Вы находитесь на странице: 1из 22

I.

Tujuan
1.1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.
1.2. Menentukan nilai suseptibilitas dan permeabilitas bahan-bahan magnet.

II. Teori Dasar


2.1. Permeabilitas dan Suseptibilitas Bahan Magnet
Permeabilitas adalah kemampuan suatu bahan untuk dapat dilewati garis-
garis gaya magnet atau dapat didefinisikan sebagai konstanta pembanding antara
rapat fluks magnetik (B) dengan kuat medan magnet (H) yang dihasilkan magnet.
[1] Untuk udara dan bahan non magnetik permeabilitas dinyatakan sebagai
permeabilitas ruang hampa = 4. 107 /.

= (2.1)

Untuk bahan lain maka permeabilitasnya sebanding dengan permeabiltas


ruang hampa dikalikan dengan permeabilitas relatif bahan () sehingga
diperoleh:

= . (2.2)

Suseptibilitas merupakan ukuran dasar bagaimana sifat kemagnetan suatu


bahan yang ditunjukkan dengan adanya respon terhadap induksi medan
magnet.[1] Atau dapat didefinisikan pula bahwa suseptibilitas merupakan
kecenderungan suatu material untuk menjadi bahan magnet dalam pengaruh
medan magnet luar. [2]

= (2.3)

M = magnetisasi induksi (momen dipol persatuan volume)


H = kuat medan magnetik
m = suseptibilitas
Bila magnetisasi linier terhadap intensitas magnet maka induksi magnet juga
linier terhadap intensitas magnet sehingga hubungan permeabilitas dan
suseptibilitas dapat dilihat dari persamaan berikut :
= ( + ) (2.4)
= (1 + ) (2.5)
2.2. Bahan Magnet
Magnet merupakan suatu material yang mempunyai suatu medan magnet.
Suatu bahan akan bersifat magnet jika momen magnetnya memiliki arah yang
sama (tersusun teratur) dan suatu bahan yang bukan magnet, momen magnetnya
mempunyai arah sembarang (tidak teratur) sehingga efeknya akan saling
meniadakan yang mengakibatkan tidak ada kutub-kutub magnet pada ujung-ujung
logam. Kutub magnet adalah daerah yang berada di ujung-ujung magnet dan akan
memiliki kekuatan magnet yang paling besar . [3]
Menurut sifatnya bahan magnet terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu bahan
diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, ferimagnetik, dan antiferomagnetik.

2.2.1. Bahan Diamagnetik


Karakteristik bahan diamagnetik, diantaranya adalah:
1. Ditolak dengan lemah oleh medan magnetik.
2. Sukar dan bahkan tidak dapat ditembus oleh medan magnetik.
Semua material menunjukkan peristiwa diamagnetik ketika berada dalam
medan magnet. Oleh karena itu, diamagnetik merupakan peristiwa umum yang
terjadi karena pasangan elektron termasuk elektron di inti atom, selalu
menghasilkan peristiwa diamagnetik yang lemah. Kekuatan magnet material
diamagnetik jauh lebih lemah dibandingkan dengan feromagnetik maupun
paramagnetik.[4]

Gambar 2.1 Arah momen magnetik bahan diamagnetik ketika ada medan luar

2.2.2. Bahan Paramagnetik


Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet masing-
masing atom/molekulnya tidak nol, tapi resultan medan magnet total seluruh
atom/molekul dalam bahan adalah 0. Hal ini disebabkan karena gerakan
atom/molekulnya acak sehingga resultan medan magnet masing-masing atom
saling meniadakan. [4]

Gambar 2.2 Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan
magnet luar(kiri) dan setelah setelah diberi medan magnet luar (kanan)
Terlihat pada gambar 2.2 bahwa ketika pada bahan paramagnetik diberi
medan gaya luar, resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet
luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh medan magnetik spin yang menjadi
terarah oleh medan magnet luar.
Secara umum sifat-sifat bahan paramagnetic diantaranya adalah :
1. Ditarik dengan lemah oleh medan magnetik.
2. Dapat ditembus oleh medan magnetik.
Dalam bahan paramagnetik, medan B yang dihasilkan akan lebih besar dengan
nilainya dalam hampa udara. Suseptibilitas magnet dari bahan paramagnetik
adalah positif dalam rentang 10-5 sampai 10-3 m3/Kg, Sedangkan permeabilitasnya
adalah >0.

