Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH

AUDIT 1
Pengujian Substantif

Di susun Oleh:
Kelompok 9
1. Aulia Febry Afiyani (A1C015010)
2. Azmiatul Ustiani (A1C015011)
3. Baiq Oktaviana Vina Wardani
(A1C015015)
4. Dina Mariana (A1C015025)
5. Hunaini Anita Rahmi (A1C015045)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


AKUNTANSI REGULER PAGI
2017
Kata Pengantar
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-
baiknya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari dosen
mata kuliahAudit 1 agar dapat memberi masukan untuk makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini, berguna bagi kami dan
kita semua.

Mataram, 18 Mei 2017

BAB 1

2
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Auditing merupakan suatu proses sistematis untk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara bjektif yang berhubungan dengan asersi-asersi
tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kinerja
yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna
informasi tersebut.
Seorang auditor yang merupakan pelaku auditing harus
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal yang memadai
untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk
memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan
keuangan dan apakah pengendalian internal tersebut dioperasikan. Dalam
auditing, khususnya audit laporan keuangan, konsep pengujian adalah
sangat penting, karena audit tidak akan melihat seluruh bukti.
Adapun salah satu jenis pengujian dasar yang digunakan untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
adalah pengujian substantif. Pengujian substantif meliputi prosedur-
prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi monetary errors atau
salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap kewajaran-
kewajaran saldo laporan keuangan.
Dari deskripsi diatas kami akan membahas mengenai pengujian substantif.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dalam pembuatan makalah ini, ialah:
i. Apakha yang dimaksud dengan pengujian secara substantif?
ii. Apakah tujuan diadakannya pengujian secara substantif
iii. Apa sajakah prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh seorang
auditor dalam melaksanakan pengujian substantif?
iv. Bagaimanakah peran dari seorang auditor dalam menjalankan
pengujian substantif?

3. Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, kami membatasi ruang lingkup
pembahasan audit hanya dalam pengujian substantif, dan tidak
membahas audit secara keseluruhan.

4. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujua dan manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu:
i. Untuk memahami audit dalam ruang lingkup pengujian substantif
ii. Menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi penulis dan
pembaca

3
Bab II

PEMBAHASAN
Pengertian Pengujian Substantif
Pengujian subtantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan . Dimana,
Pengujian substantif adalah suatu prosedur yang dirancang untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.
1.1 Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantive mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan oleh auditor yaitu :
1. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, auditor
harus menggunakan prosedur audit yang lebih efektif, dan biasanya
memerlukan biaya yang lebih tinggi
2. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor dapat
menggunakan prosedur audit yang kurang efektif, dan biasanya
memerlukan biaya yang lebih rendah
1.2 Prosedur subtantif dapat dilakukan auditor untuk :
Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan (embedded) dalam saldo akun dan jenis
transaksi.
Mendeteksi salah saji yang material.
Prosedur subtantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau transaksi)
yang respresentatif .(artinya mewakili seluruh populasi) untuk :
Menghitung ulang (recalculate) angka-angka untuk memastikan
ketelitian (accuracy)
Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dan lain-
lain)
Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut-off tests
atau uji pisah batas)
Membandingkan angka-angka antar periode atau dengan
harapan/ekspektasi (analytical procedures)
Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoices atau kontrak
penjualan)
Mengamati eksistensi fisik dari asset yang dicatat (misalnya mengamati
penghitungan persedian )
Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti piutang
ragu-ragu atau persediaan yang usang (obsolete inventory).
1.3 Prosedur subtantif diatur dalam :
ISA 330.18
Apa pun hasil penelitian risiko atas salah saji yang material, auditor wajib
merancang dan melaksanakan prosedur subtantif untuk setiap
jenis/kelompok transaksi, saldo akun, dan disclosure.
ISA 330.19
Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal
dilaksanakan sebagai prosedur audit subtantif.

