Вы находитесь на странице: 1из 19

PENYAKIT

Penyebab pertussis adalah bakteri Bordetella pertussis. Dulu disebut Haemophilus


pertussis dan merupakan genus dari Kokkobasilus gram-negatif dari famili Brucellaceae. Daya
tahan tubuh yang lemah dan tidak pernah diberi imunisasi terhadap pertussis menimbulkan
penularan setelah kontak dengan penderita mudah terjadi.

Bordetella pertussis

Patofisiologi
Bakteri Bordetella pertussis menghasilkan toksin hemaglutinin yang berbentuk filamen,
dan kemudian merubah protein-G melalui reaksi ADP-ribosilat yang memiliki fungsi penting
dalam kolonisasi dini.

Gejala/Tanda Penyakit
Gejala yang timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi diawali dengan infeksi
bakteri pada lapisan tenggorokan, trakea dan saluran udara sehingga pembentukan lendir yang
awalnya encer dan kemudian kental dan lengket semakin banyak. Walau tergolong batuk hebat,
namun saat serangannya terjadi, penderita tetap dapat terlihat sehat.
Infeksi yang berlangsung selama 6 minggu ini dapat dibagi dalam 3 tahap/stadium :
1. Tahap kataral (terjadi bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi)
Gejalanya menyerupai flu ringan dan sulit dibedakan dengan batuk pilek biasa:
Bersin-bersin, pilek ringan
Demam ringan
Mata berair
Nafsu makan berkurang
Lesu
Batuk ringan (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari)
2. Tahap paroksismal (timbul dalam waktu 10-14 hari setelah timbulnya gejala awal)
Gejalanya meningkat seperti:
5-15 kali batuk yang lebih sering diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada
tinggi. Setelah beberapa kali bernafas normal, batuk kembali terjadi diakhiri dengan
menghirup nafas bernada tinggi.
Batuk yang merupakan mekanisme untuk mengeluarkan dahak bisa disertai pengeluaran
sejumlah besar lendir atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya.
Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah. Hal ini disebabkan
rasa mual yg diderita, dan pada anak kecil dimana reflek fisiologis yg belum terbentuk
secara sempurna maka akan menimbulkan muntah.
Serangan batuk yang panjang, melengking, dan terus-menerus yang membuat penderita
sulit bernafas bisa diakhiri dengan penurunan kesadaran yang bersifat sementara.
Penderita berkeringat.
Pembuluh darah kapiler di muka-leher melebar dan dapat pecah dan mengakibatkan
terjadi titik-titik perdarahan di konjungtiva mata.
Kuku dan bibir penderita menjadi kebiruan (sianosis) karena darah kekurangan oksigen.
3. Tahap konvalesen (terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal)
Batuk semakin berkurang
Muntah juga semakin berkurang, sehingga penderita tampak merasa lebih baik
Nafsu makan secara berangsur-angsur mulai bertambahPenderita sudah tidak dapat
menularkan infeksi dan biasanya sudah tidak membutuhkan antibiotik.
Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.

Penegakan Diagnosis
Meskipun pada tahap awal, sulit untuk dibedakan dengan batuk pilek biasa, namun dapat
dilakukan penegakan diagnosis dari beberapa hal berikut:
Riwayat kontak dengan penderita pertussis
Batuk yang khas disertai suara melengking
Limfositosis
Sedangkan dari penegakan diagnosisnya sendiri dapat ditegakkan berdasarkan gejala dari
hasil pemeriksaan berikut:
Pembiakan lendir hidung dan mulut
Pembiakan apus tenggorokan
Pemeriksaan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai
dengan sejumlah besar limfosit)
Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis
ELISA

Pengobatan/Penatalaksanaan Penyakit
Isolasi (penempatan pada kamar yang tenang dan tidak terlalu terang) untuk mencegah
penularan dan gangguan timbulnya rangsangan akan serangan batuk.
Pada bayi yang menderita pertussis dan berusia di bawah 6 bulan harus dirawat di rumah
sakit, karena gejala yang diderita dapat menimbulkan kematian.
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Dan sebaiknya berikan dalam porsi kecil tapi
sering.
Beri makanan segera setelah muntah (karena pada saat itu, lendir kental telah keluar dari
lambungnya) untuk menggantikan cairan yang hilang.
Berikan cairan melalui infus apabila tidak dapat makan karena batuk.
Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi.
Kompres hangat bila panas badan meningkat.
Lakukan penghisapan lendir dari tenggorokan secara teratur.
Berikan oksigen langsung ke paru-paru bila terjadi sianosis melalui selang yang
dimasukkan pada trakea.
Berikan antibiotic eritromycin, untuk membasmi bakteri.
Antibiotik juga harus diberikan pada orang yang melakukan kontak dengan penderita
atau tinggal di dalam rumah yang sama saat penderita berada dalam masa penularan.
berikan obat batuk untuk menenangkan penderita.