2.2.3. Bahan Ferromagnetik


Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis
besar. Hal ini disebabkan karena momen magnetik spin elektron yang tidak
berpasangan. Masing-masing spin yang tidak berpasangan ini akan memberikan
medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom
lebih besar. [3]
Secara umum sifat-sifat bahan ferromagnetik adalah :
1. Ditarik sangat kuat oleh medan magnetik
2. Mudah ditembus oleh medan magnetik
Gambar 2.3 Arah domain dalam bahan ferromagnetik

Gambar 2.3 memperlihatkan arah momen magnetik pada bahan


ferromagnetik tanpa ada pengaruh dari medan luar. Pada bahan Ferromagnetik ada
kemungkinan terjadi magnetisasi permanen. Artinya walaupun tak ada medan luar
(tak ada magnetisasi), bahan tersebut bersifat magnetik. [3]
Untuk bahan ferromagnetik, permeabilitas magnet m, tidak lagi konstan tetapi
merupakan fungsi dari intensitas magnet.
Jika intensitas magnet yang awalnya nol, dinaikkan secara monoton, maka
hubungan induksi magnet dan intensitas magnet ditunjukkan dalam Gambar 2.4
dan 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.4 Kurva magnetisasi bahan

Gambar 2.5 Kurva histeresis bahan ferromagnetik

Gambar 2.5 memperlihatkan bahwa ketika intensitas magnet H diperbesar


dari nol secara kontinu, maka harga B akan mengikuti lengkungan magnetisasi
hingga mencapai H maksimum. Kemudian jika nilai H diperkecil, maka nilai B
tidak mengikuti lengkungan magnetisasi semula, sehingga untuk nilai H yang
sama, nilai permeabilitas ada dua. [5]

Walaupun intensitas magnet H = 0, nilai B 0 (tetap ada).Untuk


menghilangkan B, maka diperlukan intensitas magnet balik (-H) titik c. Jika
intensitas magnet balik diperbesar, maka magnetisasi M dan juga B akan berubah
arah (-M dan B) dan kembali ke titik awal (simetris).

2.2.4. Bahan Antiferomagnetik


Pada bahan antiferomagnetik arah domainnya berlawanan arah dan
memiliki ukuran yang sama. Bahan antiferomagnetik mempunyai suseptibilitas
magnet positif kecil . Tak ada magnetisasi bila tidak ada medan luar yang bekerja.
Misalkan pada unsur cromium tipe ini memiliki arah domian ynag menuju dua
arah dan saling berkebalikan. Jenis ini memiliki temperature curie yang rendah
sekitar 370c untuk menjadi bahan paramagnetik. [2]

Gambar 2.6 Arah domain dalam bahan anti ferromagnetik


Gambar 2.6 memperlihat arah momen magnetik pada bahan
antiferromagnetik. Dari Gambar 2.6 ini terlihat bahwa arah momen magnetik nya
berlawanan dan memiliki ukuran yang sama sehingga nilai magnetisasinya sama
dengan 0.

2.2.5. Bahan ferrimagnetik


Bahan ferrimagnetik mempunyai suseptibilitas magnetik yang sangat besar
dan bergantung pada suhu, domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-
bagi dalam keadaan daerah yang menyearah saling berlawanan tetapi momen
magnetik totalnya tidak nol jika medan luarnya nol. sehingga semua mineral
magnetik adalah ferrimagnetik. [2]
Dalam bahan ferrimagnetik, momen magnet masing-masing atom tidak
sama, sehingga memiliki magnetisasi spontan M, walaupun tanpa adanya medan
magnet luar.[3]
Jenis tipe ini hanya dapat ditemukan pada campuran dua unsur antara
paramagnetik dan ferromagnetik seperti magnet barium ferit dimana barium (Ba)
adalah jenis paramagnetik dan ferit (Fe) adalah jenis unsur yang termasuk dalam
kategori ferromagnetik.

