Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan,bahkan sumber daya
pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai
dengan kualitas guru yang memadai, dengan kata lain guru merupakan ujung
tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan
Undang - Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional. Guru dipersyaratkan
memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Strata Satu (S1) yang relevan dan
menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran, hal tersebut juga tertuang
dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 8, disebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Namun pada
kenyataannya, menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih tergolong
rendah. Rendahnya kualitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru
mengajar. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kompetensi dan kualifikasi guru
sebagai tenaga kependidikan.
Dengan memperhatikan pokok - pokok perangkat ketentuan
keprofesionalisme maka kami melakukan penelitian yang dapat mengetahui
pengaruh sertifikasi terhadap profesionalisme guru biologi.

1.2 Tujuan Penelitian


- Untuk mengetahui biodata guru yang menjadi subjek penelitian
- Untuk mengetahui apakah guru sudah sertifikasi
- Untuk mengetahui penggunaan RPP dan model pembelajran yang
diterapkan
- Untuk mengetahui upaya meningkatkan profesionalisme guru
- Untuk mengetahui kompetensi yang harus di miliki seorang guru
professional
- Untuk mengetahui pengembangan profesional guru
1.3 Manfaat Penelitian

1
Manfaat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sertifikasi
terhadap profesionalisme guru dan sebagai bahan acuan untuk menjadi guru
profesional bagi calon guru.

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Uraian Permasalahan
Pada penelitian ini, permasalahan yang terjadi pada guru yang menjadi
subjek penelitian yaitu belum sertifikasi yang mengakibatkan kurangnya
profesionalisme guru dalam mengajar dan guru dikatakan tidak professional.

2.2 Subjek Penelitian


Dalam penelitian yang menjadi subjek penelitian yaitu guru biologi yang
bernama ibu Sumarni S.Pd. Beliau merupakan guru di Yayasan Asuhan jaya pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

2.2 Kajian Pustaka


2.2.1 Pengertian Sertifikasi
Pengertian sertifikasi adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk
mengungkapkanpenguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian
sertifikat pendidik (Mulyasa, 2007). Sedangkan Kunandar (2009) menyatakan
bahwa sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada
guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat
kepada guru yang telah memenuhi standar sebagai bukti atau pengakuan atas
kemampuan profesionalnya sebagai tenaga pendidik(Saud,2010).
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Wibowo (2004), mengungkapkan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal
sebagai berikut :
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten,
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi
terhadap pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.

3
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan. Sudjanto (2009), mengungkapkan bahwa manfaat sertifikasi
guru adalah sebagai berikut:
2.2.3 Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Menurut Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007,
dasar hukum sertifikasi profesi guru adalah sebagai berikut :
a. Pasal 42 ayat (1), Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
b. Pasal 43 ayat (2), Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen:
a. Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Pasal 11 ayat (1), Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat 2 Sertifikasi
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
Pemerintah, ayat (3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif,
transparan, dan akuntabel, ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.3.Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru(Asmarani, 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

4
3.1.1 Observasi
Dalam penelitian tentang pengaruh sertifikasi terhadap profesionalisme
guru dilakukan dengan cara observasi langsung dengan mendatangi guru biologi
yang mengajar di Yayasan Asuhan Jaya pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) di jalan Kayu Putih Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Medan.
3.1.2 Wawancara
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu dengan
wawancara mendalam dengan narasumber dengan melakukan tanya jawab
sehingga didapatkan informasi yang akurat. Yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini yaitu ibu Surmani S.Pd.

