Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GEOLOGI DASAR
Dennis T. Fiandani
Zuhrotul Firdaus
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
PEDOMAN PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR
Ketua Tim Penyusun : Sukir Maryanto, Ph.D
Dennis T. Fiandani
Putri
Zuhrotul Firdaus
Nama :
NIM :
Jurusan :
Fakultas :
Asisten :
KATA PENGANTAR
2
Puji yukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
hidayah dan inayahnya sehingga Pedoman Praktikum Geologi Dasar ini dapat terselesaikan
dengan baik meskipun dirasa masih banyak kekurangan di dalamnya. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing dan segenap asisten praktikum yang telah
berkontribusi dalam terselesaikannya buku pedoman pelaksanaan praktikum.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 3
3
DAFTAR ISI.................................................................................................. 4
REFERENSI.................................................................................................. 43
PENGANTAR MINERALOGI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
4
Tujuan mempelajari dan melakuakn praktikum pengantar mineralogi ini adalah
untuk:
a. Mengetahui definisi dari mineral;
b. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral;
c. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari karakteristik mineral;
d. Mengetahui keterdapatan mineral dan batuan di alam; dan
e. Mengetahui aplikasi dari ilmu tentang mineral dalam kehidupan sehari-hari.
B. DASAR TEORI
Mineral adalah suatu zat atau fasa padat dari unsur atau persenyawaan kimia
yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, mempunyai susunan kimiawi tertentu
dan terdapat struktur Kristal (penempatan atom-atom yang beraturan) didalamnya.
Mineral dapat dijumpai di sekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau
pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa dari mineral tersebut dapat
mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga
memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak.
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusunan atom-atom
yang beraturan di dalamnya. Sehingga, masing-masing mineral mempunyai ciri-ciri
khas yang berbeda-beda.
Untuk dapat mengenal suatu mineral dapat dilakuakan karakterisasi terhadap
mineral. Ada dua cara untuk mengkarakterisasi suatu mineral, yaitu secara fisik dan
secara spektroskopi.
Karakterisasi Mineral
Secara Fisik Secara Spektroskopi
Bentuk Berat Bidang Keke- Trans-
Warna Goresan Kilap XRF XRD REM
Kristal Jenis Belah rasan paransi
Gambar 1.1 Tipe Karakterisasi Mineral
Dalam praktikum ini hanya akan dibahas mengenai mineral secara fisik saja.
Beberapa karakterisasi mineral secara fisik adalah bentuk Kristal, berat jenis, bidang
belah, warna, kekerasan, goresan, kilap dan transparansi.
1. Bentuk Kristal
Pada wujudnya, sebuah Kristal dapat ditentukan secara ilmu ukur, dengan
mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan Kristal dengan
cara demikian dapat dilakuakan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang
tersebut dengan pertolongan system koordinat. Dalam ilmu kristalografi, terdapat
5
tujuh jenis sistem sumbu geometri yaitu: sistem sumbu kubik, sistem sumbu
tetragonal, sistem sumbu ortorombik, sistem sumbu monoklin, sistem sumbu triklin,
sistem sumbu heksagonal dan sistem sumbu rombohedral.
6
w
Berat jenis=
ww1
w1
Dengan w adalah berat mineral kering di udara dan adalah berat mineral di
dalam air.
Setiap jenis mineral akan mempunyai berat jenis tertentu, sedangkan berat
jenis ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Mineral-mineral pembentuk
batuan biasanya mempunyai berat jenis 2, dan mineral-mineral logam mempunyai
berat jenis 5.
3. Bidang Belah
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-
atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang
dimiliki oleh suatu mineral. Apabial bidang lemah tersebut memiliki pecahan
yangberatura, akan memperlihatkan suatu pecahan dan apabila bidang lemah
tersebut mengikuti permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya, akan
memperlihatkan suatu belahan, sedangkan apabila tidak pecah melalui bidang
kristalnya disebut pecahan.
