Вы находитесь на странице: 1из 14

Irma Oktaviani W.

(A1C309050)

ARISTARCHUS

(310 230 SM)

A. SEJARAH HIDUP

Aristarchus (310 SM - 230 SM) adalah seorang


astronom dan matematikawan Yunani kuno
yang lahir di Pulau Samos. Ia adalah orang
pertama yang mengusulkan model heliosentrik
tata surya, menempatkan Matahari, dan bukan
Bumi, di pusat alam semesta yang diketahui
saat itu. Dia juga adalah orang pertama yang
berbeda pandangan mengenai pusat jagat raya. Menurut Aristarchus, bukan bumi
sebagai titik pusat (heliosentris). Pemikiran ini pada masanya kurang bergema
kalah dengan pandangan umum yang meyakini bahwa bumilah sebagai titik pusat
(Geosentris). Pada masa mudanya,, Aristarchus belajar di lyceum, akademi yang
didirikan oleh aristotle. Aristarchus menulis banyak buku tentang astronomi (ilmu
bintang). Tapi sebagian besar bukunya lenyap, Salah satu bukunya yang berjudul
On The Size and Distance Of The Sun and Moon, menunjukkan bukti yang
serius bagaimana ia melakukan pengukuran relatif terhadap jarak matahari dan
bulan dari bumi. Aristarchus mencoba mengukur besarnya matahari dan bulan
dengan trigonometri. Tapi hasil perhitungannya tidak tepat, karena ia tidak
mempunyai peralatan yang memadai. Untuk menghormati jasanya, nama
Aristarchus diabadikan jadi nama kawah di bulan. Aristarchus selain sebagai
astronom juga diakui sebagai ahli matematika yang memberi banyak sumbangan
sebagai pemecahan masalah arsitektur. Vitruvius, salah seorang arsitek pada
zamannya, sangat mengagumi aristarchus ini. Aristarchus adalah seorang yang
tidak hanya berbakat dibidang matematika, tetapi ia juga orang yang memiliki
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

kemampuan didalam mengaplikasikan bakatnya untuk memecahkan masalah-


masalah yang sangat praktis.

B. SEJARAH PENEMUAN KONSEP

Berawal ketika Anaxagoras dari Clazomenae yang dengan lantangnya menyatakan


bahwa sinar Bulan yang sampai ke mata kita adalah pantulan cahaya Matahari yang
diterima permukaannya dan bahwa Matahari sendiri adalah sebuah logam yang
bersinar karena panasnya, alih-alih sebagai dewa. Karena keberaniannya ini,
Anaxagoras harus rela dituduh kafir karena menyebarkan ajaran bidah dan ia
mengalami pembuangan ke Lampsacus. Dari sinilah Aristarchus berpikir tentang
bumi yang bergerak mengelilingi matahari. Aristarchus mendukung ide Philolaus
tentang Bumi yang bergerak, Aristarchus menambahkan bahwa Bumi juga berotasi.
Ia juga terkenal karena berhasil mengukur diameter Matahari. Walau hasil yang
diperolehnya saat itu melenceng jauh dari hasil pengukuran modern saat ini,
setidaknya pada zaman itu mereka sudah mempunyai gambaran tentang ukuran
relatif benda-benda langit. Setelah itu, berturut-turut astronom dan matematikawan
Yunani seperti Eratosthenes, Hipparchus, Thales, Apollonius, Aristoteles, dan
Ptolomeus semakin melengkapi khasanah pengetahuan pada masa itu.

Sekitar 1700-1800 tahun kemudian barulah ada ilmuan yang sependapat dengan dia
yaitu Copernicus. Dimana teori ini lebih dikenal sebagai teori Copernicus karena
beliau yang pertama menulis teori heliosentris ini.

