Вы находитесь на странице: 1из 22

Feb

LP HIPERTENSI
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1 Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang kami
bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma,
atau gejala-gejala lain.
Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare:

1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah
preeklamsi dan eklamsi.

Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada
wanita hamil setelah minggu 20.

1. Hypertensi yang kronis.

Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum
minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir.

1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan
hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-
gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.

2. Transient hypertension.

Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari
nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena
hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya.
2.2 Etiologi
Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :

1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali

2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatiosa

3. Sudah mengidap penyakit vaskular


4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

2.3 Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan
oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus
dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-
perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular
menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar
kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini
mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel.
Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap
di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di
sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang
kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :

1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg

2. Proteinuria samar sampai +1

3. Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih

2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih

3. Nyeri kepala

4. Gangguan penglihatan

5. Nyeri abdomen atas

6. Oliguria

7. Kejang

8. Kreatinin meningkat

9. Trombositopenia

10. Peningkatan enzim hati


11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru
2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar

2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar
tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
2.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1. Deteksi prenatal dini

Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg,
kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.

1. Penatalaksanaan di rumah sakit

Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup:

1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan
klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan
berat yang pesat

2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari

3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari

4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari

5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam
serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi

6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
USG

7. Terminasi kehamilan

Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan
pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan
oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya
induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah

1. Terapi obat antihipertensi

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi


prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan
keparahan telah lama menjadi perhatian.

1. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat

Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap kelompok tertentu
wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
2.7 Komplikasi

1. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat
hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan.

1. Perubahan hematologis

2. Gangguan fungsi ginjal

3. Edema paru

Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis
untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya
yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini
telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses
keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek
keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna
Keliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (
Carpenito, 2000, 2 ).
1.1 PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas pasien

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil
berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada
dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh
peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998
tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan
lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health
Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar
50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet
dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara
keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.

1. Keluhan utama

Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur,
proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.

1. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma,
perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

1. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan
darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia
dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya
menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.

1. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik
yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali

1. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta


bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

1. Riwayat maternal

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.

1. Pengkajian sistem tubuh

B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume
darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain
seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,
penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis
otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik
dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama
setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi
cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu
dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal
menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital
berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
3.2 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa
keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan
meliputi hal-hal berikut.

1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d

Hipertensi

Vasospasme siklik

Edema serebral

Perdarahan

1. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d

Terapi magnesium sulfat

Edema paru

1. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d

Terapi antihipertensi yang berlebihan

Jantung terkena dalam proses penyakit

1. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d

Vasospasme sistemik

Hipertensi

Penurunan perfusi uteroplasenta

1. Risiko tinggi cedera ibu b.d

Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal


Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi

1. Risiko tinggi cedera pada janin b.d

Insufisiensi uteroplasenta

Kelahiran premature

Solusio plasenta

1. Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin

3.3 INTERVENSI
3.3.1. Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral,
Perdarahan

Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi

Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,


penurunan tekanan darah, edema

Implementasi Rasional

1. Memantau asupan oral dan 1. MGSO4 adalah obat anti kejang


ifus IV MGSO4 yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
2. Memantau urin yang kluar vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan
3. Memantau edema yang perfusi ginjal, mobilisasi cairan
terlihat ekstra seluler (edema dan
diuresis
4. Mempertahankan tirah
baring total dengan posisi 2. Tirah baring menyebabkan aliran
miring darah urtero plasenta, yang
sering kali menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan dieresis

3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP

Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal

Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang


Implementasi Rasional
data-data dasar dugunakan untuk
1. Mendapatkan data-data dasar memantau hasil terapi
(misal DTRs,klonus) MGSO4 adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
3.3.3. Resiko 1. Memantau pemberian IV mioneural dan merelaksasi
tinggi cedera MgSO4 dan kadar serum vasospasme
pada janin b.d MgSO4
fetal distress Dosis yang berlebih akan
membuat kerja otot menurun
1. mengkaji adanya kemungkinan sehingga dapat menyebabkan
keracunan MgSO4 depresi pernapasan berat