4
ISA 330.20
Prosedur subtantif yang dibuat auditor harus meliputi prosedur audit yang
berhubungan dengan proses penutupan laporan keuangan.
a. Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan
akuntansi yang mendasarinya.
b. Memeriksa journal entries yang material dan jurnal penyesuaian
lainnya yang dibuat dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
ISA 330.21
Jika auditor telah menentukan bahwa suatu risiko yang dinilai mengenai
salah saji yang material pada tingkat asersi, memang merupakan risiko
yang signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur subtantif yang
secara spesifik menjawab risiko tersebut. Jika pendekatan terhadap risiko
yang signifikan itu hanya terdiri atas prosedur subtantif, maka prosedur itu
harus meliputu uji rincian.
ISA 330.22
Jika prosedur subtantif dilaksanakan di tengah tahun, auditor wajib
meliputi/mencakup periode sisanya dengan melakukan :
a. Prosedur subtantif, yang dikombinasikan dengan uji pengendalian
untuk periode yang tersisa, atau
b. Jika auditor menentukan sudah cukup, hanya prosedur subtantif yang
memberikan dasar yang layak untuk meneruskan kesimpulan audit dari
tanggal interim sampai ke akhir periode.
ISA 330.23
Jika salah saji yang tidak diperkirakan auditor ketika menilai risiko salah
saji yang material, dideteksi pada tanggal interim, auditor wajib
mengevaluasi apakah penilaian risiko tersebut dan sifat, waktu, dan
luasnya prosedur subtantif yang direncanakan untuk mencakup periode
tersisa, harus dimodifikasi.
Jenis Prosedur Substantif
1. Test of Details (Uji Rinci)
Sebagai prosedur subtantif, test of details ini melihat substansi dengan
menganalisis rincian atau detailnya. Uji ini dipakai untuk mengumpulkan
bukti audit yang memastikan angka dalam laporan keuangan berkenaan
dengan asersi-asersi seperti existence, accuracy, dan valuation.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam uji rinci, diantaranya:
1. Saldo akun, transaksi, dan disclosure yang material
Saldo yang material harus diperhatikan, apapu hasil penilaian risiko yang
material (assesse) risks of material misstatement)
2. Prosedur audit yang diwajibkan
Meliputi semua prosedur yang sesuai ISA (comply with ISA) dan
kewajiban lokal (seperti ketentuan Bapepam). Ringkasan prosedur ini
dibahas dalam volume 1, Bab 11-15 . prosedur yang diwajibkan antara
lain:
- Pemeriksaan jurnal entries dan jurnal penyesuaian (adjustements)
lainnya yang material dibuat dalam rangka penyusunan laporan
keuangan;
- Penanganan manajemen override;
- Pencocokan laporan keuangan dengan catatan akuntansi terkait.
3. Perlunya prosedur konfirmasi eksternal

5
Pertimbangkan konfirmasi untuk memperoleh konfirmasi eksternal
sehubungan dengan asersi yang berhubungan dengan saldo akun (saldo
bank, investasi, piutang, dan lain-lain) atau hal lain seperti:
- Syarat dan kondisi dalam perjanjian/perikatan hukum;
- Transaksi antara entitas dan pihak-pihak lain;
- Bukti ada/tidaknya kondisi tertentu (seperti side agreement atau
perjanjian sampingan terhadap kontrak penualan).
4. Risiko yang signifikan
Rancang dan laksanakan tests of detail yang khusus menanggapi risiko
signifikan yang diidentifikasi.
5. Timing (penentuan waktu)
Jika prosedur dilaksanakan sebelum akhir tahun, periode tersisa harus
ditangani dengan melaksanakan prosedur substantif yang
dikombinasikan dengan ujian pengendalian (test of controls) atau
prosedur substantif selanjutnya (further substantive procedures) yang
memberikan dasar yang layak untuk menarik kesimpulan audit dari
tanggal interim, ke tanggal akhir tahun. Jika salah saji yang tidak terduga
(unexpectedmisstatements) ditemukan pada tanggal interim, modifikasi
atas prosedur tersisa yang direncanakan perlu dipertimbangkan.
Dalam menentukan prosedur substantif mana yang paling tepat
menanggapi risiko yang dinilai (assessed risks), auditor dapat
melaksanakan:
a. Uji rinci (tests of details) saja;
b. Kalau tidak ada salah saji material yang signifikan, prosedur analitikal
substantif (substantive analytical procedures) saja
c. Kombinasi uji rinci dan prosedur analitikal substantive.
Ketika prosedur analitikal substantif dilaksanakan, auditor harus
memastikan keandalan data yang akan digunakan untuk ekspektasi auditor
mengenai angka yang dicatat atau risiko yang digunakan.
2. Substantive Analytical Procedures (Prosedur Analitikal Subtantif)
Sama seperti dalam test of details, sebagai prosedur substantif ia
melihat substansi angka dalam laporan keuangan. Perbedaannya ialah,
prosedur ini menggunakan hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan yang dapat diperkirakan. Prosedur ini umumnya diterapkan
pada transaksi yang yang besar volumenya karena dalam kurun waktu yang
cukup panjang, dapat diprediksi. Misalnya hubungan antara laba kotor
dengan penjualan (margin).
ISA 520.5 menegaskan kewajiban auditor sehubungan dengan
prosedur analitikal substantif, secara terpisah atau kombinasi dengan uji
rinci, sebagai prosedur substatif sesuai dengan ISA 330, auditor wajib.
1. Menentukan tepatnya suatu prosedur analitikal substantif tertentu
untuk suatu asersi tertentu, dengan memperhatikan risiko salah saji
yang dinilai auditor dan uji rinci, jika ada, untuk asersi tersebut.
2. Evaluasi keandalan data yang menjadi dasar ekspektasi auditor
mengenai sumber, komparabilitas, dan sifat serta relevansi informasi
yang tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya.
3. Kembangkan ekspektasi mengenai jumlah atu rasio, dan evaluasi
apakah ekspektasi tersebut cukup tepat untuk mengidentifikasi salah