3.2 Langkah Penelitian


Langkah langkah dalam penelitian yaitu:
Menemui guru yang menjadi narasumber atau subjek penelitian di
Yayasan Asuhan Jaya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di jalan
Kayu Putih Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Medan.
Melakukan wawancara dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan sertifikasi guru.
Selanjutnya melakukan observasi kelingkungan kelas yang diajarkan oleh
guru yang menjadi narasumber atau subek dalam penelitian ini

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

5
4.1.1 Biodata Guru
Berdasarkan hasil wawancara yang kami dapatkan di Yayasan Asuhan Jaya
di Jl. Kayu Putih Kelurahan Tanjung Mulia Hilir menggunakan metode kualitatif
yaitu melalui wawancara. Pada penelitian ini, kami mewawancarai salah seorang
guru Biologi yang mengajar di tingkat SMA. Guru tersebut bernama Ibu Sumarni
S.Pd, beliau merupakan guru Biologi satu-satunya yang ada di Yayasan Asuhan
Jaya. Ibu Sumarni merupakan salah seorang guru yang mendapatkan gelarnya dari
Universitas Muslim Nusantara yang berada di Jl. Sisimangaraja Garu II Kelurahan
Medan Amplas. Pada saat kuliah, Ibu Sumarni mengambil jurusan Pendidikan
Biologi. Ibu Sumarni mendapatkan gelar S.Pd pada tahun 2005 dan baru 3 tahun
mengajar di Yayasan Asuhan Jaya.

4.1.2 Sertifikasi Guru


Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan, Ibu Sumarni belum
sertifikasi. Hal ini dikarenakan kemungkinan kurangnya keprofesionalan guru
dalam mengajar sehingga belum mendapatkan sertifikasi. Dapat kami katakan
tidak professional karena:
- Tidak membuat RPP sebelum masuk kelas, membuat RPP hanya ketika
pengawas datang.
- Kurang menerapkan model-model pembelajaran yang efektif.
- Tidak mengikuti sertifikasi sehingga tidak professional dalam mengajar.
Hasil wawancara yang kami dapatkan, Ibu Sumarni belum sertifikasi
dikarenakan nilai UKG nya belum tercapai dan ijazahnya tidak linear.

4.1.3 Penggunaan RPP Dan Model Pembelajaran


Berdasarkan hasil penelitian, Ibu Sumarni tidak membuat RPP sebelum
mengajar, hanya saja ketika pengawas datang kemudian membuat RPP. Hal ini
merupakan tindakan yang salah yang dilakukan oleh guru karena tidak sesuai
dengan standar kompetensi untuk menjadi guru yang professional. Adapun standar
agar menjadi guru yang professional harus memiliki 3 syarat, yaitu :
- Expert (Ahli)
- Tanggung Jawab
- Kesejawatan

6
Kenapa guru ini kami katakan tidak professional, karena tidak adanya rasa
tanggung jawab dalam mengajar, yaitu tidak membuat RPP sebelum mengajar.
Guru tidak meggunakan model pembelajaran secara spesifik beliau dalam
mengajar hanya menggunakan pembelajaran yang berbasis kelompok dan
presentasi. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif.

4.1.4 Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru


Berbagai upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan
profesionalitas gurunya, diantaranya melalui: (1) kegiatan pelatihan PTK; (2)
kegiatan lesson study; (3) on the job tranning; (4) inservice tranning; (5) magang
di DUDI; (6) Program Penjaminan Mutu Guru pasca sertifikasi; (7) pembinaan
berbasis MGMP; dan (8) program guru magang.
Upaya untuk meningkatkan profesionalitas adalah melalui program
pendidikan dan latihan dalam jabatan (inservice tranning). Program pendidikan
dalam jabatan ini merupakan program pendidikan dan pelatihan pada bidang yang
relevan dengan pengembangan kompetensi guru yang sedang berdinas. Adapun
tujuannya adalah untuk meningkatkan penguasaan guru terhadap kompetensi yang
dituntut dalam jabatannya, seperti peningkatan efektivitas proses belajar mengajar
(KBM/PBM), penguasaan pada pendekatan dan teknik mengatasi persoalan
praktis dalam mengelola KBM/PBM dan meningkatkan kepekaan guru terhadap
perbedaan karakteristik individual siswa yang dihadapinya.

