Вы находитесь на странице: 1из 10

Pola-Pola Jembatan

Pemilihan macam retainer untuk suatu jembatan dipengaruhi oleh :

1. Bentuk dan ukuran gigi


2. Tempat gigi penyanngga di rahang
3. Kedudukan (posisi) gigi
4. Panjang jembatan
5. Oklusi
6. Indeks karies
7. Kemampuan bahan yang digunakan

Seleksi pada umumnya hanya berkisar pada 2 kelompok besar macam


retainer, yaitu :

1. Retainer penuh, misalnya mahkota penuh, mahkota berlapis dan


sebagainya
2. Retaine rsebagian, misalnya mahkota , pinledge, inlay dan
sebagainya.

Untuk jembatan yang panjang misalnya, dipilih retainer penuh (full


coverage). Oleh karena retainer penuh memiliki retensi yang maksimal. Untuk
mulut dengan karies indeks yanng tinggi dipilih juga retainer penuh, oleh karena
suatu mahkota penuh misalnya lebih mampu untuk mencegah terjadinya karies
sekunder.

Jika retainer sebagian (partial coverage) dibuat dari bahan logam yang
kurang kaku dan kuat, besar kemungkinan terjadi perubahan bentuk (distorsi)
akibat tekanan daya kunyah yang dapat menghancurkan lapisan semen dan
membuka pinggiran mahkota. Keadaan tersebut di atas menyebabkan kebocoran
, terjadinya karies dan terlepasnya jembatan.

Retainer penuh, berkat bentuknya, ternyata lebih mampu untuk mencegah


distorsi meskipun dibuat dari logam yang tidak cukup memenuhi persyaratan
kekakuan dan kekerasan.

Bertentangan dengan falsafah preparasi ekonomis, yaitu untuk membuang


sedikit mungkin jaringan gigi, dalam mulut-mulut yang hygienenya kurang dan
indeks karies yang tinggi atau jika tidak tersedia logam yang khusus untuk
membuat mahkota sebagian seperti emas dental tipe III atau IV. Maka sebaiknya
dipilih mahkota penuh sebagian retainer.

Sesuai dengan Hukum Ante dan berdasarkan pengalaman penulis,


pembuatan jembatan yang menggantikan lebih dari 3 gigi posterior yang
berderetan, tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Kecuali untuk keempat gigi insisiv rahang atas atau bawah, penggantian
gigi yang meliputi lebih dari 3 gigi yanng bederetan sebaiknya dilakukan protesa
partial.

1. Pola-pola jembatan di rahang atas


1.1 Kehilangan satu incisif pertama

Penggantian incisif pertama memerlukan 2 retainer, satu pada incisif


pertama yang masih ada di belah rahang lainnya dan satu pada incisif lateral di
belah rahang yang sama. Jika ukuran dan bentuk kedua gigi tersebut di atas
mengijinkannya, maka macam retainer yang paling sempurna ialah retainer
pinlegde dilihat dari segi estetik dan ekonomi pembuangan jaringan.

Pilihan kedua adalah penggunaan mahkota pada kedua gigi penyangga


atau jika indeks kariesnya tinggi dapat digunakan mahkota berlapis porselen
atau resin. Untuk kasus ini sebaiknya jangan digunakan jembatan kantilever.

Inlay jarang dapat merupakan retainer yang memuaskan oleh karena


retensinya kurang.

1.2 Kehilangan satu insisiv kedua

Oleh karena insisiv kedua dianggap sebagai gigi yang tidak dibebani daya
gigit yang besar, maka pada kasus ini seringkali dibuat jembatan kantilever
dengan kaninus sebagai gigi penyangga. Untuk mencegah rotasi kearah labial,
pada ujung bebas dari pontik diberi pemanjangan (extension) yang menyandar
pada permukaan palatinal dari insisiv pertama.

Retainer pada kaninus dapat berupa mahkota atau mahkota berlapis.