Gambar 2.7 arah domain dalam bahan ferrimagnetik

Gambar 2.7 memperlihatkan arah momen magnetik pada bahan


ferrimagnetik. dari gambar ini terlihat bahwa bahan ferrimagnetik memiliki arah
momen yang berbeda dan ukuran yang berbeda pula sehingga nilai
magnetisasinya tidak sama dengan 0.
Contoh bahan ferrimagnetik adalah Fe3O4. Jika atom Fe diganti dengan
atom lain, seperti Mg atau Al, maka menjadi bahan Ferrit[2].

2.3. Induktansi Magnet


Medan magnet adalah sebuah besaran yang muncul karena adanya pergerakan
muatan listrik (arus listrik) pada sebuah bahan magnetik. Medan magnet yang
diberikan disimbolkan dengan H dan satuannya adalah Ampere per meter (A.m-1).
[5]
Induksi magnet merupakan respon dari bahan ketika pada bahan tersebut
terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus listrik. Induksi magnet ini
menggambarkan kerapatan fluks magnetik tiap satuan luas. Sehingga satuan untuk
induksi magnet ini adalah webber per meter persegi (Wb.m-2).
Solenoida didefinisikan sebagai sebuah kumparan dari kawat yang
diameternya sangat kecil dibanding panjangnya. Apabila dialiri arus listrik,
kumparan ini akan menjadi magnet listrik. [5] Medan solenoida tersebut
merupakan jumlah vektor dari medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan
yang membentuk solenoida tersebut.

Gambar 2.8 Kumparan Solenoida

Gambar 2.8 memperlihatkan adanya medan magnetik yang terbentuk pada


solenoida. Kedua ujung pada solenoida dapat dianggap sebagai kutub utara dan
kutub selatan magnet, tergantung arah arusnya. Kita dapat menentukan kutub
utara pada gambar tersebut adalah di ujung kanan, karena garis-garis medan
magnet meninggalkan kutub utara magnet.[4]

Ienc = N I (2.6)

Menurut persamaan maxwell :


= B L (2.7)

B= (2.8)


n = (2.9)

sehingga B = n I (2.10)
jika solenoida memiliki luas penampang A, maka :
m = (2.11)
m = n I (2.12)
m = n I A (2.13)
Induktansi untuk solenoida adalah :

L= N (2.14)

n I A
L= N
(2.15)

L = N n A (2.16)
N= nL (2.17)
L = A L 2 (2.18)
Ienc = arus total yang mengalir pada solenoida (A)
n = jumlah lilitan untuk tiap satuan panjang
L = induktansi (H)

2.4. Resonansi Rangkaian RLC


Rangkaian RLC merupakan rangkaian yang dapat dihubungkan dengan
paralel ataupun secara seri, namun rangkaian tersebut harus terdiri dari
kapasitor, induktor, dan resistor. Rangkaian ini akan beresonansi dengan suatu
cara yang sama yaitu-sebagai Rangkaian LC, bersamaan dengan terbentuknya
osilator harmonik. [4]

Rangkaian ini dianalogikan seperti susunan massa-pegas, maka rangkaian ini


dianggap memiliki frekuensi alami dari osilasi dan bekerja suatu pengaruh luar
yang diberikan oleh = m sin t. Respon maksimum (i-rms) terjadi apabila
persis menyamai o dan ini terjadi bila XL = XC maka L = 1/C atau =
1/(LC)1/2.

Gambar 2.9 Rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel)


Pada praktikum kali ini prinsip dasar yang digunakan dalam pengukuran
adalah rangkaian RLC. Besaran yang diperoleh dari rangkaian ini adalah frekuensi
resonansi baik sebelum kehadiran bahan magnetik (udara) maupun dalam
kehadiran bahan magnetik (yang dimasukkan ke dalam induktor).

