Вы находитесь на странице: 1из 12

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KELOMANG KARYA QUICK

ZINK LA AZIVA

Oleh
Nadya Rizqi Hasanah Devi
Universitas Negeri Surabaya
nadyarizqihasanahdevi@gmail.com

Pendahuluan

Karya sastra menjadi bagian dari masyarakat ketika


menuliskan fenomena yang menggambarkan kondisi sosial yang
ada. Karya sastra- pengarang- semesta menjadi kesatuan yang
tak bisa dipisahkan karena akan selalu memiliki keterkaitan.
Pengarang yang merupakan bagian dari masyarakat memberikan
komentar atas peristiwa-peristiwa yang terjadi melalui karyanya.
Tak menutup kemungkinan jika karya sastra tersebut lebih
cenderung mengkritisi, baik mengenai kehidupan sosial ataupun
kondisi politik pemerintah yang sedang berkuasa.
Sebagaimana novel Kelomang karya Qizink La Aziva.
Sebagai pribumi yang lahir di Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten. Melalui novelnya, ia dengan lugas menceritakan sisi
gelap dari pemerintahan provinsi Banten. Ketidakpedulian
pemerintah atas kondisi rakyatnya sering digambarkan melalui
berbagai kasus yang ada. Dimulai dari penguasa yang
ditunjukkan melalui tokoh Sakib, ia menjadi orang yang paling
berpengaruh di provinsi Banten. Ia dapat mendudukkan
keponakannya sebagai bupati dengan mudah, Bupati Jamaludin
selalu bekerjasama dengan Sakib dalam berbagai proyek yang
berada dalam wewenangnya. Kerjasama tersebut tak ela
berujung pada praktik korupsi.
Dari rangkaian cerita yang dihadirkan dalam Novel
Kelomang menunjukkan permasalahan dalam dunia politik
provinsi Banten. Kehidupan pemerintahan yang tidak
menunjukkan kepedulian untuk kepentingan masyarakat. Bupati
Jamaluddin menunjukkan perilaku yang menyimpang dalam
menyelenggarakan praktik kehidupan bernegara. Ia tidak lagi
memedulikan kesejahteraan rakyatnya, akan tetapi ia hanya
memikirkan cara untuk memperkaya diri sendiri dan sanak
saudaranya. Dari gambaran keburukan dalam kehidupan politik
tersebut ia memunculkan tokoh yang menjadi pengungkap noda-
noda politik tersebut. Yaitu, tokoh-tokoh Saija, Lukman, dan
Yanto. Tokoh tersebut menjadi garda depan dalam melawan
praktik-praktik KKN yang dilakukan Sakib dan kerabatnya.

Belajar dari tokoh Saija, Lukman dan Yanto maka dapat


menyadarkan akan pentingnya berperan aktif dalam mengawal
jalannya pemerintahan, khususnya pada pemerintah yang
dengan jelas telah menindas hak rakyatnya. Bukalanlah rakyat
yang baik jika hanya mampu menutup mata tanpa harus
mengerti penderitaan rakyat lainnya yang terinjak-injak haknya.
Sudah sepatutnya sebagai warga negara yang baik tetap
mengawasi jalannya pemerintahan sebagai orang yang berhak
mengatur dalam kehidupan bernegara. Rakyat harus berperan
aktif untuk memberikan apresiasi ataupun mengkritisi atas
kebijakan-kebijakan yang tidak menunjukkan sikap pro rakyat.
Hal itulah yang dinamakan dengan kritik sosial, sebagai
menunjukkan bahwa rasa peka terhadap permasalahan sosial
yang terjadi masih dimiliki oleh rakyat.

Pembahasan
Tentang kritik sosial, Rendra menyatakan adalah kewajiban
seorang penyair untuk mengritik semua operasi di masyarakat,
baik yang bersifat sekuler maupun spiritual yang menyebabkan
kemacetan di dalam kehidupan kesadaran. Sebab kemacetan
kesadaran adalah kemacetan daya cipta, adalah kemacetan daya
hidup, dan melemahkan daya pembangunan (Rendra, 2001: 6).
Merujuk dari pendapat tersebut, maka penyair ataupun penulis
memiliki wadah dalam menyatakan pendapat melalui karya-
karyanya. Membuka mata atas fenomena yang terjadi
melahirkan sebuah kesadaran dan gagasan yang dapat
mendorong seseorang untuk melakukan kritik sosial. Kritik sosial
yang merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam kehidupan
bernegara tentu saja dapat membantu tercapainya cita-cita
negara.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Qizink La Aziva dengan


novelnya yang berjudul Kelomang. Melalui tokoh Yanto, Lukman
dan Saija ia mengajarkan mengenai keberanian dalam
melakukan kritik sosial atas pemerintah yang berkuasa.
Meskipun halangan sering kali menghambat langkah mereka
dalam menyuarakan kritiknya. Akan tetapi hal itu tidak membuat
mereka diam dan membiarkan permasalahan sosial itu berlarut-
larut.

