Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, banyak
kebutuhan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani mereka.
Seiring dengan perkembangan jaman semakin banyak dan timbul kebutuhan baru yang
manusia dan tidak lepas dari kegiatan rutin yang dijalani manusia baik di dalam rumah
maupun ditempat lain. Rutinitas yang dilakukan oleh manusia akan menimbulkan
kejenuhan sehingga manusia akan mencari kegiatan lain untuk menghilangkan kejenuhan
mereka, sehingga manusia dapat melakukan rutinitas kembali setelah melakukan rekreasi.
Kebutuhan akan rekreasi dapat dilakukan manusia dimana saja, baik didalam
ruangan maupun diluar ruangan. Kegiatan yang umum dilakukan untuk melakukan
rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan dan hobi. Dengan melakukan kegiatan
rekreasi maka akan diperbaharui kondisi fisik dan jiwa dari hal-hal yang disebabkan oleh
kejenuhan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari. Bagi orang Indonesia banyak yang
mengartikan rekreasi adalah kegiatan mengunjungi dan menikmati fasilitas yang ada
dalam tempat wisata, baik wisata alam, wisata keluarga maupun wisata wahana
permainan.
Menurut etimologi kata pariwisata diidentikkan dengan kata travel dalam
bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali dari satu
tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini
pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara
individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk
pemerintah harus menyediakan sarana dan fasilitas dalam penunjang kegiatan pariwisata
di Indonesia. Dengan hal tersebut akan menyebabkan pariwisata menjadi suatu hal yang
penting bagi suatu negara. Dengan banyaknya objek pariwisata maka suatu daerah akan
dunia. Keaneragaman flora dan fauna yang tersebar di wilayah Indonesia, keaneragaman
seni dan budaya, peninggalan sejarah, keindahan alam dan pantai adalah ciri khas
pariwisata Indonesia dan menjadikan wisatawan lokal maupun asing akan menjadikan
Indonesia sebagai tujuan wisata. Dengan banyaknya potensi yang terdapat di Indonesia
akan menimbulkan keuntungan bagi negara dikemudian hari. Untuk hal tersebut, maka
meningkatkan daya saing dengan negara lain. Maka dibutuhkan perkembangan dalam
pemenuhan fasilitas yang harus ada dalam suatu objek wisata, dalam hal tersebut maka
banyak pihak yang harus turun tangan demi pemenuhan segala fasilitas di objek wisata,
1 https://tourismeconomic.wordpress.com/2012/10/29/wisata-pariwisata-wisatawan-
kepariwisataan-unsur-unsur-pariwisata/
diantaranya adalah fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
pemerintah daerah.
Perkembangan tempat rekreasi tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan
prasarana di dalam objek wisata tersebut. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap suatu
objek wisata karena keterpenuhan sarana dan prasarana dalam menunjang kepuasan dan
prasarana di dalam suatu objek wisata haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan
peraturan yang telah ditetapkan, karena hal ini akan berdampak terhadap kenyamanan
dan keselamatan wisatawan. Apabila sarana dan prasarana tidak memenuhi standarisasi
dikhawatirkan akan terjdai hal-hal yang tidak di inginkan dikemudian hari. Upaya yang
dapat dilakukan oleh pengelola objek wisata adalah pengawasan dan juga
rendah. Terkadang konsumen hanya dijadikan sebagai objek bisnis pelaku usaha tanpa
agar mampu meningkatkan harkat dan martabat konsumen sehingga dapat meningkatkan
bertanggungjawab.