Solusi dari rangkaian RLC ini dapat di selesaikan dengan menggunakan


hukum kirchoff II. Hukum kirchoff II mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam
suatu rangkaian tertutup sama dengan 0, dan secara matematis dapat dituliskan
sebagai:

= 0 (2.19)

Vc + VL = 0 (2.20)


dengan Vc = - dan VL = - L (2.21)

Sehingga, hukum kirchoff II untuk rangkaian dibawah ini adalah :


- - L = 0 (2.22)


dengan I= (2.23)


- - L ( )=0 (2.24)

2
L + =0 (2.25)
2

2
+ =0 (2.26)
2

1
dengan 2 = (2.27)

maka

2
+ 2 Q = 0 (2.28)
2

(2 + 2 ) Q = 0 (2.29)

D=Q (2.30)

sehingga solusi dari rangkaian ini adalah :

Q = A + B (2.31)

Nilai tegangan pada masing-masing komponen dalam rangkaian ini adalah :

VR= Im R sin (2.32)


1
VL = Im sin ( 2 ) (2.33)

1
Vc = Im sin ( + 2 ) (2.34)

1 1
karena nilai 2 = maka = , dari persamaan ini juga bisa di tentukan

nilai induktansi, yaitu dengan persamaan berikut:

1
= (2.35)

1
2 = (2.36)

1
L = 42 2 (2.37)


= 2 (2.38)


= 1 (2.39)
0

dengan :

f = frekuensi resonansi dari rangkaian (Hz)

C = kapasitansi dari rangkaian.

III. Metodologi Percobaan


3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan untuk percobaan adalah :
1. Signal Function Generator sebagai pembangkit sinyal.
2. Osiloskop digital berfungsi sebagai alat ukur listrik.
3. Rangkaian RLC berfungsi sebagai media rangkaian untuk mengukur
permeabilitas dan suseptibilitas bahan melalui peristiwa resonansi pada
rangkaian.
4. Bahan aluminium, ferrit, dan magnet berfungsi sebagai bahan yang akan
ditentukan nilai permeabilitas dan suseptibilitasnya.
3.2. Prosedur Percobaan
1. Membuat rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel) sesuai dengan gambar
berikut :

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan

2. Menghubungkan rangkaian dengan power supply dan signal function generator.


3. Untuk melihat sinyal masukan dan keluaran, menghubungkan rangkaian
dengan osiloskop.
4. Mengatur tegangan masukan dari power supply sebesar 5 volt.
5. Mengatur frekuensi sinyal input dari signal function generator sebesar 20 Hz.
6. Melihat tampilan sinyal pada osiloskop dan mencatat nilai tegangan masukan
(Vin), tegangan keluaran (Vout), frekuensi input, dan frekuensi output.
7. Mengulangi langkah 5 dan 6 untuk frekuensi 30, 40, 50, dan 60 untuk
pengukuran pada udara (tanpa bahan).
8. Mengulangi langkah 5, 6, dan 7 untuk pengukuran pada bahan ferrit,
aluminium, dan magnet.
- Bahan ferrit dengan frekuensi signal function generator (SG) 12, 17, 22, 27,
32, dan 37 Hz.
- Bahan aluminium dengan frekuensi signal function generator (SG) 18, 28, 38,
48, 58, dan 68 Hz.
- Bahan magnet dengan frekuensi signal function generator (SG) 24, 34, 44,
54, 64, 74, dan 84 Hz.
9. Menghitung nilai induktasi melalui perumusan :
1
= (3.1)
4 2 2
10. Menghitung nilai permeabilitas bahan melalui perumusan :


= (3.2)
2

11. Menghitung nilai suseptibilitas bahan melalui perumusan :



= 1 (3.3)

12. Membandingkan nilai permeabilitas dan suseptibilitas hasil percobaan dengan


nilai permeabilitas dan suseptibilitas literatur.

IV. Pengolahan Data


Percobaan dilakukan dengan menggunakan rangkaian RLC dengan nilai-nilai
komponen dan ukuran kumparan solenoida seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Nilai komponen resistor dan kapasitor serta ukuran kumparan solenoida
Komponen Nilai
R 56000 ohm
C 0.00022 Farad
Lilitan (N) 50
Luas (A) 0.001178 m^2
Panjang (l) 0.015 m
Dari hasil percobaan didapatlah data berupa frekuensi input, frekuensi output,
tegangan input, dan tegangan output untuk berbagai bahan seperti data berikut :
Tabel 4.2. Data Hasil Percobaan
Bahan Fin (Hz) Fout (Hz) Vin (volt) Vout (volt)
20 21,16 2,12 0,0044
30 31,56 2,1 0,0044
Udara 40 42,74 2,1 0,0076
50 50,34 2,08 0,0042
60 58,82 2,1 0,0052
12 12,52 1,92 0,0046
17 11,96 1,94 0,004
22 11,09 2 0,0064
Ferit
27 26,6 2,04 0,004
32 33,21 2 0,0042
37 36 2,02 0,0042
18 18,99 1,96 0,004
28 28,03 2 0,0058
38 37 2,02 0,0056
Aluminium
48 47,29 2,02 0,004
58 59,06 2,04 0,004
68 68,03 2,04 0,004
24 24,17 1,98 0,004
34 35,18 2 0,0042
44 45,25 1,98 0,0048
Magnet 54 54,93 1,98 0,0096
64 63,53 2,04 0,004
74 75 2,04 0,0042
84 85,54 2,04 0,0044

Bila digambarkan grafik hubungan antara tegangan keluaran (Vout) dan


frekuensi maka dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1. Grafik Vout terhadap frekuensi untuk udara


Gambar 4.2. Grafik Vout terhadap frekuensi untuk ferit

Gambar 4.3. Grafik Vout terhadap frekuensi untuk aluminium

Gambar 4.4. Grafik Vout terhadap frekuensi untuk magnet


Untuk menghitung nilai induktansi, permeabilitas, dan suseptibilitasbahan,
serta persentase kesalahan relatif maka dilakukan cara berikut :
4.1. Menghitung nilai induktansi (L)
- Udara (Fr = 42.74 Hz)
1 1
= = = 0.063094
4 2 2 4 2 (42.74)2 (0.00022)
- Ferit (Fr = 11.09 Hz)
1 1
= = = 0.937119
4 2 2 4 2 (11.09)2 (0.00022)
- Aluminium (Fr = 28.03 Hz)
1 1
= = = 0.146694
4 2 2 4 2 (28.03)2 (0.00022)
- Magnet (Fr = 54.93 Hz)
1 1
= = = 0.038198
4 2 2 4 2 (54.93)2 (0.00022)

4.2. Menghitung nilai permeabilitas bahan ()


- Udara
(0.063094)(0.015)
= 2
= = 0.000321362 /
(50)2 (0.001178)
- Ferit
(0.937119)(0.015)
= = = 0.004773104 /
2 (50)2 (0.001178)
- Aluminium
(0.146694)(0.015)
= 2
= = 0.000747167 /
(50)2 (0.001178)
- Magnet
(0.038198)(0.015)
= 2
= = 0.0001945556 /
(50)2 (0.001178)
4.3. Menghitung nilai suseptibilitas bahan ()

- Udara
(0.000321362)
= 1= 1 = 254.0495
(1.26 106 )
- Ferit
(0.004773104)
= 1= 1 = 3787.178
(1.26 106 )
- Aluminium
(0.000747167)
= 1= 1 = 591.9898
(1.26 106 )
- Magnet
(0.000194556)
= 1= 1 = 153.4096
(1.26 106 )

4.4. Menghitung nilai KSR untuk permeabilitas bahan


= | | 100%

- Udara
0.000356688 0.000321362
= | | 100% = 9.90380348 %
0.000356688
- Ferit
0.00081529 0.0047731
= | | 100% = 485.45077 %
0.00081529
- Aluminium
0.00025477 0.000747167
= | | 100% = 193.271263 %
0.00025477
- Magnet
0.000305732 0.000194556
= | | 100% = 36.3638501 %
0.000305732

4.5. Menghitung nilai KSR untuk suseptibilitas bahan


= | | 100%

- Udara
282. 9872 254.095
= | | 100% = 10.225805 %
282.9872
- Ferit
648.1136 3787.178
= | | 100% = 484.338620 %
648.1136
- Aluminium
201.848 591.9898
= | | 100% = 193.284986 %
201.848
- Magnet
242.4176 153.4096
= | | 100% = 36.716809 %
242.4176

4.6. Menghitung frekuensi resonansi dari lit

2
=

1
= 2
4

- Udara
(0.000356688)(50)2 (0.001178)
= = 0.7003
0.015

1
= 2 = 40.56839
4 (0.7003)(0.00022)

- Ferit
(0.00081529)(50)2 (0.001178)
= = 0.160068
0.015

1
= 2 = 26.83346
4 (0.160068)(0.00022)

