Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah
banyak digunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti
detilasi, kristalisasi, pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain.Kromatografi
mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih sederhana,
penggunaan waktu yang sangat singkat terutama mempunyai kepekaan
yang tinggi serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi, metode
ini digunakan jika dengan metode lain tidak dapat dilakukan misalnya
karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Meskipun dasar kromatogafi adalah suatu proses pemisahan namun banyak
diantara cara ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Jenis-jenis
kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif adalah kromatografi kertas, kromatografi lapiss tipis (KLT),
kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan


perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuran, sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Istilah kromatografi pertama kali ditemukan oleh Michael Tswatt (1903),
seorang ahli botania asal Rusia.

Oleh karena itu, perlu adanya dilakukan percobaan ini agar dapat
memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan kromatografi. Dengan
melakukan percobaan ini dapat kita pahami benar maksud dari materi
kromatografi secara teori maupun praktek. Hal ini yang mendasari
praktikum ini adalah agar dapat diketahui sifat-sifat kepolaran dari suatu
larutan maupun pelarut yang digunakan sebagai bahan praktek, serta dapat
memisahkan suatu campuran migrasi dan penerapan metodenya yang telah
membuat kromatografi tidak dapat diabaikan dalam berbagai bidang
didalam kehidupan kita sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui harga Rf dari masing-masing noda.
b. Untuk mengetahui prinsip percobaan kromatografi kertas.
c. Untuk mengetahui apa yang menjadi fase diam dan fase gerak pada
percobaan kali ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Walaupun pelopor-pelopornya dapat ditemukan di abad kesembilan belas,


umumnya dianggap bahwa suatu makalah yang diterbitkan pada tahun 1906 oleh
Michael Tswett, seorang dosen botani di Universitas Warsawa, memberikan
gambaran pertama dalam istilah yang hampir modern tentang suatu pemisahan
kromatografi. Tswett menggambarkan pemisahan klorofil dan pigmen-pigmen
lainnya dalam suatu ekstrak tumbuhan. Walaupun istilah kromatografi diturunkan
dari kata-kata Yunani yang berarti warna dan tulis, warna senyawa-senyawa
itu jelas merupakan suatu kebetulan dalam proses pemisahan. Definisi Keulemans
berlaku seperti lainnya. Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik,
dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fase,
salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang
luas yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan
stasioner. Fase stasioner bisa berupa padatan maupun aliran, sedangkan fase
bergerak bisa berupa cairan maupun gas (Day, Underwood. 1999).

Metode kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam fasa yang


digunakan dan sebagian lain berdasarkan pada mekanisme pada distribusi fasa.
1. Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan, ditemukan oleh
Tswatt dan dikenalkan kembali oleh Kuhn dan Lederer pada tahun 1931,
telah digunakan sangat luas untuk analisis organik dan biokimia. Pada
umumnya sebagai isi kolom adalah silikagel atau alumina, yang mempunyai
angka banding luas permukaan terhadap volume sangat besar.
2. Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi partisi, dikenalkan oleh
Martin dan Sunge pada tahun 1941, dan kemudian mendapatkan hadiah
nobel untuk hal itu. Fasa diam terdiri dari lapisan tipis cair atau yang
melapisi permukaan dari padatan inert yang berpori-pori. Ada banyak
macam kombinasi cairan yang dapat digunakan sehingga metode ini sangat
berguna. Lebih lanjut, koefisien distribusi sistem ini tidak lebih bergantung
pada kadar, memberikan pemisahan lebih tajam.
3. Kromatografi gas-padat, digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan
gas. Pada waktu dulu teknik ini tidak berkembang karena keterbatasannya
yang sama seperti halnya kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih
lanjut dengan macam fasa padat baru memperluas penggunaan teknik ini.
4. Kromatografi gas-cairan merupakan metode pemisahan yang sangat efisien
dan serbaguna. Teknik ini telah menyebabkan revolusi dalam kimia organik,
sejak dikenalkan pertama kali oleh James dan Martin pada tahun 1952.
Hambatan yang paling utama adalah bahan cuplikan harus mempunyai
tekanan uap paling tidak beberapa torr pada suhu kolom. Sistem ini sangat
baik sehingga dapat dikatakan sebagai metode pilihan dalam kromatografi
karena dapat memisahkan dengan cepat dan peka.
5. Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai
fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembap udara oleh
kertas. Jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
6. Kromatografi lapis tipis adalah serupa dengan kromatografi kertas kecuali
kertas diganti lempeng gelas atau aluminium yang dilapisi dengan lapisan
tipis alumina, silika gel atau bahan-bahan serbuk lainnya. Sistem ini jauh
lebih baik kedapat-ulangnya daripada kromatografi kertas. Kromatografi
lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada perubahan
pemisahan dengan kromatografi.
(Sudjadi, drs. 1986).