6
saji, secara terpisah atau tergabung dengan salah saji lainnya, bisa
menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material.
4. Menentukan perbedaan antara jumlah yang tercatat dalam
pembukuan dengan angka prakiraan yang didasarkan atas nilai
ekspektasi yang dapat diterima tanpa melakukan investigasi lebih
lanjut sebagimana disyaratkan dalam alinea 7.

Dalam prosedur analitikal substantif auditor membandingkan angka-


angka atau hubungan-hubungan dalam atau diantara unsur-unsur laporan
keuangan. Dari informasi yang diperoleh dalam tahap memahami entitas
dan dari bukti-bukti lain, auditor dapat mngembangkan suatu ekspektasi
tertentu.
Jika risiko bawaan kecil untuk jenis transaksi tertentu, prosedur
analitikal substantif mungkin dapat memberikan bukti audit yang cukup dan
tepat. Namun, jika penilaian risiko menunjukkan risiko yang rendah karena
pengendalian internal (menekan) risiko itu, auditor harus melakukan uji atas
pengendalian yang bersangkutan. Konsekuensinya adalah dalam hal
ditemukannya risiko yang signifikan, prosedur analitikal substantif selalu
harus dikombinasikan dengan uji substantif lainnya atu uji pengendalian.
Untuk menggunakan prosedur analitikal sebagai prosedur substantif,
auditor harus merancang prosedur untuk menekan risiko tidak
terdeteksinya salah saji yang material dalam asersi terkait, ke tingkat
rendah yang dapat diterima.ini berarti, bahwa ekspektasi mengenai jumlah
atau angka yang dicatat, harus tepat untuk mengindikasikan adanya
kemungkinan salah saji yang material, terpisah, atau tergabung.
Untuk tujuan perencanaan audit, prosedur analitikal substantif dapat
dikelompokkan kedalam tiga tingkat, berdasarkan tingkat asurans yang
diperoleh dari penerapan prosedur analitikal substantif tersebut .
Dampak PAS (Prosedur Analitikal Substantif) dalam menekan risiko audit.
a. Sangat Efektif
PAS dimaksudkan memberi bukti audit utama mengenai suatu asersi. PAS
efektif dalam membuktikan angka dalam laporan (recorded amount).
Namun, jika risikonya signifikan, PAS harus dikombinasikan dengan
prosedur lain yang relevan.
b. Cukup Efektif
PAS hanya dimaksudkan untuk menguatkan bukti (to corroborate
evidence) yang diperoleh dengan prosedur lain. PAS memberikan tingkat
asurans yang moderat (moderate level of assurance).
c. Terbatas
PAS sangat mendasar, seperti membandingkan angka tahun berjalan
dengan angka tahun lalu, masih berguna. Namun, hanya memberikan
tingkat asurans terbatas (limited level of assurance).
Teknik Prosedur Analitikal
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melksanakan
prosedur analitikal (analytical procedures). Tujuannya ialah memilih teknik
yang paling tepat untuk memberikan tingkat asurans yang dikehendaki.
Teknik-teknik prosedur analitikal ini adalah analisis rasio (ratio analysis),

