Вы находитесь на странице: 1из 13

Etiket Dalam Menggunakan Media Sosial Di Internet

Dalam Mengindari Penyebaran Informasi


Non-Faktual di Indonesia

Disusun untuk memenuhi


Matakuliah KU2061 Agama dan Etika Islam
Kelas 07

oleh :
Mario Yudhiprawira / 18213024

KELOMPOK KEAHLIAN ILMU KEMANUSIAAN


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Daftar Isi
1. Pendahuluan .................................................................................................................................... 2
a. Latar Belakang ............................................................................................................................ 2
b. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
c. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
2. Pembahasan..................................................................................................................................... 6
a. Definisi Media Sosial .................................................................................................................. 6
b. Etiket Media Sosial ..................................................................................................................... 6
3. Penutup ......................................................................................................................................... 11
a. Kesimpulan ............................................................................................................................... 11
b. Saran ......................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 12

1
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang

Pada zaman digital ini, masyarakat semakin bergantung terhadap teknologi. Teknologi telah
berkembang dengan pesat pada sepuluh tahun belakangan ini. Teknologi memungkinkan
manusia untuk dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mungkin untuk
dilakukan. Hal hal yang dianggap tidak dapat dilakukan sebelumnya seperti video calling
(Line, WhatsApp, dsb), memesan layanan transportasi dengan praktis (UBER, Grab, dsb.),
hingga menyewa rumah/kamar dengan praktis tanpa harus menemui penyewa terlebih dahulu
(airbnb).

Teknologi juga menyebabkan pertukaran informasi dari berbagai pihak menjadi lebih mudah
dan membutuhkan waktu lebih singkat dalam prosesnya. Salah satu teknologi yang menjadi
penggerak utama penyebaran informasi yang masif tersebut adalah media sosial. Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan bahwa pengguna internet di
Indonesia jumlahnya mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan
internet untuk mengakses jejaring sosial atau media sosial. 95% dari 63 juta yaitu sekitar 60
juta pengguna media sosial merupakan angka yang cukup masif dalam mendorong penyebaran
informasi. Hal tersebut merupakan hal yang sangat baik jika dilihat dari kacamata kecepatan
dan volume penyebaran informasi, dengan asumsi seluruh informasi tersebut memiliki nilai
integritas yang utuh.

Salah satu contoh kasus yang melatar-belakangi penulisan makalah ini adalah penyebaran
berita hoax oleh sebuah official account (OA) di aplikasi media sosial Line mengenai
pertolongan pertama dalam kasus tenggelamnya seseorang. OA tersebut menyatakan bahwa
pertolongan pertama kepada korban tenggelam adalah dengan cara menggendong korban di
punggung secara terbalik dan membawanya dengan cara berlari hingga ia menangis
mengeluarkan air akibat tenggelam tersebut. Berita hoax tersebut sudah di debunk oleh OA lain
saat ini.

2
Gambar 1 salah satu berita hoax yang tersebar di Line

3
b. Rumusan Masalah

Teknologi teknologi yang telah disebutkan sebelumnya telah dimanfaatkan oleh masyarakat
secara luas dan masif saat ini. Mayoritas dari teknologi tersebut menggunakan internet sebagai
tulang punggung dari berjalannya teknologi tersebut. Internet merupakan jaringan komunikasi
elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi
di seluruh dunia melalui telepon atau satelit [1]. Media sosial juga merupakan salah satu bentuk
teknologi yang menggunakan internet sebagai tulang punggung dari layanan teknologi
tersebut.

