Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap
tuberkulum pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri
dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau
terlentang.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%. Laki-laki
paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama
kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering
daripada sisi kiri (2: 1). 25% pasien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden
tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak
yang berusia kurang dari 5 tahun. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana
penyakit tersebut sehingga dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang
terjadi pada anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik
secara kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh
selain yang biasa melalui dinding tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).
(Mansjoer,2000:313)
Dalam Medicastore.com Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana
sebagian usus masuk melalui sebuah lubang dinding perut kedalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan.
Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang
dinding perut dilipat paha, baik didapat atau kongenital.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan Hernia Inguinalis
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pengkajian pada penyakit hernia inguinalis
b. Mengetahui pengertian pada penyakit hernia inguinalis
c. Mengetahui Etiologi, gejala, tindakan yang tepat untuk mengatasi hernia inguinalis
d. Mengetahui evaluasi yang di harapkan

C. METODE PENULISAN

Dalam menyusun Asuhan Keperawatan ini, teknik pengumpulan data yang


penulis gunakan adalah :
1. Wawancara memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang
terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan. Data dapat dikumpulkan
selama satu periode kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang
relevan (Doenges, 2000).

2. Observasi partisipasi aktif observasi adalah suatu prosedur yang berencana,


yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).

3. Studi dokumentasi adalah mempelajari buku literatur maupun buku


perpustakaan yang berkaitan dengan masalah hernia, catatan medik dan hasil
pemeriksaan penunjang lainnya.

4. Pengkajian fisik selama aspek pengumpulan informasi ini, perawat melatih


keterampilan perseptual dan observasional, dengan menggunakan indra
penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman (Doenges, 2000 ).

5. Dalam pelaksanaan menulis mengaplikasikan pada pasien berupa pemeriksaan


fisik dari kepala sampai kaki dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.

D. RUANG LINGKUP

Makalah ini pada dasarnya membahas mengenai Asuhan Keperawatan Hernia


inguinalis dan berbagai masalah yang berkaitan dengan Hernia inguinalis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan
tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996
: 246).
Herniaa adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur
melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut(Nettina, 2001 : 253).

B. KLASIFIKASI
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan
proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a . Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti :
1.Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dari pada
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok,
burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali.
Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia
ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien
terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarseratadan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.

b . Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :


1. Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga peruttidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.

2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat): yakni hernia yang timbul
karena berbagai faktor pemicu.

c. .Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri
tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus
=perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer =
penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamr rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
hernia inkarserata lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulata. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera.

C. ETIOLOGI
- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.
- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen
- Kelemahan otot dinding abdomen
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing.

E. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dandapat menyebabkan ganggren.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset.
b.Secaraoperatif
1) Hernioplasty
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty sering dilakukan
pada anak-anak
2) Hernioraphy
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan
dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis.
Perawatan untuk post operasi
a. Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah,
Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
b. Observasi keadaan klien.
c. Cek TTV.
d. Cuci luka dan ganti balutan operasi sesuai pesanan dokter.
e. Perhatikan drainase.
f. Penuhi nutrisi.
g. Mobilisasi diri
- Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 450-600).
- Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
- Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
h. Diet
- Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-sedikit
- Hari 1: Diet Vloiher (herniotomi diet sama dengan post laparatomi)
- Hari 2: Diet bubur saring
- Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan.

G. KOMPLIKASI
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga
isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi
usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia.

2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makin benyaknya usus yang
masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi
perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.

3. Bila hernia dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan pembuluh
darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis
stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi
dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada
stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita
sangat gelisah.

I. KONSEP ASKEP
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) meliputi sirkulasi ;
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edemapulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasisvascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
Integritas ego:
Gejala :perasaan cemas, takut, marah, apatis ;factor-faktor stress multiple,
misalnya financial,hubungan, gaya hidup.
Tanda :Tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
Makanan/cairan:Gejala: insufisiensi pancreas/DM,(predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ;malnutrisi (termasukobesitas) ; membrane mukosa yang
kering(pembatasan pemasukkan / periode puasa praoperasi).

