Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya dengan usia
manusia. Pendidikan telah dilaksanakan semenjak manusia hadir di muka bumi dengan
sebuah tujuan awal bahwa pendidikan hanyalah sekadar mempersiapkan generasi muda untuk
bisa survive di tengah masyarakat luas. Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa
mewariskan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk survival kepada
generasi berikutnya. Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda namun
tidak dapat dipisahkan dalam praktiknya. Untuk dapat memahami kedua pokok ini sebagai
modal awal dalam pemahaman yang benar tentang etika pendidikan harus didasarkan pada
suatu pengertian yang benar tentang etika pendidikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa
etika pendidikan merupakan sebuah proses pendidikan yang berlangsung secara etis dan
terus-menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika
itu sendiri sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan
seimbang dengan etika yang baik dan benar dalam kehidupannya.
Rumusan Masalah
Tujuan
PEMBAHASAN
1. OBYEK Baik/Buruk
perilaku Tanggungjawab dan kewajiban
individu dalam bermasyarakat: hukum,
dalam politik, pendidikan, strategi,
masyarakat: praktik kelompok, komunitas,
Norma- organisasi dan lembaga.
norma
2. VALIDITAS Tergantung Terkaitan dengan struktur
pada sosial dan tindakan kolektif >
kesahihan Perlu persetujuan sebanyak
premisnya mungkin anggota masyarakat
3. MEDIASI Hubungan Hubungan visi dan tindakan
visi dan kolektif tidak langsung > masih
tindakan > memerlukan mediasi
Langsung Mediasinya berupa nilai dan
simbol. Maka persuasi sangat
menentukan dan kompetensi
profesional berperan
4. JEMBATAN Bila sudah
menjadi
keyakinan Keyakinan harus bisa dipahami
individu. secara rasional sehingga bisa
Tindakan dikomunikasikan
tidak butuh
persuasi
Begitu masuk ke ruang publik, pejabat publik diarahkan oleh serangkaian aturan dan
hokum yang sering belum tentu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diyakininya (J.S
Bowman, 2010: 84). Kalau hubungan anatara visi dan tidakan kolektif butuh mediasiuntuk
mendapat persetujuan dari anggota masyarakat, Berarti (i) dalam ruang public, pejabat public
bertindak bukan atas nama pribadi, tapi kepentingan masyarakat: (ii) bagaiman menjembatani
keyakinan dengan argument pilihan masyarakat
Kedua, etika sosial terkait dengan tindakan kolektif, artinya penerimaan prinsip-
prinsipnya mengadalkan persetujuan sebanyak mungkin anggota masyarakat. Maka
diperlukan persuasi untuk menyakinkan masyarakat bahwa tindakan akan membawa ke suatu
tujuan bersama. Persuasi akan berhasil kalua mampu menawarkan nilai-nilai atau simbol-
simbol itu yang akan membawa kesepahaman terhadap suatu situasi tindakan bersama. Peran
symbol-simbol dan nilai-nilai itu harus digali dari konteks dan situasi masyarakatnya. Nilai
dan simbol yang kontekstual itu akan menjadi perantara atau jembatan yang menghubungkan
atau mempertemukan keyakinan-keyakinan atau kelompok-kelompok yang berbeda agar
bisa mencapai kesepahaman bersama sehingga bisa mengarahkan penafsran dan tindakan
kolektif. Jadi etika pendidikan suatu masyarakat yang berisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip
pendidikan harus berperan sebagai mekanisme koordinasi tindakan untuk mendefinisikan
situasi bersama dalm memajukan pendidikan di suatu daerah.
Etika pendidikan oleh Halstead dikaitkan dengan masalah nilai, yaitu prinsip,
keyakinan dasar, ideal, atau standar yang berfungsi sebagai pengaruh perilaku dan terkait erat
dengan integritas dan identitas pribadi (dalam Roy Gardner, 2005: 19)dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan definisi ini, etika pendidikan lebih diarahkan pada
norma yang mengatur pendidik karena, pertama, semua pendidik memiliki identitas
profesional dan tunduk kepada ciri khas integritas pribadi; kedua, ada standar perilaku dan
penilaian yang sesuai dengan kekhasan setiap sekolah. Karena tekanan pada standar/norma
ini, pendekatan Halstead memahami etika pendidikan lebih kearah kode etika pendidikan,
berarti lebih dipengaruhi oleh aliran deontologi.
Henri Marion, seperti dikutip oleh Blais, menjelaskan hubungan antara pedagogi dan
filsafat. Filsafat memberikan dasar-dasar bagi suatu budaya rasional untuk suatu
masyarakatyang dewasa dan bertanggung jawab (Blais 2002:74). Tujuan ini mengacu ke ideal
moral untuk mendidik subyek mandiri, bermartabat dan bisa hidup bersama dalam pluralitas.
Refleksi kritis atas nilai dan norma yang terkait dengan kebijakan pendidikan dan proses
belajar-mengajar dibahas dalam etika pendidikan dengan tiga dimensinya.
TUJUAN
ETIKA PENDIDIKAN
Salah satu pendekatan yang diusulkan oleh John Tomlinson dan Vivianne Little, ialah
mengaitkan etika dengan masalah otoritas epistemologis dan tujuan professional, yang
meliputi empat disposisi dalam proses belajar-mengajar:
1. Disposisi terhadap rasionalitas; tidak ada norma atau nilai yang tidak dapat
diperdebatkan, yang tidak bisa dipertanyakan atau dikritik. Argumentasi menjadi satu-
satunya dasar pengambilan keputusan. Semua keputusan dapat dipertanyakan bila ada
argumentasi baru.
