Вы находитесь на странице: 1из 23

I.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah
diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai golongan
ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah kebawah.
Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga
sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang
terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai
dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan
menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa
esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama
pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu
berkoperasi secara benar dan konsisten.

Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam
struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Keberadaan koperasi
sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun
berarti sudah relatif matang. Sampai dengan bulan November 2001, misalnya, berdasarkan data
Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh Indonesia
tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000
orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang
cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14
persen). Hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55%, sedangkan
yang menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data terakhir tahun
2006 ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708 unit dan
yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.

Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan perdebatan karena


tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya. Juga, secara makro
pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB), pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan
secara mikro pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut Merza (2006), dari segi
kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan
mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para
anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan
ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah,
masih sangat besar.3Jadi, dalam kata lain, di Indonesia, setelah lebih dari 50 tahun
keberadaannya, lembaga yang namanya koperasi yang diharapkan menjadi pilar atau soko guru
perekonomian nasional dan juga lembaga gerakan ekonomi rakyat ternyata tidak berkembang
baik seperti di negara-negara maju (NM). Oleh karena itu tidak heran kenapa peran koperasi di
dalam perekonomian Indonesia masih sering dipertanyakan dan selalu menjadi bahan perdebatan
karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya.

Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan


sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri
mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui
Kongres Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang
pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang
dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus
mengembangkan koperasi (Soetrisno, 2003).

Dari hasil survey kondisi koperasi di Indonesia saat ini sangat memperihatinkan.
Sebanyak 27 persen dari 177.000 koperasi yang ada di Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi
kini tidak aktif. Hal itu mengindikasikan kondisi koperasi di Indonesia saat ini masih
memprihatinkan. Angka koperasi yang tidak aktif memang cukup tinggi. Saat ini jumlah
koperasi di Indonesia ada sekitar 177 ribu dan yang tidak aktif mencapai 27 persen, jelas
Guritno Kusumo, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM. Ia mengatakan, ada bebeapa
faktor penyebab banyaknya koperasi tidak aktif, di antaranya pengelolaan yang tidak profesional.
Namun demikian hingga kini kementerian masih melakukan pendataan untuk mengetahui hal
tersebut. Dalam hal ini, kementrian terus melakukan pengkajian. Rencananya koperasi yang
tidak sehat tersebut akan dipilah sesuai kondisinya. Namun bila sudah tidak ada pengurusnya,
koperasi yang tidak aktif tersebut akan dibubarkan.
II. ISI

A. PENGEMBANGAN KOPERASI

Kebijakan Pengembangan Koperasi.

1. Bebrapa Pendapat Terhadap Pengembangan


Pendapat K. Verhagen :
Perkembangan koperasi di Negara-negara sedang berkembang bersifat kontradkitif atau
ironis, karena adanya campur tangan pemerintah yang otoriter dan intervensi policy yang
dibingkai oleh falsafah swadaya dan partisipatif masyarakat.

Pendapat Myrdal :
Koperasi di Negara-negara sedang berkembang mengalami kondisi dengan dunia lainnya
(Eropa Timur/Barat) karena mereka harus bersaing tetapi bertindak dengan aturan-aturan
pemerintah dan melalui management pemerintah.

2. Usaha Meningkatkan Koperasi Sebagai Organisasi Swadaya Yang Otonom


Dalam hal ini pemerintah ingin meningkatkan koperasi sebagai organisasi koperasi yang
otonom,maka diperlukan adanya pengertian yang mengenai :
a. Apa yang disebut dengan organisasi pembangunan pemerintah dan lembaga swadaya alat
pemerintah.
b. Apa yang dimaksud dengan organisasi swadaya koperasi sebagai aat meningkatkan
kepentingan anggota,dimana perlu memiliki otonomi seperti pesaing pesaingnya baik
otonomi pengurus dalam menentukan tujuan mandiri dan otonomi terhadap lingkungan
dalam menghadapi pesaingnya.

B. Bagaimana cara agar koperasi dapat maju dan berkembang di negara


berkembang?
Kopersai Indonesia masih berkembang, Belum maju karena para pengelolanya kurang
propesional untuk mengatasi koperasian Indonesia saat ini. Menurut saya sebaiknya pemerintah
harusnya bisa mengelola dengan baik seperti memajukan mutu kualitas barang, khususnya
memajukan para petani dengan memberi subsidi agar barang local tidak terlalu mahal hingga
para-para konsumen tertarik untuk membeli karena dengan mutu kualitas yang baik dan harga
yang terjangkau. Oleh karna itu seharusnya pemerintah memberi pajak tinggi pada barang-
barang import agar produk local tidak kalah saing dengan produk non local.