- Aluminium
(0.00025477)(50)2 (0.001178)
= = 0.05002
0.015
1
= 2 = 48.00184
4 (0.05002)(0.00022)

- Magnet
(0.000305732)(50)2 (0.001178)
= = 0.060025
0.015

1
= 2 = 43.81891
4 (0.060025)(0.00022)

Tabel 4.3. Data Perhitungan


Bahan Fin (Hz) Fout (Hz) Vin (volt) Vout (volt) L (Henry) (Wb/Am)
20 21,16 2,12 0,0044
30 31,56 2,1 0,0044
Udara 40 42,74 2,1 0,0076 0,063094 0,000321362 254,0495
50 50,34 2,08 0,0042
60 58,82 2,1 0,0052
12 12,52 1,92 0,0046
17 11,96 1,94 0,004
22 11,09 2 0,0064
Ferit 0,937119 0,004773104 3787,178
27 26,6 2,04 0,004
32 33,21 2 0,0042
37 36 2,02 0,0042
18 18,99 1,96 0,004
28 28,03 2 0,0058
38 37 2,02 0,0056
Aluminium 0,146694 0,000747167 591,9898
48 47,29 2,02 0,004
58 59,06 2,04 0,004
68 68,03 2,04 0,004
24 24,17 1,98 0,004
34 35,18 2 0,0042
44 45,25 1,98 0,0048
Magnet 54 54,93 1,98 0,0096 0,038198 0,000194556 153,4096
64 63,53 2,04 0,004
74 75 2,04 0,0042
84 85,54 2,04 0,0044

Tabel 4.4. Data Perhitungan Kesalahan Relatif (KSR)


Bahan (Wb/Am) lit (Wb/Am) lit KSR (%) KSR (%)
Udara 0,00032136 0,00035669 254,049 282,9872 9,9038035 10,225805
Ferit 0,0047731 0,000815287 3787,18 648,1136 485,45077 484,33862
Aluminium 0,00074717 0,00025477 591,99 201,848 193,27126 193,28499
Magnet 0,00019456 0,000305732 153,41 242,4176 36,36385 36,716809
Tabel 4.5. Data Perhitungan Frekuensi Resonansi dari permeabilitas literatur (lit)
Bahan lit (Wb/Am) lit L (Henry) Fr (Hz)
Udara 0,000356688 282,98718 0,07003 40,568388
Ferit 0,000815287 648,113554 0,160068 26,833464
Aluminium 0,00025477 201,847986 0,05002 48,001836
Magnet 0,000305732 242,417583 0,060025 43,818908

