Вы находитесь на странице: 1из 10

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index


Oktober 2016

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP


HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK
PADA MATERI GELOMBANG MEKANIK KELAS XI IPA SMA
NEGERI 1 KABUPATEN SORONG

THE APPLICATION OF MODEL COOPERATIVE TPS TYPE ON


COGNITIVE LEARNING RESULTS AND ACTIVITIES OF THE
STUDENTS IN CLASS MECHANICAL WAVES XI SMA NEGERI 1
DISTRICT SORONG

Tirza Pangkali1, Iriwi L.S. Sinon2, Sri Wahyu Widyaningsih3


1, 2, 3
Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNIPA Jalan Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat 98314
e-mail: 1tirzapangkali130@gmail.com, 2i.sinon@unipa.ac.ad, 3s.widyaningsih@unipa.ac.ad

Diterima: 19 Agustus 2016. Disetujui: 12 Oktober 2016. Dipublikasikan: Oktober 2016

Abstract: This study aims to determine and measuring the differences of the cognitive learning and activity
on learners using direct instruction and cooperative TPS type in class XI IPA SMA Negeri 1 Sorong. This
research is Quasi-experimental research which used The Matching Only Posttest Control Group Design.
This study occur on two classes; XI IPA 1 as an experimental class and class XI IPA 2 as the control class.
The results shows that the average cognitive achievement test at 78,82 and the average activity 88,66,
while the control class 70,59 and the average activity 84,21. It shows the results of learning and activity
using TPS type of cooperative learning more effective. The results of data processing using independent
sample t-test, with significance level = 5% obtained t = 2,396. Value t tabel =1,694 so thitung> ttabel which
means H0 rejected, so there are significant differences of cognitive achievement between control and
experimental class.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur perbedaan hasil belajar kognitif dan
aktivitas peserta didik menggunakan model pembelajaran direct instruction dan kooperatif tipe TPS di
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kabupaten Sorong. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan The
Matching Only Posttest Control Group Design. Penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas XI IPA 1
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata tes hasil belajar kognitif kelas eksperimen sebesar 78,82 dan rata-rata aktivitas peserta didik
88,66, sedangkan kelas kontrol 70,59 dan rata-rata aktivitas peserta didik 84,21. Hal ini menunjukan hasil
belajar dan aktivitas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif. Hasil
pengolahan data menggunakan Independent Sample t-test dengan taraf signifikan = 5% diperoleh thitung =
2,396. Nilai ttabel=1,694 sehingga thitung > ttabel yang berarti H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar kognitif antara kelas kontrol dengan eksperimen.

2016 Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung

Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, kooperatif tipe TPS

PENDAHULUAN 2003, tentang sistem Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu