Вы находитесь на странице: 1из 5

Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di

bidang tertentu. Menurut 21st Century Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4),
terdapat enam kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21. Keenam
kompetensi tersebut yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kemampuan
berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan membaharui, literasi teknologi
informasi dan komunikasi, kemampuan belajar kontekstual serta kemampuan informasi dan
literasi media. Faktanya, di Indonesia keenam kompetensi tersebut belum tercapai dengan baik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survei TIMSS tahun 2011 yang menunjukkan bahwa rata-rata
prestasi sains yaitu sebesar 406. Hal ini berarti rata-rata siswa Indonesia hanya mampu
mengenali sejumlah dasar-dasar sains tetapi belum mampu menerapkan konsep-konsep yang
kompleks dan abstrak, serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah.

Pembelajaran IPA terdapat banyak sekali konsep-konsep ilmiah yang saling berhubungan yang
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Selain memperoleh pemahan yang lebih
mendalam, dalam pembelajaran biologi di kelas siswa dituntut mampu mengkomunikasikan apa
yang menjadi permasalahan dalam suatu pembelajaran melalui diskusi. Selain itu siswa juga
harus dapat mengkomunikasikan hasil diskusi suatu masalah tersebut di depan guru dan teman-
temannya sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih aktif.

Seperti menurut Kadir (2008:9), komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran di dunia pendidikan. Sebab adanya komunikasi yang baik akan memudahkan
proses pembelajaran. Komunikasi juga dapat berpengaruh terhadap ketrampilan pendidikan
sosial siswa. Sehingga kurangnya kemampuan berkomunikasi seseorang akan berpengaruh
terhadap pendidikan seseorang. Kurangnya kemampuan berkomunikasi juga masih terjadi di
Indonesia, salah satunya terjadi di bidang pendidikan yaitu di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat
dari penelitian Sumirat (2014:23) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2012/2013, yang
menyatakan rendahnya siswa dalam komunikasi pembelajaran dan disposisi matematis siswa.
Hal tersebut bisa dilihat dari aktifitas siswa yang tidak perduli pada bagaimana menjelaskan
jawaban dengan menggunakan bahasa yang benar, menuangkan ide atau pokok pikirannya
kedalam gambar, menjadi pendengar yang baik dalam diskusi serta siswa malu bertanya jika ada
kesulitan. Akibatnya siswa yang pasif lebih mendominasi dibandingkan dengan siswa yang aktif
berbicara misalnya dalam hal mengkomunikasikan informasi melalui kegiatan presentasi,
ataupun bertanya dan menyampaikan pendapat selama proses diskusi. Oleh karena itu guru
dalam menyusun persiapan mengajar perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai
dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal (Sanjaya,
2006:128).

Selain itu, hasil wawancara dengan guru IPA dan pengamatan terhadap siswa selama proses
pembelajaran IPA di SMP N 1 Negeri Katon, diperoleh informasi bahwa kemampuan
komunikasi lisan siswa belum optimal karena guru cenderung menggunakan metode ceramah
dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk
menyampaikan pendapat. Selain itu siswa merasa bosan dalam pembelajaran yang pada akhirnya
menjadikan siswa menjadi malas bertanya. Sehingga kemampuan komunikasi lisan siswa tidak
terlatih dengan baik. Selain komunikasi lisan, hasil belajar siswa yang rendah juga terjadi di
Indonesia, salah satunya di Provinsi Lampung. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya siswa di
Lampung yang tidak lulus pada ujian nasioal. Faktanya sebanyak 433 siswa di Provinsi Lampung
tidak lulus ujian nasional pada tahun 2012/2013 (Kemendikbud, 2013: 6). Hasil observasi yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Negeri Katon juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa untuk
mata pelajaran IPA kelas VII masih cukup rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai
ulangan harian pada materi pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan pada tahun 2014 menunjukkan sebanyak hampir 50 % nilai siswa masih dibawah
standar KKM. Sebagian siswa masih kesulitan dalam menguasai materi tersebut sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut salah
satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model
pembelajaran tipe NHT ini lebih menekankan pada pentingnya interaksi dan kerjasama dalam
suatu tim. Pembelajaran dengan menggunakan tipe NHT dapat digunakan untuk membuat siswa
lebih bertanggung jawab terhadap hasil belajar, karena mereka termotivasi dengan tugas-tugas
yang harus diselesaikan dan menjawab pertanyaan berdasarkan nomor yang mereka miliki .
Selain itu pembelajaran dengan menggunakan model NHT dapat mengaktifkan seluruh siswa dan
saling membantu dalam menguasai materi 4 pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal
(Chotimah dan Yuyun, 2009).
Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di
bidang tertentu. Menurut 21st Century Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4),
terdapat enam kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21. Keenam
kompetensi tersebut yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kemampuan
berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan membaharui, literasi teknologi
informasi dan komunikasi, kemampuan belajar kontekstual serta kemampuan informasi dan
literasi media. Faktanya, di Indonesia keenam kompetensi tersebut belum tercapai dengan baik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survei TIMSS tahun 2011 yang menunjukkan bahwa rata-rata
prestasi sains yaitu sebesar 406. Hal ini berarti rata-rata siswa Indonesia hanya mampu
mengenali sejumlah dasar-dasar sains tetapi belum mampu menerapkan konsep-konsep yang
kompleks dan abstrak, serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah.

Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun
2011 diketahui bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42
negara dengan skor rata-rata 386. Sedangkan survei Programme for International Student
Assesment (PISA) pada tahun 2012, menyatakan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia 6
berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan skor rata-rata 375. Berdasarkan data survey
tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Penyebab
hal tersebut terjadi salah satunya diduga karena pemahaman konsep siswa yang rendah. Faktor
penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa diantaranya berasal dari guru yaitu kurang
bervariasinya strategi pembelajaran yang digunakan sehingga kurang menarik perhatian siswa
untuk tetap fokus pada proses pembelajaran yang berlangsung. Salah satu strategi pembelajaran
yang paling sering digunakan yaitu strategi pembelajaran ekspositori. Pembelajaran dengan
strategi ini tidak memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi materi secara mandiri dan
kreatif. Sedangkan akar penyebab yang berasal dari siswa yaitu rendahnya kemampuan
komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis yaitu kemampuan untuk
menjelaskan atau menyajikan solusi dari suatu masalah matematika yang sedang dihadapi dalam
berbagai bentuk representasi seperti grafik, gambar, diagram dan lain-lain.
Sedangkan hasil penelitian Eviana dkk (2013) menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis berpengaruh terhadap pemahaman konseptual matematis siswa yang berusia 13
sampai 14 tahun dalam materi bangun ruang kategori rendah. Penelitian yang dilakukan oleh
para ahli tersebut belum mampu memberikan alternatif solusi dalam penelitian ini. Sehingga
peneliti merasa perlu untuk menerapkan strategi Creative Problem Solving (CPS) dalam
pembelajaran matematika di tingkat SMP untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemahaman
konsep ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.

Kenyataan yang dijumpai saat ini bahwa proses pembelajaran di Indonesia belum optimal. Hal
ini terungkap dalam hasil Trend in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa
kelas VIII tahun 2011, menunjukkan bahwa untuk bidang IPA Indonesia berada di urutan ke-40
dengan skor 406 dari 42 negara yang ikut berpartisipasi dalam tes. Skor tes IPA Indonesia ini
tururn 21 angka dibandingkan TIMSS 2007 (Napitupulu, 2013: 1). Hal ini menunjukkan masih
rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berikutnya yang sering dijumpai yaitu dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa yang pasif
lebih mendominasi dibandingkan dengan siswa yang aktif berbicara misalnya dalam hal
mengkomunikasikan informasi melalui kegiatan presentasi, ataupun bertanya dan menyampaikan
pendapat selama proses diskusi. Hal ini masih menjadi masalah klasik dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Ketika sesi tanya jawab, hanya sebagian kecil siswa yang bertanya atau menanggapi
terhadap presentasi yang disampaikan. Hal ini karena berbicara di depan umum atau
menyampaikan pendapat dalam proses diskusi masih dianggap hal yang menakutkan bagi siswa.
Sehingga siswa menjadi tidak aktif, kemampuan komuniksi lisan siswa tidak terlatih dengan
baik. Rendahnya kemampuan komunikasi lisan dan hasil belajar aspek kognitif siswa juga terjadi
di tingkat sekolah menengah pertama. Hasil wawancara dengan guru IPA dan pengamatan
terhadap siswa selama proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Natar, diperoleh informasi
bahwa kemampuan komunikasi lisan siswa belum dikembangkan. Diketahui bahwa selama
proses pembelajaran guru belum mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran 3 yang
berpusat pada siswa. Selama proses pembelajaran guru sering menggunakan metode diskusi yang
kurang interaktif, sebagian kecil saja siswa yang bersedia menyampaikan pendapatnya ketika
proses diskusi berlangsung, hal ini dikarenakan siswa cenderung malu dan belum memiliki
kepercayaan diri untuk mengungkapkan pikirannya sehingga pembelajaran membuat siswa
bosan dan akhirnya pencapaian hasil belajar kognitif siswa menjadi rendah. Berdasarkan uraian
di atas, maka diperlukan suatu alternatif model pembelajaran yang interaktif dan efektif sehingga
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa dalam belajar yang dapat memberikan
dampak positif terhadap hasil belajar kognitif siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut salah
satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif yang diduga bisa digunakan salah satunya adalah model pembelajaran
tipe Jigsaw. Model pembelajaran tipe Jigsaw ini lebih menekankan pada pentingnya interaksi dan
kerjasama dalam suatu tim. Selain itu Jigsaw menuntut kemandirian dan tanggung jawab setiap
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa dituntut untuk
benar-benar memahami pembelajarannya sendiri yang mana nantinya akan disampaikan pada
orang lain. Menurut Isjoni (2010: 54) model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mengaktifkan
seluruh siswa dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Sedangkan menurut Slavin (dalam Rohaeni 2013:3) esensi dari model
pembelajaran Jigsaw yaitu pembelajaran dimana setiap siswa dalam kelompok memiliki datu
penggalan informasi yang masing-masing berbeda 4 dan bertanggung jawab untuk
mengajarkannya kembali kepada teman-teman satu kelompoknya. Setelah seluruh ambaran
informasi bergabung, siswa telah memiliki puzzle utuh yang disebut Jigsaw. Tanggung jawab
yang dibebankan kepada siswa akan membuat siswa termotivasi untuk belajar dengan
bersungguh-sungguh dan menuntut siswa untuk mengkomunikasikan hasil belajarnya kepada
teman-temannya