1.3 Kehilangan kedua insisiv pertama

Menurut Hukum Ante, dua insisiv lateral tidak dapat memberi dukungan
yang cukup dan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam jangka waktu
yang lama, maka kaninus harus diikut sertakan menjadi gigi penyangga
tambahan dengan cara splinting.

Jika insisiv lateralnya besar, tebal dan akarnya panjang, dapat


dipertimbangkan penggunaan mahkota berlapis sebagai retainer tanpa mengikut
sertakan kaninus.

1.4. Kehilangan satu insisiv pertama dan satu insisiv kedua pada satu belah
rahang.

Biasanya kasus ini memerlukan dua gigi penyangga, yaitu insisiv pertama
yang masih ada dan kaninus yang membatasi ruanng kosong. Pada kaninus
dibuat mahkota dan pada insisiv pertama dibuat pinledge atau juga mahkota
3/4. Jika insisiv pertama diperkirakan kurang kuat, insisiv lateral sebelahnya
dapat displint. Jika insisiv lateral ini mempunyai kedudukan yang kurang cocok
dengan path of insersion tetapi diperlukan tiga gigi penyangga, maka premolar
pertama dapat displint dengan kaninus.
Sekarang kasus anterior seperti ini banyak ditanggani dengan jembatan
panduan logam-porselen.

1.5 kehilangan 1 insisiv pertama pada satu belah rahang dan 1 insisiv
lateral pada belah rahang lainnya.

Untuk kasus ini sebaiknnya dibuat jembatan 5 unit, yang terdiri dari : 1
retainer pada insisiv lateral yang masih ada, 1 pontik untuk insisiv pertama, 1
retainer pada insisiv pertama yang masih ada, 1 pontik untuk insisiv kedua dan 1
retainer pada kaninus.

Jika ada kesulitan jurusan masuk dari kaninus, insisiv pertama dan insisiv
kedua, dapat dipertimbangkan pembuatan 2 jembatan , satu untuk mengganti
insisiv pertama terdiri dari 3 unit dan yang satunya lagi yang mengganti insisiv
kedua yang merupakan jembatan kantilever.

Pemilihan mcama retainer ditentukan oleh adanya karies proksimal, bentuk


gigi, hubungan sumbu panjang dan karies indeks.

1.6 Kehilangan 2 insisiv pertama dan 1 insisiv kedua

Oleh karena insisiv kedua yang masih ada, menurut Hukun Ante tidak akan
tahan untuk mendukung sendirian, maka sebaiknnya kaninus disebelahnnya
displint.
Gigi gigi penyagga dipreparasi untuk mahkota atau mahkota berlapis
bergantung kepada indeks karies, panjang mahkota dan karies proksimal.

1.7 Kehilangan ke-4 insisiv

Meskipun kedua kaninus merupakan gigi penyangga yang kuat, jembatan-


jembatan untuk kasus ini yang hanya menggunakan dua kaninus sebagai
penyangga akan mengalami kegagalan, terutama jika busur anterior rahang atas
sangat cembung. Lebih jauh letaknya pontik insisiv pertama ke labial dari garis
putar (fulcrum line) yang berjalan melalui kedua kaninus, lebih panjang lengan
ungkit (lever arm) dan juga lebih besar daya ungkit pada retainer pada kaninus.
Daya ungkit (leverage) ini, jika terlampau besar dapat melepaskan retainer atau
menggoyahkan kaninus.

Untuk meniadakan/mencegah daya ungkit tersebut di atas, kedua kaninus


kanan-kiri displint dengan premolar-premolar pertama yang ada di sebelah
distalnya .

1.8 Kehilangan kaninus.

Kasus kehilangan kaninus tidak sering terjadi. Gigi taring pada umumnya
dibebani daya kunyah yang besar terutama pada gigitan yang didukung oleh
kaninus (cuspid bearing occlusion). Oleh karena itu, maka untuk mengganti gigi
taring dengan suatu jembatan, diperlukan 3 gigi pennyangga, yaitu kedua
premolar yang displint menjadi satu dan insisiv lateral.
Pilihan yang lain ialah, di mana ujung mesial dari pontik kaninus dipegang
oleh insisiv pertama dan insisiv kedua yang displint dan ujung distal
dihubungkan dengan premolar pertama.