2 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Hlm. 13
Banyaknya objek wisata yang ada di Indonesia mengakibatkan lemahnya
pengawasan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang serta memenuhi
standar yang di tetapkan undang undang, hal tersebut menunjukan bahwa perlindungan
konsumen dalam hal kepariwisataan sangat rendah. Padahal di dalam Pasal 4 butir a
UUPK telah diatur sejumlah hak konsumen, dimana konsumen berhak atas kenyamanan,
keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Maka dari itu
pengelola objek wisata berkewajiban memberikan rasa aman, nyaman dan keselamatan
konsumen. Sehubungan dengan hal itu, hak-hak konsumen jasa wisata juga diatur dalam
bahwa wisatawan memiliki hak untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai daya
tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, pelindungan hukum dan
dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah, karena dirasa bidang pariwisata jika terus
dikembangkan akan sangat bermanfaat bagi daerah dengan menambah devisa dari suatu
daerah. Pengelolaan dari objek pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga
merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk melindungi wisatawan dari hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti halnya kabupaten Purworejo yang mengeluarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Purworejo No. 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Retribusi Daya
Tarik Wisata, dimana dalam Pasal 9 disebutkan bahwa dalam rangka memberikan
tinggi di lokasi yang ditetapkan sebagai Daya Tarik Wisata, pengelola Daya Tarik Wisata
terhadap wisatawan dalam objek wisata tersebut dalam penulisan ini yang berjudul
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan apa yang telah diuraikan diatas, ada beberapa pokok
permasalahan yang akan dibahas dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana bentuk perlindungan bagi pengunjung tempat rekreasi di kabupaten
strategi terhadap masalah yang muncul dalam penulisan, sekaligus agar penulisan
hukum yang sedang dibuat tidak menyimpang dari tujuan semula. Kemudian
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademis
Untuk mengetahui sejauhmana perlindungan hukum bagi pengunjung tempat
Ilmiah (Skripsi) Program Sarjana (S1) Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Penulisan
hukum ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terdapat keterkaitan
antara satu dengan lainnya. Adapun gambaran mengenai penulisan hukum ini akan
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab satu ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan judul
yang muncul, tujuan dilakukannya penelitian hukum, manfaat dari penelitian, serta
sistematika penulisan.
terdapat 2 (dua) sub bab, yaitu sub bab pertama berisi tinjauan umum hukum
perlindungan konsumen. Dan sub bab kedua berisi tinjauan umum kepariwisataan.
F. Bab III. Metode Penelitian
Dalam bab ini penulis akan menguraikan cara-cara penyusunan penulisan hukum
secara jelas dan sistematis, berdasarkan pada metode pendekatan yang digunakan,
spesifikasi penelitian, penentuan lokasi penelitian, teknik penentuan sampel (jika ada),
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diberikan kepada konsumen dalam memperoleh barang dan jasa dari kemungkinan
timbulnya kerugian dalam penggunaan barang dan/atau jasa. Dalam pasal 1 ayat(1)
UUPK dikatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen dan hak dan kewajiban produsen
serta cara pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban tersebut.
tindakan preventif, akan tetapi juga tindakan represif dalam semua bidang
perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Maka pengaturan perlindungan
pelaku usaha.
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.
4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha usaha yang
kenyamanan dan keamanan bagi masyrakat yang sebelumnya hak-hak nya kurang di
perhatikan oleh pelaku usaha. asas-asas yang telah diatur dalam UUPK adalah
1. Asas manfaat
Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak diatas pihak lain atau
produsen dan konsumen apa yang menjadi haknya. Dengan demikian diharapkan
2. Asas keadilan.
konsumen ini, konsumen dan produsen dapat berlaku adil dan melalui perolehan
konsumen, pelaku usaha, pemerintah, dalam arti materiil, asas ini menghendaki
Kepentingan ketiganya harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan
perlindungan atas kepentingannya yang lebih besar dari pihak lain sebagai
atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan
hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi
ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Karena itu undang-undang
mengedarkan produknya.
5. Asas Kepastian Hukum.
Dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maaupun konsumen mentaati
bahwa dibelakangnya pasti akan ada tujuan yang ingin dicapai,tujuan tersebut
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
keselamatan konsumen.
4 Janus Sidabolok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, ( PT Citra Aditya Bakti :
1. Pengertian Konsumen
1. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
2. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang atau jasa, baik untuk
3. Istilah konsumen yang ketiga ini sering dijumpai dalam KUHPer yaitu konsumen
perbedaan pada subjeknya dimana dalam UUPK adalah setiap orang dan dalam UU
Nomor 5 tahun 1999 menggunakan kata setiap pemakai. Disini UUPK ingin
mempersempit makna dari konsumen, berarti kalau menggunakan setiap orang maka
yang disebut konsumen adalah individu atau perorangan jadi badan hukum atau
tahun 1999, menggunakan kata setiap pemakai jadi kata orang tidak digunakan berarti
5
yang dinamakan konsumen adalah setiap orang atau individu dan juga badan usaha. 6
Dalam undang-undang tersebut makna dari konsumen itu sendiri di perluas ini
konsumen terakhir.7 Ini berarti yang diartikan konsumen adalah tidak selalu harus
memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang atau
jasa, ini berarti dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu
kontraktual. Seperti pihak ketiga penerima barang jasa pengiriman barang, disini pihak
ketiga tidak membayar ongkos apapun yang membayar adalah pihak pengirim tetapi
ketiga ada kerugian seperti barang rusak pada saat barang dikirim atau barang hilang
walaupun pihak ketiga tidak membayar apapun tetapi pihak ketiga termasuk
konsumen.