Analisis SWOT Bagi Koperasi ke Masa yang Akan Datang

Saat ini perekonomian Indonesia dan dunia bisnis terutama di asia sedang menghadapi
berbagai persaingan yang sangat ketat. Tentunya kita semua sudah tau yang di maksud dalam
tulisan saya kali ini mengenai Persaingan yang ketat dalam dewasa ini, ya benar, kini kita
sudah dalam persaingan dunia MEA yaitu Masyarakat Ekonomi Asean. koperasi di Indonesia
sendiri itu sangatlah penting keberadaannya. Koperasi mampu mendorong tumbuh dan majunya
perekonomian Indonesia, tentunya dalam tata kelola yang baik dan disiplin. Nah, seperti apa
koperasi di tengah-tengah kondisi saat ini ?. maju & kendurnya perkembangan koperasi perlu
kita awasi bersama. Dan banyak membutuhkan dukungan dalam anggotanya juga. Kita tau
bahwa kunci keberhasilan koperasi juga dipegang oleh semua anggotanya. Jadi disini masyarakat
juga sudah tentu penting dalam memelihara keberhasilan koperasi saat ini dan dimasa yang akan
datang.Banyak sekali kendala-kendala koperasi di Indonesia dari yang sangat kurang diminati
oleh masyarakat karena jarak rentang harga barang yang dijualnya dengan pesaing bisnis lainnya
itu sangat jauh. Ada pula permasalahan modal dalam koperasi itu sendiri yang sangat sulit di
menemui jalan keluar. Sebenarnya pemerintah selama ini juga sudah sangat maksimal dalam
memberikan pengawasan dan juga pemeliharaan koperasi di Indonesia. Maka di era persaingan
bisnis yang semakin pesat dan ketat ini apakah koperasi kita bisa semakin mandiri dan maju
menghadapinya nanti?

Banyak analisis yang dapat kita pakai untuk melihat seperti apa koperasi menghadapi
kemajuan dunia perekonomian dimasa yang akan datang, terutama dalam MEA untuk masa
mendatang. Kali ini kita akan menganalisis bagaimana koperasi bisa berkiprah kedepan dengan
menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT itu sendiri adalah sebuah metode perencanaan
strategis yang nantinya bisa kita gunakan untuk mengevaluasi kondisi koperasi dengan Streght
( Kekuatan) Weakness ( Kelemahan koperasi Kita ) Oportunity ( Peluang Koperasi kita) dan
Threat ( ancaman pada Koperasi ). Dari analisis ini nantinya kita akan melihat dalam analisis
mana yang bisa memunculkan gambaran baiknya koperasi bisa menghadapi era yang akan
datang.

Berikut mari kita ulas strategi bagaimana yang koperasi akan lakukan nantinya dengan
menggunakan analisis SWOT ;

Kekuatan (Strenght)

Membahas kekuatan Koperasi, koperasi memiliki kekuatan-kekuatan yang secara umum


untuk menjalankan usaha dalam persaingannya dan kemajuannya dimasa yang akan datang di
tengah-tengah banyak nya usaha sejenis yang bermunculan, adapun kekuatan-kekuatan tersebut
antara lain :

1. Pada waktu krisis moneter dan ekonomi menghantam Indonesia, ternyata BUMS dan
BUMN/BUMD banyak yang kelimpungan gulung tikar, meninggalkan hutang yang
demikian besar. Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap
tidak penting dan disepelekan justru sebagian besar dapat eksis dalam menghadapi badai
krisis. Dengan demikian sektor yang disebut belakangan (UKMK) dapat menjadi pengganjal
untuk tidak terjadinya kebangkrutan perekonomian, bahkan sebaliknya dapat diharapkan
sebagai motor penggerak roda perekonomian nasional untuk keluar dari krisis. Sebagai
contohnya misal banyak peluang pasar yang semula tertutup sekarang menjadi terbuka.
Contohnya, akibat mahalnya harga obat, yang sebagian besar masih harus diimpor, produsen
jamu (ada yang membentuk koperasi) mendapat kesempatan memperlebar pasarnya dari
pangsa yang lebih menyerupai ceruk pasar menuju kepada pasar yang lebih bermakna.
Jadi bisa kita lihat koperasi memiliki strategi dalam menghadpi tantangan itu sangatlah baik
dan masyarakat juga masih sangat terikat, dalam artian koperasi ini sangatlah dianggap
penting dimana saat-saat masyarakat sedang menghadapi kenaikan-kenaikan harga
kebutuhan yang umum dipasaran.
2. Anggaran pembangunan yang cukup memadai
Pemerintah kita sebenarnya sudah sanagt baik dalam memperhatikan dan membiayai
perkoperasian kita, ia telah menyiapkan bergagai progam dalam rangka membangun
perkoperasian Indonesia yang maju. Program-program pembangunan koperasi dilaksanakan
dengan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program-programnya tersebut,
yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 1998/99)
adalah sebesar Rp693.400,0 juta. Rencana anggaran pembangunan koperasi untuk tahun pertama
dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN

3. Komitmen Pimpinan Kementerian Koperasi untuk menegakkan birokrasi yang efisien


dan efektif serta akuntabel
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik perlu dilakukan tiga strategi yaitu;
mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas KKN, pemberian pelayanan public yang
berkualitas serta pembenahan kapasitas birokrasi agar menjadi lebih efektif, efisien, dan
akuntabel. Pelaksanaan sosialisasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
termasuk salah satu program nasional untuk mewujudkan Pemerintahan yang transparan,efektif,
efisien, dan akuntabel Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah juga menggambarkan
ukuran kinerja yang transparan dan bertanggung jawab. Untuk itu saya mengajak seluruh SKPD
agar memandang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) jangan sebagai
suatu beban, akan tetapi jadikan LAKIP sebagai suatu alat yang dapat membantu kita dalam
mewujudkan visi dan misi perkoperasian nasional

4. Dukungan politik dari masyarakat, pemerintah daerah dan lembaga legislatif (kebijakan
pro koperasi) lebih mudah mensinergikan sumber daya yang ada di masyarakat dan dunia
usaha untuk pemberdayaan koperasi di Indonesia.