7
analisis tren, analisis pulang-pokok (break-even analysis), analisis pola
(pattern analysis) dan analisis regresi (regression analysis).
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam
merancang prosedur analitikal substantif :
a. Cocok atau tepatnya penggunaan prosedur analitikal substantif
tersebut, dengan sifat asersi yang diperiksa.
b. Keandalan data (internal atau eksternal) yang digunakan untuk menguji
ekspektasi dari angka yang dicatat atau rasio yang dikembangkan.
Keandalan data ini perlu diuji keakuratannya (accuracy), eksistensinya
(existence), dan lengkapnya ( completeness) dengan uji pengendalian
atau dengan prosedur audit khusu lainnya seperti computer-assited
audit techniques (CAATs).
c. Apakah ekspektasinya cukup tepat untuk menunjuk salah saji yang
material pada tingkat assurans yang dikehendaki. Seberapa besar
perbedaan antara angka yang dicatat dan nilai ekspektasi yang bisa
diterima atau ditolelir.
Prosedur Analitikal Lainnya
Menganalisis dapat dilakukan dengan berbagai cara :
Perbandingan secara rinci antara angka laporan keuangan tahun
berjalan dengan tahub lalu atau dengan anggaran tahun berjalan.
Kenaikan dalam piutang yang tidak diiringi dengan kenaaikan penjualan
dapat mengidentifikasikan adanya masalah penagihan. Kenaikan jumlah
pegawai dalam organisasi profesional menyebabkan auditor
berekspektasi bahwa biaya gaji akan meningkat dan pada giliran
berikutnya , ada kenaikan dalam pendapatan profesional.
Data komparatif untuk semua jenis produk atau jenis pelanggan. Data
ini dapat menjelaskan fluktuasi penjualan dari bulan ke bulan, kuartal ke
kuartal atau musim ke musim.
Analisi rasio
Rasio rasio dapat menjadi pendukung bagi laporan keuangan tahun
berjalan, misalnya data pembanding perusahaan sejenis atau dengan
data tahun lalu. Rasio rasio juga memicu pertanyaan mengenai
sesuatu yang kelihatannya tidaak normal. Lembaga lembaga tertentu
seperti perbankan dan asosiasi perdagangan dan industri
menghasilkan statistik keuangan untuk industri tersebut secara berkala.
Statistik industri bisa bermanfaat untuk dibandingkan dengan statistik
entitas, seperti halnya dengan rasio-rasio, perbedaan antara statistik
entitas dan statistik industri dapat memicu pertanyaan.
Grafik
Pertimbangan menggunakan grafik untuk menunjukkan hasil dari
prosedur yang dikerjakan . grafik dapat menonjolkan perbedaan yang
signifikan dari bulan ke bulan.

Luasnya Prosedur Analitikal Substantif (Substantive Analytical


Procedures)

8
Makin besar risiko salah saji material,makin luas prosedur substansif
yang diperlukan .Luasnya prosedur substantif dapat dikurangi dengan
menguji berfungsinya pengendalian internal. Namun ,jika hasil uji
pengendalian tidakmemuaskan ,luasnya prosedur substantif mungkin harus
ditambah.
Menentukan sampel size dengan MU
Cara yang paling umum dalam metode sampling pada uji rincian
(tests of details)adalah monetary unit sampling disingkat MUS . Dengan
metode MUS ,propabilitas terpilihnya suatu item (seperti,saldo piutang
seorang pelanggan) adalah proporsional (berbanding lurus) dengan nilai
moneter item itu. Piutang bersaldo Rp 60juta mempunyai peluang terpilih
sebagai sampel ,tiga kali dibandingkan dengan piutang sebesar Rp 20 juta.
Dengan metode MUS ,tidaklah tepat memilih sampel berdasarkan unit fisik
seperti setiap piutang ke 10 atau setiap faktur penjualan ke -50.
Meskipun MUS merupakan metode sampling yang paling umum
digunakan oleh para auditor ,ada beberapa metode lain yag lebih tepat
dalam situasi tertentu.buku ini tidak membahas metode sampling lain.
Pemilih Confidence Factor
Dalam merancang uji substansif ,auditor dapat memanfaatkan tiga tingkat
penurunan risiko,yakni tinggi,moderat,dan rendah. Pembedaan ketiga
tingkat penurunan risiko dapat didasarkan atas confidence factor yang
digunakan dalam memilih sampel.makin tinggi tingkat konfidence factor,
makin banyak sampel dan makin tinggi tingkat pengurangan risiko yang
diperoleh.Hal ini terlihat dalam table 28-2 yang menujjukan confidence
levels yang ingin dicapai untuk tingkat penurunan risiko tinggi,sedang
(moderat)dan rendah.
Tabel 28-2
Penurunan risiko Confidence level Convidence Factor
Tinggi 95% 3,0
Sedang 80-90% 1,6-2,3
Rendah 65-75% 1,1-1,4
Seperangkat alat audit yang efektif yang dirancang untuk
menanggapi risiko yang dinilai dan asersi yang spesifik dapat berisi
campuran antara uji pengendalian dan prosedur substantive.
Tabel 28-3 memberikan contoh confidence factors untuk berbagi confidence
levels.sebagai contoh ,jika diperlukan confidence levels sebesar 90%,maka
confidence factor yang digunakan adalah 2,3.

