Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
USULAN PENELITIAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang
harus diatur dengan tepat agar sesuai dengan kebutuhan warga negara.
Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 33 Ayat (3) Undang-
kemakmuran rakyat.
Bagi orang Indonesia, tanah merupakan masalah yang paling pokok,
tata usaha negara mengenai penerbitan sertipikat hak atas tanah serta
1
2
Indonesia tidak lagi bersifat dualism. Dahulu selain diakuinya hukum tanah
yang bersumber dari hukum adat, diakui pula hukum tanah barat. Setelah
hukum tanah.2
Kegiatan pendaftaran tanah dalam pelaksananya dibantu oleh
peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat lain yang
peraturan perundang-undangan.
PPAT adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan oleh Negara
atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun. PPAT mempunyai
1
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Jakarta 2014, hlm. 7
2
Ibid hlm. 1
3
salah satunya adalah Akta Jual Beli yang digunakan untuk mengalihkan
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran Tanah yang diakibatkan dari perbuatan hukum itu
Sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 37 ayat (1) PP 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa Peralihan hak atas tanah
dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar,
didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
berlaku.
Pasal 37 ayat (2) PP 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa dalam
dibuktikan dengan Akta yang tidak dibuat oleh PPAT tetapi yang menurut
7 ayat (2) pada peraturan yang sama, yaitu untuk memudahkan rakyat
hukum tentang hak atas tanah baik berupa peralihan atau pembebanan
Hak atas tanah adalah wajib dibuktikan dengan Akta PPAT sepanjang
belum terdapat PPAT atau PPAT Sementara, dalam hal ini Kepala Kantor
dari asli Akta Peralihan Hak Atas Tanah beserta warkah pendukung lainya
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam peralihan Hak Atas
menyatakan bahwa Akta PPAT adalah, akta tanah yang dibuat oleh PPAT
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
Akta PPAT berfungsi sebagai alat pembuktian, untuk memastikan
bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum oleh para pihak yang
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftrana Tanah yaitu sebagai alat bukti
bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum oleh para pihak yang
hak atas tanah yang bersangkutan kepada penerima Hak sehingga dapat
6
atas tanah dengan tidak melebihi waktu 7 hari kerja setelah akta tersebut
pihak ketiga lainya yang merasa turut mempunyai hak atas bidang tanah
Akta Peralihan Hak Atas Tanah yang hilang dapat berupa hilangnya Akta
Jual Beli lembar kedua yang dilampirkan pada Kantor ATR/BPN setempat
Akta PPAT.
Dalam praktiknya ketika terjadi kasus hilangnya Asli Akta PPAT
salah satunya dengan cara memfoto copy Akta Lembar Pertama (minuta
7
yang disimpan PPAT), kemudian Foto Copy Akta tersebut dilegalisir /copy
atas tanah.
Hal ini, dapat menimbulkan permasalahan dalam bidang hukum
Adapun penelitian dalam bentuk Tesis yang berkaitan dengan apa yang
Pendaftaran Tanah
Mengingat pentingnya peranan suatu Akta PPAT dalam pendaftaran
dan peralihan hak atas tanah, maka peneliti memandang perlu untuk
INDONESIA
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah PPAT berwenang mengeluarkan Pengganti Akta lembar kedua
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme atau prosedur bagi
Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami keabsahan Sertipikat yang terbit
Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis
salinan extra terhadap Akta Peralihan Hak Atas Tanah yang hilang.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti
(PPAT)
E. Kerangka Pemikiran
Indonesia adalah negara hukum sebagaimana dimaksud dalam
3
Ida Nurlinda, Op.Cit, hlm. 12
10
hak-hak rakyat atas sumber daya agraria. 4 Berkaitan dengan hal tersebut,
konflik itu sudah terjadi, maka hukum berperan sebagai sarana untuk
4
Idem, hlm. 14
5
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan,
Bandung: Alumni, 2006, hlm. 17.
6
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
Bandung: Alumni, 1991, hlm.176.
11
akan lebih tertib.11 Unsur kepastian dalam hukum berkaitan erat dengan
itu sendiri. Bagi kepastian hukum, yang utama adalah adanya peraturan
itu sendiri. Adanya hukum yang berlaku secara umum bagi seluruh
7
Ibid.
8
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., hlm. 1.
9
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bandung: Binacipta, tanpa tahun, hlm. 2-3.
10
Ibid, hlm. 13.
11
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, 1995, hlm. 145
12
berbentuk tertulis.
Menurut Gustav Radbuch unsur kepastian hukum harus dijaga demi
selalu ditaati, meskipun hukum positif itu kurang adil atau kurang
besarnya sehingga hukum positif itu menjadi tampak tidak adil. Pada
sangat penting.