Kendala (Weakness)
Adakah kendala perkoperasian kita untuk di masa yang akan datang ? setelah kita tadi
diatas telah mengulas beberapa kekuatan koperasi yang bisa menjadi gambaran kita untuk
melihat sebagaimana kemungkinan terbaiknya koperasi menghadapi era globalisasi ekonomi
yang semakin maju ini.kendala yang akan dihadapi koperasi kedepan yanki terbatasnya sarana
dan prasarana penunjang yang persebarannya kurang merata dan kurang memadai. Perspektif
pimpinan instansi pemerintah dan dunia usaha bahwa pemberdayaan koperasi semata-mata
urusan Kementerian Koperasi. Kendala utamanya yakni mensinergikan potensi dan sumberdaya
untuk pemberdayaan koperasi
Selain itu, Memang tidaklah mudah untuk mewujudkan koperasi yang ideal seperti yang sangat
kita harapkan, ya benar !! masih banyak sekali hambatan yang muncul dalam kondisi
perekonomian kita saat ini. Baik itu berupa hambatan yang muncul secara internal maupun
secara eksternal. Namun bila segera kita sadari tentu dan kita coba untuk mewujudkannya secara
sabar dan sistematis maka tentu harapan itu akan menjadi kenyataan. Memang tidaklah dapat kita
memanennya serta merta. Sebab terburu-buru dan salah langkah kita maka akan memunculkan
kehancuran dan menjadikan kondisi trauma kembali lagi.

Hambatan secara internal pada umumnya di koperasi kita adalah adanya tingkat
pemahaman anggota, pengurus serta badan pengawas maupun manajemen yang masih kurang
bagus tentang jatidiri koperasi yang menyangkut definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
diakui. Pemahaman yang kurang menjadikan praktek-praktek koperasi keluar dari koridor
koperasi. Banyak koperasi yang berkembang pada akhirnya banyak sekali mengalami kejatuhan.
Hambatan lain dikarenakan kita telah lama terjebak dalam kultur top-down. Dimana penentuan
dari berbagai keputusan di kopersi itu tidak otonom dan banyak pihak luar yang turut
mengintervensinya. Keterjebakan ini dapat kita contohkan dari berbagai model koperasi yang
otomatis dan bersifat fungsional. Dimana di anulir telah menjadi bagian dari polarisasi
kepentingan politik praktis yang berlaku sesaat. Hambatan lain yang cukup strategis adalah
prinsip narimo yang bersifat fatalis karena telah lama dan beratus-ratus tahun kita di jajah dan
berpuluh-puluh tahun kita terkungkung oleh sebuah rezim otoritarian. Untuk itu sebagai sebuah
upaya solusi strategisnya adalah melakukan proses penyadaran secara sistematik itu sangat
dibutuhkan. Upaya yang di lakukan di jalankan secara lebih berkelanjutan dan dijalankan secara
konsisten. Program pendidikan pelatihan di koperasi adalah menjadi sarana paling utama untuk
mewujudkan itu. Di samping upaya-upaya lain seperti perbaikan peforma manajemen dengan
peningkatan kualitas pelayanan dan masalah keahlian manajemen. Tak kalah penting adalah
komunikasi dan transformasi informasi yang efektif dan efisien baik mengenai berbagai maksud
propaganda maupun proses transformasi dan pertanggungjawaban atas kegiatan-kegiatan yang
telah dijalankan.

Adapun upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi eksternal memang tidaklah mudah.


Dalam hal ini sangat diperlukan bargaining dari gerakan koperasi itu sendiri untuk melakukan
proses perubahan secara mikro dan pada akhirnya makro. Hal tersebut akan dapat berjalan efektif
bilamana dalam masing-masing koperasi secara internal telah solid dan dalam kepemimpinan
gerakan koperasi itu sendiri telah muncul kepentingan yang aspiratif. Dalam tubuh gerakan yang
solid tersebut maka koperasi akan semakin dapat mempengaruhi berbagai kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan juga dalam hal ini ajakannya akan sangat berpengaruh terhadap
publik secara luas.

Peluang (Opportunity)

Esensi globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas yang sedang berlangsung saat ini dan
yang akan semakin pesat di masa depan adalah semakin menghilangnya segala macam hambatan
terhadap kegiatan ekonomi antar negara dan perdagangan internasional. Melihat perkembangan
ini, prospek koperasi Indonesia ke depan sangat tergantung pada dampak dari proses tersebut
terhadap sektor bersangkutan. Oleh karena itu, prospek koperasi harus dilihat berbeda menurut
sektor. Selain itu, dalam menganalisisnya, koperasi Indonesia perlu dikelompokkan ke dalam
ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi. Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar: (i)
koperasi produsen atau koperasi yang bergerak di bidang produksi, (ii) koperasi konsumen atau
koperasi konsumsi, dan (iii) koperasi kredit dan jasa keuangan.

Peluang koperasi untuk tetap berperan dalam percaturan perekonomian nasional dan
internasional terbuka lebar asal koperasi dapat berbenah diri menjadi salah satu pelaku ekonomi
(badan usaha) yang kompetitif dibandingkan pelaku ekonomi lainnya. Tantangan untuk
pengembangan masa depan memang relatif berat, karena kalau tidak dilakukan pemberdayaan
dalam koperasi dapat tergusur dalam percaturan persaingan yang makin alam kamin intens dan
mengglobal. Kalu kita lihat ciri-ciri globalisasi dimana pergerakan barang, modal dan uang
demikian bebas dan perlakuan terhadap pelaku ekonomi sendiri dan asing (luar negeri) sama,
maka tidak ada alasan bagi suatu negara untuk meninabobokan para pelaku ekonomi (termasuk
koperasi) yang tidak efisien dan kompetitif.