Belahan atau cleavage adalah kecenderungan suatu Kristal yang karena dikenai
gaya atau pukulan akan pecah ke suatu arah tertentu sehingga didapatkan bidang
yang rata dan licin.
a. Sempurna : Bidang belahan sangat rata dan licin
b. Baik : Bidang belahan rata dan licin, tapi masih bisa pecah melalui
bidang lain
c. Jelas : Bidang belah jelas tapi tidak begitu rata, tidak begitu licin dan
dapat
pecah lagi
d. Tidak jelas : Bidang belahan tidak jelas, bisa pecah ke segala arah,
kemungkinan
membentuk fraktur sama besar
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan mineral untuk pecah jika dikenai
gaya tanpa melalui bidang belah tertentu. Fracture dibagi menjadi:
7
b. Hackly : Pecah dengan membentuk tepi yang tajam-tajam
c. Even : Bidang pecah agak kasar danmendekati bidang datar
d. Uneven : Bidang pecahnya kasar dan tidak beraturan
4. Warna
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat
membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada
warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur
tertentu di dalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Di sisi lain mineral dengan warna terang,
diindikasikan banyak mengandung aluminium.
5. Kekerasan
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).
Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral yang saling
digoreskan satu dengan yang lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral
yang relative lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan
mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan
oleh Mohs dan dikenal dengan Skala Kekerasan Mohs (Tabel 1.1)
Kekerasa
Nama Mineral Rumus Kimia
n
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO42H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Kalium Feldspar KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2SiO4(OH,F)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C
Tabel 1.1 Kekerasan Mohs
Setiap skala Mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral-mineral dengan
skala Mohs yang lebih rendah. Berdasarkan penentuan kualitatif dari kekerasan
8
ternyata interval-interval pada skala Mohs hampir bersamaan, kecuali interval
antara 9 dan 10. Untuk pengukuran kekerasan ini dapat digunakan alat-alat
sederhana. Seperti kuku tangan, pisau baja, dll. Tabel 1.2 memperlihatkan hubungan
antara alat pengukur kekerasan dengan derajat kekerasan dari Mohs :
6. Goresan (Cerat)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk (diketahui dengan
menggoreskan pada keeping porselen). Meskipun warna suatu mineral dapat
bermacam macam, tetapi ceratnya selalu sama. Jadi warna cerat lebih merupakan
warna asli dari mineral. Cerat dapat juga membantu untuk membedakan mineral
metalik dan non metalik. Mineral dengan kilap metalik biasanya mempunyai cerat
lebih gelap daripada cerat mineral dengan kilap non metalik.
7. Kilap
Kilap mineral adalah kenampakan permukaan mineral kaerna pantulan cahaya.
Kilap mineral erat kaitannya dengan daya tembus cahaya terhadap mineral,
pembiasannya serta struktur kristalnya.
9
a. Kilap Logam, ditunjukkan oleh mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
(opaque) seperti pirit, wolframit, galena, dll
b. Kilap setengah logam, ditunjukkan oleh unsur-unsur setengah logam seperti
selenium, bismuth, dll
c. Kilap non logam, umumnya mineral ini dapat menembuskan cahaya.
8. Transparansi
Derajat Keterangan
Transparansi
Transparent Obyek terlihat jelas
Subtransparant Obyek sulit terlihat
Translucent Obyek tak terlihat, cahay bisa masuk
Subtranslucent Sinar diteruskan hanya pada tepinya
Opaque Sinar tidak tembus
Tabel 1.5 Macam-macam Derajat Transparansi Mineral
C. LEMBAR KERJA
10
Pada percobaan pengantar mineralogy ini dilakukan beberapa karakterisasi
mineral secara fisik berupa warna, kekerasan, gores, kilap, transparansi dan analisis
keterdapatannya di alam sebagai berikut:
Nama, rumus kimia : penamaan mineral yang telah dikenal berikut rumus
kimianya.
Kekerasan : berdasarkan skala Mohs yaitu 1-10. Dapat
dilakuakan pengecekan terhadap kekerasan mineral
secara standar melalui tabel skal Mohs atau juga
dapat dilakukan dengan pengukuran kekrasan secara
manual dengan alat-alat sederhana.
Kilap : dapat diidentifikasi dengan cara dihadapkan pada
sumber cahaya agar dapat diketahui sinar pantul dari
mineral.
Warna : warna asli mineral itu sendiri, yaitu dengan cara
melihat warna yang ada pada mineral yang diamati.
