Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1.1 Anatomi Fisiologi
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar 100
millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari berat tubuh, 70
% oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh otak.
Berbeda dengan otak dan jaringan lainya.
Otak tidak mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak
tergantung dari pasokan aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan
nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:
1. Otak besar
Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi intelektual yang
lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas sensori (rasa) dan kontrol gerakan halus.
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis,
lobus temporalis, dan lobus oksipitalis.
2. Otak kecil
Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi gerakan dan
keseimbangan.
3. Batang otak
Berhubungan dengan tulang belakang, mengendalikan berbagai fungsi tubuh
termasuk koordinasi gerakan mata, menjaga keseimbangan, serta mengatur
pernafasan dan tekanan darah.
Batang otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata (Lanny
sustrani, syamsir alam, iwan hadi,2003 )
Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
1. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan
aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
2. Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
3. Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata),
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan
otot iris.
4. Nervus troklearis 1
Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya
terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5. Nervus trigeminus
2
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang,
fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar.sarafnya
yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris ) mensarafi
otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit
daerah temporal dan dagu.
6. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinyasebagai saraf penggoyang
sisi mata.
7. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya mensarafi
otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-
serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai
mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
8. Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari
pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
9. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf
ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
3
1.1.2 Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan-jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
(Batticaca, 2008)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer, 2002).
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin,
2008:234).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke
otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-
arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne,
2002: 2131).
1.1.3 Etiologi
4
biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Namun
bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun.
2) Stroke Non Hemoragik (SNH)
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi
iskemi yang menyebabkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder, kesadaran pasien umumnya baik.
2. Berdasarkan Perjalanan Penyakit
1) Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan hilang
dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai beberapa jam
(24 jam)
2) Stroke Involution atau Progresif
Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan meskipun akut.
Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses progresif beberapa jam
sampai beberapa hari.
3) Stroke Complete
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat
didahului dengan TIA yang berulang.
1.1.6 Patofisiologi
Menurut Sylvia A. Price (2005) dan Smeltzer C. Suzanne (2001), stroke
infark disebabkan oleh trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
dan embolisme serebral (bekuan darah atau material lain). Stroke infark yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan disuatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu
pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan
dapat terlepas atau mungkin terbentuk dalam suatu organ seperti jantung dan
kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Sumbatan
di arteri karotis interna sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di
pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Apabila stenosis
mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka meningkatnya turbulensi disekitar
penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran darah ke otak
akibatnya perfusi otak akan menurun dan terjadi nekrosis jaringan otak.
Faktor risiko utama pada stroke antara lain hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, TIA (Transient Ischemic attack), kadar lemak
dalam darah yang tinggi, dan lain-lain. Adapun manifestasi klinis pada klien
dengan stroke yaitu kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak, perubahan status mental (delirium, stupor, atau koma),
afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami ucapan),
disartia (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan diplopia, mual, muntah dan
nyeri kepala.
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah
serebral dan luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran
darah serebral sehingga ketersediaan oksigen ke otak menjadi berkurang dan akan
menimbulkan kematian jaringan otak.
7
WOC
Faktor Pencetus :
Hipertensi, DM, Penyakit Jantung
Merokok, stres, gaya hidup
Obesitas, kolestrol yang meningkat
Stroke
Penurunan Suplai darah Infark jaringan serebral MK : Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
dan O2 ke otak
Disfagia Afisia Kelainan visual Hemipelgi Hemipelgi kiri Nervus 1 Nervus 2 Nervus 3 4 6 Nervus 7 Nervus 8 Nervus 5 9 10 11 Nervus 12
kanan kanan
Daya penciuman
Penurunan daya Penurunan Menutup kelopak
Pandangan danKemampuan
penglihatan lapang pandangmata, fungsi Reflek
MK: Kelemahan fisik keseimbangan menelan
pengecap menurun mengunyah
G.Komunikasi tubuh menurunmenurun menurun
Verbal
Perubahan bentuk
MK: Kurangnya MK: pupil Obstruksi jalan nafas
perawatan diri Gangguan
Gangguan menelan Bola mata tidak mengikuti
mobilitas fisik
perintah MK : Bersihan jalan nafas
tidak efektif
8
8
1.1.7 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008: 253)
1. Dalam hal imobilisasi:
1) Infeksi pernafasan (Pneumoni),
2) Nyeri tekan pada dekubitus.