Pengobatan/Penatalaksanaan Penyakit
Isolasi (penempatan pada kamar yang tenang dan tidak terlalu terang) untuk mencegah
penularan dan gangguan timbulnya rangsangan akan serangan batuk.
Pada bayi yang menderita pertussis dan berusia di bawah 6 bulan harus dirawat di rumah
sakit, karena gejala yang diderita dapat menimbulkan kematian.
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Dan sebaiknya berikan dalam porsi kecil tapi
sering.
Beri makanan segera setelah muntah (karena pada saat itu, lendir kental telah keluar dari
lambungnya) untuk menggantikan cairan yang hilang.
Berikan cairan melalui infus apabila tidak dapat makan karena batuk.
Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi.
Kompres hangat bila panas badan meningkat.
Lakukan penghisapan lendir dari tenggorokan secara teratur.
Berikan oksigen langsung ke paru-paru bila terjadi sianosis melalui selang yang
dimasukkan pada trakea.
Berikan antibiotic eritromycin, untuk membasmi bakteri.
Antibiotik juga harus diberikan pada orang yang melakukan kontak dengan penderita
atau tinggal di dalam rumah yang sama saat penderita berada dalam masa penularan.
Berikan obat batuk untuk menenangkan penderita.

Prognosis
Sebagian besar pemulihan total dialami oleh poenderita meskipun berlangsung lambat.
Bila penderita tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Dari anak
yang berusia di bawah 1 tahun, sekitar 1-2% meninggal. Kematian terjadi terutama disebabkan
oleh bronkopnemonia dan ensefalopati anoksia (berkurangnya oksigen ke otak).

Pencegahan
Hindari kontak dengan penderita
Vaksinasi pertusis (biasanya dalam bentuk tripel vaksin DPT, Difteri-Pertusis-Tetanus).
Imunisasi dapat dilakukan pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan, dan 4-6 tahun.

Komplikasi
Bronkopnemonia (radang pada dinding bronkus kecil dan daerah percabangannya) yang
terjadi karena tersumbatnya cabang bronkus oleh lendir kental, sehingga terjadi infeksi
yang dapat menimbulkan kerusakan tetap pada paru. Bronkopnemonia merupakan kasus
komplikasi terbesar (23,5%).
Malnutrisi yang merupakan komplikasi paling berbahaya. Malnutrisi dan pertussis sangat
berhubungan erat. Malnutrisi dapat mempermudah terjadinya pertussis, sedangkan
pertussis sendiri dapat menyebabkan penderita mengalami malnutrisi, karena asupan
makanan yang menurun akibat dari muntah, serta penderita yang malas makan yang
disebabkan oleh batuk yang berkepanjangan dan sesak nafas.
Kejang
Hernia
Gagal jantung
Infeksi bakterial yang mengikuti
Hipertensi pada paru
Encephalophaty

Farmakoterapi
Penurun demam (antipiretik): Parasetamol atau Ibuprofen
Pengencer dahak (mukolitik)
Antibiotika
Kloramfenikol diberikan pada masa efektif, yaitu minggu pertama sakit. Setelah masa
efektif, hanya untuk menghentikan penularan.
Komplikasi pnemonia: golongan penisilin atau kloramfenikol
Glikosida (apabila gagal jantung) : Digoksin

BORDETELLA (Bahasa Melayu)


Tiga spesies dalam genus Bordetella. Patogen utama ialah B. pertussis yang
menyebabkan batuk ayam atau batuk kokol atau pertussis. Pertama dipencilkan oleh Bordet
dan Gengou. Kokobasilus Gram positif tak motil, aerob obligat. Apabila baru dipencilkan
organisma ini mempunyai kapsul dan pili dan adalah virulen (fasa 1). Setelah disubkulturkan
bebarapa kali ia bertukar menghasilkan koloni kasar (S ke R) (fasa 4). Kapsul dan pili tidak hadir
dan kevirulenan hilang pada fasa 2 dan 3, yang dipanggil fasa perantaraan. Selain kapsul dan pili
organisma fasa 1 juga menghasilkan eksotoksin yang dermonekrotik untuk arnab dan letal untuk
mencit.