Selain peluang yang bisa kita lihat diatas tadi ada pula peluang tambahannnya menurut
pandangan dari salah satu sumber yang telh say abaca, antara lain :

1. Pulihnya perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selama
tahun mendatang Otonomi daerah yang lebih baik
2. perimbangan keuangan yang lebih adil serta kedekatan pemda dengan permasalahan
pelaku ekonomi di wilayahnya Ketersediaan tenaga kerja yang mutunya makin meningkat
serta sumber daya alam yang beraneka ragam kemauan politik yang kuat dari pemerintah
3. komitmen membangun sistem ekonomi yang lebih demokratis berdasarkan sistem
ekonomi kerakyatan Tuntutan masyarakat untuk pembangunan yang makin berkeadilan dan
transparan Pranata konstitusi dan aturan pelaksanaannya (GBHN, UU UU Perkoperasian,
dan UU Propenas) yang memberikan prioritas pembangunan ekonomi pada koperasi
mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan

Ancaman (Treats)

Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam koperas jika
tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi koperasi yang baik masa sekarang maupun yang
akan datang. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi koperasi. Masuknya pesaing
baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau
pemasok penting, perubahan tekhnologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan koperasi.

Marilah kini kita cari tau mengenai apa ancaman yang akan dihadapi koperasi di masa yang akan
datang. Yang pertama yakni bertambahnya pelaku pasar multinasional yang sangat inovatif dan
mampu menyajikan produk dan layanan yang lebih baik serta penegakan hukum yang belum
efektif (maraknya peredaran barang impor illegal) dan di iringi oleh rendahnya kualitas
SDM,Produktivitas.

Dan selanjutnya, mengenai daya saing koperasi bahwa mekanisme pasar yang
berkeadilan belum efektif berfungsi. Keterbatasan keuangan negara untuk menstimulan
pembangunan ekonomi, belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah untuk mendukung
pemberdayaan koperasi. Belum lengkapnya kelembagaan pemberdayaan Koperasi, rendahnya
partisipasi anggota koperasi dalam kegiatan usaha koperasi, rendahnya tingkat kepedulian,
kemampuan dan kualitas pembina dalam memberdayakan Koperasii mengancam upaya
pemberdayaan usaha Koperasi secara cepat dan berkesinambungan. Nah seperti itulah analisis
SWOT yang bisa kita jabarkan bersama dalam melihat gambaran perkoperasian kita dimasa yang
akan datang , seperti apa hambatan dan peluangnya. Dari sana kita juga bisa mengevaluasi lagi
untuk kedepan dengan menyiapkan berbagai perbaikan-perbaikan yang masih harus koperasi
lakukan berdasarkan evaluasi kendala serta ancamannya. Saya berharap dengan dukungan penuh
pemerintah serta masyarakat kita semoga perkoperasian ke depannya mampu bersaing lebih baik
lagi dan bisa menjadi pendorong kemajuan perekonomian Indonesia. Hidup koperasiku !!

Koperasi di Indonesia pada Zaman Orde Baru Hingga Sekarang

Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru
bagi pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian di Indonesia, dibawah kepemimpinan
Jenderal Soeharto. Ketetapan MPRS no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah.
Berikut beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru
hingga sekarang :

Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang


koperasi no.12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi
Indonesia (GERKOPIN).
Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai
penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
Dan pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di
masa yang akan datang.
Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung
jalan di tempat.

Potret Koperasi di Indonesia

Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat
sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang.
Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan
sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14
persen). Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu catatan yang
perlu di ingat reformasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang KUD telah
melahirkan gairah masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan ekonomi yang melalui koperasi.

Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui


dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah
ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive
market program menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi
tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus
berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, namun sumbangan terbesar KUD
adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian terutama pangan (Anne Both, 1990),
disamping sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan
mengurus dan mengelola KUD (Revolusi penggilingan kecil dan wirausahawan pribumi di desa).

Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan kita
kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru
didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset
koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah
hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada
akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah
BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian
walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan
kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada.
Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.

Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998
2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya secara luas pendirian
koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas
mendirikan koperasi pada basis pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis
pengorganisasian koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada
penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.
Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan
usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal. Oleh karena itu jenjang
pengorganisasian yang lebih tinggi harus mendorong kembalinya pola spesialisasi koperasi. Di
dunia masih tetap mendasarkan tiga varian jenis koperasi yaitu konsumen, produsen dan kredit
serta akhir-akhir ini berkembang jasa lainnya.

Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga


kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah menunjukkan
kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang
menjadi instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa
datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan
globalisasi. Untuk mengubah arah ini hanya mampu dilakukan bila penataan mulai diletakkan
pada daerah otonom.
C. Cara Cara Mengembangkan Koperasi

Berikut adalah beberapa cara yang dapat ditempuh dalam upaya memajukan koperasi di
Indonesia:

1. Menerapkan Sistem GCG

GCG merupakan singkatan dari Good Corporate Governance. GCG adalah prinsip
korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan. GCG ini merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak
dan kewajibannya masing-masing.