3) Konstipasi
2. Dalam hal paralisis:
1) Nyeri pada punggung,
2) Dislokasi sendi, deformitas
3. Dalam hal kerusakan otak:
1) Epilepsy
2) Sakit kepala
4. Hipoksia serebral
5. Herniasi otak
6. Kontraktur
1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Periksaan penunjang pada pasien CVA infark:
1. Laboratorium :
1) Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam
Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen
(Muttaqin, 2008: 249-252)
2) Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA
infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju
endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel
darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi
menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu
radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium
(135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Prince, dkk ,
2005:1122)
2. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung
kongestif (Prince,dkk,2005:1122)
3. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi
gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa
stroke (Prince,dkk ,2005:1122).
4. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke secara
Spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula
arteriovena, vaskulitis dan pembentukan thrombus di pembuluh besar
(Prince, dkk ,2005:1122).
9
1.1.9 Penatalaksanaan
Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin,
2008:14):
1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten
2) Kontrol tekanan darah
3) Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
4) Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
2. Terapi Konservatif
1) Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
2) Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
3) Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosisiatau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.
4) Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
a. Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
b. Osmoterapi antara lain :
Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu
15-30 menit, 4-6 kali/hari.
Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
c. Posisi kepala head up (15-30)
d. Menghindari mengejan pada BAB
e. Hindari batuk
f. Meminimalkan lingkungan yang panas
e. Saraf XII lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi.
Indera pengecapan normal.
4) Sistem perkemihan (Bladder) : terjadi inkontinensia urine
5) Sistem reproduksi: hemiparese dapat menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan seksual
6) Sistem endokrin: adanya pembesaran kelejar kelenjar tiroid
7) Sistem Gastrointestinal (Bowel) : adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mungkin mengalami
inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya gangguan pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah pada sisi
ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus dan pada saraf IX dan
X yaitu kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
8) Sistem muskuloskeletal dan integument (Bone): kehilangan kontrol volenter
gerakan motorik. Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau hemiparese
ekstremitas. Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik.
4) Membuat keputusan dengan benar 8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
3. Menunjukkan fungsi sensori motori selama aktifitas dan tidur
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan
involunter
2 Kerusakan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Libatkan keluarga untuk membantu memahami /
b.d penurunan sirkulasi ke otak selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memahamkan informasi dari / ke klien
mampu untuk berkomunikasi lagi dengan 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh
kriteria hasil: perhatian
1. Dapat menjawab pertanyaan yang 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
diajukan perawat komunikasi dengan klien
2. Dapat mengerti dan memahami pesan- 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
5. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap
pesan melalui gambar
3. Dapat mengekspresikan perasaannya interaksi dengan klien
6. Programkan speech-language teraphy
secara verbal maupun nonverbal
7. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi
dengan klien
3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
mandi,berpakaian, makan, selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan Self Care assistance : ADLs
toileting b.d kerusakan mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria 1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri
neurovaskuler hasil: yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
NOC : untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
Self care : Activity of Daily Living toileting dan makan.
(ADLs) 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
Kriteria Hasil : utuh untuk melakukan self-care.
15
1) Klien terbebas dari bau badan 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-
2) Menyatakan kenyamanan terhadap hari yang normal sesuai kemampuan yang
kemampuan untuk melakukan ADLs dimiliki.
3) Dapat melakukan ADLS dengan 5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
4 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
kerusakan neurovaskuler selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat Exercise therapy : ambulation
melakukan pergerakan fisik dengan 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
kriteria hasil : lihat respon pasien saat latihan
1. Joint Movement : Active 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
2. Mobility Level ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3. Self care : ADLs 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
4. Transfer performance berjalan dan cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
Kriteria Hasil : teknik ambulasi
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
mobilitas secara mandiri sesuai kemampuan
3. Memverbalisasikan perasaan dalam 7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
16
BAB 2
TINJAUAN KASUS
5. Genogram Keluarga
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Serumah
= Garis keturunan
2. Status Mental
Tingkat kesadaran compos mentis, ekspresi wajah tenang, bentuk badan
cukup besar, cara berbaring atau bergerak cukup , cara berbicara baik,
suasana hati baik, penampilan cukup rapi. Fungsi kognitif pasien : pasien
dapat membedakan waktu dengan baik, pasien dapat mengenali orang
dengan baik, pasien dapat menyesuaikan tempat dengan baik. Proses
berpikir blocking, insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 36C
b. Nadi/HR : 84x/menit
c. Pernapasan/RR : 18x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 164/96 mmHg
4. Pernapasan(Breathing)
Bentuk dada pasien simetris. Tidak ada kebiasaan merokok. Tidak ada
batuk,nyeri dada, maupun sesak nafas. Type pernapasan dada, irama
pernapasan pasien teratur, suara nafas pasien vesukuler , tidak ada suara
nafas tambahan dan tidak ada keluhan lainnya.