4.1.5 Kompetensi Yang Harus Di Miliki Seorang Guru Profesional


Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan
PP No. 74 Tahun 2008, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi
guru sebagaimana yang tecantum dalam penjelasan peraturan pemerintah No.19
Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu : kompetensi pedagogis,
kepribadian, profesional, dan sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogis merupakan kompetensi yang ada pada guru yang
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola atau penguasaan
pembelajaran, pemahaman tentang peserta didik, pengelolaan pembelajaran,

7
penggunaan teknologi informasi, penggunaan model pembelajaran,
pengembangan kurikulum dalam proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan
pengembangan potensi peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran di
sekolah.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian berperan dalam pencapaian hasil belajar siswa.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang ada pada seorang guru yang
mencakup tentang nilai-nilai kepribadian yang ada pada seorang guru yang dapat
di salurkan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga terciptanya
pembelajaran yang kondusif.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi yang berkaitan erat dengan guru sebagai sebuah profesi yakni
kompetensi professional. Kompetensi professional yang diharapkan dapat
terpenuhi yakni guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu
membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik,
mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu
memberikan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan
bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur
penilaian kemampuan belajar.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi terakhir yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi
sosial. Kompetensi sosial merupakan kompetensi guru yang berkaitan dengan
hubungan antara guru dengan lingkungan atau masyarakat baik itu masyarakat
yang ada dalam sekolah ataupun diluar sekolah, berkomunikasi dan berinteraksi
dengan baik kepada siswa dan mempunyai nilai-nilai sopan santun serta tata
krama. Dengan adanya kompetensi sosial ini akan timbul hubungan yang
harmomis antara semua komponen di lingkungan sekolah, baik itu hubungan
antara guru dengan guru, guru dengan masyarakat sekitar dan guru dengan siswa.
Dengan terciptanya hubungan yang dekat dengan siswa, maka siswa akan
termotivasi untuk belajar dan yang pada akhirnya hasil belajar siswa akan
meningkat.

8
4.1.6 Pengembangan Profesional Guru
Pengembangan profesionalitas guru merupakan sebuah upaya
profesionalisasi tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru. Untuk
melakukan profesional ini ada tiga pengembangan yang ditawarkan oleh R.D.
Lansbury yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam merumuskan strategi
pengembangan yakni pendekatan karakteristik, pendekatan institusional dan
pendekkatan legalistik.
Pendekatan karakteristik berupaya memunculkan karakter yang melekat
dalam suatu profesi, sehingga profesi itu benar-benar dijalankan sesuai dengan
tuntunan profesional. Sedangkan pendektan institusional lebih memandang
profesionalitas sebagai sebagai suatu proses konstitusional atau perkembangan
asosional. Kemudian pendekatan legalistik adalah upaya profesionalisasi yang
menekankan pada adanya pengakuan suatu profesi oleh negara. Suatu pekerjaan
profesi jika dilindugi oleh negara.
Dari pendekatan diatas, dapat diajukan formulasi strategi dalam
pengembangan profesionalitas kedalam tiga level yaitu: pertama upaya-upaya
profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat
meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain.
Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai
kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat diaktegorikan dalam
strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level ketiga adalah
upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab pemerintah
dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional.
Pengembangan profesional pendidik memerlukan peningkatan
kompetensi khususnya dalam menghadapi masalah pembelajaran di kelas, dan
inovasi pembelajaran merupakan hal yang penting dalam kompetensi tersebut.
Inovasi pembelajaran apabila dilaksanakan secara berkesinambungan akan
berdampak sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran akan semakin


