Endometrium merupakan organ target dari sistem reproduksi. Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sistem Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (sumbu H-H-O). Pada awal siklus, sekresi gonadotropin (FSH, LH) meningkat perlahann dengan sekresi FSH lebih dominan dibanding LH. Sekresi gonadotropin yang meningkat ini memicu beberapa perubahan di ovarium. Pada awal siklus, reseptor LH hanya dijumpai pada sel teka, sedangkan reseptor FSH hanya ada di sel granulosa. LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen, lalu hormon androgen memasuki sel granulosa. FSH dengan bantuan enzim aromatase mengubah androgen menjadi estrogen (estradiol) di sel granulosa. Pada awal siklus, peran FSH cukup menonjol, diantaranya: Memicu sekresi inhibin B, dan aktivin di sel granulosa. Inhibin B memacu LH meningkatkan sekresi androgen di sel teka, dan memberikan umpan balik negatif terhadap sekresi FSH di hipofisis. Aktivin membantu FSH memicu sekresi estrogen di sel granulosa Androgen diubah menjadi estrogen di sel granulosa dengan bantuan enzim aromatase Memicu proliferasi sel granulosa Bersama estrogen memperbanyak reseptor FSH di sel granulosa Stimulus FSH menyebabkan pertumbuhan beberapa folikel antral menjadi lebih besar, dan sekresi estrogen terus meningkat. Pada hari ke-5 sampai 7, siklus kadar estrogen dan inhibin B sudah cukup tinggi, secara bersama keduanya menekan sekresi FSH, tetapi tidak dengan sekresi LH. Sekresi FSH yang menurun mengakibatkan atresia folikel yang kurang siap dan pertumbuhan folikel yang paling siap menjadi folikel dominan. Folikel dominan akan menyebabkan kadar estrogen terus meningkat. Pada kadar estrogen 200 pg/ml yang terjadi sekitar hari ke-12, dan bertahan lebih dari 50 jam, akan memacu sekresi LH, sehingga terjadi lonjakan sekresi LH. Pada akhir masa folikuler, sekresi LH lebih dominan dari FSH. Pada pertengahan siklus menstruasi, reseptor LH juga didapatkan di sel granulosa. Peran lonjakan LH pada siklus tersebut sangat penting: Menghambat Oocyte Maturation Inhibitor (OMI) yang dihasilkan oleh sel granulosa sehingga meiosis II oosit dimulai, dengan dilepaskannya badan kutub I. Pada awal siklus meiosis I berhenti pada tahap profase diplotene, karena ditahan oleh OMI, dan meiosis II baru mulai lagi mulai lagi pada saat lonjakan LH Memicu sel granulosa untuk menghasilkan prostaglandin (PG). PG intrafolikuler menyebabkan kontraksi dinding folikel membantu dinding folikel untuk pecah agar oosit keluar saat ovulasi Memicu luteinisasi tidak sempurna dari sel granulosa, sehingga menyebabkan sekresi progesteron yang sedikit meningkat Kadar progesteron yang sedikit meningkat mempunyai peran: Lebih memacu sekresi LH dan FSH, sehingga kadar FSH meningkat kembali dam terjadi lonjakan gonadotropin, dengan sekresi LH yang lebih dominan Mengaktifkan enzim proteolitik, sehingga oosit dapat kelar dari folikel saat ovulasi Kadar FSH yang meningkat pada pertengahan siklus berperan: Membantu mengaktifkan enzim proteolitik Bersama dengan estrogen membentuk reseptor LH di sel granulosa. Pada saat reseptor LH sudah mulai terbentuk di sel granulosa, inhibin A mulai berperan menggantikan inhibin B yang lebih berperan pada masa folikuler. Inhibin A berperan pada masa luteal Sekitar 36-48 jam dari awal lonjakan LH, terjadi ovulasi. Pasca ovulasi, luteinisasi sel granulosa menjadi sempurna, sekresi progesteron meningkat tajam, memasuki fase luteal. Kadar progesteron meningkat tajam pasca ovulasi menghambat sekresi gonadotropin sehingga kadar LH dan FSH turun, dengan LH tetap lebih dominan dari FSH. Sekresi LH diperlukan untuk mempertahankan vaskularisasi dan sintesa steroid seks (steroidogenesis) di korpus luteum selama fase luteal. Segera pasca ovulasi sekresi estrogen menurun, tapi meningkat kembali dengan mekanisme yang belum jelas. Pada fase luteal, kadar progesteron dan etrogen (progesteron lebih dominan) meningkat dan mencapai puncaknya pada 7 hari pasca ovulasi, pada pertengahan fase luteal. Lalu kadar keduanya menurun perlahan karena korpus luteum mengalami atresia. Kurang lebih 14 hari pasca ovulasi, kadar estrogen dan progesteron cukup rendah, mengakibatkan sekresi gonadotropin meningkat kembali, dengan FSH lebih dominan dari LH, masuk ke siklus berikutnya. Apabila didapatkan pembuahan atau kehamilan, implantasi terjadi pada sekitar hari 6- 7 hari pasca ovulasi, dan mulai dihasilkan -hCG oleh sel trofoblas. -hCG memacu steroidogenesis di korpus luteum, sehingga kadar progesteron tetap dipertahankan dan tidak terjadi menstruasi.