Satu-satunya karya Aristarchus yang masih utuh (walaupun catatan aslinya hilang)
adalah teorinya tentang bentuk bumi serta jarak bumi dengan matahari dan bulan.
Aristarchus percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Ia orang pertama
yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa
diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai
sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari
memiliki diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari
ukuran sebenarnya yang kita ketahui saat ini. Seorang sebagai astronom, maka
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Aristarchus banyak mengamati bintang dan kemudian mengetahui bahwa bulan


berbentuk bulan. Pada gerhana bulan, bumi selalu berada diantara matahari dan
bulan. Ia berpendapat bahwa yang menuutupi bulan adalah bayang-bayang bumi
yang mencuri cahaya matahari. Bayang-bayang tersebut berbentuk lengkung
hanya mungkin terjadi kalau disebabkan oleh benda yang berbentuk bulat.

C. PENGEMBANGAN KONSEP

Bumi berotasi pada porosnya dan juga berevolusi mengelilingi matahari. Begitulah
salah satu konsep yang dikemukakan oleh aristarchus. Rotasi bumi pada porosnya
disebut dengan gerakan harian, yang lamanya 24 jam dalam sekali berotasi.
Sedangkan evolusi bumi dalam mengelilingi matahari disebut gerakan tahunan
yang lamanya 365,25 hari dalam satu kali berevolusi. Demikian pula planet-planet
lainnya yang juga berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari.

1. Ukuran Bulan

Aristarchus membandingkan ukuran bulan dengan bumi ketika melihat gerhana


bulan.bagian bumi yang dikena sinar matahari memebuat sebuah bayangan dan
bulan melewati kedalam bayangan ini.aristarchus dengan hati-hati mempelajari
peristiwa ini dan menemukan bahwa lebar bayangan bumi terhadap bulan adalah
2,5 kali diameter bulan, namun bayangan bumi melonjong seperti bayangan bulan
paada saat gerhana matahari. Pada saat itu bumi menangkap bayangan bulan
sebesar satu diameter bulan. Pengambilan lonjongan dari cahaya matahari kedalam
perhitungan diameter bumi harus (2,5+1) kali diameter bulan. Dengan demikian
menunjukkan bahwa diameter bulan adalah 1/3,5 kali diameter bumi, dan sekarang
diameter bulan yang diterima adalah 3.640 km.

2. Jarak Bulan

Dalam menentukan jarak bulan dilakukan dengan melihat koin dengan satu mata
sampai koin itu menutupi semua bagian bulan. Ini terjadi ketiak mata kita berjarak
110 diameter koin tersebut, sehingga perbandingan diameter koin dengan jarak
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

koin adalah 1/10. Jadi, jarak kebulan adalah 110 kali diameter bulan. Pengukuran
aristarchus terhadaap diameter bulan ini semua diperlukan untuk menghitung jarak
anatara bumi dan matahari.

3. Jarak Matahari

Aristarchus menemukan cara untuk menentukan jarak bumi dan matahari dengan
membuat perkiran kasar. Dia melihat tahap bulan ketika bulan tepat setengah
bersinar dengan matahari masih terlihat jelas di langit. Kalau ditarik garis antara
bumi-bulan, bulan-matahari dan matahari-bumi akan membentuk segitiga seperti
gambar berikut:

Bulan

90o
Matahari

Bumi

Aristarchus mengetahui jarak dari bumi ke bulan. Kemudian sudut yang dibentuk
oleh garis Bulan-Bumi dan garis Bulan-Matahari adalah 90 o pada saat bulan
setengah bersinar. Sudut yang dibentuk oleh garis Bumi-Bulan dan garis Bumi-
Matahari sangat sulit ditentukan, namun Aristarchus memperkirakan bahwa sudut
antara garis Matahari-Bulan dan garis Matahari-Bumi sangat kecil. Dengan
demikian secara trigonometri, matahari akan sangat besar jaraknya dari bumi. Aris
tarchus mengatakan bahwa jarak Bumi-Matahari adalah 20 kali jarak Bumi-Bulan,
faktanya adalah 400 kali jarak Bumi-Bulan.