Вам также может понравиться

  • Degradasi Dengan Katalis
    Degradasi Dengan Katalis
    Документ7 страниц
    Degradasi Dengan Katalis
    HestySukmasari
    Оценок пока нет
  • Penilaian Aspek Sikap Dan Ketrampilan Proses
    Penilaian Aspek Sikap Dan Ketrampilan Proses
    Документ3 страницы
    Penilaian Aspek Sikap Dan Ketrampilan Proses
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Peta Konsep Getaran
    Peta Konsep Getaran
    Документ1 страница
    Peta Konsep Getaran
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Soal Matematika
    Soal Matematika
    Документ9 страниц
    Soal Matematika
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Crosscutting Concept
    Crosscutting Concept
    Документ4 страницы
    Crosscutting Concept
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Contoh Lembar Validasi
    Contoh Lembar Validasi
    Документ55 страниц
    Contoh Lembar Validasi
    Wulan Panjaitan
    50% (2)
  • Filsafat Ilmu (KACAMATA)
    Filsafat Ilmu (KACAMATA)
    Документ10 страниц
    Filsafat Ilmu (KACAMATA)
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Contoh Lembar Validasi
    Contoh Lembar Validasi
    Документ55 страниц
    Contoh Lembar Validasi
    Wulan Panjaitan
    50% (2)
  • 11 Lks Pemuaian
    11 Lks Pemuaian
    Документ3 страницы
    11 Lks Pemuaian
    pena kayu
    Оценок пока нет
  • E Tiko Legal
    E Tiko Legal
    Документ19 страниц
    E Tiko Legal
    Yona Yolanda
    Оценок пока нет
  • Tycho Brahe
    Tycho Brahe
    Документ4 страницы
    Tycho Brahe
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Bahaya Pewarna Sintetik Dalam Makanan
    Bahaya Pewarna Sintetik Dalam Makanan
    Документ6 страниц
    Bahaya Pewarna Sintetik Dalam Makanan
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Naskah Drama
    Naskah Drama
    Документ1 страница
    Naskah Drama
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Pupuk
    Pupuk
    Документ13 страниц
    Pupuk
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Angket Curiousity
    Angket Curiousity
    Документ2 страницы
    Angket Curiousity
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Indikator El
    Indikator El
    Документ2 страницы
    Indikator El
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Tycho Brahe
    Tycho Brahe
    Документ4 страницы
    Tycho Brahe
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Pupuk
    Pupuk
    Документ13 страниц
    Pupuk
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет
  • Aaa
    Aaa
    Документ3 страницы
    Aaa
    Lady Wahyu Hapsari
    Оценок пока нет