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifan berbeda. Sedangkan senyawa non polar
adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya ikatan antar elektron pada unsur-
unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
mempunyai nilai keelektronegatifan yang sama/hampir sama. Perbedaan antara
senyawa polar dan senyawa non polar, antara lain :
1 Senyawa polar dapat larut dalam air, sedangkan non polar tidak dapat larut dalam
air
2 Senyawa polar memiliki pasangan elektron bebas, sedangkan non polar tidak
3 Senyawa polar berakhiran ganjil, sedangkan non polar berakhir genap
(fitrimarwaningsih.wordpress.com).

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif, suatu senyawa


antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Fase diam adalah air yang
disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas dan fase gerak biasanya
merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut organik dan air. Perlu
diperhatikan lagi, fase diam adalah air bukan kertas, air memang tidak dengan
sengaja ditambahkan pada kertas saring tapi air yang dimaksud pasti akan secara
otomatis ada pada kertas saring karena selulosa adalah senyawa yang bersifat
polar dan bentuk polimernya berlubang-lubang dimana akan dapat diisi oleh air
dari udara. Karena fase diam adalah air makas sifat fase diam adalah polar,
dengan demikian kromatografi kertas berguna untuk pemisahan senyawa yang
bersifat lebih non polar (catatankimia.com).

Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh komponen dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah :
Jarak yang ditempuh komponen
Rf = ..(2.1)
Jarak yangditempuh pelarut /eluen

Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fase
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam,
sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah (https://ilmu.kimia.org).

Secara umum, berikut adalah sifat fisik dan kimia dari bahan-bahan yang
digunakan.
Pada akuades, antara lain :
a. Massa molar : 18,0153gr/mol
b. Titik lebur : 00C (273,15K)
c. Titik didih :1000C (373,15K)
d. Kalor jenis :4184 j/kgK (cairan pada 200C)
e. Tidak berwarna,tidak berasa dan tidak berbau

Pada alkohol, antara lain :


a. Nama lain adalah etanol
b. Bentuk cairan tak berwarna
c. Massa molar : 46,07gr/mol
d. Titik lebur : -114C
e. Titik didih : 78C
f. Tekanan uap :58 hPa(20C)
g. Rumus umum : C2H5OH
h. Mudah terbakar
i. Dentitas : 0,789g/cm3
j. Viskositas : 1,200 cp(20C)
k. Kelarutan bebas dengan air, dietil eter, kloroform.
(academia.edu).

Pada dietil eter, antara lain:


a. Cairan bening
b. Tidak berwarna
c. Sangat mudah menguap
d. Berbau khas
e. Amat sangat mudah terbakar
(kimiakuki.wordpress.com).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
a. Gelas kimia 100 ml
b. Penjepit tabung
c. Gunting
d. Penggaris
e. Pensil
f. Botol semprot
g. Sponge

3.1.2 Bahan-bahan
a. Tinta spidol biru
b. Tinta spidol hijau
c. Tinta spidol merah
d. Kertas saring
e. Akuades 50 ml
f. Alkohol 50 ml
g. Dietil eter 50 ml
h. Kertas label
i. Sabun

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur pecobaan dengan akuades
a. Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm.
b. Diberi garis batas sekitar 1 cm dari batas bawah dan atas kertas.
c. Diberi noda (titik) tinta spidol warna biru, hijau, dan merah pada garis
batas.
d. Dimasukkan kertas tersebut dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
akuades yang tingginya sekitar 0,5 cm sedimikian rupa sehingga posisi
kertas tercelup dengan akuades.
e. Dibiarkan akuades merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas
kertas atas, ambil dan keringkan.
f. Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda yang
terpisahkan.
g. Dihitung harga Rf dari masing-masing noda.