Gores : warna dalam sebuk halus, yaitu dengan cara
menggoreskan mineral pada mineral
Keterdapatan di alam : peristiwa yang menyebabkan terbentuknya mineral
tersebut.
NAMA BATUAN
Rumus Kimia :
Kilap :
Hasil pengamatan ditulis pada lembar kerja buku rocks and minerals yang
telah
Warnaada berdasarkan format
: di bawah ini:
Gores :
11
Kelimpahan di Alam :
D. TUGAS
1. Apakah devinisi dari mineral?
2. Bagaimanakah proses pembentukan mineral di alam?
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam karakterisasi mineral secara fisik!
BATUAN BEKU
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum batuan beku ini antara lain:
a. Praktikan mengenal jenis-jenis batuan beku dan proses pembentukannya
b. Praktikan dapat melakukan karakterisasi batuan beku secara fisik dan secara kimiawi,
serta melakukan pemberian nama pada batuan tersebut.
B. DASAR TEORI
12
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral
penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series.
13
a. Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan
butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Fanerik Granular: bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan mata telanjang dan
berukuran seragam (relatif seragam).
2. Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat dilihat (dikenal)
dengan mata telanjang.
Fanero Porfiritik : bila butiran-butiran mineral yang besar (mineral sulung atau
fenokris) dikelilingi mineral-mineral yang berukuran butir lebih kecil (massa dasar)
yang dapat dikenal dengan mata telanjang.
14
Skorian (Skoriaceous) : bila sangat banyak, tidak teratur dan dijumpai pada batuan
basa.
Pumisan (Pumaceous) : bila lubang sangat banyak dan halus, batuan menjadi ringan
(mengapung), dijumpai pada batuan asam.
4. Aliran (Flow) : bila ada kesan orientasi sejajar, menunjukkan kesan aliran, baik oleh
kristal-kristal maupun oleh lubang-lubang gas.
Batuan beku asam (SiO2 > 66 %) : bila terutama tersusun oleh mineral-mineral
asam, biasanya berwarna cerah, putih sampai abu-abu. Termasuk di dalamnya
adalah kelompok Granit-Riolit.
Batuan beku sedang (SiO2 : 52-66 %) : bila tersusun oleh mineal-mineral menengah
antara asam dan basa, biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Termasuk
di dalamnya adalah kelompok Diorite-Andesit.
Batuan beku basa (SiO2 : 45-63 %) : bila terutama tersusun oleh mineral-mineral
basa, biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Termasuk di dalamnya adalah
kelompok Gabro-Basalt.
Batuan beku ultra basa (SiO2 < 45 %) : bila tersusun oleh mineral-mineral yang
sangat basa, biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Termasuk di
dalamnya adalah batuan-batuan ultra basa yaitu Olivin.
15
Afanitik : Basalt
Fragmental : Aglomerat
Gambar 2. Klasifikasi batuan beku dilihat dari perbandingan antara total kandungan
Ferum (Fe) dengan silica (SiO2)
16
LEMBAR KERJA
1) Ambil gambar tiap batuan yang anda amati dengan koin atau bolpoin (sebagai
pembanding).
2) Perhatikan dengan baik contoh batuan dan tentukan warna batuan secara keseluruhan.
3) Tentukan sifat kimia batuan dengan cara menentukan jumlah prosentase (%) mineral
gelap, sehingga dapat ditentukan bahwa batuan :
b. Sedang, bila mineral gelapnya hampir 50%, umumnya bearwarna abu-abu gelap.
c. Basa bila mineral gelapnya lebih dari 70 %, tetapi masih dijumpai beberapa mineral
cerah, berwarna gelap bahkan hitam.
d. Ultra basa apabila batuan hampir seluruhnya tersusun oleh mineral gelapnya,
berwarna sangat gelap.
4) Tentukan tekstur batuan dengan melihat keseragaman ukuran butir terlebih dahulu,
kemudian ukuran butirnya, apakah kasar atau sangat halus dan juga tentukan struktur
batuan tersebut.