Internet pada sejatinya merupakan area di mana segala peraturan tidak berlaku sehingga
penegakkan moral dan nilai kebenaran/fakta di dalamnya bergantung terhadap nilai moral dan
akhlak yang dimiliki oleh penggunanya. Program penyensoran internet yang digalakkan oleh
pemerintah RI tidak cukup dalam menegakkan peraturan, nilai moral, dan penyebaran
informasi Hoax di internet. Penelitian Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) yang
dilakukan terhadap 1.116 responden menunjukkan bahwa sebanyak 62,8% responden
menerima berita hoax dari aplikasi pesan seperti Line, WhatsApp, dsb. Saluran penyebaran
hoax lainnya adalah situs web (34,9%), Televisi (8,7%), media cetak (5%), surat elektronik
(3,1%), dan radio (1,2%) [2]. Pemblokiran terhadap sebuah situs web dapat disiasati dengan
menggunakan teknologi Virtual Private Network (VPN)1, Proxy server2, hingga Onion
Routing3. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemblokiran situs web merupakan usaha yang sia
sia dalam membendung

Kesalahan atau kecacatan penggunaan teknologi dapat menyebabkan hal hal yang disruptive
dalam skala yang cukup besar. Hunt Allcott dan Matthew Gentzkow dalam penelitiannya di
New York University yang berjudul Social Media and Fake News in the 2016 Election
menyatakan bahwa penyebaran berita hoax diduga berperan penting dalam kemenangan
Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat tahun 2016 lalu. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa responden menghabiskan waktu sebanyak 66 menit per hari untuk

1
VPN adalah teknologi yang menciptakan koneksi tersnkripsi yang aman melalui jaringan yang lebih tidak
aman, seperti internet. Sumber: http://searchenterprisewan.techtarget.com/definition/virtual-private-
network
2
Proxy server adalah komputer atau sistem perangkat lunak yang berjalan di atas sebuah komputer yang
dibuat khusus untuk bertindak sebagai pihak penengah di antara perangkat akhir (endpoint), seperti komputer
lainnya, dan server lainnya yang digunakan oleh pengguna untuk memenuhi permintaannya. Sumber:
http://whatis.techtarget.com/definition/proxy-server
3
Onion Routing merupakan sebuah metode routing paket data internet yang memungkinkan paket data
tersebut untuk dapat ditransmisikan secara anonim melalui internet atau jaringan lainnya. Sumber:
https://www.techopedia.com/definition/25925/onion-routing

4
membaca, menonton, atau mendengarkan berita mengenai pemilu. Dari 66 menit tersebut, 25
menitnya digunakan dalam mengakses media sosial. Penelitian pada esponden responden
tersebut juga menghasilkan daftar sumber berita pemilu paling penting dengan hasil TV kabel
pada peringkat pertama, TV jaringan pada peringkat kedua, situs web pada peringkat ketiga,
TV lokal pada peringkat keempat, dan media sosial pada peringkat kelima. Kedua hasil tersebut
menunjukkan bahwa media sosial merupakan sumber penting, meskipun tidak dominan, untuk
berita dan informasi politik [3].

c. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk merumuskan etiket apa saja yang harus diikuti oleh
pengguna media sosial pada saat menggunakan teknologi tersebut. Dari fakta yang disebutkan
di bagian sebelumnya, masyarakat memerlukan sebuah pedoman etiket dalam menggunakan
media sosial dalam membantu kehidupan mereka sehari- hari. Etiket yang akan dirumuskan
diharapkan dapat mengurangi kecacatan dalam penggunaan dan hasil penggunaan media sosial
oleh masyarakat yang berakibat pada beredarnya informasi yang sesat. Etiket diharapkan dapat
menjadi pedoman penggunaan media sosial bagi masyarakat awam maupun tidak awam
teknologi.

5
2. Pembahasan
a. Definisi Media Sosial

Media sosial merupakan saluran komunikasi dalam jaringan kolektif yang didedikasikan
terhadap input, interaksi, penyebaran isi/content, dan kolaborasi yang berdasarkan pada
komunitas. Sosial media memiliki beberapa jenis, yaitu forum, microblogging, jaringan
sosial, social bookmarking, kurasi sosial, dan wiki [4]. Berikut adalah beberapa contoh dari
media sosial.