Tabel 28-3
Confidence Convidence
Level Factor
50 0,7
55 0,8
60 0,9
65 1,1
70 1,2

9
75 1,4
80 1,6
85 1,9
90 2,3
95 3,0
98 3,7
99 4,6

Memilih Sampel
Langkah langkah dalam memilih sampel.
1. Keluarkan itembernilai tinggi(high value items) daripopulasi
2. Hitung sampling interval
3. Pilih titik awalsecara acak (random starting point).
Sampling interval
Sampling interval adalah jarakatau interval antara satu sampel dengan
sampelberikutnya. Untuk menghitung sampling intervalauditor
menggunakan konsep konsep performance Matreriality, Tolerable
misstatement,dan confidence factor yang dibahas diatas dan atau dibab
lain,sampling interval dihitung dengan rumus berikut.
Sampling interval = Perfomance materiality (torelable misstatement) :
confidence Factor
Contoh :
a) Titik awal secara acak Rp 10.000
b) Sampling interval Rp 17.391
Maka (a) sampel pertama adalah item yang berisi Rp 10.000 ; (b) sampel
kedua adalah jumlah kumulatif yang berisi Rp 27.391 (=10,000+17,391);(c)
sampel ketiga adalah jumlah kumulatif yang berisi Rp
44.782(=27.391+17,391); (d) proses yang sama dilanjutkan sampai keakhir
populasi.
Penentuan sampel pertama ,kedua,dan seterusnya (termasuk istilah
jumlah kumulatif)akan lebih mudah dipahami dengan contoh-contoh. Ada
satu perhitungan lagi yang yang perlu diketahui yaitu sample size.Sampel
size adalah banyaknya sampel dalam suatu populasi .definisi populasi disini
adalah populasi yang akan diuji.
Prosedur analitikal substantif merupakan pengujian utama dalam uji
saldo akun (test of the account balance), atau bisa juga dikombinasikan
dengan uji rincian lainnya (other test of details).
Prosedur analitikal sederhana (seperti membandingkan laba tahun
lalu dengan laba tahun ini) bisa membantu menemukan masalah yang perlu
ditindaklanjuti, namun memberikan sedikit sekali bukti audit. Jenis
prosedur audit ini berguna untuk memberikan pemahaman mengenai
entitas, pelaksanaan prosedur penilaia risiko, dan menelaah laporan
keuangan final. Dalam menetapkan presedur audit, auditor harus:
a. Menetapkan selisih antara angka yang dicatat dengan angka
ekspektasi yang tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Angka
(selisih) ini terutama dipengaruhi oleh angka materialitas dan
konsisten dengan tingkat risiko yang diinginkan (desired level of risk
reduction).

