Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, perlu adanya dilakukan percobaan ini agar dapat
memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan kromatografi. Dengan
melakukan percobaan ini dapat kita pahami benar maksud dari materi
kromatografi secara teori maupun praktek. Hal ini yang mendasari
praktikum ini adalah agar dapat diketahui sifat-sifat kepolaran dari suatu
larutan maupun pelarut yang digunakan sebagai bahan praktek, serta dapat
memisahkan suatu campuran migrasi dan penerapan metodenya yang telah
membuat kromatografi tidak dapat diabaikan dalam berbagai bidang
didalam kehidupan kita sehari-hari.
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifan berbeda. Sedangkan senyawa non polar
adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya ikatan antar elektron pada unsur-
unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
mempunyai nilai keelektronegatifan yang sama/hampir sama. Perbedaan antara
senyawa polar dan senyawa non polar, antara lain :
1 Senyawa polar dapat larut dalam air, sedangkan non polar tidak dapat larut dalam
air
2 Senyawa polar memiliki pasangan elektron bebas, sedangkan non polar tidak
3 Senyawa polar berakhiran ganjil, sedangkan non polar berakhir genap
(fitrimarwaningsih.wordpress.com).
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh komponen dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah :
Jarak yang ditempuh komponen
Rf = ..(2.1)
Jarak yangditempuh pelarut /eluen
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fase
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam,
sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah (https://ilmu.kimia.org).
Secara umum, berikut adalah sifat fisik dan kimia dari bahan-bahan yang
digunakan.
Pada akuades, antara lain :
a. Massa molar : 18,0153gr/mol
b. Titik lebur : 00C (273,15K)
c. Titik didih :1000C (373,15K)
d. Kalor jenis :4184 j/kgK (cairan pada 200C)
e. Tidak berwarna,tidak berasa dan tidak berbau
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan-bahan
a. Tinta spidol biru
b. Tinta spidol hijau
c. Tinta spidol merah
d. Kertas saring
e. Akuades 50 ml
f. Alkohol 50 ml
g. Dietil eter 50 ml
h. Kertas label
i. Sabun
H H
4.3 Perhitungan
4.3.1 Akuades
Jarak yang ditempuh komponen
R = Jarak yang ditempuh pelarut
a. Biru
4 2,9
Rbiru = 8 = 0,5 Rungu = 8 = 0,1125
b. Hijau
2,5 0,5
Rhijau = 8 = 0,3125 Rbiru = 8 = 0,0625
c. Merah
4,7 1,8
Rmerah lembayung = 8 = Rpink = 8 = 0,225
0,5875
1,1
Rkuning = 8 = 0,1375
4.3.2 Alkohol
Jarak yang ditempuh komponen
R = Jarak yang ditempuh pelarut
a. Biru
1 6,1
Rbiru = 8 = 0,125 Rbiru muda = 8 = 0,7625
b. Hijau
1,6 2,8
Rhijau = 8 = 0,2 Rbiru muda = 8 = 0,35
c. Merah
3,8 1,2
Rmerah muda = 8 = 0,475 Roranye = 8 = 0,15
4.4 Pembahasan
Pada percobaan menggunakan pelarut akuades, dicelupkan kertas saring
yang telah diberi noda (titik) tinta warna biru, hijau, dan merah. Dibiarkan
akuades merembes naik hingga 1 cm dibawah garis batas atas kertas.
Kemudian terjadi pembentukan pigmen pada tinta warna biru, yaitu biru dan
ungu, tinta hijau membentuk pigmen warna hijau dan biru, tinta merah
membentuk pigmen warna merah lembayung, pink, dan kuning. Pada
percobaan menggunakan pelarut alkohol, dicelupkan kertas saring yang
telah diberi noda (titik) tinta warna biru, hijau, dan merah. Dibiarkan
alkohol merembes naik hingga 1 cm dibawah garis batas atas kertas.
Kemudian terjadi pembentukan pigmen pada tinta warna biru, yaitu biru dan
biru muda, tinta hijau membentuk pigmen warna hijau dan biru muda, tinta
merah membentuk pigmen warna merah muda dan oranye.
(b)
(a) (c)
Gambar 4.4.1 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah
pada pelarut akuades.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.4.2 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah
pada pelarut alkohol.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.4.3 pembentukan pigmen warna (a) biru, (b) hijau, dan (c) merah pada
pelarut dietil eter.
Dalam percobaan kromatografi ini prinsipnya like dissolve like, yang mana prinsip
kelarutan suatu zat tersebut hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan
kata lain, zat yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar dan suatu
zat nonpolar pun hanya akan larut pada pelarut nonpolar saja. Hal ini ditujukan
pada pelarut alkohol, dimana sampel tidak mengalami pemudaran warna dan
naiknya sampel tersebut tinggi. Jadi, dapat dikatakan sampel yang berupa tinta
bersifat polar. Begitu juga dengan pelarut akuades, jarak naiknya sampel terhadap
fase diam yang berupa kertas masih tinggi walaupun warna dari sampel pudar. Hal
ini disebabkan karena akuades bersifat polar. Pada pelarut dietil eter, nampak
sampel tinta tidak mengalami perubahan warna, hanya terlihat warnanya saja yang
menjadi lebih terang.
Faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan ini adalah tercelupnya tinta pada
pelarut yang menyebabkan noda (tinta) pada kertas menghilang dan ikut menyatu
dalam pelarut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
a. Berikut adalah nilai Rf dari masing-masing noda
Untuk pelarut akuades pada tinta biru menghasilkan noda biru dengan
nilai Rf=0,5 dan noda ungu dengan nilai Rf=0,1125. Pada tintaa hijau
menghasilkan noda hijau dengan nilai Rf=0,3125 dan noda biru dengan
nilai Rf=0,0625. Pada tinta merah menghasilkan noda merah lembayung
dengan nilai Rf=0,5875, noda merah muda (pink) dengan nilai Rf=0,225
dan noda kuning dengan nilai Rf=0,1375.
Untuk pelarut dietil eter semua tinta menghasilkan nilai Rf=0.
Untuk pelarut alkohol pada tinta biru menghasilkan noda biru dengan
nilai Rf=0,125 dan noda biru muda dengan nilai Rf=0,7625. Pada tinta
hijau menghasilkan noda hijau dengan nilai Rf=0,2 dan noda biru muda
dengan nilai Rf=0,35. Pada tinta merah menghasilkan noda merah
dengan nilai Rf=0,475 dan noda orange dengan nilai Rf=0,15.
b. Prinsip pada kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana
adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang
diadsorpsi pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen
berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam
dan fase gerak.
c. Adapun yang menjadi fase diam pada praktikum kali ini adalah kertas
saring dan yang menjadi fase geraknya adalah noda-noda yang dipakai
yaitu tinta.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya hendaknya metode yang digunakan
tidak hanya kromatografi pada kertas, tetapi juga menggunakan jenis-jenis
metode kromatografi yang lain, seperti kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis, sehingga praktikan dapat mengetahui perbedaan
prinsip dari pada masing-masing jenis kromatografi.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html/ diakses
pada tanggal 18 November 2016
Http://kimiakuki.wordpress.com/2010/09/11/Laporan-kimia-dasar-1-
kromatografi/ diakses pada tanggal 18 November 2016