Parasit obligat pada manusia dan haiwan; berganda pada silia sel-sel epitelium. Manusia
merupakan satu-satunya hos untuk B. pertussis dan B. parapertussis. Infeksi pertussis adalah
meluas di seluruh dunia dan mudah berjangkit, boleh menyebabkan maut terutama pada kanak-
kanak.

Faktor-faktor kevirulenan:

1. Toksin pertussis: histamine sensitizing factor (HSF), lymphocytosis promoting factor,


Islet activating protein (IAP)

73 - 77 kDa, stabil haba; toksin jenis A-B, heksamer (S1 - S5) di mana S1 ialah subunit
A, S2 S4 dan S3 S4 membentuk dimer yang dihubungkan oleh S5.
Toksin ini bergabung pada sel dan bahagian aktif masuk ke dalam sel dan
bertindak sebagai enzim adenosine diphosphate (ADP)-ribosil transferase. Substratnya
ialah Gi, suatu protein yang terlibat dalam kawalan adenilat siklase. Oleh itu kesannya
ialah peningkatan aras cAMP. Toksin ini juga menghalang perpindahan limfosit dari
saluran-saluran darah kecil.

Pengaktifan adenilat siklase oleh toksin pertusis. Subunit A toksin pertusis


memindahkan kumpulan ADP ribosil dari NAD kepada protein kawalan Gi yang terikat
pada membran. Pergabungan ini menyahaktifkan protein Gi yang tidak lagi menjalankan
fungsinya merencat adenilat siklase. Pertukaran ATP kepada cAMP tidak disekat dan aras
cAMP akan meningkat.
2. Adenilat siklase luarsel: teraktif dalam sel hos, meningkatkan aras cAMP.

Kedua-dua faktor 1 dan 2 meningkatkan cAMP, merencat kemotaksis PMN dan


menghalang penghasilan hidrogen peroksida.

3. Hemaglutinin (HA): 2 jenis


a) F-HA (filamentous-HA) - 130 kDa

b) b) PT-HA (pertussis toxin-HA)

Membantu perlekatan Bordetella kepada silia

4. Toksin tak stabil haba (heat labile toxin): - dermonekrotik dan menyebabkan maut
(lethal) jika disuntik ke dalam mencit; eksotoksin ini tidak stabil haba dan tergabung
kepada dinding sel dan dibebaskan apabila sel terlisis.

Epidemiologi:

Mudah disebarkan; manusia merupakan satu-satu punca B. pertussis.

Patogenesis:

Organisma ini masuk melalui saluran pernafasan atas. Organisma ini mempunyai ciri-ciri
viscerotropic dan melekat kepada sel-sel epitelium bersilia yang terdapat pada bronkus. Batuk
ayam adalah satu infeksi permukaan dan organisma ini jarang-jarang menembusi mukosa tetapi
nekrosis dan keradangan pada bahagian subepitelium merupakan ciri infeksi ini.

Organisma mengkoloni saluran pernafasan secara khusus melalui F-HA dan PT. Ciri-ciri
awal penyakit ini ialah rhinitis, batuk, bersin disebabkan pergandaan organisma dalam saluran
pernafasan. Kemudian pergerakan silia akan berkurangan dan pembersihan bakteria dan
rembesan menjadi perlahan. Mukus dan rembesan akan terkumpul dan ini memudahkan
pergandaan organisma. Toksin-toksin akan dibebaskan menyebabkan nekrosis dan penghakisan
(sloughing) sel-sel bersilia. Infeksi adalah terhad tetapi kesan-kesan sistemik wujud mungkin
disebabkan oleh PT yang tersebar malalui saluran darah.

Ciri-ciri klinik: paroxysmal cough and associated whoop. Tanda-tanda terbit selepas lebih
kurang 10 hari pendedahan. Waktu eraman boleh berbeza antara 5 - 21 hari.

Tiga peringkat penyakit:

catarrhal (prodromal): berlaku selama 1 - 2 minggu dengan tanda-tanda infeksi saluran


pernafasan yang tidak teruk (keradangan pada membran mukus, bersin, batuk, mata
berair).
paroxysmal: 1 - 6 minggu; batuk paroxysmal kadangkala berakhir dengan muntah.
(Paroxysm = sudden, violent, outburst; a characteristic paroxysm is one in which 5 - 20
forcible hacking coughs are produced in 15 - 20 sec, often terminating with production of
mucus or associated vomitting. There is no time for breathing between coughs and the
paroxysms may be sufficiently prolonged to produce anoxia. The final inspiratory breath
takes place through the narrowed glottis and produces the characteristic whoop).

Kanak-kanak yang mengalami pertusis

peringkat sembuh (convalescent): batuk mungkin berterusan beberapa bulan.


Diagnosis:

Bergantung kepada batuk; pemencilan organisma dan pengenalpastian dengan antibodi


berpendarfluor

Rawatan:

Kes-kes teruk memerlukan antibiotik (erythromycin, tetracycline atau chloramphenicol)

Pencegahan:

Pengimunan (DPT); pemencilan pesakit dari kanak-kanak; kemoprofilaksis erythromycin


untuk mereka yang berdamping dengan pesakit.

Buku Mikro UI (Bahan Muna)

BORDETELLA
Penyakit pertusis atau batuk rejan ( whooping cough) merupakan penyakit akut saluran
pernapasan yang ditandai batuk paroksismal ( Paroksysmal coughing).
Spesies Bordetella:
Bordetella pertussis
Bordetella parapertussis
Bordetella bronchiseptica

Morfologi
Ketiga anggota genus Bordetella yaitu B. pertussis, B. parapertussis dan B.
bronchiseptica berbentuk coccobacillus kecil- kecil, terdapat sendiri- sendiri, berpasangan, atau
membentuk kelompok- kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk kuman biasanya uniform,
tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik. Bentuk- bentuk filamen dan batang- batang
tebal umum dijumpai. Satu- satunya anggota Bordetella yang dapat bergerak adalah B.
bronchiseptica. Simpai dibentuk, tetapi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus, dan tidak
dengan penggembungan simpai. Kuman- kuman ini hidup aerob , tidak membentuk H2S, indol
serta asetilmetilkarbinol.

Produksi/ Metabolit Kuman


Pada B. pertussis ditemukan 2 macam toksin yaitu :
Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman.
Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di dalam
protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel tersebut, atau
dengan jalan ekstraksi memakai NaCl.

Diagnosis
Diagnosis yang pasti tergantung pada diasingkannya B. pertussis atau B. parapertussis /
B. bronchiseptica ( lebih jarang) dari penderita. Hasil isolasi tertinggi diperoleh pada stadium
kataral, dan kuman pertusis biasanya tidak dapat ditemukan lagi setelah 4 minggu pertama sakit.
Bahan pemeriksaan berupa usapan nasofaring penderita atau dengan menampung batuk secara
langsung pada perbenihan.
Selain reaksi- reaksi biokimiawi, identifikasi B. pertussis secara serologic akan
memastikan isolasi tersebut. Pewarnaan antibody fluoresensi (AF) telah dipakai untuk
mengidentifikasi B. pertussis pada preparat langsung hapusan nasofaring, dan untuk
mengidentifikasi kuman- kuman yang tumbuh pada perbenihan Bordet-Gengou. Cara AF ini
tidak dapat menggantikan isolasi kuman namun dapat mengidentifikasi kuman secara lebih
cepat.

Pengobatan
Pada saat ini eritromisin merupakan obat pilihan. Pemberian antibiotika ini akan
menyingkirkan kuman- kuman tersebut dari nasofaring dan karenanya dapat mempersingkat
masa penularan / penyebaran kuman. Selain eritromisin, tetrasiklin, kloramfenikol dan ampisilin
juga bermanfaat.
Pencegahan
Cara pencegahan terbaik terhadap pertusis adalah dengan imunisasi dan mencegah kontak
langsung dengan penderita. Proteksi bayi terhadap pertusis dengan vaksinasi aktif adalah penting
karena komplikasi- komplikasi berat serta morbiditas tertinggi terdapat pada usia ini. Antibodi
yang masuk melalui plasenta tidak cukup memberikan proteksi. Vaksin yanag dipergunakan
biasanya merupakan kombinasi toksoid difteri dan tetanus dengan vaksin pertusis ( vaksin
DPT ).

Tambahan dari buku Jawetz

B. pertussis
Morfologi:
Ciri khas : Bakteri pendek, gram negative, kokobasil menyerupai H. influenzae. Dengan
pewrnaan toluidin biru, dapat dilihat granula bipolar metakromatik. Terdapat simpai.