10
b. Memperhitungkan kemungknan bahwa gabungan salah saji dalam
saldo akun, transaksi, atau disclosure tertentu, bisa mencapai agregat
yang tidak dapat diterima.
c. Meningkatkan tingkat pengurangan risiko yang diinginkan (desired
level of risk reduction) ketika risiko salah saji material meningkat.
Berikut ini adalah contoh prosedur analitikal substantif.
1. pertanyaan: Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil yang
dipertimbangkan (expected outcome)!
Tanggapan: Kalikan sewa perunit dengan jumlah unit yang disewakan
untuk memperkirakan pendapatan sewa apartemen; bandingkan
hasilnya dengan pendapatan yang dicatat dalam pembukuan entitas.
2. Pertanyaan: Berapa pendapatan sewa apartemen dalam pembukuan?
Tanggapan: Rp. 2.780 juta
3. Pertanyaan: Asersi apa yang diuji (berkenaan dengan saldo
pendapatan sewa apartemen)?
Tanggapan: Pendapatan itu lengkap, ada, dan akurat.
4. Pertanyaan: Berapa (angka) performance materiality?
Tanggapan: Rp. 100 juta.
5. Pertanyaan: Berapa selisih antara angka pembukuan dan angka
ekspektasi yang (masih) dapat diterima?
tanggapan: 1% atau Rp. 27,8 juta.
6. Pertanyaan: Sisa risiko salah saji material, setelah melaksanakan
prosedur analitikal substantif ini (misalnya, Moderat atau Rendah)?
Tanggapan: Rendah.
7. Pertanyaan:Jelaskan dengan rinci semua unsur yang akan digunakan
untuk menghitung angka ekspektasi. Unsur ini bisa terdiri atas data
keuangan dan data non keuangan?
Tanggapan: Jelaskan prosedur yang digunakan untuk memastikan
keandalan setiap unsur yang akan digunakan. Pertimbangkan: sumber
data, daya banding (komparabilitas), sifat, relevansi, dan pengendalian
dalam penyiapan data.
8. Pertanyaan: Unit apartemen yang disewakan.
Tanggapan: Kami mereview denah dan melakukan inspeksi fisik
(kunjungan ke gedung).
9. Pertanyaan: Sewa per unit.
Tanggapan: Kami mereview kontrak sewa untuk menentukan nilai
sewa per unit.
Rincia perhitungan, angka ekspektasi, dan hasil perbandingan dengan
angka pembukuan:
Jumlah unit yang disewakan = 26; sewa perunit= Rp. 120 juta/tahun
Angka ekspektasi= 26 x 12.000 = Rp. 3.120.000.
Perbedaan dengan angka pembukuan Rp. 340 juta.
Penjelasan mengenai perbedaan antara angka ekspektasi dan angka
pembukuan: rata-rata sepanjang tahun ada dua unit kosong (bukan unit
yang sama), dan satu unit tidak disewakan dan digunakan untuk tujuan
rapat & akomodasi sementara untuk tamu. Ini menjelaskan selisih
sebesar Rp. 360 juta. Masih ada selisih Rp. 20 juta yang bisa dijelaskan.
Selisih ini lebih rendah dari jumlah yang dapat diterima di atas.
Kesimpulan: Uji analitikal substantif ini memuaskan

11
CONTOH KASUS PENGUJIAN SUBSTANTIF
Aktivitas Usaha CV. Kamdatu

CV. Kamdatu merupakan perusahaan dagang yang menjual barang


baranng furniture seperti sofa, springbed, lemari pakaian dan kebutuhan
kantor seperti kursi kerja, meja kerja, filling cabinet dan lemari arsip.
Barang dagangan yang dipesan melalui pabrik distributor di Jakarta dan
dikirim melalui ekspedisi Ratu Berlian. Aktivitas dari CV. Kamdatu adalah
aktivitas penjualan barang yang pembayarannya berdasarkan jatuh
tempo atau cash (tunai).

Kegiatan penawaran dilakukan via telepon, fax dan email dikarenakan CV.
Kamdatu tidak mempunyai sales. Pencatatan keluar masuk barang di
tempat ini masih menggunakan sistem manual, karena itu terdapat
bagian gudang yang berfungsi mencatat transaksi keluar masuk barang
di buku persediaan.

Pengujian Substantif terhadap Saldo Sediaan

Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo sediaan yang diacantumkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan sediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi sediaan yang dicantumkan dineraca dengan catatan akuntansi
yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan
bahwa informasi sediaan yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansio
yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan 5 prosedur audit berikut ini dalam
melakukan rekonsiliasi informasi sediaan di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:
1. Usut saldo sediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun sediaan yang bersangkutan
didalam buku besar.
2. Hiotung kembali saldo akun sediaandi buku besar.

12
3. Usut saldo akun sediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun sediaan ke jurnal yang bersangkutan.
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu sediaan dengan akun kontrol sediaan di buku besar.

Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara menyeluruh mengenai kewajaran sediaan
yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung berbagai ratio yang
bersangkutan dengan sediaan, misalnya tingkat perputaran berbagai kelompok sediaan, dan
jika terdapat fluktuasi ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban
mendapatkan penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi tersebut. Hubungan antara
tingkat perputaran sediaan, tingkat sediaan pada tanggal neraca, dan volume penjualan
semunay harus mendukung pengujian pengujian substantif yang telah dilakukan oleh
auditor.
Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian dibandingkan dengan angka
harapan (ratio yang sama dari data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau
data lain) akan dapat memberikan indikasi bagi auditor ke fokus mana perhatian auditor perlu
diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci


Keandalan saldo sediaan sangat ditentuka oleh keterjadian transaksi berikut ini yang di debit
dan dikreditkan kedalam akun piutang usaha :
1. Transaksi pembelian
2. Transaksi penjualan
3. Transaksi pemakain
Disamping itu, keandalan saldo akun sediaan ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang
digunakan untuk mencatat berbagai tarnsaksi tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor
melakukan pengujian substantif terhadap transasksi rinci yang mendebit dan mengkredit akun
sediaan dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan akun tersebut.
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Sediaan ke Dokumen yang Mendukung
Timbulnya Transaksi Tersebut.
1. Periksa pendebitan akun sediaan ke dokumen pendukung : bukti kas keluar, faktur
pembelian, laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
2. Periksa pengkreditan akun sediaan ke dokumen pendukung : faktur penjualan, laporan
pengiriman barang, bukti pemakain barang gudang, memo debit untuk return pembelian.

Pengujian Pisah Batas Transaksi yang Berkaitan dengan Sediaan


Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah
batas yang konsisten dalam memperhitungkan tarnsaksi pembeliaan, penjualan, dan
pemakain sediaan yang termasuk dalam tahun yang diaudit di banding dengantahun
sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya
adalah transaksi pembelian, penjualan, dan pemakain sediaan yang seharusnya diakui sebagai
pendapatan atau biaya dalam tahun berikutnya, di cata oleh klien sebagai pendapatan atau

13
biaya dalam tahun yang diaudit. Dipihak lain , transaksi pembelian, penjualan, dan
pemakaian dalam tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai pendfapatan atau biaya
tahun berikutnya. Dengan demikian, jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal
pisah batas, perhitngan laba rugi tahun yang diauidt akan berpengaruh langsung. Oleh karena
itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaski pembelian, penjualan, dan pemakaian
sediaan dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan
perlakuan yang tepat terhadap pengakuan pendapatan dan biaya.
1. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
2. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya sediaan (karena transaksi penjualan atau
pemakaian sendiri ) dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci


Pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan :
1. Periksa instruksi tertulis mengenai perhitungan fisik sediaan
2. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang dilakukan oleh klien
Kirmkan surat konfirmasi sediaan yang disimpan di gudang pihak luar
1. Mintalah informasi mengenai barang barang klien yang dijual secara konsinyasi dan
barang barang titipan yang ada di tangan klien.
2. Mintalah informasi mengenai sediaan yangh dijadikan jaminan penarikan utang
3. Lakukanh pengujian terhadap penilain sediaan
4. Mintalah informasi mengenai metode penilaian sediaan yang digunakan oleh klien
5. Periksa kesesuain kos per satuan sediaan dengan prinsip akuntansi berterima umum
6. Periksa catatan pendukung yang bersangkutan dengan data kos per satuan sediaan
7. Bandingkan dengan laba bruto tahun yang diaudit dengan laba bruto tahun sebelumnya
8. Lakukan pengamatan terhadap unsur sediaan ayng rusak
9. Hitung tingkat perputaran sediaan dan bandingkan dengan tingkat perputaran sediaan tahun
sebelumnya
10. Lakukan pengamatan terhadapa sediaan yang lambat pemakaiannya atau penjulannya.
11. Mintalah surat representasi sediaan dari klien

Pemeriksaan Penyajian dan Pengungkapan Sediaan di Neraca


Atasa dasar prinsip akuntansi berterima umum , auditor melakuakn verifikasi penyajian
sediaan di neraca dengan cara :
1. Periksa klasifikasi sediaan di neraca
2. Periksa penjelasan/ pengungkapan yang bersangkutan dengan sediaan
3. Lakukan analytical review terhadap sediaan

14
Daftar Pustaka
Tuanakota, M.Teodorus. 2014. Audit Berbasis ISA (International
Standards on Auditing).Jakarta:Salemba Empat.

15

Вам также может понравиться