Menurut Soekanto (1990: 46), suatu masalah sosial akan


timbul, apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai dan
norma norma yang berlaku dengan kenyataan yang dihadapi.
Berdasarkan pendapat tersebut, permasalahan sosial akan
muncul apabila terdapat ketidaksesuaian antara norma atau nilai
dengan fenomena yang terjadi. Permasalahan sosial dapat
muncul baik dalam wilayah pemerintahan, antara penyelenggara
pemerintahan dan rakyatnya ataupun permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka permasalahan sosial


yang terjadi dalam novel adalah mengenai penyelewengan
kekuasaan oleh Bupati Jamaluddin dan praktik KKN yang
didukung oleh pengusaha besar, yang merupakan keluarganya,
yaitu Tuan Sakib. Bupati Jamaluddin dengan jelas telah
menimbulkan permasalahan sosial karena melanggar norma dan
nilai hidup dengan memberikan izin penambangan pasir laut,
yang tentu saja mengganggu masalah lingkungan dan kehidupan
perekonomian warga nelayan yang tinggal di daerah tersebut.
Sebagaimana dalam kutipan berikut.

izin itu pasti secepatnya dikeluarkan, ya kan? tanya


Sakib kepada Jamaluddin. Sakib tak perlu menunggu
jawaban karena ia merasa yakin anak asuhnya itu akan
menuruti perintahnya. masalah keamanan di lokasi
penambangan serahkan saja sama saya tapi...
Tapi apa lagi...? sela Toni.
Kamu juga harus ngerti kalau semua ini butuh
operasional...
O... masalah itu sudah kami siapkan, kami sudah
siapkan sepuluh truk pasir basah kalai izin sudah
keluar... (Aziva:2016)

Kutipan tersebut menunjukkan praktik korupsi yang dilakukan


Bupati Jamaluddin Tuan Sakib bersekongkol untuk melaksanakan
proyek penambangan pasir yang dilakukan oleh PT. Bintang Laut.
Proyek tersebut tidak memprioritaskan kepentingan masyarakat
bersama, karena mendatangkan kerusakan alam khususnya di
daerah sekitar pertambangan. Sebagai seorang Bupati,
Jamaluddin tidak mempertimbangkan hal tersebut. Ia justru
memberikan izin bahkan membantu pelaksanaan pertambangan,
dengan meminta perusahaan tersebut memberikan kompensasi
padanya. Hal tersebut tentu saja kesempatan baginya untuk
mempertebal dompet diri sendiri. Penyelewengan kekuasaan
yang ia lakukan membuat geram aktivis-aktivis dari pecinta alam
maupun dalam dunia jurnalistik. Sebagaimana Saija, Yanto dan
Lukman dalam upayanya melakukan kritik sosial untuk
mengecam proyek penambangan tersebut.

Astrid Susanto berpendapat bahwa kritik sosial adalah suatu


aktifitas yang berhubungan dengan penilaian (juggling),
perbandingan (comparing), dan pengungkapan (revealing),
mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan
nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai yang dijadikan
pedoman. Kritik sosial memiliki fungsi sebagai kontrol terhadap
jalannya suatu proses bermasyarakat. Berdasarkan pendapat
tersebut maka dapat diketahui bahwa aktifitas kritik sosial
memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat,
khususnya antara pemerintah dengan rakyatnya. Sebelum
menyampaikan kritik sosial, alangkah baiknya apabila
masyarakat mengetahui dasar yang menjadi langkahnya dalam
berkritik.

Dalam novel Kelomang permasalahan sosial yang menjadi


perhatian pemerhati dan kritikus adalah penambangan pasir laut.
Sebagai aktivis lingkungan tokoh Saija tidak gentar
menyampaiakan kritiknya atas sikap pemerintah yang
mendukung proyek penambangan pasir. Sebagaimana dalam
kutipan.

Aku sudah baca dokumen analisis dampak


lingkungannya, ujar Saija yakin. Perusahaan-perusahaan
yang membuang limbah di sepanjang sungai Ciujung itu
juga sudah punya dokumennnya. Tapi isi analisisnya
ternyata hampa, dokumen itu hanya formalitas untuk
mendapat legalitas perizinan masyarakat tetap menjadi
korban karena air sungai Ciujung setiap tahun selalu
tercemar limbah pabrik. Kita jangan gampang percaya
dengan dokumen-dokumen yang hanya berisi pepesan
kososng. Kalau sudah tercemar pemerintah juga tidak
berdaya.... (Aziva,2016:40)

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Saija menilai


(juggling) bahwa penambangan pasir laut akan memberikan
dampak buruk bagi masyarakat. ia juga menilai bahwa
pemerintah dengan pihak perusahaan juga memberikan
perizinan tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi
masyarakat. pemerintah cenderung tidak memperjuangkan hak
rakyatnya. Hal tersebut membuat Saija tergerak untuk
menyuarakan kritiknya terhadap pemerintah, demi
memperjuangkan hak-hak rakyat yang kecil.

Dalam meyakinkan kritik yang hendak disampaikan, Saija dan


teman-temannya dalam komunitas pecinta alama tersebut
melakukan riset dengan proses perizinan penambangan pasir di
Selat Sunda. Sebagaimana dalam kutipan berikut.

Den coba kamu ceritakan pengalaman ayahmu yang


diundang sosialisasi rencana penambangan pasir di laut
Sunda! Pinta Saija.

Pembahasannya di hotel. Waktu datang ke lokasi acara,


ayahku dan warga lainnya sudah disodori dua lembar
kertas yang harus ditandatangani. Semula warga tidak
curiga karena di bagian atas kertasnya tertulis daftar
hadir... Deden kembali mengenang cerita yang di dapat
dari ayahnya tersebut. Nggak tahunya tanda tangan
daftar hadir itu dijadikan dokumen lampiran oleh
perusahaan untuk mendapatkan izin. Padahal yang ikut
sosialisasi nggak semua setuju,lanjut Deden (Aziva,
2016:4041)

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Tokoh Saija melewati


langkah membandingkan (compare). Untuk mengkaji
permasalahan yang dihadapi, ia memelajari pola permasalahan
dari kasus yang serupa. Yaitu dari penambangan pasir laut yang
berada di selat sunda. Berdasarkan wawancara dengan
temannya sendiri, Deden yang menjadi anak nelayan korban
penambangan pasir, ia menuturkan bahwa proses perizinan dari
perusahaan yang terkait telah menunjukkan indikasi yang tidak
baik. Pihak perusahaan melakukan memanipulasi proses
perizinan dengan warga sekitar, sehingga tidak tampak
penolakan warga. Belajar dari hal tersebut, tokoh Saija bersama
teman-teman pun bertekad untuk memperjuangkan hak warga
untuk menolak penambangan pasir laut.

Mulai dari stadion, rombongan massa bergerak menuju


kantor bupati yang jaraknya hampir satu kilometer.
Sebagian dari mereka adalah warga di sekitar pantai utara
dan pantai barat Kabupaten Serang yang daerahnya bakal
menjadi lokasi penambangan pasir laut. Warga tak
sendirian turun ke jalan. Di antara mereka ada perwakilan
mahasiswa, aktivis lingkungan, dan tokoh msyarakat. Saija
dan kawan-kawan pun ikut serta, bahkan Saija-lah yang
dipercaya warga untuk memimpin aksi ini (Aziva,2016:103)

Kutipan tersebut menjelaskan tahap revealing atau


mengungkapkan kritik sosial. Tokoh Saija, teman-teman, warga
sekitar, dan tokoh masyarakat lebih memilih untuk meyuarakan
pendapatnya dengan turun ke jalan atau berdemo. Di depan
kantor bupati mereka meneriakkan keadilan bagi diri mereka,
mereka mendesak pemerintah untuk menekan perusahaan yang
berkaitan dengan penambangan pasir laut. Belajar dengan
Tokoh Saija yang berani untuk mempimpin aksi turun jalan atau
demo demi menyuarakan kritik dan aspirasinya.