konsumen ini sependapat dengan pakar masalah konsumen belanda Hondius. Hondius
mengatakan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa
8
dalam hukum perlindungan konsumen adanya perbedaan pengertian konsumen antara
6 IbidHalaman 6
7 IbidHalaman 7
semua orang (perorangan atau badan usaha) yang mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
Jadi yang terpenting dalam transaksi konsumen berupa peralihan barang dan/atau jasa,
yaitu:9
1. konsumen adalah setiap orang yang mendapatka barang dan/atau jasa yang
2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk
diperdagangkan(tujuan komersial)
3. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan
Dalam pengertian hukum, pada umumnya yang disebut dengan hak adalah
seseorang atau individu atau sekelompok orang yang diharapkan agar dapat terpenuhi.
Media,hlm. 21.
Hak-hak dan kewajiban konsumen sebenarnya sudah diatur dalam UUPK yaitu
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 pasal 4 yang mengatur tentang hak konsumen
Aspek ini ditujukan pada perlindungan konsumen dari pemasaran barang dan atau
tanggung jawab dan peranan pemerintah dalam rangka menjamin keselamatan dan
keamanan konsumen sangat penting. Karena itu pula, pengaturan dan regulasi
konsumen.
akan membeli atau tidak membeli suatu barang dan atau jasa. Oleh karena itu,
tanpa ditunjang oleh hak untuk mendapatkan informasi yang jujur, tingkat
pendidikan yang patut, dan pengahsilan yang memadai,maka hak ini tidak akan
iklan, maka hak untuk memilih ini lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor
diluar konsumen.
barang yang akan dibelinya atau akan mengikat dirinya, haruslah diberikan
selengkap mungkin dan dengan penuh kejujuran. Informasi baik secara langsung
hak yang khusus mengatur tentang konsumen yaitu pasal 4 UU No 8 tahun 1999
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan, kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian, apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peratura perundang-undangan lainya.
Kewajiban konsumen yang telah diatur dalam pasal 5 undang-undang Nomor 8
patut.
Istilah produsen berasal dari bahasa Belanda yakni producent, dalam bahasa
Inggris, producer yang artinya adalah penghasil.11 Produsen sering diartikan sebagai
pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk
orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa sehingga sampai ke
pembuat/pabrik yang menghasilkan produk saja, tetapi juga mereka yang terkait
pasal 1 ayat 3 menggunakan kata pelaku usaha bukan produsen, ini menunjukan
bahwasannya UUPK ingin memberikan arti yang luas pada pelaku usaha tidak hanya
pelaku usaha yang berbadan hukum melainkan pemilik perusahaan yang kecil-kecil
yang belum berbadan hukum bisa dikategorikan sebagai pelaku usaha. Adapun bunyi
pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
terbentuk badan maupun bukan badan hukum yang dididrikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara republic Indonesia, baik sendiri
bidang ekonomi .
Pelaku usaha juga sering disama artikan dengan pengusaha yang menghasilkan
barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk didalamnya pembuat, grosir,
leveransir, dan pengecer professional, yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta
dalam penyediaan barang dan atau jasa hingga sampai ketangan konsumen. Sifat
produsen.
12 Janus Sidabalok, 2010, Hukum perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung Citra: Aditya
dari konsumen itu sendiri diatur dalam pasal 6 Undang-undang nomor 8 tahun 1999
kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
beritikad baik.