Setiap pengaturan hukum harus dirumuskan secara eksplisit, cermat,
dan tepat sehingga hukum perlu diwujudkan dalam bentuk tertulis yang
diberlakukan.13
Kepastian hukum memiliki relasi yang erat dengan instrumen hukum
sangat penting.
Untuk menjamin kepastian hukum dalam bidang agraria atau
13
Soetandyo Wignyosoebroto, Menggagas Terwujudnya Peradilan Yang
Idependen Dengan Hakim Profesional Yang Tidak Memihak, Jakarta: Jurnal Komisi
Yudisial Volume 1 Nomor 3, 2010, hlm. 16-21.
14
Ibid.
15
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia (berdasarkan pp 24 tahun
1997 dilengkapi dengan peraturan jabatan pejabat pembuat akta tanah pp 37 tahun
1998) Bandung : mandar maju 1999, hlm.1
14
tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai
menteri Agraria.
4. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.
Kedua Peraturan Pemerintah tersebut di atas adalah merupakan
kepada pemegang hak atas tanah, dengan alat bukti yang dihasilkan pada
Tanah yang terdiri dari Salinan Buku Tanah Dan Surat Ukur.
Sertipikat hak atas tanah merupakan alat pembuktian yang kuat
23 Ayat (2), Pasal 32 Ayat (2) dan Pasal 38 Ayat (2) UUPA. Sertipikat
Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang
bersangkutan.
Maksud kegiatan tertentu salah satunya adalah pembuatan Akta
peralihan Hak Atas Tanah yang merupakan akta otentik, substansi akta
Ayat (1)
PPAT bertugas Pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran
hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
dalam hal peralihan hak atas tanah yang belum terdaftar, maka akta PPAT
tersebut atas nama pemegang hak yang terakhir sesuai ketentuan dalam
Bab III Peraturan ini. Hal ini menyatakan bahwa Akta PPAT adalah
17
dilaksanakan.
Ketentuan Pasal 106 tersebut memberikan arti penting dari Akta PPAT
sebagai dasar hukum bagi pendaftaran hak atas Tanah pertama kali yang
banyaknya hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
salinannya.
Pendaftaran Akta Peralihan Hak Atas Tanah yang dibuat oleh PPAT
peraturan jabatan PPAT tersebut di atas terdiri dari dua lembar Asli Akta
PPAT salah satunya di simpan di Kantor PPAT sebagai minuta Akta yaitu
lembar pertama, dan satu lembar lainnya yaitu lembar kedua dilampirkan
yang sama bunyinya dengan dua lembar asli akta PPAT tersebut.
Ketika PPAT yang bersangkutan mendaftarakan Akta Peralihan Hak
Atas tanah seperti Akta Jual Beli untuk proses sertipikasi (pendaftaran
tanah untuk pertama kali) dan kemudian setelah Akta yang bersangkutan
setempat.
Permasalahan timbul ketika Akta asli lembar kedua hilang kemudian
Tahun 1998 Tentang peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan
memenuhi kebutuhan terhadap alat bukti peralihan hak atas tanah. Pada
dan tidak ada suatu peraturan yang memberikan kewenangan PPAT untuk
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun tentu memiliki peran
sebagai alat bukti peralihan hak atas tanah. Selain hal tersebut di atas,
namun dalam praktiknya terdapat kendala ketika tidak ada dasar hukum
21
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak dalam suatu
17
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,
1991, hlm 17.
22
Amandemennya;
b) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Akta Tanah
e) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016
18
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Pengantar, Jakarta:
Rajawali Press, 2001, hlm. 14.
23
Tanah
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan yang memberikan penjelasan
dan seterusnya.
3) Bahan Hukum Tersier
24
dan ensiklopedia.
b. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang
Bandung.
b. Penelitian Lapangan
Lokasi penelitian lapangan akan dilakukan di beberapa
instansi, diantaranya :
1) Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Sukabumi.
2) Kantor Pengurus Daerah Ikatan Pejabat Pembuat
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab yang
INDONESIA
Peneliti akan menguraikan tentang bagaimana
DI INDONESIA
Pada bab ini peneliti akan memaparkan gambaran
INDONESIA
Dalam bab ini peneliti akan menganalisis bagaimana
Indonesia.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang akan berisikan
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku - Buku
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftaranya, Sinar
Grafika, Jakarta 2014
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Sumber Lain
Soetandyo Wignyosoebroto, Menggagas Terwujudnya Peradilan Yang
Idependen Dengan Hakim Profesional Yang Tidak Memihak,
Jakarta: Jurnal Komisi Yudisial Volume 1 Nomor 3, 2010,