Implementasi GCG dalam beberapa hal dapat diimplementasikan pada koperasi. Untuk
itu, regulator, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM perlu memperkenalkan secara
maksimal suatu konsep GCG atau tatakelola koperasi yang baik.

Implementasi GCG perlu diarahkan untuk membangun kultur dan kesadaran pihak-pihak dalam
koperasi untuk senantiasa menyadari misi dan tanggung jawab sosialnya yaitu mensejahterakan
anggotanya.

Dalam mengimplementasikan GCG, koperasi Indonesia perlu memastikan beberapa


langkah strategis yang memadai dalam implementasi GCG. Pertama, koperasi perlu memastikan
bahwa tujuan pendirian koperasi benar-benar untuk mensejahterakan anggotanya. Pembangunan
kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam visi,misi dan program kerja yang sesuai.
Pembangunan kesadaran akan mencapai tujuan merupakan modal penting bagi pengelolaan
koperasi secara profesional, amanah, dan akuntabel.

Konsep GCG sektor koperasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjawab
tantangan pengelolaan koperasi yang semakin kompleks. Implementasi GCG perlu diarahkan
untuk membangun kultur dan kesadaran pihak-pihak dalam koperasi untuk senantiasa menyadari
misi dan tanggung jawab sosialnya yaitu mensejahterakan anggotanya.
Dalam mengimplementasikan GCG, koperasi Indonesia perlu memastikan beberapa langkah
strategis yang memadai dalam implementasi GCG. Pertama, koperasi perlu memastikan bahwa
tujuan pendirian koperasi benar-benar untuk mensejahterakan anggotanya. Pembangunan
kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam visi,misi dan program kerja yang sesuai.
Pembangunan kesadaran akan mencapai tujuan merupakan modal penting bagi pengelolaan
koperasi secara profesional, amanah, dan akuntabel.

2. Perekrutan Anggota yang Berkompeten

Hal mendasar yang sangat penting dalam upaya memajukan koperasi adalah dengan
merekrut anggota yang berkompeten dalam bidangnya. Tidak hanya orang yang sekedar mau
menjadi anggota melainkan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan dan
pengembangan koperasi. Contohnya dengan mencari pemimpin yang dapat memimpin dengan
baik, kemudian pengelolaan dipegang oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-
masing. Serta perlu dibuat pelatihan bagi pengurus koperasi yang belum berpengalaman.

3. Membenahi Kondisi Internal Koperasi

Praktik-praktik operasional yang tidak tidak efisien, mengandung kelemahan perlu


dibenahi. Dominasi pengurus yang berlebihan dan tidak sesuai dengan proporsinya perlu dibatasi
dengan adanya peraturan yang menutup celah penyimpangan koperasi. Penyimpangan-
penyimpangan yang rawan dilakukan adalah pemanfaatan kepentingan koperasi untuk
kepentingan pribadi, penyimpangan pengelolaan dana, maupun praktik-praktik KKN.

4. Memberikan Pelatihan Karyawan

Dengan memberikan pelatihan terhadap kemampuan kerja para karyawan yang di


lakukan secara berkala, diharapkan sistem keuangan dan birokrasi internal di dalam koperasi
dapat teratasi.
5. Perlunya Dukungan Pemerintah

Kurangnya dukungan yang diberikan pemerintah dalam memajukan koperasi dapat


menjadi penghambat berkembangnya koperasi di Indonesia. Dukukan yang dibutuhkan bagi
perkembangan koperasi contohnya adalah dari segi permodalan. Pemerintah dalam hal ini harus
melakukan terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan factor
produksi, khususnya permodalan.

6. Penyediaan Sarana dan Prasaran

Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan koperasi sangat penting
dilakukan untuk menunjang terlaksananya koperasi yang efektif. Pemerintah harus menyediakan
apa yang dibutuhkan oleh pengurus anggota maupu pengelola agar kegiatan dalam koperasi tidak
terhambat dan menjadikan koperasi tidak berkembang.

7. Penyuluhan Masyarakat

Penyuluhan masyarakat disini berfungsi untuk memunculkan kesadaran masyarakat


betapa pentingnya koperasi, maksudnya harus memacu kepada masyarakat agar mereka tahu
betapa pentingnya koperasi untuk kehidupan mereka.

8. Perlunya Sarana Promosi

Hal ini diperlukan untuk mengekspose kegiatan usahanya agar dapat diketahui oleh
masyarakat umum seperti badan usaha lainnya. Sehingga dengan cara tersebut masyarakat akan
lebih termotivasi untuk membentuk koperasi yang efisien.

Dengan cara-cara tersebut diharapkan dapat memajukan koperasi sebagai salah satu sektor
perekonomian di Indonesia yang sungguh-sungguh dapat mensejahterakan rakyatnya. Selain tu
juga diharapkan koperasi dapat bersaing di perekonomian dunia. Dengan hal tersebut pula sangat
diharapkan agar koperasi di Indonesia dapat terus maju dan berkembang karena koperasi adalah
salah satu badan usaha yang menyediakan fasilitas untuk masyarakat kecil dan menengah.
9. Meningkatkan Daya Jual Koperasi dan Melakukan Sarana Promosi
Untuk meningkatkan daya jual koperasi, yang akan saya lakukan adalah membuat
koperasi lebih bagus lagi. Membuat koperasi agar terlihat menarik supaya masyarakat tertarik
ntuk membeli di koperasi mungkin dengan cara mengecat dinding koperasi dengan warna-warna
yang indah, menyediakan AC, ruangan tertata dengan rapi dan menyediakan pelayanan yang
baik sehingga masyarakat puas.