Gambaran Klinik:
Setelah masa inkubasi selama kira- kira 2 minggu, timbul stadium kataral dengan batuk
ringan dan bersin. Selam stadium ini, banyak organisme disemprotkan dalam droplet, dan
penderita sangat menular tetapi tidak terlalu tampak sakit. Selama stadium paroksismal batuk
bersifat eksplosif dan ditandai dengan whooping pada saat inspirasi. Ini mengakibatkan penderita
cepat lelah dan dapat menyebabkan muntah, sianosis dan kejang- kejang. Whoop dan komplikasi
berat terutama terjadi pada bayi; batuk paroksismal terjadi pada anak yang lebih besar atau orang
dewasa. Hitung sel darah putih tinggi ( 16.000-30.000/L), dengan limfositosis absolute.

Tes Diagnostik
A. Bahan : Lebih disukai bahan dari bilasan hidung dengan salin. Digunakan usapan
nasofaring, atau droplet batuk yang dikeluarkan ke lempeng batuk yang dipegang di
depan mulut penderita waktu stadium paroksismal.
B. Tes antibody Fluoresensi ( FA) Langsung : Reagen FA dapat digunakan untuk memeriksa
bahan dari usapan nasofaring. Tetapi dapat ditemukan positif palsu maupun negative
palsu. Tes FA paling bermanfaat untuk mengidentifikasi B. pertussis setelah dibiakkan
pada perbenihan padat.
C. Biakan : Cairan bilasan hidung dengan salin dibiak pada perbenihan agar padat . Lendir
atau droplet yang terkumpul dibiak pada perbenihan agar padat. Antibiotika dalam
perbenihan cenderung menghambat flora pernapasan lain, tetapi memungkinkan
pertumbuhan B. pertussis. Organisme diidentifikasi dengan pewarnaan imunofluoresensi
atau dengan aglutinasi sediaan mikroskopik dengan antiserum spesifik.
D. Serologi : Tes serologic pada penderita tidak banyak membantu diagnosis, karena
kenaikan antibody aglutinasi atau presipitasi tidak terjadi sebelum minggu ketiga masa
sakit.

Pengobatan
B. pertussis peka terhadap beberapa obat antimikroba in vitro. Pemberian eritromisin
selama stadium kataral mempermudah pembasmian organisme dan dapat bermanfaat untuk
pencegahan. Pengobatan yang diberikan setelah stadium paroksismal, jarang mengubah gejala
klinik. Inhalasi oksigen dan sedasi dapat mencegah kerusakan anoksik pada otak.

Pencegahan
Selama tahun pertama kehidupan, setiap bayi harus menerima tiga suntikan vaksin
pertusis. Suspensi bakteri yang tidak murni ini, dalam konsentrasi yang tepat, biasanya diberikan
dalam kombinasi dengan toksoid difteria dan tetanus (DPT). Komponen B. pertussis merupakan
imunogen yang efektif tetapi dapat menyebabkan reaksi neurologik yang mirip dengan
ensefalitis yang terjadi pada pertusis. Bila keadaan ini terjadi, DPT tidak boleh diberikan lagi
diganti dengan DT.
Pemberian eritromisin profilaktik selama 5 hari juga dapat bermanfaat bagi bayi yang
belum divaksin atau orang dewasa yang berkontak erat dengan penyakit ini.

B. bronchiseptica
B. bronchiseptica adalah basil gram negative kecil yang tinggal pada saluran napas
anjing, menyebabkan batuk anjing (kennel cough) dan pneumonitis. Bakteri ini dapat tumbuh
pada perbenihan agar darah.

B. parapertussis
Organisme ini dapat menyebabkan penyakit yang mirip dengan batuk rejan. Sering terjadi
infeksi subklinis. Bakteri ini tumbuh lebih cepat daripada B. pertussis yang khas dan
menghasilkan koloni yang lebih besar. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada agar darah.

BORDETELLA
Oleh : Shafhan Dustur

A. Spesies
Terdapat tiga spesies Bordetella yaitu:
1. Bordetella pertussis
2. Bordetella parapertussis
3. Bordetella bronchiseptica
Spesies yang penting menyebabkan penyakit pada manusia adalah Bordetella pertussis,
sedangkan 2 spesies lainnya jarang menimbulkan penyakit pada manusia. Untuk selanjutnya
hanya dibicarakan spesies B pertussis.