1. mempertahankan lingkungan yang Rangsangan kuat, misalnya cahaya
tenang, gelap dan nyaman terang dan suara keras dapat

menimbulkan kejang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin

Kriteria hasil : DJJ ( + ) : 12-12-12

Implementasi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi
2. Kaji tentang pertumbuhan janin terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim Penurunan fungsi plasenta mungkin
tegang, aktifitas janin turun ) diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi
SM Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
5. Kolaborasi dengan medis dalam solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
pemeriksaan USG dan NST bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
3.3.4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir

Tujuan: ansietas dapat teratasi

Kriteria hasil:

1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat

2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri

1. Kaji tingkat ansietas pasien. 1. Membantu menentukan jenis


Perhatikan tanda depresi dan intervensi yang diperlukan
pengingkaran
2. Membuat perasaan terbuka dan
2. Dorong dan berikan kesempatan bekerja sama untuk memberikan
untuk pasien atau orang terdekat informasi yang akan membantu
mengajukan pertanyaan dan mengatasi masalah
menyatakan masalah
1. Keterlibatan meningkatka
perasaan berbagi, manguatkan
3. Dorong orang terdekat perasaan berguna, memberikan
berpartisipasi dalam asuhan, kesempatan untuk mengakui
sesuai indikasi kamampuan individu dan
memperkecil rasa takut karena
ketidaktahuan

Diposting 5th February 2012 oleh askep anak perawat


0

Tambahkan komentar

Kumpulan Askep

Home

Evan

anak

Bedah

Terkini

Tanggal

Label

Pengarang

Askep Gastrointeritis (GEA)


Askep Gastrointeritis (GEA)
Mar 15th
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
Mar 15th 3
LP BPH
LP BPH
Mar 15th
Mar 15th 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR MAMMAE DI RUANG J
RSUP Dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR MAMMAE DI RUANG J
RSUP Dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Sep 28th
Aug 17th
Aug 17th
Feb 19th
Feb
5

LP HIPERTENSI
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1 Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang kami
bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma,
atau gejala-gejala lain.
Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare:

1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah
preeklamsi dan eklamsi.

Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada
wanita hamil setelah minggu 20.

1. Hypertensi yang kronis.

Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum
minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir.

1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan
hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-
gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.

2. Transient hypertension.

Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari
nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena
hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya.
2.2 Etiologi
Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :

1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali

2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatiosa

3. Sudah mengidap penyakit vaskular


4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

2.3 Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan
oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus
dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-
perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular
menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar
kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini
mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel.
Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap
di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di
sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang
kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :

1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg

2. Proteinuria samar sampai +1

3. Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih

2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih

3. Nyeri kepala

4. Gangguan penglihatan

5. Nyeri abdomen atas

6. Oliguria

7. Kejang

8. Kreatinin meningkat

9. Trombositopenia

10. Peningkatan enzim hati


11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru
2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar

2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar
tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
2.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1. Deteksi prenatal dini

Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg,
kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.

1. Penatalaksanaan di rumah sakit

Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup:

1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan
klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan
berat yang pesat

2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari

3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari

4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari

5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam
serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi

6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
USG

7. Terminasi kehamilan

Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan
pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan
oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya
induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah

1. Terapi obat antihipertensi

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi


prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan
keparahan telah lama menjadi perhatian.

1. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat

Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap kelompok tertentu
wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
2.7 Komplikasi

1. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat
hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan.

1. Perubahan hematologis

2. Gangguan fungsi ginjal

3. Edema paru

Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis
untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya
yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini
telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses
keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek
keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna
Keliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (
Carpenito, 2000, 2 ).
1.1 PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas pasien

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil
berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada
dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh
peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998
tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan
lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health
Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar
50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet
dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara
keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.

1. Keluhan utama

Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur,
proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.

1. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma,
perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

1. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan
darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia
dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya
menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.

1. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik
yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali

1. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta


bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

1. Riwayat maternal

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.

1. Pengkajian sistem tubuh

B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume
darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain
seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,
penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis
otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik
dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama
setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi
cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu
dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal
menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital
berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
3.2 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa
keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan
meliputi hal-hal berikut.