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti scara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
Pelaku usaha juga mempunyai kewajiban yang diatur dalam pasal 7 Undang-
2. Meberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa serta memberi penjelasaan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen seacara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barangg dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan
berasarkan ketentuan standart mutu barang dan atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau mencoba barang
dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat
yangdiperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau pengantiaan apabial barang dan atu jasa
1. Pengertian Asuransi
beri imbuhan per-an, maka muncul istilah hokum perasuransian, yang berarti segala
usaha yang bersangkutan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan asuransi ada 2 jenis,
yaitu :
keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat suatu evenement atau
2. Fungsi Asuransi
resiko, yakni suatu kerugian mengenai diri dan harta bendanya. Yang disebut resiko itu
adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa
diluar kesalahannya, yang menimpa benda yang menjadi miliknya. Jenis dari resiko
lain-lain. Resiko tersebut disebabkan oleh peristiwa yang tidak dapat dipastikan lebih
dulu tentang kapan akan terjadi. Untuk menghindari hal yang tidak di inginkan
tersebut, maka diusahakan agar resiko tersebut di alihkan kepada orang atau
perusahaan yang bersedia mengambil alih resiko yang demikian itu. Perusahaan yang
Halaman 6.
pertanggungan dalam hal ini menjadi penanggung sedangkan pemilik benda itu
disebut tertanggung.
kerugian tertanggung bila terjadi hal yang tidak di inginkan. Sebagai kontra
resiko kepada satu atau beberapa penanggung yang bersifat insurable. Disamping
1. Fungsi Primer
polis) yang akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana
yang dihimpun tersebut berupa premi atau biaya ber- asuransi yang dibayar
premi yang dilakukan oleh masing masing tertanggung adalah seimbang dan
14 http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-asuransi/
wajar dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung
(equitable premium).
2. Fungsi Sekunder
sebagai tabungan
3. Jenis-Jenis Asuransi
Sebagai salah satu lembaga keuangan non bank, asuransi dikenal sebagai
alternatif investasi yang cukup baik dan meminimalisir risiko atas kejadian tak
terduga. Definisi asuransi menurut web Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah
perjanjian antara penyedia jasa layanan asuransi sebagai penanggung dan masyarakat
yang memegang polis dan dikenal sebagai tertanggung yang yang diwajibkan untuk
Asuransi sendiri dikenal dalam berbagai jenis atau macam dan dikelompokkan
sesuai dengan fokus dan resiko. Fokus dan resiko inilah yang menentukan ukuran
keseragaman dalam resiko yang ditanggung sesuai jenis kebijakan. Hal ini akan
menetapkan tingkat premi yang ditawarkan sesuai dengan jenis asuransi masing-
masing. Pembagian menurut sarjana di Indonesia(antara lain: prof. Dr. Sri Rejeki
a. Asuransi kerugian(umum)
- Asuransi beasiswa
- Asuransi dwiguna
itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian
asuransi. Disamping itu karena pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar
dari perjanjian.
berikut:
a. Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
b. Suatu hubungan hukum antara pihak, atas dasar mana pihak yang satu (yang
berpiutang/kreditur) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain. Sedangkan pihak
Dari bahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perjanjian pada
15 Sri Redjeki Hartono. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Sinar Grafika.
Jakarta. Hlm. 82
16 Ibid, Hlm. 83
c. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak yang satu akan
memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin memberikan
d. Dalam setiap perjanjian, kreditur berhak atas prestasi dari debitur yang dengan
e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitur wajib dan bertanggung jawab melakukan
Kelima unsur termaksud di atas pada hakikatnya selalu terkandung pada setiap
jenis perjanjian termasuk perjanjian asuransi. Jadi pada perjanjian asuransi di samping
yang lain yang menunjukkan ciri-ciri dalam karakteristiknya. Ciri-ciri inilah yang
perjanjian lain.
Istilah pertanggungan ini umum dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum
perguruan tinggi hukum di Indonesia. Asuransi sendiri berasal dari kata serapan kata
assurantie (Belanda), assurance (Inggris) banyak dipakai, baik dalam kegiatan bisnis
maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah
perasuransian.
(dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak akan pasti, atau untuk
artinya suatu perjanjian dalam mana masing-masing pihak mempunyai kewajiban yang
tertanggung wajib membayar uang premi kepada penanggung. Risiko itu berwujud
beban kerugian atau benda terhadap pertanggungan bahaya yang akan muncul.
sadar mengambil alih risiko dari pihak lain. Penerimaan risiko disini diikuti dengan
janji bahwa tertanggung akan memberikan ganti rugi karena kerusakan atau risiko lain
KUHD adalah17:
pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang
prinsip indemniteit yang digasikan atau ditarik kepada dua ketentuan pokok, yaitu:
itu dengan pengertian bahwa sebagai akibat dari peristiwa itu ia menderita
kerugian.