Facebook, merupakan situs web jaringan sosial gratis yang populer di mana
penggunanya dapat membuat profil, mengunggah foto dan video, mengirim pesan dan
berkomunikasi dengan rekan rekan mereka.
Twitter, merupakan layanan microblogging yang memungkinkan pengguna yang
terdaftar untuk menyebarkan sebuah post kecil yang dinamakan tweet.
Wikipedia, merupakan ensiklopedia dalam jaringan yang gratis dan terbuka. Isi dari
wikipedia dibuat melalui upaya kolaboratif komunitas pengguna yang disebut sebagai
wikipedian.
Reddit, merupakan forum dan situs web berita di mana berita di dalamnya dikurasi
dan dipromosikan secara sosial oleh anggota situs tersebut. Situs ini diblokir di
Indonesia karena mengandung muatan 18+.
LinkedIn, merupakan situs jaringan sosial yang didesain secara spesifik untuk
komunitas bisnis.

b. Etiket Media Sosial

Etiket adalah tata cara (adat sopan santun, dan sebagainya) dalam masyarakat beradab dalam
memelihara hubungan baik antara sesama manusianya [5]. Etiket berasal dari kata tiquette
dalam bahasa perancis yang berarti penanda atau label [6]. Etiket mengatur perilaku individu
dalam bermasyarakat, berkomunikasi, dsb.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Internet pada sejatinya merupakan area di mana
segala peraturan tidak berlaku sehingga penegakkan moral dan nilai kebenaran/fakta di
dalamnya bergantung terhadap nilai moral dan akhlak yang dimiliki oleh penggunanya.
Penyebaran informasi yang tidak benar akan terus terjadi jika pengguna media sosial tidak
memegang pada sebuah etiket dalam menggunakan media sosial. Untuk mencegah hal tersebut,

6
pengguna media sosial membutuhkan suatu pegangan etiket dalam menggunakan media sosial
tersebut. Etiket yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Pengguna harus memikirkan isi dari post yang akan mereka buat sebelum disebarkan.

Berita hoax dapat tersebar mayoritas karena pengguna media sosial tidak memikirkan
isi dari post yang akan mereka buat sebelum disebarkan. Berita yang akan mereka
sebarkan selalu punya kemungkinan bahwa berita tersebut adalah hoax. Larry Megid,
seorang kontributor artikel di majalah Forbes, berpendapat bahwa pengguna media
sosial harus bertanggung jawab terhadap post yang akan dan telah mereka buat [5].
Jika pengguna melihat sebuah berita pada media sosial, pengguna harus
menginvestigasi berita tersebut terlebih dahulu sebelum menyebarkannya.

Post dalam media sosial memiliki fungsi yang sama seperti ucapan lisan seseorang di
dunia nyata. Mereka digunakan untuk menyatakan ide, pikiran, perasaan, dsb. Hal
tersebut semakin menekankan bahwa pengguna harus memikirkan isi post sebelum
mereka menyebarkannya. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak
dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan
ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat
Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke
dalam jahannam. (HR. Bukhari no. 6478)

Pengguna harus mengetahui dan mengerti isi dari sebuah berita sebelum mereka
menyebarkan berita tersebut

Pemahaman pengguna media sosial mengenai berita yang akan mereka sebarkan
diduga memiliki hubungan yang berkebalikan dengan penyebaran berita hoax.
Semakin paham pengguna media sosial dengan berita yang akan mereka sebarkan,
semakin sedikit berita hoax yang akan tersebar. Pengguna media sosial yang netral
tidak akan menyebarkan berita palsu untuk mempertahankan eksistensi dan
kredibilitas mereka pada media sosial tersebut.