5. Cardiovasculer(Bleeding)
Pasien tidak mengalami nyeri dada, capillary refill <2 detik, tidak ada
oedema, suara jantung normal S1 S2 Lub dub. Tidak ada keluhan lainnya.
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : 4 ( dapat membuka mata dengan spontan )
5 (dapat berbicara dengan baik )
6 ( dapat mengikuti perintah )
Total GCS : 15 (Normal)
Kesadaran compos menthis, pupil pasien isokor, refleks cahaya kanan dan
kiri positif, pasien tidak terlihat gelisah, tidak ada keluhan lainnya.
9. Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi pasien terbatas, ukuran otot pasien simetris.
Terjadi hemiparese pada tubuh bagian sisnistra pada uji kekuatan otot
ekstrimitas atas dan bawah (kiri 4, kanan 5 ). Tidak ada deformitas tulang,
peradangan, perlukaan maupun patah tulang. Tulang belakang pasien
normal. Masalah keperawatan yang didapatkan yaitu gangguan mobilitas
fisik.
Fungsi penglihatan pasien baik, gerakan bola mata bergerak normal, sclera
normal/putih, konjunctiva merah muda, kornea bening. Pasien tidak
menggunakan alat bantu seperti kacamata, tidak ada nyeri dan tidak ada
keluhan lainnya.
Telinga/ Pendengaran
Fungsi pendengaran pasien baik, bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi,
perforasi, perdarahan, maupun polip. Tidak ada keluhan lainnya.
22-10-2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Kesimpulan
Asam Urat 4.16 2.6 5.7 mg/dL Normal
LDL-Cholestrol 154 <100 mg/dL Tinggi
Trigliserida 116 <150 mg/dL Normal
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
DO:
S : 36 C
RR : 18 x/menit
DS: Pasien mengatakan tidak Hemiparese Gangguan
bisa berdiri dengan baik mobilitas fisik
karena kaki kiri mengalami
Kelemahan Fisik
kelemahan dan rasa kebas.
Tangan kiri terasa lemah.
DO:
24-10-2016 Dx 2 18.30
34
16.30 WIB 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam S : Pasien mengatakan belum bisa berdiri
mobilisasi dengan baik karena kaki kiri mengalami
2. Mengajarkan pasien atau tenaga kesehatan kelemahan dan rasa kebas. Tangan kiri
lain tentang teknik ambulasi terasa lemah.
3. Mendampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs O :
ps. Pasien dan keluarga kooperatif
4. Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Aktivitas dibantu keluarga , seperti
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan mengambil benda disekitarnya
Makan dan minum dapat dilakukan
mandiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
No : 2,3,4,5,6
25-10-2016 Dx 1 12.00
08.30 1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan. S : Pasien mengatakan rasa kebas di wajah kiri
2. Memonitor warna kulit, suhu dan sedikit berkurang, tangan kiri terasa sedikit
kelembaban. kesemutan, kaki kiri masih terasa lemah
3. Monitor kekuatan pegangan dan sulit untuk digerakkan.
4. Melakukan ROM pasif pada ekstremitas yang
O:
terganggu sesuai dengan instruksi petugas
TTV :
rehabilitasi medik
TD : 152/86 mmHg
5. Mempertahankan aturan dan prosedur yang
sesuai dengan keakuratan dan keamanan N : 90x/menit
pemberian obat-obatan S : 36 C
6. Memverifikasi resep obat-obatan sebelum RR : 18 x/menit
pemberian obat SPO2 : 97%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor Tekanan Darah
35
2. Monitor Neurologis
3. Pengaturan Posisi Neurologis
4. Manajemen Pemberian Obat
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta.