Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
14.0102.0097/AKUNTANSI 14B
1. Pengertian Asuransi
Asuransi merupakan salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang
mengalami musibah, yang dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi.
2. Pengertian Asuransi Islam
Asuransi dalam bahasa Arab disebut Attamin yang berasal dari kata amanah yang
berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut.
Istilah mentaminkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau
orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang
hilang. Sedangkan pihak yang menjadi penanggung asuransi disebut muamin dan pihak
yang menjadi tertanggung disebut muamman lahu atau mustamin.
3. Landasan Filosofis Asuransi Syariah
a. Dasar Hukum:
1) Al-Quran: Surat Al-Baqarah, ayat 188; Surat Al-Hasyr, ayat 18; Surat An Nissa
ayat 9; Surat Yusuf, ayat 43-49,
2) Ijtihad: Fatwa Sahabat; Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman
(ganti-rugi) pernah dilakukan oleh Khalifah kedua, Umar bin Khattab.
3) Ijma: Para sahabat telah melakukan kesepakatan dalam hal aqilah yang dilakukan
oleh Khalifah Unmar bin Khattab. Adanya ijma atau kesepakatan ini tampak dengan
tidak adanya sahabat lain yang menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah
iuran darah yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki (ashabah) dari
sipembunuh.
b. Prinsip Asuransi Syariah
1) Prinsip Tauhid: Artinya bahwa niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah
berlandaskan pada prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan Allah SWT
2) Prinsip Keadilan: Artinya bahwa asuransi syariah harus benar-benar bersikap adil.
Asuransi syariah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang akan
menyulitkan atau merugikan nasabah.
3) Prinsip Tolong Menolong: pada hekekatnya, konsep asuransi syariah didasarkan
pada prinsip ini. Dimana sesama peserta bertabarru atau berderma untuk
kepentingan nasabah lainnya yang tertimpa musibah.
4) Prinsip Kerjasama: Antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah terjalin
kerjasama, tergantung dari akad apa yang digunakannya.
5) Prinsip Amanah: Karena pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak
harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Perusahaan dituntut untuk
amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga nasabah, perlu amanah dalam
aspek resiko yang menimpanya.
6) Prinsip Saling Ridha (An Taradhin): Dalam transaksi apapun, aspek an taradhin
atau saling meridhai harus selalu menyertai.
7) Prinsip Menghindari Riba: Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari
sejauh-jauhnya khususnya dalam berasuransi. Karena riba merupakan sebatil-
batilnya transaksi muamalah.
8) Prinsip Menghindari Gharar: Gharar adalah ketidakjelasan. Dan berbicara mengenai
resiko, adalah berbicara tentang ketidak jelasan. Karena resiko bisa terjadi bisa tidak.
4. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
a. ASURANSI KONVENSIONAL
1) Akad asurab si konvensianal adalah akad mulzim (perjanjian yang wajib
dilaksanakan) bagi kedua balah pihak, pihak penanggung dan pihak
tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah keawajiban tertanggung menbayar
primi-premi asuransi dan kewajiban penanggung membayar uang asuransi jika
terjadi perietiwa yang diasuransikan.
2) Akad asuransi ini adalah akad muawadhah, yaitu akad yang didalamnya
kedua orang yang berakad dapat mengambil pengganti dari apa yang telah
diberikannya.
3) Akad asuransi ini adalah akad gharar karena masing-masing dari kedua belah
pihak penanggung dan tertanggung pada eaktu melangsungkan akad tidak
mengetahui jumlah yang ia berikan dan jumlah yang dia ambil.
4) Akad asuransi ini adalah akad idzan (penundukan) pihak yang kuat adalah
perusahan asuransi karena dialah yang menentukan syarat-syarat yang tidak
dimiliki tertanggung
b. ASURANSI SYARIAH
1) Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama ), tolong
menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau keuntungan materi
semata. Allah SWT berfirman, Dan saling tolong menolonglah dalam
kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan.
2) Asuransi syariat tidak bersifat muawadhoh, tetapi tabarru atau mudhorobah.
3) Sumbangan (tabarru) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
4) Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan,
harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip ukhuwah.
Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah sejumlah uang guna
membantu orang yang sangat memerlukan.
5) Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah.
Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin
yang diberikan oleh jamaah.
6) Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan
syari.