3.2.2 Prosedur pecobaan dengan alkohol


a. Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm.
b. Diberi garis batas sekitar 1 cm dari batas bawah dan atas kertas.
c. Diberi noda (titik) tinta spidol warna biru, hijau, dan merah pada garis
batas.
d. Dimasukkan kertas tersebut dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
alkohol yang tingginya sekitar 0,5 cm sedimikian rupa sehingga posisi
kertas tercelup dengan alkohol.
e. Dibiarkan alkohol merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas
kertas atas, ambil dan keringkan.
f. Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda yang
terpisahkan.
g. Dihitung harga Rf dari masing-masing noda.

3.2.2 Prosedur pecobaan dengan dietil eter


a. Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm.
b. Diberi garis batas sekitar 1 cm dari batas bawah dan atas kertas.
c. Diberi noda (titik) tinta spidol warna biru, hijau, dan merah pada garis
batas.
d. Dimasukkan kertas tersebut dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
dietil eter yang tingginya sekitar 0,5 cm sedimikian rupa sehingga posisi
kertas tercelup dengan dietil eter.
e. Dibiarkan dietil eter merembes naik hingga sekitar 1 cm dibawah batas
kertas atas, ambil dan keringkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Jarak Jarak
Pelarut Tinta Noda R
Noda Pelarut
Biru 1. Biru 4 cm 8 cm 0,5
2. Ungu 2,9 cm 8 cm 0,1125
Hijau 1. Hijau 2,5 cm 8 cm 0,3125
2. Biru 0,5 cm 8 cm 0,0625
Merah 1. Merah
Akuade
Lembayun 4,7 cm 8 cm 0,5875
s
g
2. Pink 1,8 cm 8 cm 0,225
3. 1,1 cm 8 cm 0,1375
Kuning
Dietil Biru Biru - 8 cm -
Hijau Hijau - 8 cm -
Eter Merah Merah - 8 cm -
Biru 1. Biru 1 cm 8 cm 0,125
2. Biru 6,1 cm 8 cm 0,7625
muda
Hijau 1. Hijau 1,6 cm 8 cm 0,2
Alkohol 2. Biru 2,8 cm 8 cm 0,35
muda
Merah 1. Merah 3,8 cm 8 cm 0,475
muda
2. Oranye 1,2 cm 8 cm 0,15

4.2 Struktur Lewis Larutan


4.2.1 Struktur lewis Akuades

4.2.2 Struktur lewis Alkohol


H H
C = C

H H

4.2.3 Struktur lewis Dietil Eter

4.3 Perhitungan
4.3.1 Akuades
Jarak yang ditempuh komponen
R = Jarak yang ditempuh pelarut

a. Biru
4 2,9
Rbiru = 8 = 0,5 Rungu = 8 = 0,1125

b. Hijau
2,5 0,5
Rhijau = 8 = 0,3125 Rbiru = 8 = 0,0625

c. Merah
4,7 1,8
Rmerah lembayung = 8 = Rpink = 8 = 0,225

0,5875
1,1
Rkuning = 8 = 0,1375

4.3.2 Alkohol
Jarak yang ditempuh komponen
R = Jarak yang ditempuh pelarut

a. Biru
1 6,1
Rbiru = 8 = 0,125 Rbiru muda = 8 = 0,7625

b. Hijau
1,6 2,8
Rhijau = 8 = 0,2 Rbiru muda = 8 = 0,35

c. Merah
3,8 1,2
Rmerah muda = 8 = 0,475 Roranye = 8 = 0,15

4.4 Pembahasan
Pada percobaan menggunakan pelarut akuades, dicelupkan kertas saring
yang telah diberi noda (titik) tinta warna biru, hijau, dan merah. Dibiarkan
akuades merembes naik hingga 1 cm dibawah garis batas atas kertas.
Kemudian terjadi pembentukan pigmen pada tinta warna biru, yaitu biru dan
ungu, tinta hijau membentuk pigmen warna hijau dan biru, tinta merah
membentuk pigmen warna merah lembayung, pink, dan kuning. Pada
percobaan menggunakan pelarut alkohol, dicelupkan kertas saring yang
telah diberi noda (titik) tinta warna biru, hijau, dan merah. Dibiarkan
alkohol merembes naik hingga 1 cm dibawah garis batas atas kertas.
Kemudian terjadi pembentukan pigmen pada tinta warna biru, yaitu biru dan
biru muda, tinta hijau membentuk pigmen warna hijau dan biru muda, tinta
merah membentuk pigmen warna merah muda dan oranye.
(b)
(a) (c)

Gambar 4.4.1 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah
pada pelarut akuades.