B. Morfologi
Bakteri pendek
Gram negatif
Coccobacil menyerupai H.influenzae
Memiliki simpai
Dengan pewarnaan toluidin biru dapat dilihat granula bipolar metakromatik

C. Sifat-sifat Biokimia
Bakteri ini merupakan bakteri aerob murni dan membentuk asam tetapi tidak membentuk
gas dari glukosa dan laktosa. Pada dinding selnya terdapat lipopolisakarida yang mungkin
penting sebagai penyebab kerusakan sel-sel epitel saluran pernapasan bagian atas.

D. Produksi / Metabolit Kuman


B pertussis menghasilkan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis penyakit. Pili
memegang peranan penting dalam pelekatan bakteri pada sel-sel yang berepitel bersilia di
saluran pernapasan bagian atas.
Bakteri ini memiliki zat yang memudahkan pelekatan terhadap sel-sel yang berepitel silia
yaitu hemaglutinin filamentosa dan toksin pertussis. Kedua zat tersebut dapat mensekresi protein
dan ditemukan di luar sel B pertusis. Toksin pertussis dapat menimbulkan limfositosis dan
memiliki aktivitas ADP yang beribolasi dengan struktur dan mekanisme kerja yang mirip dengan
toksin kolera.
Selain kedua zat itu, bakteri ini juga menghasilkan beberapa zat lain di antaranya toksin
adenilil siklase, toksin dermonekrotik, dan hemolisin yang semuanya diatur oleh suatu lokus
genetic bvg (Bordetella Virus Gene). Namun ada beberapa hasil metabolitnya yang tidak diatur
oleh bvg, salah satunya sitotoksin trakea. Zat ini berperan dalam menghambat sintesis DNA pada
sel-sel bersilia.

E. Penyakit
Bordetella yang merupakan kuman patogen pada manusia adalah B pertussis, sementara 2
spesies lainnya yaitu B parapertussis dan B bronchiseptica sangat jarang menyebabkan penyakit.
Bordetella pertusis menyebabkan suatu penyakit yang biasanya disebut Pertusis atau Batuk
Rejan atau Whooping Cough merupakan infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang
ditularkan melalui droplet serta menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara
pernafasan dalam bernada tinggi (melengking).
B parapertussis dapat menyebabkan penyakit yang mirip dengan batuk rejan. Bakteri ini
tumbuh lebih cepat daripada B pertussis yang khas dan menghasilkan koloni yang lebih besar.
Bordetella bronchiseptica sebagai agen penyebab penyakit pernafasan pada berbagai
spesies, dapat menyebabkan progressive atau non progressive atrophic rhinitis pada babi,
tracheobronchitis pada anjing, dan penyakit pernafasan pada kucing.
Selain itu juga patogen pada berbagai spesies hewan laboratorium. Infeksi kuman tersebut pada
babi di Indonesia pertama kali dilaporkan di suatu peternakan di Tangerang. Telah diisolasi dan
diidentifikasi Bordetella bronchiseptica hasil isolasi dari anak-anak babi umur dibawah satu
bulan yang menderita gangguan pernafasan pada peternakan babi di Karanganyar dan Sragen,
Jawa Tengah. Isolat-isolat tersebut sudah dikoleksi di BCC sebagai plasma nutfah dan siap untuk
dimanfaatkan Selama ini usaha pemerintah untuk mencegah infeksi Bordetella bronchiseptica
pada babi, anjing dan kucing telah dilakukan dengan mengimport vaksin dari luar negeri.
Deteksi antibodi terhadap infeksi Bordetella bronchiseptica pada babi, anjing dan kucing
sebagai diagnosa serologis perlu.
Batuk rejan juga sering disebut dengan batuk gonggong karena suara batuknya diiringi
suara gonggong atau suara melengking. Selain itu, sering disebut juga dengan nama batuk 100
hari, karena batuknya dapat berlangsung cukup lama yaitu sekitar 6 minggu atau lebih.
Pertusis bisa terjadi pada usia berapapun, tetapi 50% kasus ditemukan pada anak berumur
dibawah 4 tahun. Serangan pertusis yang pertama tidak selalu memberikan kekebalan penuh.
Jika terjadi serangan pertusis kedua, biasanya bersifat ringan dan tidak selalu dikenali sebagai
pertusis.
Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Bakteri menginfeksi lapisan
tenggorokan, trakea dan saluran udara sehingga pembentukan lendir semakin banyak. Pada
awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket. Infeksi berlangsung selama 6
minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
1. Tahap kataral ( mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi )
Gejalanya menyerupai flu ringan:
Bersin-bersin
Mata berair
Nafsu makan berkurang
Lesu
Batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari).
2. Tahap paroksismal ( mulai timbul dalam waktu 10 - 14 hari setelah timbulnya gejala awal
)
5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada tinggi. Setelah
beberapa kali bernafas normal, batuk kembali terjadi diakhiri dengan menghirup nafas
bernada tinggi. Batuk bisa disertai pengeluaran sejumlah besar lendir yang biasanya
ditelan oleh bayi/anak-anak atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya). Batuk
atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah. Serangan batuk bisa
diakhiri oleh penurunan kesadaran yang bersifat sementara. Pada bayi, apneu (henti
nafas) dan tersedak lebih sering terjadi dibandingkan dengan tarikan nafas yang bernada
tinggi.
3. Tahap konvalesen (mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal)
Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak merasa lebih
baik. Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran
pernafasan.

F. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
Pembiakan lendir hidung dan mulut (swab nasofaring)
Pembiakan apus tenggorokan atau droplet batuk, kuman diidentifikasi dengan pewarnaan
imunofluoresensi atau dengan aglutinasi sediaan mikroskopi dengan antiserum spesifik.
Tes Antibodi Fluoresensi (TFA) Langsung, sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi B
pertussis setelah dibiakkan pada pembenihan padat.
Pemeriksaan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai
dengan sejumlah besar limfosit)
Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis
ELISA.

G. Terapi
Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan di
dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang serangan
batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan.
Tempatkan penderita dalam ruang terpisah dengan anak - anak lainnya kira- kira 6
minggu untuk menghindari penularan.
Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang
dimasukkan ke trakea.
Untuk membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik eritromycin selama 5 hari. Ini
sangat bermanfat bagi bayi yang belum divaksinasi.
Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak
dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus.
Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi
sering.
Hindari makanan yang banyak mengandung gula pasir, pemanis buatan, gorengan dan
makanan/minuman dingin.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan batuk rejan
diantaranya berkhasiat sebagai anti-infeksi, antibakteri, antibiotik, antibatuk (antitussive),
peluruh dahak (ekspektorant). Beberapa tumbuhan obat tersebut antara lain :
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Khasiat : antiradang, antibiotik,
menurunkan panas, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak,
antitoksik, menstimulasi system immune.
Pegagan (Centella asiatica Urban) Khasiat : anti-infeksi, antitoksik, penurun panas.
Lidah Buaya (Aloe vera L.) Khasiat : antiradang, meredakan sakit (analgetik),
parasitiside, pencahar.
Bawang Putih (Allium sativum L.) Khasiat : antibiotik, peluruh dahak, antiseptik,
menstimulasi sistem immun, membunuh parasit (parasitiside).
Kencur (Kaempferia galanga L.) Khasiat : antibatuk, peluruh dahak , antibakteri,
menghilangkan sakit
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Khasiat : antiseptik, antiradang,
Kulit Jeruk Mandarin (Citrus nobilis Lour.) Khasiat : meredakan batuk, antiasma,
peluruh dahak, dan antiradang.

H. Cara Pencegahan
Vaksin pertusis merupakan bagian dari imunisasi pada masa kanak-kanak (biasanya
dalam bentuk vaksin DPT). Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun
ke atas karena dapat menyebabkan demam yang parah.

I. Prognosis
Sebagian besar penderita mengalami pemulihan total, meskipun berlangsung lambat.
Sekitar 1-2% anak yang berusia dibawah 1 tahun meninggal. Penyakit ini sangat menular
[melalui kontak langsung] pada populasi yang tidak diimunisasi, bahkan dikatakan penularannya
mencapai 100%. Risiko tertinggi menyerang pada bayi usia enam bulan ke bawah. Kematian
terjadi karena berkurangnya oksigen ke otak (ensefalopati anoksia) dan bronkopneumonia.