V. Pembahasan Hasil
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur nilai permeabilitas dan
suseptibilitas dari beberapa bahan yaitu udara, aluminium, ferit, dan magnet. Dari
nilai permeabilitas dan suseptibilitas tersebut dapat diketahui apakah bahan-bahan
yang digunakan tersebut termasuk dalam kelompok paramagnetik, diamagnetik,
feromagnetik, atau ferimagnetik.
Percobaan ini dilakukan dengan mengamati peristiwa resonansi yang terjadi
pada rangkaian RLC. Data yang digunakan merupakan data yang didapat dari
rangkaian RLC seri, dimana pada rangkaian RLC seri peristiwa resonansi terjadi
ketika nilai reaktansi dari induktor sama dengan kapasitor (Xl=Xc) sehingga
menghasilkan nilai impedansi yang kecil dan menyebabkan arus maksimal yang
ditandai dengan nilai tegangan keluaran maksimal. Dari peristiwa resonansi dapat
diambil nilai frekuensi resonansi yaitu nilai frekuensi yang memiliki nilai
tegangan output (Vout) yang paling besar. Frekuensi resonansi ini digunakan
untuk menghitung nilai induktansi (L), permeabilitas (), dan suseptibilitas ().
Bila digambarkan hubungan tegangan output (Vout) terhadap nilai frekuensi maka
akan terbentuk grafik dengan sebuah puncak, puncak inilah yang dinamakan
keadaan resonansi dengan nilai tegangan output (Vout) paling besar.
Berdasarkan literatur dikatakan bahwa nilai permeabilitas untuk bahan
feromagnetik adalah 10 105 Wb/Am dan nilai suseptibilitasnya adalah lebih
dari 1 ( > 1), paramagnetik nilai suseptibilitasnya adalah
103 105 , dam untuk bahan diamagnetik nilai suseptibilitasnya adalah
105 109 . Jika dilihat dari hasil percobaan pada tabel data, udara
tidak termasuk ke dalam kelompok diamagnetik, aluminium tidan termasuk ke
dalam kelompok paramagnetik, dan ferit tidak termasuk ke dalam kelompok
ferimagnetik karena nilai suseptibilitasnya lebih dari 1 dan tidak sesuai dengan
suseptibilitas literatur. Sedangkan magnet menurut suseptibilitas hasil percobaan
dapat dikatakan sebagai kelompok bahan feromagnetik karena nilai
suseptibilitasnya sesuai dengan suseptibilitas literatur. Nilai suseptibilitas ini
merepresentasikan ukuran seberapa besar sifat kemagnetan suatu bahan. Bila
dilihat dari hasil percobaan bahan ferit menunjukkan nilai suseptibilitas yang
paling besar yaitu sekitar 3787,178.
Jika dilihat pada pengelompokkan bahan berdasarkan kekuatan magnetnya,
udara termasuk kelompok bahan diamagnetik yang memiliki arah spin momen
magnet = 0, aluminium termasuk ke dalam kelompok bahan paramagnetik yang
memiliki momen dipol magnet dengan arah spin magnetik acak. Sedangkan ferit
termasuk ke dalam kelompok bahan ferimagnetik yang memiliki nilai momen
magnet yang kecil karena memiliki arah momen magnetik yang berlawanan
dengan ukuran yang berbeda. Untuk magnet termasuk ke dalam kelompok
feromagnetik yaitu bahan yang memiliki magnetisasi permanen. Artinya bahan
tetap bersifat magnetik walaupun tidak ada medan luar (tidak ada magnetisasi).
Ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan literatur dinyatakan dalam
persentase KSR. KSR perbandingan antara dan percobaan untuk udara
adalah sebesar 10,225805%, ferit 484,338620%, aluminium 193,284986%, dan
magnet 36,716809%. Ketidaksesuaian ini dapat dikarenakan efek terjadinya
pembebanan pada rangkaian RLC, karena seharusnya pada rangkaian terjadi
penguatan sebesar 10 kali namun yang terlihat dari hasil percobaan adalah
terjadinya pelemahan yang ditandai dengan nilai tegangan output (Vout) yang
lebih kecil dibandingkan nilai tegangan input (Vinput).
VI. Kesimpulan

1. Dengan melalui rangkaian RLC dapat menentukan nilai induktansi (L),


permeabilitas (), dan suseptibilitas () dengan mengamati nilai frekuensi
resonansi pada rangkaian RLC. Resonansi pada RLC seri terjadi ketika
nilai reaktansi Xl = Xc dan nilai tegangan outpun (Vout) bernilai
maksimum.

2. Nilai permeabilitas () dan suseptibilitas () bahan yang didapat :

Bahan (Wb/Am)

Udara 0.00321362 254.095

Ferrit 0.004773104 3787.178

Aluminium 0.000747167 591.9898

Magnet 0.000194556 153.4096


DAFTAR PUSTAKA

[1]. Rusdi, Putu Ariawan. 2010. Bahan-Bahan Magnetik. Fakultas Teknik


Universitas Udayana;Bali
[2]. Yelfianhar, Ichwan. Bahan magnetic diakses dari web
http://docplayer.info/33439289-Bahan-magnetik-oleh-ichwan-yelfianhar-
dirangkum-dari-berbagai-sumber.html pada 24 April 2017 pukul 16.30.
[3]. Ayi Bahtiar. Diktat Kuliah Listrik Magnet II diakses dari web
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/handout-listrik-magnet-
ii.pdf pada 23 April 2017 pukul 19.06.
[4]. Risdiana. 2013. Diktat Kuliah Bahan Magnet dan Superkonduktor. Bandung:
Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Universitas Padjadjaran.
[5]. Rusdi,Putu Ariawan. 2010. Bahan-Bahan Magnetik. Bali: Universitas
Udayana.

Вам также может понравиться