Sementara Tokoh Saija sebagai aktivis lingkungan mengkritisi


proyek penambangan pasir, begitu pula dengan Tokoh Yanto dan
Lukman yang terus menyoroti sikap pemerintah atas proyek
tersebut dalam dunia jurnalistik. Sebagai redaktur dan wartawan
senior di media cetak mata pena, mereka tetap
mempertahankan sikap idealisnya agar mampu menyuguhkan
berita yang berkualitas bagi masyarakat. sebagaimana dalam
kutipan.

kasus dugaan suap itu menguap. Tak ada kelanjutannya!


Apakah tudingan adanya dugaan siap yang dilontarkan
pengacara PT Bintang Laut itu benar atau tidak, masih
gelap, Ucap Yanto setelah lukman, menyerahkan kembali
ipadnya, sekarang PT. Bintang Laut kabarnya akan
kembali melakukan penambangan pasir laut di daerah
pantai utara dan beberapa titik pantai barat. Instingku
sebagai wartawan, ada ketidakberesan dalam proses
perizinan penambangan pasir ini. Aku minta kamu
menginvestigasi masalah ini, ucap Yanto.

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Yanto dan Lukman


menilai PT Bintang Laut melakukan pelanggaran dalam
melakukan perizinan. Pernyataan tersebut ia dapatkan setelah
membandingkan proyek yang dilakukan PT Bintang Laut,
sebelumnya. Mereka mendapatkan fakta bahwa perusahaan
telah tersangkut dalam kasus dugaan suap yang tidak berujung.
Merekapun menduga pemerintah setempat memiliki peran yang
besar dalam kasus ini. Oleh karena itu Yanto dan Lukman
bertekad untuk menelusuri fakta tersebut dan dapat
mengungkapkannya dalam berita.

Akan tetapi, perjalanan Yanto dan Lukman untuk melakukan


misinya mengalami berbagai kendala. Termasuk akibat dari
campur tangan Tuan Sakib, selaku pengusaha besar di provinsi
Banten. Tuan Sakib cukup geram menghadapi berita yang
mengusik pekerjaannnya. Hingga ia pun memutuskan untuk
melawan media mata pena dengan menjadi investor untuk
mereka.
Petinggi media mata pena pun dengan terbuka menerima
investasi tersebut. Hal itu berdampak dengan karir Yanto dan
Lukman. Sebagai seorang redaktur Yanto dengan tegas menolak
suap dari Arya yang merupakan kaki tangan Tuan Sakib. Ia
memahami bahwa niat Arya tidak lain hanya untuk menyetir
Yanto agar tidak menyuguhkan berita mengenai fakta sepak
terjang Sakib dan keluarganya. sikapnya tersebut membuat
dirinya harus dimutasi dan ia pun memilih untuk keluar dari
perusahaan tersebut.

Hal tersebut juga terjadi pada Lukman, ia melakukan


investigasi mendalam mengenai Penambangan Pasir Laut PT
Bintang Laut, akan tetapi berita yang ia tulis justru mengalami
editing yang cukup banyak, karena telah merubah isi dalam
berita. Akan tetapi peristiwa tersebut tidak menyiutkan
kegigihan Lukman sebagai seorang wartawan. Ia terus
melanjutkan investigasi, menggali data mengenai kasus
tersebut. Jalan yang ia tempuh pun mendapatkan kemudahan
dengan bantuan Lutfi, mantan manajer PT. Bintang Laut.

Setelah menggali beberapa fakta mengenai proyek dari PT


Bintang Laut dan melakukan investigasi keterlibatan pemerintah
setempat, ia pun memutuskan untuk mengungkapkan kritik
tajamnya melalui media internet dan jejaring sosial.
Sebagaimana dalam kutipan.

Sejam lalu Lukma mengunggah tulisannya tentang dugaan


suap proyek penambangan pasir laut ke blog pribadinya.
Tulisan itu lalu ia bagikan melalui sejumlah akun jejaring
sosial miliknya. Ia juga membagikan tautan itu melalui
pesan singkat kepada beberapa orang yang ia nilai perlu
membacanya, seperti aparat penegak hukum, para aktivis
lingkungan dan tentu saja Yanto (Aziva,2016:156)
Kutipan tersebut menunjukkan Lukman cukup berani untuk
mengkritisi melalui jejaring internet. Berbeda dengan Saija yang
melakukan aksi dengan turun jalan, ia lebih memilih untuk
menunjukkan tajam tulisannya dan menyebarkannya pada para
pengguna. Kritik yang dilakukan Lukman tersebut, tentu saja
dapat dengan mudah dijangkau dan diakses siapa pun hingga
menjadi viral di dunia maya. Melalui unggahan tulisan di dunia
maya, hal itu akan menciptakan wacana bagi masyarakat agar
tetap membuka mata terhadap persoalan yang terjadi, khusunya
yang berkaitan dengan politik yang menyangkut kepentingan
bersama.