Dan tidak hanya itu, koperasi pun memerlukan sarana promosi untuk mengekspose
kegiatan usahanya agar dapat diketahui oleh masyarakat umum seperti badan usaha lainnya salah
satu caranya dengan menyebarkan brosur dan membuat spanduk agar masyarakat
mengetahuinya. Dengan cara ini diharapkan dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya di koperasi.

10. Merubah Kebijakan Pelembagaan Koperasi


Dalam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat kebijakan pelembagaan koperasi dilakukan
degan pola penitipan, yaitu dengan menitipkan koperasi pada dua kekuatan ekonomi lainnya.
Oleh sebab itu saya akan merubah kebijakan tersebut agar koperasi dapat tumbuh secara normal
layaknya sebuah organisasi ekonomi yang kreatif, mandiri, dan independen.

11. Memperbaiki Koperasi Secara Menyeluruh


Kementerian Koperasi dan UKM perlu menyiapkan blue print pengelolaan koperasi secara
efektif. Blue print koperasi ini nantinya diharapkan akan menjadi panduan bagi seluruh koperasi
Indonesia dalam menjalankan kegiatan operasinya secara profesional, efektif dan efisien. Selain
itu diperlukan upaya serius untuk mendiseminasikan dan mensosialisasikan GCG koperasi dalam
format gerakan nasional berkoperasi secara berkesinambungan kepada warga masyarakat, baik
melalui media pendidikan, media massa, maupun media yang lainnya yang diharapkan akan
semakin memajukan perkoperasian Indonesia.

12. Penggunaan Kriteria Identitas


Penggunaan prinsip identitas untuk mengidentifikasi koperasi adalah suatu hal yang agak
baru, dengan demikian banyak koperasiwan yang belum mengenalnya dan masih saja berpaut
pada pendekatan-pendekatan esensialis maupun hukum yang lebih dahulu, yang membuatnya
sulit atau bahkan tidak mungkin untuk membedakan suatu koperasi dari unit-unit usaha lainnya
seperti kemitraan, perusahaan saham atau di Indonesia dikenal dengan Perseroan Terbatas (PT).

Dengan menggunakan kriteria identitas, kita akan mampu memadukan pandangan-


pandangan baru dan perkembangan-perkembangan muktahir dalam teori perusahaan ke dalam
ilmu koperasi.

13. Menghimpun Kekuatan Ekonomi Dan Kekuatan Politis


Kebijaksanaan ekonomi makro cenderung tetap memberikan kesempatan lebih luas
kepada usaha skala besar. Paradigma yang masih digunakan hingga saat ini menitikberatkan pada
pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh usaha skala besar dengan asumsi bahwa usaha
tersebut akan menciptakan efek menetes ke bawah. Namun yang dihasilkan bukanlah
kesejahteraan rakyat banyak melainkan keserakahan yang melahirkan kesenjangan. Dalam
pembangunan, pertumbuhan memang perlu, tetapi pencapaian pertumbuhan ini hendaknya
melalui pemerataan yang berkeadilan.

Pada saat ini, belum tampak adanya reformasi di bidang ekonomi lebih-lebih disektor
moneter, bahkan kecenderungan yang ada adalah membangun kembali usaha konglomerat yang
hancur dengan cara mengkonsentrasikan asset pada permodalan melalui program rekapitalisasi
perbankan.

Dalam menghadapi situasi seperti ini, alternatif terbaik bagi usaha kecil termasuk
koperasi adalah menghimpun kekuatan sendiri baik kekuatan ekonomi maupun kekuatan polotis
untuk memperkuat posisi tawar dalam penentuan kebijakan perekonomian nasional. Ini bukanlah
kondisi yang mustahil diwujudkan, sebab usaha kecil termasuk koperasi jumlahnya sangat
banyak dan tersebar di seluruh wilayah nusantara sehingga jika disatukan akan membentuk
kekuatan yang cukup besar.

Dengan ini diharapkan dapat memajukan koperasi sebagai salah satu sektor
perekonomian di Indonesia. Juga diharapkan koperasi dapat bersaing di perekonomian dunia.
Saya sangat mengharapkan agar koperasi di Indonesia dapat terus maju dan berkembang karena
koperasi adalah salah satu badan usaha yang menyediakan fasilitas untuk masyarakat kecil dan
menengah. Semoga dengan ini dapat membangun koperasi yang lebih baik lagi.

14. Membentuk Karakter Pemuda yang Bermental Wirausaha, Tangguh dan Berorientasi
Memajukan Perekonomian Rakyat.

15. Memberikan Motivasi dan Dorongan, serta Semangat Juang Pemuda/i Indonesia yang
Berjiwa Pancasila dan BerkeNegaraan.

D. Penyebab Koperasi di Indonesia Kurang Berkembang Pesat

Hal-hal apa saja yang menyebabkan Koperasi di Indonesia kurang berkembang pesat
dibandingkan negara-negara maju, yakni dikarenakan beberapa hal yaitu:

1. Imej koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orangorang
Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit
ekonomi yang lebih besar, maju dan punya daya saing dengan perusahaanperusahaan besar.
2. Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up) tetapi dari atas
(top down), artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi
muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di luar
negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu
memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan koperasi itu sendiri, sehingga
pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja
double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat
menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.
3. Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum
optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk
melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya
masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun
sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti
pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya
serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap
penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari
anggota nya sendiri terhadap pengurus.
4. Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi
yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. contohnya banyak
terjadi pada KUD yang nota bene di daerah terpencil. Banyak sekali KUD yang bangkrut karena
manajemenya kurang profesional baik itu dalam sistem kelola usahanya, dari segi sumberdaya
manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD yang hanya menjadi tempat bagi
pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dari pemerintah yang banyak mengucur. Karena
hal itu, maka KUD banyak dinilai negatif dan disingkat Ketua Untung Duluan.
5. Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi
Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana dana segar tanpa ada
pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja
ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi manja dan tidak mandiri hanya
menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini
pula akan menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara.
Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan nya yang baik,
walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan. Dengan demikian akan
membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing.

