Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SPONDILOSIS
1.1 Definisi

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis

lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas

bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan

jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang

terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior

dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, sponsylosis adalah kondisi dimana
telah terjadi degenerasi pada sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus

vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum) (John J. Regan, 2010).

Spondylosis adalah suatu kondisi degeneratif yang mempengaruhi tulang

belakang pinggang, Tulang belakang di pengaruhi oleh penyempitan ruang (kanal spinal)

yang berisi saraf (sumsum tulang belakang), menyebabkan berbagai masalah kesehatan

mulai dari sakit punggung sampai masalah neurologis. Apabila semakin parah akan

menyebabkan tekanan pada akar saraf dengan gangguan sensorik atau motorik seperti

nyeri, parestesia atau kelemahan otot pada tungka.

1.2 Anatomi dan Fisiologi


1.2.1 Anatomi
a. Vertebra
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah

struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra

atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang

terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang

dewasa dapat mencapai 57 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah

diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung

membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas

tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal

atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4

vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)


Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat)

kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah

thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di

daerah pelvis melengkung ke belakang. (Syaifuddin)


Anatomi yang akan diuraikan dalam Laporan kasus ini merupakan

anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbal.


b. Lumbal
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.

Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti

ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.

Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal

lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi

oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.

Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri

dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri

dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus

artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan

ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.


Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit

lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis.

Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis

satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput

selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal
lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada

vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas

mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui

kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.


Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung

dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung

dan menghadap ke anterolateralis (Ballinger, 1995).


c. Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada

bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau

tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari

sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan

membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum

membentuk promontorium sakralis.


Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang

belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-

lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat

pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung

dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat

penggabungan kelima vertebra sakralis.


Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk

dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum

bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang

ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn, 1999).
1.2.2 Fisiologi
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi

untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang

panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang

mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis

adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot.

(Bajpai, 1991).
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna

vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.

Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain,

melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak

yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul

bergantung (Amstrong, 1989).


1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif.

Spondylosis lumbal banyak pada usia 30 45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun.

Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor risiko

yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah (Bruce M. Rothschild, 2009).:


Kebiasaan postur yang jelek
Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan

mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang.


Tipe tubuh

Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada

vertebra lumbal yaitu (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009) :

Faktor usia, beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses

penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang khususnya

pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa spondylitis


deformans atau spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72% antara usia 39

70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan

sekitar 98% pada usia 70 tahun.


Stress akibat aktivitas dan pekerjaan, degenerasi diskus juga berkaitan dengan aktivitas-

aktivitas tertentu. Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada

lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat,

membungkuk, postur jelek yang terus menerus) dan vibrasi seluruh tubuh (seperti

berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan

spondylosis dan keparahan spondylosis.


Peran herediter, Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi

diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50 % variabilitas yang

ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua penelitian

tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif yang menunjukkan

bahwa sekitar (47 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan

lingkungan, sedangkan hanya 2 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance

training.
Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and Soames menjelaskan bahwa perubahan

degeneratif pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra.

Osteofit mungkin terbentuk dalam proses degenerasi dan kerusakan cartilaginous

mungkin terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat

adanya adaptasi fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra

lumbar.

Spondylosis lumbal biasanya disebabkan oleh usia tua, seperti tulang belakang

mengalami degeneratif, perubahan ini dapat menekan satu atau lebih akar saraf. Dalam
kasus lanjut, Cauda Ekuina juga terlibat dan hal ini dapat mempengaruhi tidak hanya kaki

tapi kandung kemih juga.

Faktor lain yang dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk mengalami

spondylosis adalah :

Kelebihan berat badan dan tidak berolahraga.


Memiliki pekerjaan yang memerlukan mengangkat berat atau banyak membungkuk dan

memutar.
Riwayat cedera pinggang (beberapa tahun sebelumnya)
Riwayat operasi tulang belakang.
Rupture atau herniasi cakram pinggang artritis parah.
Retakan pada tulang belakang karena osteoporosis.

1.4 Etiologi dan Faktor Risiko


Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:
Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak

pada berbagai sisi.


Nucleus pulposus kehilangan cairan
Tinggi diskus berkurang
Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir

tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa

adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang

menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi

pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama

pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari

spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan

inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.


Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan

pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama

dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan

mengurangi lumen pada foramen intervertebralis. (Darlene Hertling and Randolph M.

Kessler, 2006).