5) Tentukan nama batuan beku tersebut. Untuk penamaan batuan beku yang bertekstur
afanitik ataupun porfiro afanitik biasanya agak sulit, maka sebagai pegangan :
a. Bila kwarsa atau ortoklas tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya Rhyolit
b. Bila amfibola (hornblende) tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya
andesit.
c. Bila piroksen atau olivin tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya basalt.
6) Prediksikan bagaimana proses pembentukan, lingkungan pembentukan, dan kelimpahan
di alam tiap batuan yang anda amati.
7) Tulis Semua hasil pengamatan pada lembar kerja buku rocks and minerals yang telah
anda buat berdasarkan format di bawah ini :
17
NAMA BATUAN
FOTO BATUAN
4x6
Warna :
Komposisi mineral :
Tekstur :
Struktur :
Proses pembentukan :
Lingkungan pembentukan :
D. TUGAS:
Kelimpahan di alam :
1. Bagaimana peranan batuan beku dalam model petroleum system?
2. Bagaimana peranan batuan beku dalam pembentukan batuan sedimen dan batuan
metamorf?
18
BATUAN SEDIMEN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan (lithifikasi) dan diagenesis. Proses pembentukan sedimen menjadi
batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses diagenesis antara lain :
a. Kompaksi sedimen, yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain
akibat tekanan dari berat beban diatasnya. Sehingga volumenya menjadi berkurang,
19
hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat dan porositasnya
berkurang.
b. Sementasi, yaitu turunnya material material di ruang antar butir sedimen dan
secara kimiawi mengikat butir butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi
makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang antar butir makin besar.
c. Rekristalisasi, yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia
yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau sebelumnya.
d. Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang ada diatasnya
sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
e. Autigenesis yaitu pembentukan mineral baru di lingkungan diagenesa. Contoh
mineral autigenik : karbonat, silika, klorita, illite, gypsum dan lain lain.
f. Metasomatisme, yaitu pergantian mineral batuan sedimen oleh berbagai mineral
autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
g. Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung dan
mempunyai porositas yang tinggi.
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk
butir serta susunannya. Butiran tersusun, terikat oleh semen dan terdapat rongga diantara
butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh media dan cara transportasinya. Pada batuan
sedimen terdapat tekstur klastik dan tekstur non klastik.
1. Tekstur Klastik
Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri dari :
20
a) Ukuran Butir : ukuran butir didasarkan pada klasifikasi Wentworth,
diantaranya :
21
Gambar 1. Derajat kebundaran butiran
c) Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen
batuan / mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu :
Kemas terbuka : butiran tidak saling bersentuhan (mengambang
didalam matriks).
Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu dengan yang
lainnya.
d) Pemilahan (Sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen
penyusun batuan. Diantaranya :
Well Sorted : terpilah baik
Medium Sorted : terpilah sedang
Poor Sorted : terpilah buruk
22
Semua batuan sedimen nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas
dari tekstur nonklastik yaitu adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada
ruang berpori-pori antar butir, dan umumnya mono mineralik. Kristal-kristal dalam
batuan sedimen nonklastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau butiran. Butiran
kristal dalam tekstur nonklastik diklasifikasikan sebagai berikut :
Amorf : terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal kristal atau
amorf (nonklastik), umumnya berukuran lempung atau koloid. Contoh :
Rijang masif.
Kristalin : tekstur yang terdiri dari kristal kristal yang interlocking.
Pemerian dapat memakai skala Wentworth :
Nama Butir Besar Butir
Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16 2
Berbutir halus 1/256 1/16
Berbutir sangat halus <1/256
Tabel 2. Skala Wentworth untuk ukuran butiran tekstur kristalin
23
Bergradasi : bila butiran-butiran dalam tubuh batuan dari bawah ke atas makin
halus.
Silang siur : bila satu seri perlapisan yang saling memotong dalam tubuh
batuan sedimen.
Masif : bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.
b. Struktur kimia, terbentuk karena proses-proses kimia, antara lain :
Konkresi : bila berbentuk bulat.
Nodul : bila berbentuk tidak teratur.
c. Struktur organik : terbentuk karena aktivitas organisme.
Contoh: struktur reef pada batugamping.