Pernapasan
Gejala :infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

Keamanan:
Gejala :alergi/sensitive terhadap obat, makanan,plester, dan larutan.
Defisiensi immune(peningkaan risiko infeksisitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kankerterbaru ; Riwayat keluarga tentang
hipertermiamalignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dandapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /
reaksi transfuse.
Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid,antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid,antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas,
atauobat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakanginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensialbagi penarikan diri
pasca operasi).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
- tanda-tanda vital normal
- pasien tampak tenang dan rileks.

INTERVENSI RASIONAL

* Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala Mengenal dan memudahkan dalam


nyeri melakukan tindakan keperawatan.
* Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
Atur posisi pasien senyaman mungkin posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan otot serta mengurangi
nyeri.

* Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. Relaksasi mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan lebih nyaman
* Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri
sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besarkemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme
asing yang masuk maka terjadi peningkatan
tanda vital.

perawatan luka dengan teknik aseptic


Lakukan perawatan luka dengan teknik
mencegah risiko infeksi.
aseptik.

Lakukan perawatan terhadap prosedur


untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll

Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit


untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dari normal membuktikan adanya tanda-tanda
danleukosit. infeksi.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. antibiotic mencegah perkembangan


mikroorganisme patogen.
.

3).Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :- pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan
kuantitas tidur normal.

INTERVENSI RASIONAL

Berikan kesempatan untuk beristirahat / Karena aktivitas fisik dan mental yang lama
tidursejenak, anjurkan latihan pada siang mengakibatkan kelelahan yang dapat
hari, turunkanaktivitas mental / fisik pada mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
sore hari. terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur
Hindari penggunaan Pengikatan secara Risiko gangguan sensori, meningkatkan
terus menerus agitasi dan menghambat waktu istirahat.
Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai Peningkatan kebingungan, disorientasi dan
perkembangan hari demi hari. tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindromsundowner) dapat melanggar pola
tidur yang mencapai tidur pulas.

Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara Pengatan bahwa saatnya tidur dan
teratur.Katakan pada pasien bahwa saat ini mempertahankan kestabilan
adalah waktu untuk tidur. lingkungan.Catatan :Penundaan waktu tidur
mungkin di indikasikan untuk memungkin
pasien membuang kelebihan energi dan
memfasilitas tidur.

Berikan makanan kecil sore hari, susu Meningkatkan relaksasi dengan perasan
hangat, mandi dan masase punggung mengantuk
Turunkan jumlah minum pada sore hari. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk
Lakukan berkemih sebelum tidur. pergi kekamar mandi/berkemih selama
malam hari.

Mungkin efektif dalam menangani


Kolaborasi Pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik
berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi,
dapat mencetuskan dan memperburuk
sepertiamitriptilin (Elavil); deksepin
kognitif dalam efeksamping tertentu (seperti
(Senequan) dantrasolon (Desyrel).
hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat
yang maksimal.

Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis


rendah mungkin efektif dalam mengatasi
Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam
insomnia atau sindrom sundowner.
(Halcion).
Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang
dikontraindikasikan karena obat ini
Hindari penggunaan difenhidramin mempengaruhi produksi asetilkon yang
(Benadry1). sudah dihambat dalam otak pasien dengan
DAT ini.

4).Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :-perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa
aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL

Rencanakan periode istirahat yang cukup. Mengurangi aktivitas yang tidak


diperlukan,dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar
optimal.
Berikan latihan aktivitas secara bertahap. Tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan dengan
Menghemattenaga namun tujuan yang tepat,
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi dini.
mengurangi pemakaian energi sampai
sesuai kebutuhan.
kekuatan pasien pulih kembali.

M enjaga kemungkinan adanya respons


abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons latihan.
pasien
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 24 April 2016 No. Register : 06.05.12


Jam Pengkajian : 10.00 WIB Tgl. MRS : 23 April 2016
Ruang/Kelas : Zaal Bedah

I. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.E

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan


Pendidikan : D III Keperawatan

Pekerjaan : ASN

Alam at : Jl. Yetro Sinseng

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. T

Umur : 26 Tahun

Pekerjaan : ASN

Alam at : Jl. Nenas

Hub dgn Klien : Suami

DIAGNOSA MEDIS : Hernia inguinalis

II. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : Tonjolan di perut bagian bawah , tidak nyeri
,tonjolan ada pada saat duduk dan berdiri.