Senarai Rujukan
Maharani, Tanaya Vidia. 2007. Pertussis. Blog Archive.
Gilang. 2001. Empat Penyakit Maut Musuh Balita. www.pdpersi.co.id
Anonymous. 2008. Pengembangan ELISA untuk deteksi antibodi B. Bronchiseptica. Balai Besar
Penelitian Veterine
Hembing. 2008. Mengantisipasi Batuk Rejan (Pertussis) dengan Tumbuhan Obat. Cyberindo
Aditama.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Вам также может понравиться

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ6 страниц
    Daftar Pustaka
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Makalah Mikro
    Makalah Mikro
    Документ16 страниц
    Makalah Mikro
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Contoh Soal Elpt
    Contoh Soal Elpt
    Документ3 страницы
    Contoh Soal Elpt
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Respon Inflamasi Akhir
    Respon Inflamasi Akhir
    Документ13 страниц
    Respon Inflamasi Akhir
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Makalah Mikro
    Makalah Mikro
    Документ16 страниц
    Makalah Mikro
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Emergency Pediatric
    Emergency Pediatric
    Документ96 страниц
    Emergency Pediatric
    dnazary
    100% (2)
  • Mikrobiologi-Sitokin Slide Show
    Mikrobiologi-Sitokin Slide Show
    Документ38 страниц
    Mikrobiologi-Sitokin Slide Show
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Presentasi Antibodi
    Presentasi Antibodi
    Документ28 страниц
    Presentasi Antibodi
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Soal Ukdi - Saraf
    Soal Ukdi - Saraf
    Документ4 страницы
    Soal Ukdi - Saraf
    suharyadi sasmanto
    67% (3)
  • Antigen
    Antigen
    Документ21 страница
    Antigen
    dnazary
    Оценок пока нет
  • CEDEKA KEPALA
    CEDEKA KEPALA
    Документ16 страниц
    CEDEKA KEPALA
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Sistem Pencernaan
    Sistem Pencernaan
    Документ44 страницы
    Sistem Pencernaan
    huohuo3072
    100% (1)
  • Surat Keterangan Sehat UKDI - STR
    Surat Keterangan Sehat UKDI - STR
    Документ4 страницы
    Surat Keterangan Sehat UKDI - STR
    cyelz
    Оценок пока нет
  • Soal To Ujian Kompetensi n1
    Soal To Ujian Kompetensi n1
    Документ21 страница
    Soal To Ujian Kompetensi n1
    cyelz
    Оценок пока нет
  • REPROMAN
    REPROMAN
    Документ36 страниц
    REPROMAN
    dr.Angga Fajri
    Оценок пока нет
  • Dispepsia
    Dispepsia
    Документ1 страница
    Dispepsia
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Sistem Reproduksi Wanita
    Sistem Reproduksi Wanita
    Документ10 страниц
    Sistem Reproduksi Wanita
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Soal Tryout Untar 4 Juli 09
    Soal Tryout Untar 4 Juli 09
    Документ8 страниц
    Soal Tryout Untar 4 Juli 09
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Soal Ukdi
    Soal Ukdi
    Документ64 страницы
    Soal Ukdi
    Ajeng Aprilia Dewanti
    100% (2)
  • Sistem Koordinasi Dan Indra Pada Manusia
    Sistem Koordinasi Dan Indra Pada Manusia
    Документ52 страницы
    Sistem Koordinasi Dan Indra Pada Manusia
    Wahyudo Imami Muhammad
    Оценок пока нет
  • Sistem Kemih
    Sistem Kemih
    Документ22 страницы
    Sistem Kemih
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Proses Pengurusan STR
    Proses Pengurusan STR
    Документ1 страница
    Proses Pengurusan STR
    Arifa Rakhmana Abdullah
    Оценок пока нет
  • Psikiatri Citra
    Psikiatri Citra
    Документ32 страницы
    Psikiatri Citra
    Sadri Alfarisy
    Оценок пока нет
  • Racun Bakteri Patogen
    Racun Bakteri Patogen
    Документ7 страниц
    Racun Bakteri Patogen
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Pengantar Metabolisme
    Pengantar Metabolisme
    Документ19 страниц
    Pengantar Metabolisme
    dnazary
    Оценок пока нет
  • Metabolisme
    Metabolisme
    Документ42 страницы
    Metabolisme
    Inspirasi Langit
    Оценок пока нет
  • Proposal Usaha Komputer
    Proposal Usaha Komputer
    Документ6 страниц
    Proposal Usaha Komputer
    Arief Kurniawan
    Оценок пока нет
  • Kuliah Clerkship 3
    Kuliah Clerkship 3
    Документ9 страниц
    Kuliah Clerkship 3
    dnazary
    Оценок пока нет