24
b. Oolitik : struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm. Contoh : Batugamping
Oolit.
c. Pisolitik : sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm. Contoh :
Batugamping Pisolitik.
d. Konkresi : sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone : struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per
kerucut.
f. Bioherm : tersusun oleh organisme murni insitu .
g. Biostorm : seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria : sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya adalah
adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut
karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
i. Goode : banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
kristal kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa
kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit : kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi dua macam :
25
Gambar 4. Bagan klasifikasi Batuan Sedimen
a. Detritus kasar : ukuran butir 1/16 sampai > 256 mm. Batuan berukuran besar
terbentuk dalam pengendapan langsung dari ledakan gunung api sehingga
pengendapannya disekitar gunung. Batuan berukuran sedang pengendapan terjadi di
lingkungan air (seperti sungai, danau, laut dan delta). Contoh : Breksi,
Konglomerat, Batupasir.
b. Detritus halus : ukuran butir <1/16 mm. Pada umumnya diendapkan di lingkungan
laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Contoh : Batulanau, Serpih, Batulempung,
dan Napal.
c. Fragmen terdiri dari kandungan mineral kalsit (CaCO 3) lebih dari 50% atau pecahan
terumbu gamping (Reef) yang berasal dari kelompok binatang laut. Contoh :
Batugamping klastik atau Batugamping bioklastik, Batugamping kerangka
26
(skeletal), Kalkarenit (batupasir dengan butiran gamping/kalsit), Kalsirudit
(berukuran butir lebih besar dari 2 mm), dan Kalsilutite.
27
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material karbonat dengan butiran
dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone.
Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral). Terdapat
tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimen karbonat berubah menjadi
batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1. Litifikasi sedimen karbonat
2. Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3. Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1. Butiran (allochemical component)
Non skeletal : ooids (< 2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil),
intraclasts, extraclasts
Skeletal : fosil
2. Lumpur karbonat
Matriks diantara butiran : material alogenik (lumpur karbonat) maupun
autigenik (mikrokristalin)
Mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 m), mikrospar (5-15 m)
3. Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4. Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga, lebih kasar dari mikrit
5. Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6. Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon, maupun
udara
28
Batulempung : butiran yang berukuran lempung.
Serpih : batulempung yang menunjukkan struktur facility (sifat
belah).
2 Ukuran butiran yang lebih besar dari pasir dn melibatkan bentuk butir
Konglomerat : jika butiran berbentuk bulat.
Breksi : jika butiran berbentuk runcing.
3 Untuk butiran dan komposisi
Batupasir kuarsa : batupasir yang banyak mengandung kuarsa
Batulempung gampingan : batulempung yang mengandung mineral -
mineral karbonat.
4 Ukuran butir dan struktur
Shale (serpih) : berlaminasi
5 Batugamping klastik
Kalsirudit : bila berukuran butir > pasir
Kalkaresit : bila butiran berukuran pasir
Kalsilutit : bila butiran berukuran lempung
b. Batuan sedimen non klastik
Penamaan batuan sedimen non klastik tergantung oleh jenis mineral
penyusunnya, karena pembentukannya disebabkan oleh larutan kimia maupun
organis, maka sedimen non klastik bersifat monomineral.
1) Batuan sedimen non klastik kimiawi
Batugips : jika tersusun oleh mineral gypsum
Rijang : jika tersusun oleh minera kalsedon
Batubara : jika tersusun oleh mineral karbon
2) Batuan sedimen nonklastik biologis / organis
Contoh penamaan berdasarkan komposisi :
Batugamping kristalin : bila tersusun oleh kristal kristal kalsit
Batugamping koral : bila tersusun oleh koral
Dolomit : bila tersusun oleh mineral dolomite
Rijang : bila tersusun oleh silika
C. LEMBAR KERJA
1. Amatilah contoh batuan dengan baik dan tentukan warnanya.
2. Ambil gambar sampel batuan yang diamati dan gunakan koin atau bolpoin sebagai
perbandingan.
3. Tentukan tesktur batuan sedimen, apakah klastik atau non klastik, berdasarkan cirri
masing masing tekstur.
29
4. Apabila mempunyai tekstur klastik, tentukan ukuran butirnya. Kalau ukuran
butirnya lebih dari 2 mm, anda harus menentukan butirnya, apakah membulat atau
meruncing.