2. Bahwa pertanggungan itu tidak boleh menjurus pada pemberian ganti rugi
yang lebih besar daripada kerugian yang diderita. (Pasal 253 KUHD)
kewajiban yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan itu terjadi. Jadi
Yogyakarta. Hlm78
d. Bahwa kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa tidak tertentu
atas mana diadakan pertanggungan. Harus terdapat hubungan sebab dan akibat
kepada penanggung dari tertanggung harus diikuti dengan suatu pembayaran sejumlah
1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari suku kata
pari berarti berkeliling atau bersama, dan suku kata wisata berarti perjalanan. Jadi
secara pengertiannya pariwisata berarti perjalanan keliling dari suatu tempat ke tempat
lain.
alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti : hasil budaya, peninggalan sejarah,
pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman. Perjalanan wisata adalah
perjalanan keliling yang memakan waktu lebih dari tiga hari, yang dilakukan sendiri
maupun di atur oleh Biro Perjalanan Umum dengan acara meninjau beberapa kota atau
tentang wisatawan, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk
2. Asas Pariwisata
a. Manfaat
b. Kekeluargaan
d. Keseimbangan
e. Kemandirian
f. Kelestarian
g. Partisipatif
h. Berkelanjutan
i. Demokratis
j. Kesetaraan dan
k. Kesatuan
3. Fungsi Pariwisata
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual
b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa;
kemakmuran rakyat.
Pasal 1, dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
1. Kegiatan perjalanan
3. Bersifat sementara
4. Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan
Tahun 2009 yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan terjemahan dari kata yang ada dalam bahasa Inggris, yaitu
research. Kata research berasal dari re (kembali) dan to search (mencari). Research berarti
mencari kembali. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian pada dasarnya
dapat dipahami sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah atau problematika
yang ada, sehingga dibutuhkan suatu penelitian. Pendapat Muhammad Idrus bahwa
sistematis, metodologis dan konsisten. Dalam kaitannya dengan ilmu hokum, penelitian
18 Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, (Sinar Graika: Jakarta), Halaman 1.
pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum
yang dianalisis dengan kaidah tertentu. Disamping itu juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terkait faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
tidak mungkin akan mampu untuk menemukan, menganalisis, serta merumuskan suatu
masalah atau problematika tertentu untuk dapat mengungkapkan suatu kebenaran, karena
dihadapi. Untuk mendapatkan teknik atau cara yang didasarkan pada akal dan logika
berdasarkan sistem berpikir yang ilmiah dalam mempelajari suatu permasalahan hukum,
A. METODE PENDEKATAN
yuridis empiris digunakan karena penelitian ini akan berusaha mencari dan menemukan
berhubungan dengan objek dan masalah yang diteliti. Untuk selanjutnya dilakukan
penelitian data primer melalui wawancara dengan mencari data di lapangan, dengan
20 Soerjono Soekanto dalam Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar
Purworejo.
B. SPESIFIKASI PENELITIAN
Spesifikasi penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian yang bersifat
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek pada
Untuk memeperoleh data yang akurat dan objektif, dalam maka dalam penelitian ini
dilakukan dua cara pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.21
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
Dalam penelitian data yang diperoleh langsung dari lapangan pengumpulan data
21Soerjono Soekanto dan Siti Mamudji, 1983, Penelitian Normatife, ( Rajawali Press : Jakarta),
Halaman 35
22Amiruddin & Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (PT RajaGrafindo
2. Data Sekunder
literatur karangan para ahli hukum dan peraturan per undang-undangan yang
berhubungan dengan objek dan permasalahan yang diteliti. Adapun data sekunder
Konsumen.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
analisis normative kualitatif. Yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara
masalah yang akan dibahas. Metode kualitatif digunakan karena data yang diperoleh
adalah data deskriptif yaitu apa yang telah diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang
utuh.dengan menganalisi data yang telah terkumpul tersebut kemudian diuraikan dan
dihubungkan Antara data yang satu dengan data yang lainnya secara sistematis untuk
selanjutnya data tersebut disususn dan disajikan dalam bentuk penulisan hukum, dalam