1.9 Kehilangan kaninus dan insisiv lateral.

Meskipun Hukum Ante dapat membenarkan penggunaan hanya premolar


pertama dan insisiv pertama sebagai gigi-gigi penyanngga. Namun busur yang
dibentuk oleh jembatan ini menghasilkan lengan ungkit (lever arm) yang perlu
diimbangi. Pengimbangan dapat diperoleh dengan cara menyatukan kedua
premolar dengan cara displint.

1.10 Kehilangan premolar pretama

Kasus ini sering terjadi, oleh karena faktor estetik di daerah ini lebih
dipentingkan, maka untuk meringankan beban daya kunyah terhadap gigi
penyangga, permukaan oklusal dari pontik premolar dapat dihilangkan dan diberi
bentuk kaninus.

Beberapa macam penyelesaian dari kasus ini dapat disarankan, antara lain:

1. Mahkota berlapis pada premolar kedua dan suatu ekstensi yang


menyandar pada bagian palatinal dari kaninus diujung lainnya.
(jembatan kantilever)
2. Mahkota pada premolar kedua dan mahkota pada kaninus.
3. Jika karies indeks rendah, dapat dipakai inlay pada premolar kedua
dan mahkota pada kaninus.
4. Penggantian dengan jembatan logam-poreselen (bonded-porcelain
bridge).

1.11 Kehilangan kaninus dan premolar pertama.

Penggantian kedua gigi ini merupakan kasus yang sulit oleh karena
besarnya daya kunyah dan gigit pada premolar dan kaninus, lokasinya disudut
mulut, lemahnya insisiv kedua dan sering terhadatnya perbedaan jurusan sumbu
panjang dari gigi penyangga.

Pada umumnya molar pertama, premolar kedua, insisiv lateral dan insisiv
sentral diperlukan sebagai gigi-gigi penyangga.

Untuk kekuatan dan untuk mengurangi kesulitan path of insertion,


sebaiknya dipakai mahkota penuh berlapis (porselen atau damar tiruan) sebagai
retainer untuk semua gigi-gigi penyangga.

1.12. Kehilangan premolar kedua.

Jika keadaan mulut dan gigi memungkinkannya, dapat dipakai inlay-inlay


sebagi retainer pada molar pertama dan premolar ke-1.

Lain variasi untuk penanganan kasus ini adalah penggunaan mahkota


penuh pada molar ke-1 dan mahkota pada premolar pertama.
1.13 Kehilangan kaninus dan premolar kedua

Untuk kasus ini dapat dipakai hanya 3 gigi penyangga yaitu insisiv kedua,
premolar pertama dan molar pertama. Jika insisiv lateralnya diperkirakan lemah,
maka insisiv pertama dapat diikut sertakan.

1.14 Kehilangan premolar pertama dan incisif sentral pada belah rahang
yang sama.

Untuk kasus ini sebaiknya dibuat dua jembatan masing-masing terdiri dari 3
unit, untuk menghindari kesulitan jurusan masuk jembatan.

Macam retainer yang dipakai adalah mahkota penuh berlapis atau mahkota
.

1.15 Kehilangan premolar I dan premolar II.

Untuk kasus ini dapat dibuat jembatan dengan retainer mahkota penuh ada
molar pertama dan mahkota atau mahkota berlapis pada kaninus.

1.16 Kehilangan insisiv lateral dan kedua premolar pada belah rahang yang
sama.

Hukum Ante dalam kasus ini merumuskan, bahwa molar pertama dan
kaninus sudah cukup untuk menahan pontik premolar pertama dan kedua dan
innsisiv lateral. Mengingat kuatnya kaninus sebagai gigi penyangga, untuk
memperbaiki estetik, pontik insisiv dapat merupakan kantilever.