2. Disposisi untuk memperjuangkan kepentingan peserta didik. Memberi kesempatan
pada peserta didik untuk belajar, tanggungjawab dan pengalaman hidup untuk
kesejahteraan mereka di masa depan.
3. Disposisi untuk rendah hati; karena pengetahuan selalu berkembang, kebenaran ilmu
pengetahuan sifatnya sementara, maka akan selalu ada penemuan baru yang
mempertanyakan kebenaran yang ada.
4. Prinsip bisa salah; berlaku untuk semua pihak yang terlibat di dalam kemitraan
pendidikan. Prinsip ini membuat pikiran terbuka terhadap masukan baru dan siap
menerima perbedaan.
Kempat disposisi itu menjadi dasar etika pendidikan untuk menciptakan masyarakat
pembelajar, yaitu ketika belajar ditempatkan pada pusat pengalaman untuk menjadikan
setiap orang mengembangkan kemampuannya.
Menurut Bowman (2010: 28), kompetensi etis meliputi nilai, pengembangan dan
penalaran moral, moralitas publik dan pribadi serta etika organisasi. Keterampilan etika yang
dibutuhkan dalam pendidikan menekankan empat hal: 1) tingkat kesadaran penalaran moral
sebagai dasar pengambilan keputusan yang etis; 2) kemampuan memahami etika sebagai
sarana dalam menghadapi konflik; 3) kemampuan menolak perilaku yang berlawanan dengan
etika; 4) mampu menerapkan teor-teori etika. Tuntutan yang pertama tingkat kesadaran moral
berkembang berkat pengaruh pendidikan keluarga, sekolah dan lingkungan . sednagkan tiga
tuntutan yang lainnya dapat dipelajari, dilatih, dan dibiasakan. Dasar pengambilan keputusan
dapat dinilai atas dasar acuannya, kepentingan diri, keluarga, teman dekat, kepentingan
kelompok maupun umum, atau bersedia berkorban untuk kepentingan bersama. Semakin
tinggi kesadaran moral, semakin peduli pada kesejahteraan bersama yang diukur dari
kemampuan menghadapi dilemma moral.
Profesionalisme mengimplikasikan kesetiaan pada tujuan pendidikan yang menuntut
kemampuan mengatasi kepentingan. Profesionalisme ini perlu dipertahankan dengan
memupuk kehendak terus-menerus, apapun tekanannya, yang mengarahkan pada konformitas
terhadap kurikulum instrumental. Profesionalisme pribadi dan kolektif mempunyai dua
aspek: hati nurani dan makna panggilan. Profesionalisme pendidik mendasarkan pada
pendidikan, pelatihan dan pengalaman serta didorong oleh hati nurani dan makna panggilan
sebagai pendidik yang merupakan penjamin terbaik melawan acuan-acuan nilai yang tak
berprinsip.
Pendidik harus memiliki akuntabilitas, yakni pendidik sebagai pejabat publik dalam
pelayanan pendidikan harus bertanggungjawab terhadap semua yang dilakukan dengan
membuka /memberi informasi apa saja yang telah dilakukan atau yang gagal dilakukan
dengan harapan siap untuk mengoreksi atau menanggung sanksi secara hokum dan moral
setelah dievaluasi oleh internal maupun pihak luar.
Akuntabilitas profesional diukur dari trus yang menjadi syarat perkembangan proses
belajar mengajar. Akuntabilitas ini mengacu pada tanggungjawab pendidik terhadap
pengguna jasa yang diukur dari hasil kerjanya. Akuntabilitas profesi ini akan mengubah
konsepsi tentang pendidikan guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etika pendidikan berperan dalam rekayasa social yang memperhitungkan kualitas
danintesitas interaksi social, Maka logika etika pdnidikan bukan digerakkan oleh model
logika etika individual, namun mengikuti logika etika social. Serta etika pendidikan suatu
masyarakat yang berisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan harus berperan sebagai
mekanisme koordinasi tindakan untuk mendefinisikan situasi bersama dalm memajukan
pendidikan di suatu daerah.
Etika pendidikan memiiki 3 Dimensi yaitu Tujuan ModalitasSarana, dan ,
Akuntabilitas Profesional, yang mana tujuannya ditentukan oleh filsafat tentang manusia dan
masyarakat yang dianut sehingga tidak pernah netral atau bebas nilai dan di dampingi oleh 4
idealisme pendidikan yang meyertainya.
DAFTAR PUSTAKA
Blais, M.C. (ed). 2002. Pour une Phillosophie Politique de I education. Paris: Bayard.
Bowman,J. S.. 2010. Achieving Competencies in Public Services. The Professional Edge.
Second Edition, Armonk N.Y.: M.E.Sharpe.
Giddener, R.,Cairns,J.&Lawton, D.. 2005. Education for Values, Morals, Ethics and
Citizenship in Contemporary Teaching. Taylor & Francis e-Library.
Praja, Juhaya S. 2008. Aliran-aliran Filsafa dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
Tomilinson, J., & Little, V., 2005. A Code of the Ethical Principles Underliying Teaching as a
Professional Activity. in: Gardner, R., Education for Values, ...(hlm.147-158)
Vecchi, Gerrard de. 2000. Aider les Eleves a apprendre. Paris: Hachette.