpan
balik) yaitu feedback negatif dan feedback positif dimana Feedback negatif pada
op-amp memegang peranan penting.

F. DAFTAR PUSTAKA

1. Sutrisno. 1987. Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 2. ITB: Bandung.


2. Septiawan, Reza Rendian. 2016. Modul 04 Op-Amp Penguat Inverting, Non-
Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. ITB: Bandung
3. http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp- ic- lm741/ (diakses
tanggal 25 Febuari 2017, pada pukul 17. 59 WIB)
Lampiran Dokumentasi

Вам также может понравиться