Itulah penyebab-penyebab kenapa perkembangan koperasi di Indonesia belum maksimal.


Tetapi analisis masalah tadi bukan lah yang utama, justru yang utama jika ingin koperasi maju
adalah sebagai generasi penerus bangsa di masa depan tentunya kita harus berperan aktif dalam
pengembangan koperasi di negeri ini. Salah satunya melalui keikut sertaan dalam koperasi,
mempelajari dan mengetahui tentang perkoperasian secara lebih mendalam, karena percuma
kalau hanya OMDO alias omong doang seperti politikus-politikus yang hanya mencari
popularitas depan televisi atau bahasa halusnya NATO (No Action Talk Only). Sebenarnya,
secara umum permasalahan yang dihadapi koperasi dapat di kelompokan terhadap 2 masalah,
yaitu :

a) Permasalahan Internal

Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas;


Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga rangkap jabatan ini
menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang
sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan lingkungan;
Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;
Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas (mesin-
mesin), padahal teknologi berkembang pesat; hal ini mengakibatkan harga pokok yang relatif
tinggi sehingga mengurangi kekuatan bersaing koperasi;
Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga menyediakan
data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap; demikian pula data statistis kebanyakan
kurang memenuhi kebutuhan;
Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak anggota banyak
berhutang kepada koperasi;
Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan tetapi bila ingin
memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu menanggulangi usaha
besar-besaran; juga karena insentif rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan
usaha besar yang kompleks.
b) Permasalahan Eksternal

v Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas memasuki bidang
usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;

v Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi menjalankan usahanya
dengan baik, misalnya usaha penyaluran pupuk yang pada waktu lalu disalurkan oleh koperasi
melalui koperta sekarang tidak lagi sehingga terpaksa mencari sendiri.

v Tanggapan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagalan koperasi pada waktu yang
lalu tanpa adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan
pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;

v Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarang tidak dapat
dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru menciutkan usaha.

Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif lebih akut, kronis,
lebih berat oleh karena beberapa sebab :

1) Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan sistem penjatahan
sehingga mereka dahulu hanya tinggal berproduksi, bahan mentah tersedia, pemasaran sudah ada
salurannya, juga karena sifat pasar sellers market berhubungan dengan pemerintah dalam
melaksanakan politik. Sekarang sistem ekonomi terbuka dengan cirri khas : persaingan.
Kiranya diperlukan penyesuaian diri dan ini memakan waktu cukup lama.

2) Para anggota dan pengurus mungkin kurang pengetahuan/skills dalam manajemen. Harus
ada minat untuk memperkembangkan diri menghayati persoalan-persoalan yang dihadapi.

3) Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha manipulasi tertentu, misalnya dalam
hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya kesempatan yang ada maka orang cenderung
untuk memanfaatkan sesuatu untuk dirinya terlebih dahulu.

4) Pentingnya rasa kesetiaan (loyalitas) anggota; tetapi karena anggota berusaha secara
individual (tak percaya lagi kepada koperasi) tidak ada waktu untuk berkomunikasi, tidak ada
pemberian dan penerimaan informasi, tidak ada tujuan yang harmonis antara anggota dan
koperasi dan seterusnya, sehingga persoalan yang dihadapi koperasi dapat menghambat
perkembangan koperasi.

5) Kurangnya Promosi dan Sosialisasi

6) Promosi diperlukan agar masyarakat tahu tentang koperasi tersebut. Pemerintah dengan
gencarnya melalui media massa mensosialisasikan Koperasi kepada masyarakat namun jika
sosialisasi hanya dilakukan dengan media massa mungkin hanya akan numpang lewat saja.
Memang benar dengan mensosialisasikan melalui media massa akan lebih efektif untuk
masyarakat mengetahuinya, namun dengan sosialisasi secara langsung untuk terjun kelapangan
akan lebih efektif karena penyampaian yang lebih mudah dipahami. Dalam masalah promosi
barang yang dijual di suatu koperasi juga mengalami kendala seperti kurangnya promo yang
ditawarkan dan kurang kreatifnya koperasi untuk mempromosikan sehingga minat masyarakat
juga berkurang untuk dapat ikut serta dalam koperasi.

7) Kesadaran Masyarakat Untuk Berkoperasi Masih Lemah

8) Masyarakat masih sulit untuk sadar berkoperasi, terutama anak-anak muda. Kesadaran yang
masih lemah tersebut bias disebabkan kurang menariknya koperasi di Indonesia untuk dijadikan
sebagai suatu usaha bersama. Selain itu para pemuda-pemudi lebih sukamenghabiskan waktu di
luar daripada melakukan kegiatan didalam koperasi karena bagi pemuda terkesan Kuno.