5. Setelah tahu ukuran butirnya tentukan komposisinya, apakah bersifat karbonatan
atau tidak, gunakan larutan HCL, apabila bereaksi berarti mempuyai komposisi
karbonat. Karena batasan batu gamping atau tidak ditentukan dari jumlah karbonat
yang mencapai 50% maka dapat dibantu dengan mengamati warna batuan. apabila
berwarna putih, putih kekuningan sampai kecoklatan, maka dapat anda anggap
batuan tersebut adalah batu gamping.
6. Apabila bertekstur non klastik maka anda tidak perlu menentukan ukuran butir,
tetapi cukup menentukan ukuran kristal apakah haalus, sedang atau kasar dan
komposisi mineral.
7. Dari penjelasan nomor 1 s/d 5 kemudian masukkan dalam buku rocks and minerals
yang telah anda buat berdasarkan warna batuan yang telah diidentifikasi dengan
format sebagai berikut :
NAMA BATUAN
FOTO BATUAN
Warna :
Komposisi mineral :
Tekstur :
Struktur :
Proses pembentukan :
Lingkungan pembentukan :
30
Kelimpahan di alam :
D. SOAL
1. Jelaskan proses pembentukan batuan sedimen klastik dan non klastik.
2. Apa parameter pembeda antara batugamping dolomite dan batugamping numulitis?
Jelaskan !
3. Jelaskan hubungan proses pembentukan batuan antara batubara lignit dan batubara
antrasit.
4. Apa perbedaan batugamping klastik dengan batugamping non klastik ? Jelaskan !
5. Apa peran batuan sedimen terhadap potensi adanya minyak dan gasbumi? Jelaskan !
BATUAN METAMORF
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini, diharapkan praktikan dapat mengetahui asal usul batuan
metamorf, mengenal macam macam batuan metamorf dan dapat mengidentifikasi
berdasarkan sifat fisiknya.
B. DASAR TEORI
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (soil state) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi.
a. TIPE METAMOFOSA:
31
lainnya disepajang suatu zona sesar / patahan. Panas yang ditimbulkan oleh gesekan yang
terjadi di sepanjang zona patahan inilah yang mengakibatkan batuan tergerus dan
termetamorfosokan disepanjang zona ini. Metamorfosa kataklastik jarang dijumpai dan
biasanya menyebaran terbatas hanya disepanjang zona sesar.
2. Metamorfosa Burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen yang
beradapada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300 C serta absennya tekanan
diferensial. Pada kondisi tersebut maka mineral-mineral baru akan berkembang, akan
tetapbatuan tampak seperti tidak mengalami metamorfosa. Mineral utama yang dihasilkan
dalamkondisi tersebut adalah mineral zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap
dengan diagenesa dan akan berubah menjadi metamorfosa regional seiring dengan
meningkatnyatekanan dan temperatur.
3. Metamorfosa Kontak adalah metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan beku dan
merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungan dengan intrusi
batuan beku. Metamorfosa kontak hanya terjadi disekeliling intrusi yang terpanaskan oleh
magma dan bagian kontak ini dikenal sebagai aureole metamorphic. Derajat
metamorfosa akan meningkat kesegala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa
kontak biasanya dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan temperatur
tinggi dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir halus tanpa foliasi dan dikenal
sebagai hornfels.
4. Metamorfosa Regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat luas
dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini
biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat,
seperti Slate, Schists, dan Gneisses. Tekanan diferensial berasal dari gaya tektonik yang
berakibat batuan mengalami tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal dari dua
masa benua yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada inti dari rangkaian pegunungan
atau pegunungan yang mengalami erosi. Hasil dari tekanan kompresi pada batuan yang
32
terlipat dan adanya penebalan kerak dapat mendorong batuan kearah bagian bawah
sehingga menjadi lebih dalam yang memiliki tekanan dan temperatur lebih tinggi.
b. TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tektsur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan
metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan
pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.
1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa
Relict/Palimpset/Sisa. Tekstur yang masih menunjukkan tekstur batuan asalnya.
Contohnya blastoporfiritik.
Kristaloblastik. Terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur berdasarkan ukuran butir
Fanerit, bila butiran butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
Afanit, bila butiran kristal dapat dilihat dengan mata.