Saat Pengkajian : Tampak tonjolan di perut kanan bawah.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Tidak ada penyakit yang lain.

a) Status Nyeri
1. Menurut Skala Intensitas Numerik

1 2 3 4 5 6 7 8 9
10

2. Menurut Agency for Health Care Policy and Research


N Intensitas Nyeri Diskripsi
o

1 Tidak Nyeri oPasien mengatakan tidak merasa nyeri


2 Nyeri ringan oPasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan.
oPasien nampak gelisah
3 Nyeri sedang oPasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
atau sedang

oPasien nampak gelisah


oPasien mampu sedikit berparsitipasi dalam
Perawatan
4 Nyeri berat oPasien mangatakan nyeri tidak dapat ditahan
atau berat.

oPasien sangat gelisah


oFungsi mobilitas dan perilaku pasien berubah
5 Nyeri sangat berat oPasien mengatan nyeri tidak tertahankan atau
sangat berat

oPerubahan ADL yang mencolok


( Ketergantungan ), putus asa.

C. Riwayat Penyakit Yang Lalu


Tidak ada penyakit lain sebelumnya.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

a. Gaya Komunikasi
Pasien tampak hati-hati dalam berbicara, pola komunikasinya spontan, tidak
menolak untuk diajak komunikasi, komunikasi pasien jelas, tidak
menggunakan bahasa isyarat.

b. Pola Interaksi
Pasien berespon saat berinteraksi dengan perawat baik begitu juga dengan
lingkungan sekitar.

Orang yang dekat dan dipercaya pasien adalah keluarganya.

Pasien dalam berinteraksi aktif , tipe kepribadian klien terbuka.


c. Pola Pertahanan
Mekanisme koping klien dalam mengatasi masalahnya baik.

d. Dampak di Rawat di Rumah Sakit


Perubahan secara psikologis selama klien di rawat di Rumah Sakit Baik.

e. Kondisi emosi / perasaan klien


Suasana hati yang menonjol pada klien stabil.

Emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya.

f. Kebutuhan Spiritual Klien :


Kebutuhan untuk beribadah terpenuhi.

g. Tingkat Kecemasan Klien :


Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik
No dikaji
Ringan Sedang Berat
1 Orientasi terhadap Baik Menurun Salah Tdk ada
reaksi
Orang,tempat,waktu
2 Lapang persepsi Baik Menurun Menyempit Kacau
3 Kemampuan Mampu Mampu Tidak mampu Tdk ada
menyelesaikan dengan tanggapan
masalah bantuan
4 Proses Berfikir Mampu Kurang Tidak mampu Alur fikiran
berkonsentras mampu mengingat kacau
i dan mengingat dan berkon-
mengingat dan sentrasi
dengan baik berkon-
sentrasi
5 Motivasi Baik Menurun Kurang Putus asa

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1. Tensi : 100/70 mmhg e. BB : 50 kg.
2. Nadi : 90 x/menit f. TB : 158 cm.
3. RR : 20 x/ menit. g. Suhu : 36,5 derajat Celcius

B. KEADAAN UMUM
Pasien tampak sehat, tidak ada raut wajah nyeri.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Haemoglobin 11,7 mg/dl

Lekosit 9500 /mm

Thrombosit 200.000 /mm

GDS 78 mg/dl

SGOT 11 U/L

SGOT 14 U/L

D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Tidak ada pemeriksaan Radiology.

E. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :


Ivfd RL 24 tpm

Inj.Ceftriaxone 2 x 1 gr/IV

Inj.Ketorolac 30 mg / 8 jam

Inj.Ranitidine 1 amp / 8 jam

F. Analisa data
a. Pre operasi
Data Etiologi Masalah
1. Ds: Pasien mengatakan nyeri pada daerah selangkangan kadang
Do :
P : Nyeri pada selakangan apabila melakukan aktivitas berat nyeri bertambah
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah selangkangan (Iliaka )
S : skala 6 7
T : Nyeri dirasakan hilang timbul Terjepitnya hernia
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitny hernia
2. Ds : Pasien mengatakan mual tidak nafsu makan
Do : klien tampak lemah dan lemas
P : BB turun
Q : Hb < 12 ,
R: Konjungtiva Anemis
S : Diet Makan tinggi serat dan protein
Anoreksia Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