1.5 Tanda dan Gejala


Gejala sering berkembang perlahan seiring waktu, tapi mungkin juga memburuk

tiba-tiba. Rasa sakit dapat ringan atau mendalam dan begitu parah sehingga tidak dapat

bergerak. Rasa sakit dapat terasa di atas paha, pantat atau mungkin menyebar ke kaki atau

jari.
Rasa sakit dapat bertambah buruk bila :

Setelah berdiri atau duduk

Dimalam hari

Ketika bersin, batuk atau tertawa

Ketika membungkuk kebelakang leher atau berjalan lebih dari beberapa meter.

Gejala Umum lainnya adalah nyeri punggung dan spasme/kram otot yang terus

bertambah berat dari waktu ke waktu dan mati rasa atau sensasi abnormal pada paha, pantat

atau kaki.

Gejala yang kurang umum :

Kehilangan keseimbangan

Kehilangan kontrol atas kandung kemih atau perut (jika ada tekanan pada Kauda

Ekuina.)
Perubahan degeneratif dapat menghasilkan nyeri pada axial spine akibat iritasi

nociceptive yang diidentifikasi terdapat didalam facet joint, diskus intervertebralis,

sacroiliaca joint, akar saraf duramater, dan struktur myofascial didalam axial spine

(Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009).


Perubahan degenerasi anatomis tersebut dapat mencapai puncaknya dalam gambaran

klinis dari stenosis spinalis, atau penyempitan didalam canalis spinal melalui

pertumbuhan osteofit yang progresif, hipertropi processus articular inferior, herniasi

diskus, bulging (penonjolan) dari ligamen flavum, atau spondylolisthesis. Gambaran

klinis yang muncul berupa neurogenik claudication, yang mencakup nyeri pinggang,

nyeri tungkai, serta rasa kebas dan kelemahan motorik pada ekstremitas bawah yang

dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan, dan diperingan saat duduk dan tidur

terlentang (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009).


Karakteristik dari spondylosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari.

Biasanya segmen yang terlibat lebih dari satu segmen. Pada saat aktivitas, biasa timbul

nyeri karena gerakan dapat merangsang serabut nyeri dilapisan luar annulus fibrosus

dan facet joint. Duduk dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri dan gejala-

gejala lain akibat tekanan pada vertebra lumbar. Gerakan yang berulang seperti

mengangkat beban dan membungkuk (seperti pekerjaan manual dipabrik) dapat

meningkatkan nyeri (John J. Regan, 2010).

1.6 Tanda dan Gejala

X-Ray / CT Scan Lumbal mungkin dilakukan untuk mencari arthritis atau peruahan lain

di tulang belakang.
MRI Lumal dilakukan bila memiliki : nyeri punggung hebat atau nyeri menjalar ke

kaki (ishialgia) yang tidak membaik dengan pengobatan. Kelemahan atau mati rasa di

paha atau kaki.

EMG dan tes kecepatan konduksi saraf dapat dilakukan untuk memeriksa fungsi akar

saraf.

1.7 Penatalaksanaan

Pengobatan biasanya konservatif, pengobatan yang paling umum di gunakan

adalah chiropractic, fisioterapi dan lainnya paktik pengobatan manual. Terapi alternatif

seperti obat manipulatif osteopathic, pijat refleksi, yoga dan akupuntur dapat digunakan

untuk mengontrol nyeri dan mempertahankan fungsi muskuloskeletal. Pembedahan kadang

dilakukan dan banyak prosedur bedah telah di kembangkan untuk mengurangi tanda dan

gejala yang berhubungan dengan spondylosis.

Pembedahan dapat dilakukan :

Laminektomi-Fusion

Laminotomy foraminotomy-Facetectomy

Spinoplasty

Prosedur less invasif dekompresi mikro

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :

Ketidakmampuan untuk menahan buang air besar (BAB) atau urin.

Hilangnya fungsi otot atau mati rasa

Kecacatan
Gangguan keseimbangan

Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita

nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu

memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh

normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit.

1.8 Prognosis
Kebanyakan pasien dengan spondylosis lumbal akan memiliki beberapa gejala

jangka panjang. Gejala ini sering akan semakin parah dan operasi adalah wajib. Namun

gejala yang membaik dengan obat tidak perlu dioperasi.


Banyak orang dengan masalah ini mampu mempertahankan kehidupan aktif,

namun beberapa akan mengalami rasa sakit kronis.


Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan harus segera

menghubungi ahli bedah saraf apabila :

Kondisi semakin memburuk

Ada tanda-tanda komplikasi

Mengalami gejala baru seperti hilangnya gerakan atau mati rasa area tubuh.

Kehilangan kontrol kandung kemih atau buang air besar.

B. SPONDILOLISTESIS

Вам также может понравиться