Sementara itu, selain menyebarkan berita, ia juga melakukan


aksi nyata dengan membuat laporan atas kasus tersebut sebagai
dugaan korupsi, sebagaimana dalam kutipan berikut.

Di sela kesibukannya menjawab komentar-komentar


pembaca, Lukman menyiapkan beberapa dokumen
pendukung hasil liputannya. Dokumen-dokumen itu
sebagian berasal dari Lutfi, mantan manajer PT Bintang
Laut, sebagian lain hasil investigasinya. Ia sudah
memantapkan diri untuk mengirimkan dokumen-dokumen
tersebut ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Lukman tak
ingin hanya menyampaikan berita hasil investigasinya. Ia
ingin agar kasus yang ia selidiki diproses lebih lanjut secara
hukum. Ia tak perlu menunggu orang lain untuk
melaporkan dugaan permainan uang ini kepada aparat
penegak hukum bila ia sendiri sanggup untuk
melakukannya (Aziva,2016:157).

Kutipan tersebut menunjukkan keberanian dalam melakukan


kritik sosial. Ia menyadari sebagai warga negara, ia tidak patut
untuk diam saja apabila melihat penyelewangan kekuasaan
dalam penyelengaraan kehidupan bernegara. Setelah ia memiliki
bukti yang kuat sebagai dasar kritiknya, ia pun tidak segan untuk
melaporkannya pada pihak yang yang memiliki wewenang untuk
menyelidikinya. Melalui tokoh Lukman menunjukkan penting bagi
seorang warga negara untuk peka dan terus mengkritisi dalam
mengawal pemerintah dalam menyelenggarakan kehidupan
bernegara, demi tercapainya cita-cita kehidupan bersama yang
baik.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, tampak kritik sosial yang


dilakukan oleh tokoh Saija, Lukman dan Yanto. Jika Saija sebagai
aktivis lingkungan melakukan kritik sosial dengan menampung
aspirasi masyarakat dan membantu menyampaikannya dengan
turun ke jalan atau berdemo. Berbeda dengan Yanto dan Lukman
sebagai lakon dalam dunia jurnalistik, mereka melakukan
investigasi mendalam dengan menggali berita dan fakta
mengenai perusahaan dan peren pemerintah dalam kasus
penambangan pasir laut. Setelah mendapatkan data yang cukup,
ia pun menulis berita untuk dipublikasikan di media cetak
maupun media online jejaring sosial.

Kedua bentuk kritik sosial tersebut menjadi penting dalam


mengawal penyelenggaraan kehidupan bernegara. Aksi turun
jalan atau demo menjadi wadah menyuarakan pendapat melalui
aksi yang nyata sehingga para petinggi pemerintah dapat
mendengarkan suara rakyatnya. Kemudian, dapat menjalin
dialog bersama untuk menuntaskan suatu permasalahan.
Sementara itu, kritik sosial yang dilakukan di dunia maya juga
memiliki keuntungan tersendiri, yaitu kemudahan dan kecepatan
dalam menyebarkan berita. Hal tersebut dapat menjadi jalan
untuk membuka wacana bagi masyarakat. selama berita yang
disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka
melalui hal tersebut akan sadar dan membuka mata masyarakat
agar lebih mengetahui fenomena yang terjadi di lingkungannya.
Sehingga apabila terdepat penyelewengan yang dilakukan
pemerintah, masyarakat bersama-sama akan mengkritisinya dan
membuat pemerintah meluruskannya. Dengan demikian,
melakukan kritik sosial dari kedua cara yang telah dicontohkan di
atas menjadi penting, agar tidak menjadi warga negara yang
apatis dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.

Daftar Pustaka

Aziva, Qizink La. 2016. Kelomang. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Anonim, Kritik Sosial artikel diakses pada 15 Mei 2017dari


http//sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/02/kritiksosial
.html

Вам также может понравиться