4. Ukuran Matahari

Dalam menentukan ukuran atau diameter matahari dapat menggunakan cara seperti
pada pengukuran diameter bulan, yaitu dengan melihat koin pada satu mata sampai
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

koin menutup matahari. Dengan cara ini juga diperoleh perbandingan antara
diameter koin dengan jarak koin dari mata kita adalah 1/10. Dengan demikian,
maka perbandingan antara diameter matahari dan jaraknya dari bumi adalah juga
1/110. Dari perbandingan tersebut juga diperoleh bahwa diameter matahari adalah
1/110 kali jarak matahari dari bumi.

5. Ukuran Bumi

Aristarchus menghitung ukuran bumi dimana ia menghitung diameter Matahari


sebagai sekitar tujuh kali diameter Bumi, dengan demikian memperkirakan volume
Matahari sekitar 300 kali volume Bumi (diameter sebenarnya dari Matahari sekitar
300 kali diameter Bumi, volume solar sebesar 1.300.000 volume Bumi). Dalam
karyanya ini tidak membuktikan teori heliosentis secara langsung, namun dengan
pendapatnya tentang perbandingan ukuran ini bisa disimpulkan tentang teori
tersebut karena benda yang lebih kecil (bumi) akan mengelilingi banda yang lebih
besar (matahari)

D. APLIKASI KONSEP

1. Hukum Keppler

Hukum I keppler
setiap planet bergerak pada lintasan elips dengan matahari berada pada
salah satu titik fokusnya.
Elips adalah suatu kurva tertutup sedemikian sehingga jumlah jarak dari
sembarang titik P pada kurva ke kedua titik tetap (disebut titik fokus F1
dan F2) selalu tetap. Jadi, F1 P + F2 P selalu sama untuk setiap titik P pada
kurva
Hukum II keppler
setiap planet bergerak sedemikian sehingga jika suatu garis khayal di
tarik dari matahari ke planet tersebut akan menyapu daerah yang sama
pada selang waktu yang sama.
Planet bergerak lebih cepat pada orbit yang lebih dekat dengan matahari.
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Hukum III keppler


Untuk setiap planet, kuadrat periode revolusinya berbanding lurus
dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari.
Andaikan dua planet mempunyai jarak rata-rata dari matahari R1 dan R2,
sedangkan periodenya, yaitu waktu yang diperlukan untuk satu kali
mengelilingi matahari, berturut-turut adalah T1 dan T2. Menurut hukum
keppler, berlaku:
T12/T22 = R13/R23

2. Aberasi Bintang

Secara sederhana proses aberasi bintang dapat diilustrasikan sebagai


berikut : saat hari sedang hujan, cobalah kita berdiri di tengah-tengah air
hujan tersebut dengan demikian kita akan merasakan air hujan jatuh tepat
di kepala kita dengan kondisi vertikal/tegak lurus dengan kepala kita.
Selanjutnya jika kita menggunakan payung dengan posisi masih berdiri di
tengah-tengah hujan, maka bagian muka dan belakang kepala kita tidak
akan terciprat air hujan. Kemudian kita mulai berjalan maju ke depan,
perlahan-lahan dan semakin cepat berjalan, maka kita akan merasakan
seolah-olah air hujan yang jatuh tadi, malah membelok dan menciprati
muka kita. Untuk menghindari cipratan air hujan ke muka kita, maka kita
cenderung mencondongkan payung ke muka.
Dari ilustrasi ini kita bisa menyimpulkan, sebenarnya air hujan tetap jatuh
tegak lurus dengan kepala kita, namun karena kita bergerak relatif ke
depan, maka seolah-olah yang terjadi adalah air hujan itu membelok dan
menciprati muka kita.
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Demikian halnya dengan fenomena aberasi bintang, sebagaimana