3. Ds : Pasien mengatakan agak cemas ketika mengetahui akan dilakukan


proses pembedahan
Do : pasien nampak bnyak bertanya
RR : 20x/mnt
N : 90 x/mnt
TD : 100/70 mmHg
S : 36,5 derajat C
Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan

b. Post operasi
Data Etiologi Masalah
1. Ds : -
Do : adanya insisi pembedahan
Resiko infeksi berhubungan dengan diskontiunitas jaringan sekunder
dengan pembedahan

2 Ds : pasien mengatakan kurang bisa tidur


Do : - Waktu tidur pasien 6 jam
- Pasien nampak menguap saat wawancara
- Pucat dan lelah Nyeri akut sekunder dengan post op
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post
op

G. Diagnosa
a. Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
b. Post op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan
post op.

H. Rencana keperawatan

a. Pre operasi
Dx 1 Tujuan dan KH Intervensi Rasional
setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien tidak nyeri
dengan KH:
- TTV normal : (TD : :110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C
-pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien tidak meringis kesakitan.
1. Observasi TTV
2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
5. Berikan lingkungan yang tenang.
6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi
nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya morfin , metadon
dll.

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.


2. Untuk mengetahui skala nyeri.
3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
4. untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.
7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

Dx .2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam nutrisi


terpenuhi dengan KH :
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan habis
- BB Naik
1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan
tinggi karbohidrat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien

1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi.


2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan
cairan.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi
gaster
4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi yang sesuai kebutuhan pasien

Dx. 3 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam Kecemasan


berkurang dengan KH :
- TTV normal : ( TD : 110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
- Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
- Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya (bila dilakukan operasi).
1. Observasi TTV
2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.
4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit &
progno- sisnya.
5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan.

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.


2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien
sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu
dirawat.
5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas
7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan
keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.

b. Post op
Dx . 1 Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak
menunujukan adanya infeksi dengan
KH :
- TTV Normal ( TD : 110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,50 - 37,50.C)
- Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan
fungsiolensa)
- leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000
- Luka bersih, tidak lembab dan kotor.

1. Pantau tanda- tanda vital


2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit.
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala


infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang
masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
2. perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
3. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tandainfeksi.
5. Antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen
.
Dx. 2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien dapat
tidur dengan nyenyak dengan KH :
- Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas
tidur normal yakni 8 jam sehari
1. Berikan untuk beristirahat / tidur sejenak
2. Anjurkan latihan pada siang hari.
3. Turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
4. Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
6. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur.
7. Kolaborasi untuk pemberihan obat sesuai dengan indikasi :
a. Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dantrasolon
(Desyrel).
b. Obat hipnotik.

1. Meminimalkan kekelahan yang mana dapat mempengaruhi waktu tidur.


2. Untuk memberikan waktu tidur yang cukup pada waktu malam hari
3. Penurunan mental dapat meningkatkan kecemasan dan dapat
menghambat waktu tidur.
4. Penigkatan stress dapat melanggar pola tidur sehingga tidur tidak pulas
5. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
6. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.
7. Mungkin efektif dalam menangani Pseudodimensia atau depresi,
meningkatkankemampuan untuk tidur
hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomnia atau
sindrom sundowner.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui
mendeteksi dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan
subkutan melalui jaringan, sebuah peritoneal kantong, dan yang
mendasarinya visera , seperi loop usus atau organ- organ lainnya.
Menurut Arif Mansjoer (2004), manifestasiklinis dari hernia
adalah sebagai berikut :
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
b. Nyeri
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembungdan muntah.

Tanda dan Gejala


Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, menyatakan benjolan di
selangkangannya / kemaluan , benjolan itu bisa mengecil atao
menghilang, dan bila sewaktu menangis mengejan waktu defekasi /
miksi ,mengangkat benda beratakan timbul kembali. Dapat pula
ditemukan rasanyeri pada benjolana atau gejala muntahdan mual bila
terjadi komplikasi.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH


DAFTAR PUSTAKA

1. Maryland Medical Center


http//www.umm.edu/ency/article/000126.htm,2009

2. Adam ,Inc,
Hernia,http;//www.healthscout.com/ency/1/000126/html,April 2009

3. Misthos,P, dkk,Hernia, Februari 2010

4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan

5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.

Вам также может понравиться