Pemahaman pengguna media sodial akan berita juga berhubungan dengan tingkat
literasi pengguna tersebut. Semakin tinggi tingkat literasi pengguna media sosial,
semakin enggan pengguna tersebut untuk menyebarkan sebuah berita secara asal
asalan. John W. Miller dan Michael C. McKenna dalam bukunya World Literacy:
How Countries Rank and Why It Matters yang diterbitkan oleh Routledge (2016)
menerangkan bahwa minat baca Indonesia ada di urutan ke-60 dunia dari 61 negara

7
yang diteliti. Minat baca penduduk Indonesia terletak di bawah Thailand dan hanya
setingkat diatas negara Bostwana [6].

Gambar 2 peringkat literasi negara - negara di dunia [6]

Rendahnya literasi ini membuat pengguna media sosial menjadi mudah termakan
isu. Pengguna media sosial tidak tertarik untuk memeriksa kebenaran berita tersebut.

8
Hal tersebut adalah pemicu utama beredarnya berita berita hoax di masyarakat dan
di media sosial.

Hal tersebut sesuai dengan Surat Al-Hujurat Ayat 6, yang berarti:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Pengguna harus memeriksa sumber berita yang akan mereka post sebelum post
tersebut tersebar

Penyebaran berita hoax di media sosial disebabkan juga oleh kelalaian pengguna
media sosial dalam memeriksa sumber berita. Kemajuan teknologi, khususnya
internet, memicu pertumbuhan situs situs sumber berita tidak kredibel yang biasanya
hanya mencari keuntungan lewat iklan berdasarkan jumlah pengunjung. Model bisnis
seperti itulah yang menyebabkan situs situs tersebut memfabrikasi beritanya
sehingga menjadi terlihat sensasional dan menarik pengguna internet dan media sosial
untuk mengunjungi situs berita non-kredibel tersebut.

Saat ini, fasilitas untuk memeriksa kredibilitas sumber berita telah dikembangkan.
Beberapa dari fasilitas tersebut memeriksa kebenaran berita, yang lainnya memeriksa
langsung kredibilitas dari pembuat berita. Salah satu dari fasilitas tersebut adalah
aplikasi Hoax Analyzer buatan mahasiswa ITB [7]. Aplikasi tersebut memeriksa
apakah suatu berita merupakan hoax atau bukan menggunakan metode machine
learning. Fasilitas lain adalah situs https://mediabiasfactcheck.com/ yang
menganalisis kredibilitas berita dan kecondongan politik suatu sumber berita.

Pemeriksaan sumber berita berhubungan dengan penyampaian informasi yang benar


atau fakta. Sumber berita yang tidak kredibel seringkali merekayasa berita aau
memanipulasi data pada berita. Hal tersebut sesuai dengan Surat Al-Hajj Ayat 30,
yang berarti:

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang


terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan
telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan
kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu
dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.

9
Pengguna harus memeriksa fakta dari berita yang akan disebarkan

Penyebaran berita hoax disebabkan juga karena pengguna media sosial tidak
memeriksa fakta dari berita yang akan disebarkan. Sebuah fakta bisa jadi sudah tidak
berlaku karena sudah ada penelitian lain yang menghasilkan sebuah fakta baru yang
mematahkan fakta yang lama. Hal tersebut dapat dihindari dengan cara memeriksa
tanggal pembuatan dari berita yang akan disebarkan. Selain waktu pembuatan,
pengguna media sosial harus memeriksa setiap poin yang ada di dalam berita. Situs
pencari seperti google dapat membantu dalam memeriksa kebenaran poin poin dari
berita tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan Surat Al-Hujurat ayat 6 yang telah dipaparkan sebelumya.

Etiket yang disusun mungkin tidak berlaku untuk semua kondisi. Etiket disusun dengan asumsi
pengguna media sosial adalah pengguna yang netral. Maksud dari netral di sini adalah tidak
memiliki kepentingan lain selain menyebarkan informasi dan berkomunikasi, seperti
kepentingan politik, bisnis, dsb.