ilustrasi di atas, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di
langit, tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang
seolah-olah mengalami pergeseran dari titik awalnya, meskipun
pergeserannya tidak terlalu besar, tetapi hal ini cukup untuk menunjukkan
bahwa memang sebenarnya bumi yang bergerak.
Mari kita perhatikan gambar 1. Dari ilustrasi
yang diberikan di atas, aberasi terjadi jika
pengamat adalah orang yang berdiri
ditengah hujan itu , dan arah cahaya
bintang adalah arah jatuhnya air hujan.
Selanjutnya pengamat bergerak lurus ke
depan, tegak lurus arah jatuhnya hujan. N
menyatakan posisi bintang, O posisi
pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang
relatif terhadap pengamat adalah ON,
sedangkan jaraknya tergantung pada
kecepatan cahaya.
Kemudian Bumi bergerak pada arah OO dengan arah garis tersebut
merepresentasikan lajunya. Ternyata dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa bintang berada pada garis ON padahal sebenarnya berada pada
garis ON, dengan NN paralel dan sama dengan OO. Dengan demikian
posisi tampak bintang seolah-olah bergeser dari posisi sebenarnya dengan
sudut yang dibentuk antara NON. Jika memang Bumi tidak bergerak,
maka untuk setiap waktu, sudut NON adalah 0, tetapi dalam
kenyataannya sudut NON tidak nol. Hal ini adalah bukti yang pertama
yang menyatakan bahwa memang bumi bergerak.

3. Hukum Gravitasi Newton

Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-benda ditarik
ke arah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda ini dinamakan
gaya gravitasi bumi. Berdasarkan pengamatan, Newton membuat
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

kesimpulan bahwa gaya tarik gravitasi yang bekerja antara dua benda
sebanding dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak kedua benda. Kesimpulan ini dikenal sebagai hukum
gravitasi Newton. Hukum ini dapat dituliskan sebagai berikut.
G.m1 .m2
F
r2
Keterangan:
F : gaya tarik gravitasi (N);
m1, m2 : massa masing-masing benda (kg);
r : jarak antara kedua benda (m);
G : konstanta gravitasi umum (6,673 x 1011 Nm2/kg2)
Gaya gravitasi yang bekerja antara dua benda merupakan gaya aksi reaksi.
Benda 1 menarik benda 2 dan sebagai reaksinya benda 2 menarik benda 1.
Menurut hukum III Newton, kedua gaya tarik ini sama besar tetapi
berlawanan arah (Faksi = Freaksi).

E. PENGEMBANGAN KONSEP KEDEPAN

Pemikiran Aristarchus tentang bumi yang mengelilingi metahari adalah suatu


pemikiran yang luar biasa. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK,
mungkin saja kita bisa mengetahui berapa luas jagat raya ini. Perubahan jagat raya
yang berangsung secara terus-menerus yang ditunjukkan oleh peristiwa-peristiwa
yang terjadi matahari di matahari, bintang dan galaksi dan dari sinilah, tidak
menutup kemungkinan kita dapat menemukan suatu planet baru yang juga beredar
mengelilingi matahari, mungkin tidak hanya planet yang dapat kita temui nantinya,
tapi bisa juga jenis komet baru, asteroid baru atau bahkan jenis meteor baru.

1. Siapakah Aristarchus?

Jawaban:
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Aristarchus adalah seorang astronom dan matematikawan Yunani kuno yang lahir
di Pulau Samos pada tahun 320 SM. Ia juga merupakan penulis buku tentang ilmu-
ilmu astronomi (ilmu bintang).

2. Jelaskan konsep/teori yang ditemukan oleh Aristarchus?

Jawaban:

Konsep yang ditemukan oleh Aristarchus adalah ia mengatakan bahwa matahari


merupakan pusat jagad raya, menempatkan matahari, bukan bumi, dipusat alam
semesta. Teori yang dikemukakannya adalah teori heliosentris.

3. Apa yang menjadi bukti bahwa Aristarchus telah melakukan pengukuran


terhadap jarak matahari dan bulan dari bumi?

Jawaban:

Sebuah bukti yang serius bahwa Aristarchus telah melakukan pengukuran relative
terhadap jarak matahari dan bulan dari bumi adalah sebuah buku yang pernah
ditulisnya tentang astronomi (ilmu bintang) yang berjudul On The Size and
Distance Of The Sun and Moon. Dalam bukunya ini mengatakan bahwa
Aristarchus mencoba mengukur besarnya matahari dan bulan dengan trigonometri.