(a) (b)
(c)

Gambar 4.4.2 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah
pada pelarut alkohol.
(a) (b)
(c)

Gambar 4.4.3 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah pada
pelarut dietil eter.
Dalam percobaan kromatografi ini prinsipnya like dissolve like, yang mana prinsip
kelarutan suatu zat tersebut hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan
kata lain, zat yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar dan suatu
zat nonpolar pun hanya akan larut pada pelarut nonpolar saja. Hal ini ditujukan
pada pelarut alkohol, dimana sampel tidak mengalami pemudaran warna dan
naiknya sampel tersebut tinggi. Jadi, dapat dikatakan sampel yang berupa tinta
bersifat polar. Begitu juga dengan pelarut akuades, jarak naiknya sampel terhadap
fase diam yang berupa kertas masih tinggi walaupun warna dari sampel pudar. Hal
ini disebabkan karena akuades bersifat polar. Pada pelarut dietil eter, nampak
sampel tinta tidak mengalami perubahan warna, hanya terlihat warnanya saja yang
menjadi lebih terang.

Kromatografi kertas menggunakan kertas sebagai fase diam, yakni kandungan


senantiasa didalamnya, sedangkan pelarut sebagai fase gerak dengan campuran
pelarut yang sesuai. Dengan ini yang bertujuan untuk memisahkan pigmen warna
pada tinta.

Fungsi perlakuan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu :


a. Dibuat garis tepi 1 cm pada bagian bawah sebagai tempat diteteskan sampel.
b. Diberi noda (titik) warna biru, hijau, dan merah sebagai sampel uji.
c. Dimasukkan kertas saring kedalam gelas kimia, untuk mulai menguji warna
pada pigmen tinta .
d. Dibiarkan merembes, untuk mengetahui proses yang terjadi pada sampel uji.
e. Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan noda,untuk dilakukan perhitungan
harga R.

Faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan ini adalah tercelupnya tinta pada
pelarut yang menyebabkan noda (tinta) pada kertas menghilang dan ikut menyatu
dalam pelarut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
a. Berikut adalah nilai Rf dari masing-masing noda
Untuk pelarut akuades pada tinta biru menghasilkan noda biru dengan
nilai Rf=0,5 dan noda ungu dengan nilai Rf=0,1125. Pada tintaa hijau
menghasilkan noda hijau dengan nilai Rf=0,3125 dan noda biru dengan
nilai Rf=0,0625. Pada tinta merah menghasilkan noda merah lembayung
dengan nilai Rf=0,5875, noda merah muda (pink) dengan nilai Rf=0,225
dan noda kuning dengan nilai Rf=0,1375.
Untuk pelarut dietil eter semua tinta menghasilkan nilai Rf=0.
Untuk pelarut alkohol pada tinta biru menghasilkan noda biru dengan
nilai Rf=0,125 dan noda biru muda dengan nilai Rf=0,7625. Pada tinta
hijau menghasilkan noda hijau dengan nilai Rf=0,2 dan noda biru muda
dengan nilai Rf=0,35. Pada tinta merah menghasilkan noda merah
dengan nilai Rf=0,475 dan noda orange dengan nilai Rf=0,15.
b. Prinsip pada kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana
adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang
diadsorpsi pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen
berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam
dan fase gerak.
c. Adapun yang menjadi fase diam pada praktikum kali ini adalah kertas
saring dan yang menjadi fase geraknya adalah noda-noda yang dipakai
yaitu tinta.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya hendaknya metode yang digunakan
tidak hanya kromatografi pada kertas, tetapi juga menggunakan jenis-jenis
metode kromatografi yang lain, seperti kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis, sehingga praktikan dapat mengetahui perbedaan
prinsip dari pada masing-masing jenis kromatografi.
DAFTAR PUSTAKA

Day.R.A, Underwood.A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Keenam.


Erlangga. Jakarta

Sudjadi.drs. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta

Http://www.catatankimia.com/Kromatografi/ diakses pada tanggal 18 November


2016

Http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html/ diakses
pada tanggal 18 November 2016

Http://kimiakuki.wordpress.com/2010/09/11/Laporan-kimia-dasar-1-
kromatografi/ diakses pada tanggal 18 November 2016

Вам также может понравиться