10
3. Penutup
a. Kesimpulan

Penyebaran informasi yang tidak benar akan terus terjadi jika pengguna media sosial tidak
memegang pada sebuah etiket dalam menggunakan media sosial. Untuk mencegah hal tersebut,
pengguna media sosial harus memikirkan isi dari post yang akan mereka buat sebelum
disebarkan, harus mengetahui dan mengerti isi dari sebuah berita sebelum mereka
menyebarkan berita tersebut, Pengguna harus memeriksa sumber berita yang akan mereka post
sebelum post tersebut tersebar, dan memeriksa fakta dari berita yang akan disebarkan. Keempat
hal tersebut dapat mengurangi jumlah persebaran berita hoax di media sosial sehingga
kebingungan masyarakat akan fakta dapat berkurang.

b. Saran

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hal utama yang pengguna media sosial harus
lakukan adalah memikirkan isi dari post, mengetahui dan mengerti isi dari sebuah berita,
memeriksa sumber berita yang akan mereka post, dan memeriksa fakta dari berita sebelum
berita tersebut tersebar dalam post yang dibuat oleh pengguna media sosial. Penyebaran berita
hoax juga dipengaruhi oleh tingkat literasi pengguna media sosial. Hal tersebut dapat diatasi
dengan cara banyak membaca tulisan, seperti buku, koran, artikel, dsb. Penggunaan fasilitas
pemeriksa berita seperti aplikasi Hoax Analyzer atau situs web seperti mediabiasfactcheck.com
untuk memeriksa sumber berita juga sebaiknya dapat dimaksimalkan karena kedua hal tersebut
dapat mengurangi penyebaran berita hoax. Peran pemerintah dalam memajukan tingkat
pendidikan masyarakat juga berperan krusial dalam menangani penyebaran berita hoax, karena
semakin terdidik masyarakat, semakin kecil kemungkinan mereka akan termakan oleh berita
hoax tersebut.

11
Daftar Pustaka

[1] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Arti kata internet - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, [Online].
Available: http://kbbi.web.id/internet. [Diakses 24 April 2017].

[2] Liputan6.com, Survei: Media Sosial Jadi Sumber Utama Penyebaran Hoax - Tekno
Liputan6.com, Liputan6.com, 13 Februari 2017. [Online]. Available:
http://tekno.liputan6.com/read/2854713/survei-media-sosial-jadi-sumber-utama-
penyebaran-hoax. [Diakses 24 April 2017].

[3] H. Allcott dan M. Gentzkow, Social Media and Fake News in the 2016 Election, Maret
2017. [Online]. Available: https://web.stanford.edu/~gentzkow/research/fakenews.pdf.
[Diakses 24 April 2017].

[4] WhatIs.com, What is social media? - Definition from WhatIs.com, WhatIs.com,


September 2016. [Online]. Available: http://whatis.techtarget.com/definition/social-
media. [Diakses 24 April 2017].

[5] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, arti kata etiket - 2 - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, [Online].
Available: http://kbbi.web.id/etiket-2. [Diakses 24 April 2017].

[6] Dictionary.com, LLC, Etiquette | Define Etiquette at Dictionary.com, Dictionary.com,


LLC, [Online]. Available: http://www.dictionary.com/browse/etiquette. [Diakses 24
April 2017].

[7] L. Magid, How To Avoid Spreading Hoaxes On Social Media, Forbes Media LLC., 29
September 2015. [Online]. Available:
https://www.forbes.com/sites/larrymagid/2015/09/29/dont-spread-hoaxes-on-social-
media/#2630e4c8726a. [Diakses 24 April 2017].

[8] J. W. Miller dan M. C. McKenna, World Literacy: How Countries Rank and Why It
Matters, New York: Routledge, 2016.

[9] A. B. Kusuma Putra, T. Warnita dan F. Nurdiantoro, Hoax Analyzer, Tim CIMOL
ITB; Microsoft Corporation, [Online]. Available: https://antihoax.azurewebsites.net/.
[Diakses 2 April 2017].

12

Вам также может понравиться