4. Bidang apa saja yang ditekuni Aristarchus?

Jawaban:

Aristarchus menekuni bidang astronom, ia juga diakui sebagai ahli matematika


yang memberi banyak sumbangan sebagai pemecahan masalah arsitektur.
Vitruvius, salah seorang arsitek pada zamannya, sangat mengagumi aristarchus ini.
Ia mengatakan bahwa Aristarchus adalah seorang yang tidak hanya berbakat
dibidang matematika, tetapi ia juga orang yang memiliki kemampuan didalam
mengaplikasikan bakatnya untuk memecahkan masalah-masalah yang sangat
praktis.

5. Apakah penghargaan yang diperoleh Aristarchus atas jasanya?

Jawaban:
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Untuk menghormati jasanya, nama Aristarchus diabadikan jadi nama kawah di


bulan yang membentang 25 mil (40 km) dan berkedalaman lebih dari 2 mil (3,5
km).

6. Bagaimanakah awalnya aristarchus menemukan pemikiran bahwa bumi


mengelilingi matahari?

Jawaban:

Aristarchus menemukan pemikiran bahwa bumilah yang mengelilingi matahari


adalah berawal dari seorang ilmuwan Anaxagoras yang berasal Clazomenae yang
dengan lantangnya menyatakan bahwa sinar Bulan yang sampai ke mata kita
adalah pantulan cahaya Matahari yang diterima permukaannya dan bahwa Matahari
sendiri adalah sebuah logam yang bersinar karena panasnya, alih-alih sebagai
dewa. Karena keberaniannya ini, Anaxagoras harus rela dituduh kafir karena
menyebarkan ajaran bidah dan mengalami pembuangan ke Lampsacus. Dari
sinilah Aristarchus berpikir bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari.

7. Pemikiran apa yang dikembangkan oleh Aristarchus setelah Anaxagoras


mengemukakan pendapatnya tentang matahari?

Jawaban:

Pemikiran awal Aristarchus yaitu ia mendukung ide Philolaus tentang Bumi yang
bergerak, Aristarchus menambahkan bahwa Bumi juga berotasi. Ia juga
memikirkan untuk mengukur diameter matahari dan berhasil mengukur
diametenya. Walau hasil yang diperolehnya saat itu melenceng jauh dari hasil
pengukuran modern saat ini, setidaknya pada zaman itu mereka sudah mempunyai
gambaran tentang ukuran relatif benda-benda langit.

8. Bagaimana Aristarchus menentukan jarak bumi dan bulan?

Jawaban:

Dalam menentukan jarak bulan dilakukan dengan melihat koin dengan satu mata
sampai koin itu menutupi semua bagian bulan. Ini terjadi ketika mata kita berjarak
110 diameter koin tersebut, sehingga perbandingan diameter koin dengan jarak
koin adalah 1/10.
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

9. Bagaimana pula aristarchus menentukan jarak bumi dan matahari?

Jawaban:

Aristarchus menentukan jarak bumi dan matahari dengan membuat perkiraan kasar
yaitu dengan melihat tahap bulan ketika bulan tepat setengah bersinar dengan
matahari masih terlihat jelas di langit, dia membuat 3 garis penghubung antara
bumi-bulan, bulan-matahari, dan matahari-bumi yang akhirnya membentuk segitiga
dengan sudut 90 .

10. Bagaimanakah Aristarchus membandingkan ukuran bulan dengan ukuran


bumi?

Jawaban:

Aristarchus membandingkan ukuran bulan dengan bumi yaitu pada saat ia melihat
gerhana bulan. Pada saat terjadi gerhana bulan ia melihat bahwa bagian bumi yang
dikena sinar matahari membuat sebuah bayangan dan bulan melewati kedalam
bayangan ini, kemudian ia menemukan bahwa lebar bayangan bumi terhadap bulan
adalah 2,5 diameter bulan, namun bayangan bumi melonjong seperti pada saat
gerhana matahari. Pada saat itu bumi menangkap bahwa bulan sebesar satu
diameter bulan. Hingga akhirnya dia menentukan bahwa diameter bulan adalah
1/3,5 diameter bumi.