1.17 Kehilangann molar pertama

Kasus ini adalah yang paling sering terjadi. Penyelesaian yang paling
behasil ialah pembuatan jembatan 3 unit dengan retainer mahkota penuh pada
molar kedua dan mahkota atau mahkota berlapis pada premolar kedua.

Retainer inlay dalam kasus ini tidak sesuai karena besarnya daya kunyah di
daerah molar.
1.18 Kehilangan molar pertama dan premolar kedua.

Jika oklusinnya normal dan geraham-geraham yang membatasi ruangan


kosong masih dalam keadaan baik, untuk kasus ini dapat dibuat jembatan yang
menggunakan molar kedua dan premolar pertama sebagai penyangga.

Sebagai retainer untuk molar kedua dipakai mahkota penuh dan pada
premolar pertama dapat dibuat mahkota atau mahkota berlapis.

1.19 Kehilangan molar pertama dan premolar pertama pada belah rahang
yang sama.

Jika bentuk pontik premolar pertama dirubah menjadi bentuk kaninus, maka
untuk kasus ini dapat dibuat suatu jembatan yang menggunakan hanya 2
penyangga yaitu molar kedua dan premolar kedua. Untuk kekuatan, pada kedua
penyangga dibuat retainer penuh. Pontik premolar pertama merupakan
kantilever.

1.20 Kehilangan keempat insisiv dan premolar pertama pada satu belah
rahang dan premolar kedua dan molar pertama pada belah rahang lainnya.

Ini adalah suatu contoh kasus untuk mana perlu dipertimbangkan apakah
suatu protesa partial tidak lebih pada tempatnya. Atas permintaan penderita dan
jika semua gigi-gigi yang akan dipakai sebagai penyangga dalam keadaan baik,
maka dapat dibuat jembatan 13 unit dengan gigi-gigi penyangga molar kedua,
premolar pertama dan kaninus pada satu belah rahang dan kaninus, premolar
kedua dan molar pertama pada belah rahang lainnya.

1.21 Kehilangan molar kedua.

Hanya dalam keadaan yang sangat langka, di mana molar ketiga memenuhi
persyaratan sebagai gigi penyangga dan memungkinkan operator melakukan
preparasi, pencetakan dan penyemenan yang baik, kasus ini dapat ditangani
dengan suatu jembatan yang teridir dari: pontik molar kedua dan 2 mahkota
penuh untuk molar pertama dan molar ketiga.

Jika molar keitga tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga tetapi
penderita menginginkan penggantian gigi yang bersifat tetap (fixed), maka cepat
dibuat suatu jembatan kantilever dengan menggunakan molar pertama dan
premolar kedua yang di-splint dengan mahkota penuh sebagai penyangga.

Pontik untuk molar kedua dibuat sempit, pendek dan berbentuk ovoid.

Untuk menjamin hygiene dari suatu tempat yang letaknya begitu jauh di
dalam mulut dan yang memang sulit untuk dibersihkan, disarankan kepada
penderia supaya molar ketiga dicabut.

1.22 Kehilangan molar pertama dan molar kedua

Untuk kasus ini jarang dapat dibuat jembatan, oleh karena keadaan molar
ketiga yang tidak dapat dijadikan gigi penyanngga.
1.23 Kehilangan molar pertama, premolar kedua dan premolar pertama

Jika oklusinnya normal, molar kedua dan kaninus yang akan dijadikan gigi
penyangga berakar panjang, kokoh dan mempunyai mahkota yang besar , untuk
kasus ini dapat dibuat jembatan yang berguna untuk waktu yang cukup lama.

Untuk menghilangkan lengan ungkit (lever arm), maka jembatan dibuat


lurus dari molar kedua sampai kaninus. Pontik pontik harus dibuat sempit,
embrasure dibuat lebar dan pada permukaan oklusalnya dibuat fisur-fisur
tambahan (spill-way) yang nyata.

Untuk mendapatkan kekuatan retensi yang maksimum, pada kedua


penyanngga dibuat mahkota penuh/berlapis (full coverage).

Вам также может понравиться