Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HASIL PENGUKURAN
1.Stasiun I
Pengukuran pertama dilakukan di titik 07(42.278 108(39.302 pada pukul 09.04 WIB menghasilkan suhu
yang sama, yaitu 28(C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pada stasiun ini memenuhi kriteria suhu air di
permukaan laut Nusantara yang umumnya berkisar antara 28-31(C (Nontji, 2007). Salinitasnya
bervariasi namun perbedaannya tidak terlalu tinggi yaitu 28(C dan 27(C. Menurut Nontji, salinitas
perairan samudra berkisar antaranya 34-35 ppt. Namun pada perairan pantai salinitasnya lebih rendah
karena mengalami pengenceran. Sementara nilai DO yang diperoleh adalah 11.9 mg/L. Dari hasil
perhitungan didapatkan nilai DO yaitu 11.9 mg/l. Dan kondisi ini dapat dsimpulkan bahwa kondisi
perairan adalah ideal. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut,
kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan
semakin tingginya salinitas (Salmin, 2005).
Pada kedalaman 3 meter dengan kecepatan 60 m/s dengan arah menuju ke barat laut. Sedangkan
kecerahannya diperoleh pada kedalaman 60 cm sebesar 100%. Sementara pasang surutnya 100 cm/jam
diukur pada pukul 09.34 WIB.
2.Stasiun II
Pengukuran kedua dimulai pada pukul 09.14 WIB pada titik 07(42.287 108.39.300. Pada pengukuran ini
diperoleh hasil suhu yang sama dengan pengukuran pertama, yaitu 28(C. Hal ini disebabkan karena
perbedaan kedalaman antara titik satu dengan titik kedua tidak signifikan, sehingga tidak ada perbedaan
suhu. Karena semakin dalam suatu kedalaman perairan maka suhunya semakin rendah. Salinitasnya
bernilai 28 dan 30 ppt. Nilai salinitas lebih besar daripada pengukuran pertama. Namun masih dibawah
35 ppt sehingga salinitas di Pantai Barat Pangandaran sesuai dengan kriteria salinitas perairan pantai
menurut Nontji. Nilai DO diperoleh sebesar 8.5, menunjukkan hasil yang lebih kecil dari pengukuran
sebelumnya. Sedangkan pada kedalaman 3 mempunyai kecepatan sebesar 10 m/s arusnya menuju ke
arah tenggara. Menurut Hutabarat (2008) gerakan air di permukaan air laut terutama disebabkan oleh
adanya angin yang bertiup di atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu bentuk
topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya coriolis, dan perbedaan tekanan air.
Sementara kecerahan diperoleh pada kedalaman 60 cm senilai 100%. Pasang surut pada titik kedua
sebesar 110 cm/jam yang dilakukan pada pukul 09.34 WIB.
3.Stasiun III
Pengukuran ketiga dimulai pada pukul 09.24 WIB pada titik 07(42.288 108(39.307. Diperoleh suhu sebesar
27(C dan 28(C. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap suhu pada
stasiun 1,2 dan 3. Suhunya relatif stabil. Sementara nilai salinitasnya sebesar 28, 29 dan 30 ppt. Seperti
halnya suhu, nilai salinitas juga relatif stabil di perairan Pantai Barat Pangandaran. Nilai DO yang
diperoleh sebesar 8.4 mg/l. Pada kedalaman 4 meter dengan kecepatan arus 15 m/s menuju arah barat
daya. Kecerahan diperoleh pada kedalaman 45 cm senilai 100 %. Dengan
kenaikan sudut datang cahaya matahari semakin besar terjadi pula penurunan kecerahan yang berarti
intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan juga berkurang karena beberapa faktor yaitu : adanya
fitoplankton hidup dengan konsentrasi yang bervariasi, zat organik terlarut yang dihasilkan dari degradasi
fitoplankton. Faktor cahaya matahari yang masuk kedalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis. Sifat
optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari semakin lama berada. Sifat optis air dimiliki
semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat optis air
bervariasi (Nyabaken,1985).Pasang surut pada stasiun ketiga ini diperoleh hasil 120 cm/jam pada pukul
09.54 .