9) Harga Barang di Koperasi Lebih Mahal Dibandingkan Harga Pasar

10) Masyarakat jadi enggan untuk membeli barang dikoperasi karena harganya yang lebih mahal
dibandingkan harga pasar. Bagi masyarakat Indonesia konsumen akan memilih untuk membeli
suatu barang dengan harga yang murah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik
dibandingkan dengan koperasi. Dengan enggannya masyarakat untuk bertransaksi di koperasi
sudah pasti laba yang dihasilkan oleh koperasi-pun sedikit bahkan merugi sehingga
perkembangan koperasi berjalan lamban bahkan tidak berjalan sama sekali.

11) Sulitnya Anggota Untuk Keluar dari Koperasi

12) Seorang anggota koperasi maupun pemilik koperasi akan sulit untuk melepaskan koperasi
tersebut, kenapa? Karena sulitnya menciptakan regenerasi dalam koperasi. Dengan sulitnya
regenerasi maka seseorang akan merasa jenuh saat terlalu dalam posisi yang ia tempati namun
saat ingin melepaskan jabatannya sulit untuk mendapatkan pengganti yang cocok yang bias
mengembangkan koperasi tersebut lebih lanjut.

13) Kurang Adanya Keterpaduan dan Konsistensi

14) Dengan kurang adanya keterpaduan dan Konsistensi antara program pengembangan
koperasi dengan program pengembangan sub-sektor lain, maka program pengembangan sub-
sektor koperasi seolah-olah berjalan sendiri, tanpa dukungan dan partisipasi dari program
pengembangan sektor lainnya.

15) Kurang Dirasakan Peran dan Manfaat Koperasi Bagi Anggota dan Masyarakat

16) Peran dan Manfaat koperasi belum dapat dirasakan oleh anggotanya serta masyarakat karena
Koperasi belum mampu meyakinkan anggota serta masyarakat untuk berkoperasi dan kurang
baiknya manajemen serta kejelasan dalam hal keanggotaan koperasi.
17) Hal-hal tersebut merupakan factor yang mempengaruhi mengapa Koperasi sulit untuk
berkembang, maka setiap koperasi dibutuhkan untuk mengelola koperasi tersebut dengan benar
yang sesuai dengan fungsinya sebagai koperasi agar dapat berjalan dengan baik.

E. Solusi Dalam Menghadapi Kesulitan Koperasi

Dalam menghadapi kesulitan koperasi seperti akses permodalan, keterbatasan informasi


dan pasar, minim manajeriar, gagap teknologi, dll dapat diatasi dengan cara :

a) Mengeluarkan kebijakan guna mendorong percepatan pemberdayaan koperasi secara


terarah dan bertahap. Kebijakan tersebut meliputi aspek-aspek kelembagaan, permodalan,
kemampuan teknologi, kualitas SDM, pemasaran, jaringan usaha, menciptakan iklim yang
kondusif, dan bertahap dimulai skema hibah untuk peningkatan keterampilan usaha, dana
bergulir, pinjaman lunak, modal ventura dan pinjaman lunak. Secara terarah program ini dapat
menyentuh segala aspek yang bertujuan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

b) Memberikan bantuan modal kerja bagi koperasi primer khususnya KUD, dimana bantuan
tersebut harus selektif, dimonitoring dan evaluasi.

c) Memberikan bantuan manajemen kepada koperasi primer dan KUD baik sebagai manajer
KUD atau pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan.

d) Mensinergikan program-program pembangunan dengan pemberdayaan koperasi. Sebagai


contoh, program pembangunan lumbung pangan oleh Kementerian Pertanian, juga bantuan
pengadaan penggilingan padi (RMU), bantuan alat pengering (box dryer) padi dan jagung,
bantuan hand tractor, pembangkit listrik micro hydro power, pengelolaan dana PUAP
(Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan).

e) Memberikan peranan yang lebih besar pada dinas koperasi ataupun Kementerian Negara
Koperasi dalam pengembangan koperasi.

f) Modifikasi produk.

Dengan memodifikasi produk-produk yang ada dikoperasi, saya yakin akan meningkatkan
selera masyarakat sehingga tertarik untuk mengkonsumsi produk dari koperasi tersebut.

g) Optimis dalam menghadapi masalah

Sebagai contoh pada Krisis global yang mulai melanda perekonomian dunia pada pertengahan
tahun lalu, telah merambah cepat pada perkoperasian Indonesia. Sejumlah pegiat koperasi
mengaku ada penurunan omset. Namun, banyak pula yang optimis bisa berkinerja lebih baik.
Kami anggap krisis sekarang sebagai peluang, kata Sadari, Ketua Koperasi Simpan Pinjam
Wira Karya Jaya (Kowika Jaya). Ia optimis, target pendapatan tahun ini bisa achieve. Demikian
juga Hj. Yoos Luthfi, Ketua Puskowanjati. Saya yakin krisis ini tidak akan berpengaruh pada
kinerja koperasi kami. Kenapa, anggota kami kebanyakan masyarakat kecil yang tidak
bertransaksi dengan dolar. Usaha mereka juga tidak berorientasi ekspor, ujarnya optimis.
h) Penambahan modal, pelatihan manajemen, dan bantuan perizinan agar koperasi memiliki
posisi tawar lebih baik. Usaha lain yang harus didorong adalah melibatkan pemuda dalam
pengelolaan koperasi.

Вам также может понравиться