1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d

Hipertensi

Vasospasme siklik

Edema serebral

Perdarahan

1. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d

Terapi magnesium sulfat

Edema paru

1. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d

Terapi antihipertensi yang berlebihan

Jantung terkena dalam proses penyakit

1. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d

Vasospasme sistemik

Hipertensi

Penurunan perfusi uteroplasenta

1. Risiko tinggi cedera ibu b.d

Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal


Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi

1. Risiko tinggi cedera pada janin b.d

Insufisiensi uteroplasenta

Kelahiran premature

Solusio plasenta

1. Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin

3.3 INTERVENSI
3.3.1. Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral,
Perdarahan

Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi

Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,


penurunan tekanan darah, edema

Implementasi Rasional

1. Memantau asupan oral dan 1. MGSO4 adalah obat anti kejang


ifus IV MGSO4 yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
2. Memantau urin yang kluar vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan
3. Memantau edema yang perfusi ginjal, mobilisasi cairan
terlihat ekstra seluler (edema dan
diuresis
4. Mempertahankan tirah
baring total dengan posisi 2. Tirah baring menyebabkan aliran
miring darah urtero plasenta, yang
sering kali menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan dieresis

3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP

Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal

Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang


Implementasi Rasional
data-data dasar dugunakan untuk
1. Mendapatkan data-data dasar memantau hasil terapi
(misal DTRs,klonus) MGSO4 adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
3.3.3. Resiko 1. Memantau pemberian IV mioneural dan merelaksasi
tinggi cedera MgSO4 dan kadar serum vasospasme
pada janin b.d MgSO4
fetal distress Dosis yang berlebih akan
membuat kerja otot menurun
1. mengkaji adanya kemungkinan sehingga dapat menyebabkan
keracunan MgSO4 depresi pernapasan berat

1. mempertahankan lingkungan yang Rangsangan kuat, misalnya cahaya
tenang, gelap dan nyaman terang dan suara keras dapat

menimbulkan kejang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin

Kriteria hasil : DJJ ( + ) : 12-12-12

Implementasi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi
2. Kaji tentang pertumbuhan janin terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim Penurunan fungsi plasenta mungkin
tegang, aktifitas janin turun ) diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi
SM Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
5. Kolaborasi dengan medis dalam solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
pemeriksaan USG dan NST bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
3.3.4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir

Tujuan: ansietas dapat teratasi

Kriteria hasil:

1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat

2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri

1. Kaji tingkat ansietas pasien. 1. Membantu menentukan jenis


Perhatikan tanda depresi dan intervensi yang diperlukan
pengingkaran
2. Membuat perasaan terbuka dan
2. Dorong dan berikan kesempatan bekerja sama untuk memberikan
untuk pasien atau orang terdekat informasi yang akan membantu
mengajukan pertanyaan dan mengatasi masalah
menyatakan masalah
1. Keterlibatan meningkatka
perasaan berbagi, manguatkan
3. Dorong orang terdekat perasaan berguna, memberikan
berpartisipasi dalam asuhan, kesempatan untuk mengakui
sesuai indikasi kamampuan individu dan
memperkecil rasa takut karena
ketidaktahuan

Diposting 5th February 2012 oleh askep anak perawat


0

Tambahkan komentar

Kumpulan Askep

Home

Evan

anak

Bedah

Terkini

Tanggal

Label

Pengarang

Askep Gastrointeritis (GEA)


Askep Gastrointeritis (GEA)
Mar 15th
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
Mar 15th 3
LP BPH
LP BPH
Mar 15th
Mar 15th 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR MAMMAE DI RUANG J
RSUP Dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR MAMMAE DI RUANG J
RSUP Dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Sep 28th
Aug 17th
Aug 17th
Feb 19th
Askep Hipertensi
( Asuhan Keperawatan pada Klien Hipertensi )

Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,

1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensimerupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang
jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115
mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius
dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan,
2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD
meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi
( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan
penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
Pengkajian Keperawatan pada Askep Hipertensi
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot
muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan,
episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
Penatalaksanaan Askep Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

Penurunan berat badan

Penurunan asupan etanol


b. Menghentikan merokok
c. Diet tinggi kalium
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
e. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi
dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988 )menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara
pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk
dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa
yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan
darahnya di rumah
j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah
yang mungkin terjadi
l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai
efek samping minimal dan efektifitas maksimal
m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan
sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
Diagnosa Keperawatan pada Askep Hipertensi
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi Keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas
yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek
toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing,
pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan,
pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil Yang Diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan,
1995
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Вам также может понравиться