Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di lokasi ini kami disambut oleh bapak Yohannes Koesoemo(Guest Lecture pada field
trip ini). Beliau adalah seorang Senior Petroleum Geologist, khususnya Cekungan Jawa
Timur Utara, yang sebelumnya menyelesaikan pendidikannya di Program Master
Geologi ITB pada tahun 1993. Pada kesempatan ini, beliau menjelaskan bagaimana
sumur ini pertama kali ditemukan dan dioperasikan sampai akhirnya saat ini banyak
sumur-sumur yang dioperasikan langsung oleh warga setempat. Setelah itu penjelasan
dilanjutkan oleh instruktur utama field trip kali ini yaitu Bapak Awang H Satyana yang
bercerita banyak mengenai sistem petroleum lapangan minyak ini, mulai dari litologi,
proses sedimentasi, pengaruh struktur geologi, dan sejarah geologi terbentuknya
cekungan Jawa Timur. Kunjungan ke lapangan minyak ini ditutup dengan penyerahan
plakat ke Pak Yohannes Koesoemo dan GeoCepu Indonesia sebagai ucapan terimakasih
serta foto bersama.
Stopsite selanjutnya adalah Pegat Quarry yang merupakan tambang batugamping yang
berlokasi di daerah Babat. Perjalanan menuju stopsite kedua ini cukup lama dan
melelahkan. Bagaimana tidak, perjalanan memakan waktu sekitar hampir 4 jam, belum
lagi kondisi jalan yang jelek ditambah adanya perbaikan jalan di beberapa titik.
Akhirnya sekitar pukul 14.00 WIB kami sampai di Pegat Quarry.
Baru saja kami turun dari bus, sajian bentukan topografi quarry ini seakan membuat
takjub seluruh peserta. Sebagian peserta langsung mengeluarkan kamera dan berfoto
dengan latar tambang gamping ini, beberapa langsung menuju lokasi tambang untuk
melihat litologi dan mengamati singkapan batugamping yang tersingkap setinggi 30 m.
Batugamping ini bersifat kapuran (chalky), berwarna putih kekuningan, dan kaya akan
foram planktonik yaitu Globigerinid sehingga ada yang menyebut Globigerinid
Limestone. Batugamping ini berada dalam Antiklin Pegat-Ngimbang berarah barat-
timur yang termasuk ke dalam Zona Rembang. Singkapan batugamping bersifat masif
dan hampir tidak memperlihatkan bidang perlapisan, litologi
berupa packstone dan grainstone, dan setempatditemukan fosil jejak berupa burrow.
Foram bentonik juga ditemukan melimpah pada bagian atas batugamping ini (Schiller
et al, 1994)
Batugamping ini diinterpresentasikan diendapkan oleh arus bawah laut dari zona
neritik luar hingga batial atas selama Pliosen Awal (Schiller et al, 1994). Hal ini
dibuktikan dengan sedikitnya kandungan matrik dan melimpahnya cangkang foram
yang telah rusak dan mengelupas. Porositas berkisar dari baik-sangat baik. Sebagian
besar porositas terbentuk secara alami, ditambah dengan adanya pelarutan dan
pengapuran yang terjadi akibat pelapukan yang masih terjadi sampai saat ini. Saat ini
batugamping tersebut diambil dalam bentuk blok-blok dan digunakan oleh warga
sekitar untuk bahan bangunan dan beberapa juga dijadikan sebagai bahan dasar semen.
Setelah penjelasan yang cukup detail dari Pak Awang, kami berfoto bersama berlatar
dinding batugamping kapuran setinggi lebih kurang 30 m sebelum selanjutnya kami
melanjutkan perjalanan menuju stopsite terakhir pada hari ini yaitu Desa Ketangen.
Tepat pukul 17.00 WIB kami tiba di Desa Ketangen, Prupuh. Perjalanan menuju desa
yang berada di sebelah timur Tuban ini sangat menarik. Kami disuguhi pemandangan
pantai utara Jawa Timur yang sangat memukau, belum lagi alunan musik yang selalu
menemani, ditambah bau amis yang merupakan bau khas kawasan pantai. Di desa ini
kami mengamati singkapan batugamping Formasi Prupuh yang menunjukkan
bentukan-bentukan karst berupa goa-goa hasil pelarutan. Batugamping ini juga bersifat
kapuran (chalky), berwarna putih kekuningan, dan memiliki fosil seperti koral,
pelecypod, gastropod, alga, dan foram besar. Akan tetapi batugamping ini berumur
lebih tua dari Globigerinid Limestone di Pegat yaitu Miosen Awal dan terendapkan di
lingkungan neritik luar.
Para geosaintis yang mengikuti field trip ini tentu sangat mengenal batugamping
Kujung I di offshore Laut Jawa Timur dan batugamping Prupuh di onshore Jawa Timur.
Dua nama formasi batuan ini terkenal karena produktif menghasilkan minyak dan gas.
Mereka secara umur sama, Miosen Awal, tetapi secara lithofacies sangat berbeda.
Kujung I sering menunjukkan struktur sembulan terumbu karang (coral reef buildup)
di lingkungan laut dangkal, sementara Prupuh adalah batugamping laut dalam di
paparan sebelah luar (outer neritic), lereng sampai bathyal. Sehingga wajar kalau
batugamping Prupuh bersifat kapuran-chalky ciri endapan pelagis laut dalam.
Fasies Karbonat Formasi Kujung I-Prupuh Cekungan Jawa Timur saat MIosen Awal (Satyana and Darwis, 2001).
Stratigrafi Zona Rembang saat Oligosen Tengah-Miosen Tengah (Lunt et al., 1996).
Ada yang menarik dari batugamping prupuh ini yaitu saat ini kita mengamati singkapan
batuan ini berada di tinggian padahal dulunya batugamping tersebut terendapkan di
lingkungan laut dalam. Apa yang terjadi?. Batugamping laut dalam Prupuh itu diangkat
oleh deformasi flower structure sesar besar RMKS (Rembang Madura Kangean
Sakala) Fault Zone yang aktif pada Mio-Pliosen dan Plio-Pleistosen dan terjadi di suatu
kawasan utara Jawa Timur. Sesar besar ini pula yang telah mengangkat Pulau Madura
ke permukaan.
RMKS Fault Zone mengangkat batuan-batuan tenggelam dari lereng sampai batial ke
permukaan, sehingga memungkinkan kita mempelajarinya di lapangan. RMKS Fault
Zone juga yang membuat runtuhan-runtuhan batuan Prupuh di zona sesar, seperti
nampak pada singkapan yang kami kunjungi. Stopsite ini tidak ditutup dengan foto
bersama karena sudah gelap dan kami harus segera menuju penginapan, namun masih
ada saja peserta yang tak mau kehilangan momen berharga ini. Hari ke tiga field
trip kami menginap di Tanjung Kodok Beach Resort yang merupakan satu-satunya
resort berbintang di pesisir utara Jawa yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
olahraga, rekreasi, dan hiburan. Setelah makan malam, sekitar pukul 20.00
WIB, classroom dimulai. Pak Awang telah siap dengan materi-materi dan kesimpulan
perjalanan geologi hari ini. Besok merupakan hari yang kami tunggu-tunggu karena
perjalanan dan penyeberangan ke Pulau Bawean akan dimulai.