11. Bagaimana hasil pengukuran Aristarchus tentang ukuran diameter Bulan?

Jawaban:

Dari hasil pengukuran Aristarchus, ia memperoleh diameter bulan adalah 1/3,5 kali
diameter bumi, dan sekarang diameter bulan yang diterima adalah 3.640 km.

12. Bagaimana hasil pengukuran Aristarchus tentang jarak Matahari dari bumi?

Jawaban:

Setelah Aristarchus mengetahui jarak dari bumi ke bulan, kemudian sudut yang
dibentuk oleh garis Bulan-Bumi dan garis Bulan-Matahari adalah 90o pada saat
bulan setengah bersinar. Sudut yang dibentuk oleh garis Bumi-Bulan dan garis
Bumi-Matahari sangat sulit ditentukan, namun Aristarchus memperkirakan bahwa
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

sudut antara garis Matahari-Bulan dan garis Matahari-Bumi sangat kecil. Dengan
demikian secara trigonometri, matahari akan sangat besar jaraknya dari bumi.
Aristarchus mengatakan bahwa jarak Bumi-Matahari adalah 20 kali jarak Bumi-
Bulan, faktanya adalah 400 kali jarak Bumi-Bulan.

13. Bagaimana Aplikasi konsep Aristarchus?

Jawaban:

Aplikasi konsep Aristarchus mengacu pada Hukum Keppler, Aberasi bintang, dan
Hukum Gravitasi Newton.

14. Jelaskan mengapa Aberasi bintang termasuk aplikasi dari konsep


Aristarchus!

Jawaban:

Posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit, tetapi dari pengamatan
astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang seolah-olah mengalami pergeseran dari
titik awalnya, Mari kita perhatikan gambar dibawah.

Dari ilustrasi yang diberikan di samping, aberasi terjadi


jika pengamat adalah orang yang berdiri ditengah
hujan itu , dan arah cahaya bintang adalah arah
jatuhnya air hujan. Selanjutnya pengamat bergerak
lurus ke depan, tegak lurus arah jatuhnya hujan. N
menyatakan posisi bintang, O posisi pengamat di Bumi.
Arah sebenarnya bintang relatif terhadap pengamat
adalah ON, sedangkan jaraknya tergantung pada
kecepatan cahaya. Kemudian Bumi bergerak pada arah
OO dengan arah garis tersebut merepresentasikan
lajunya. Ternyata dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa bintang berada pada garis ON padahal sebenarnya berada pada garis ON,
dengan NN paralel dan sama dengan OO. Dengan demikian posisi tampak
bintang seolah-olah bergeser dari posisi sebenarnya dengan sudut yang dibentuk
antara NON. Jika memang Bumi tidak bergerak, maka untuk setiap waktu, sudut
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

NON adalah 0, tetapi dalam kenyataannya sudut NON tidak nol. Hal ini adalah
menunjukkan bahwa memang bumi bergerak.

15. Dari konsep yang ditemukan oleh Aristarchus, kemungkinan-kemungkinan


apa yang dapat kita temukan untuk hari yang akan datang?

Jawaban:

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK, mungkin saja kita bisa
mengetahui berapa luas jagat raya ini. Perubahan jagat raya yang berangsung
secara terus-menerus yang ditunjukkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi
matahari di matahari, bintang dan galaksi dan dari sinilah, tidak menutup
kemungkinan kita dapat menemukan suatu planet baru yang juga beredar
mengelilingi matahari, mungkin tidak hanya planet yang dapat kita temui nantinya,
tapi bisa juga jenis komet baru, asteroid baru atau bahkan jenis meteor baru.
Irma Oktaviani W. (A1C309050)

Sejarah Fisika

Oleh

IRMA OKTAVIANI

A1C309050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

Вам также может понравиться