meningkat

9
2. Penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah pengembangan inovasi
akan meningkatkan isi, masukan, proses, sarana/prasarana, dan hasil belajar
peserta didik
3. Peningkatan kemampuan dalam pembelajaran tersebut akhirnya akan
berdampak pada peningkatan kepribadian dan keprofesionalan dosen dan guru
untuk selalu berimprovisasi baik melalui adopsi, adaptasi, atau kreasi dalam
pembelajaran, dan bermuara pada peningkatan kualitas lulusan
Dengan demikian peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
memerlukan sikap inovatif, karena inovasi pendidikan sangat besar dan
menentukan bagi keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan melalui
pengembangan inovasi pembelajaran atau inovasi lainnya yang dapat menunjang
pembelajaran, dan dengan semakin meningkatnya kualitas pembelajaran harapan
dan tujuan untuk dapat menghasilkan lulusan yang makin berkualitas dan siap
serta mampu dalam menghadapi persaingan akan dapat terwujud. Dalam
meningkatkan mutu pendidikan, dituntut pula adanya usaha-usaha peningkatan
profesionalisme guru agar dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas
dan untuk tercapainya hasil belajar yang lebih optimal.
Sehubungan dengan itu, profesi merupakan bidang pekerjaan yang
menuntut para pekerjanya memiliki landasan pengetahuan dan keterampilan yang
didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan dalam waktu yang panjang.
Peningkatan kemampuan guru dapat dilakukan secara struktural ataupun atas
inisiatif guru itu sendiri yang dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti
penataran, seminar, kursus, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
belajar sendiri atau membaca berbagai sumber belajar.
Secara terorganisir, usaha peningkatan dan pengembangan
profesionalisme guru ini dapat dilakukan secara serius dan terjadwal melalui
kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), untuk guru-guru Sekolah Dasar dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), bagi guru-guru SMP dan
SMA/SMK. Adapun kegiatan yang dilaksanakan, di antaranya, (1) memecahkan
permasalahan kegiatan belajar mengajar, (2) memecahkan permasalahan
kesulitan belajar peserta didik, (3) memecahkan permasalahan yang berkaitan
dengan penyusunan program pembelajaran (tahunan/semesteran), (4)

10
memecahkan permasalahan mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar, dan
(5) penyusunan alat evaluasi. Bentuk lain dari pengembangan profesional guru
dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk seperti: (1) pengembangan dan
peningkatan skill (kemampuan mengajar), (2) pengembangan dan peningkatan
organisasi dan (3) pengembangan dan peningkatan keperibadian (motivasi
berprestasi) yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Hal ini akan berimplikasi, bila guru profesional yang memiliki
kompetensi tinggi dan komitmen tinggi akan memberikan kontribusi optimal
terhadap sekolah ataupun peserta didik dalam proses pembelajaran, baik dalam
pembentukan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai, demikian juga
sebaliknya. Sehubungan dengan guru sebagai jabatan profesional dengan
tuntutan tanggungjawab yang begitu besar, maka mulai dari rekrutmen calon
guru hendaknya dilakukan seleksi yang memadai. Selanjutnya, dilakukan
peningkatan dan pengembangan profesionalisme guru dengan lebih serius di
antaranya melalui studi lanjut, seminar, loka karya, workshop, pelatihan, dan
sejenisnya secara berkala serta berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan di atas,
secara struktural dilakukan pembinaan-pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas dan dari aparat dinas pendidikan, termasuk organisasi profesi guru
seperti PGRI.

4.2 Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

4.2.1 Kekuatan Penelitian

Kekuatan dalam penelitian ini yaitu dalam penelitian ini menggunakan


penelitian kuliatatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara
dengan narasumber secara langsung sehingga dihasilkan data penelitian yang
akurat.

4.2.2 Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak terdapat kelemahan dikarenakan dalam


penelitian dilakukan secara akurat dengan penelitian kualitatif.

11
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

12
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa untuk
endapatkan sertifikasi harus memiliki jiwa guru yang professional. Untuk
mendapatkan sertifikasi tidaklah mudah, harus melalui suatu pendidikan khusus
seperti PLPG, KKG dan lain-lain. Jika sudah mendapatkan sertifikasi barulah
guru tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang professional. Berdasarkan hasil
penelitian kami, guru yang kami wawancarai merupakan salah seorang guru yang
belum mendapatkan sertifikasi. Hal ini dikarenakan ada kendala pada guru
tersebut.

13

Вам также может понравиться