3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
Idioblastik, apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblatik, apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
4. Tekstur berdasarkan bentuk mineral
33
Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
Nemotoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya kristal berbentuk anhedral.
c. STRUKTUR BATUAN METAMORF
Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi
dan nonfoliasi.
1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa batuan.
Struktur foliasi yang umumnya ditemukan adalah,
Stuktur Slatycleavage. Mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan
kesejajarannya halus sekali, dengan memperlihatkan belahan-belahan yang rapat
dimana mulai terdapat daun-daun mika halus. Batuannya disebut slate.
Struktur Filitik (Phylitic). Mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Batuannya disebut filit.
Struktur Skistosa (Schistosity). Mineral pipih lebih dominan daripada mineral
butiran yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut skis.
Struktur Gneistosa (Gneissic). Mineral-mineral yang granular relative lebih banyak
dari mineral-mineral pipih. Batuannya disebut Gneiss.
2. Struktur Non Foliasi
Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri
dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
Struktur Hornfelsik/Granulosa. Struktur Hornfelsik dicirikan adanya butiran-butiran
yang seragam, berbentuk pada bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan
beku. Struktur Granulosa hampir sama dengan Struktur Hornfelsik, hanya
butirannya mempunyai ukuran yang tidak sama besar.
34
Struktur Kataklastik (Cataclastic). Struktur ini hampir sama dengan struktur
milonitik hanya butirannya yang lebih kasar.
Struktur Milonitik (Mylonitic). Mineralnya berbutir halus, menunjukkan
kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-
mineral primer.
Struktur Pilonitik (Phyllonitic). Struktur yang menyerupai milonitik tetapi
butirannya relative lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe filitik.
35
Hornfels (Batutanduk). Bersifat afanitik sampai fanerik halus, komposisinya
kuarsa, feldspar, mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
Granofels. Batuannya bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kuarsa
dan feldspar (yang berbentuk kubus).
Serpentinit. Bersifat nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai
kuning pucat. Komposisi utamanya adalah mineral serpentinit.
Selain penamaan-penamaan dasar di atas, penamaan batuan metamorf dapat diberi awalan
pada nama-nama dasar tersebut seperti:
- Klorit skis: skis yang banyak mengandung klorit.
- Skis kuarsa: skis yang banyak mengandung kuarsa.
Di samping itu, ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu diperhatikan:
Blasto : sebagai awalan, menunjukkan tekstur sisa dari batuan asal seperti:
Blastoparfiritik yang menunjukkan adanya tekstur sisa yang parfiritik dalam batuan
metamorf.
Blastik : sebagai akhiran, menunjukkan akhir kristalisasi dalam kondisi padat.
Meta : sebagai awalan artinya masih ada kenampakan sisa andesit pada batuan
metamorf.
e. Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada foliasi dan komposisi:
1. Penamaan berdasarkan komposisi semisal:
- Kuarsit
- Granulit
- Marmer
- Serpentinit
- Granofels
2. Penamaan berdasarkan foliasi, misalnya:
- Skis
- Gneiss
- Filit
- Slate
3. Penamaan juga dapat diikuti dengan nama mineral, bila mineral-mineral tersebut
cukup melimpah, misalnya:
- Gneiss hornblende: Gneiss yang banyak mengandung hornblende.
- Sekis mika: skis yang banyak mengandung mika.
36
NAMA BATUAN
FOTO BATUAN
Warna :
Komposisi mineral :
Tekstur :
Struktur :
Derajat Metamorfosa :
Lingkungan pembentukan :
Kelimpahan di Alam :
LEMBAR KERJA
37
1. Sebut dan jelaskan pembentukkan batuan metamorf dibawah ini:
a. Batu gneiss
b. Batu marmer
c. Batu kuarsit
Sebut dan jelaskan pula lingkungan pembentukkan batuan tersebut!
2. Identifikasi batuan di bawah ini berdasarkan nama batuan, tekstur dan strukturnya!
a.
b.
c.
38
RERERENSI
Ehlers, Ernest G. E. dan Harvey Blatt. 1982. Petrology, Igneous, Sedimentary and
Metamorphic. San Francisco: W. H. Freeman & Co.
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Noor, Djauhari. 2009.
39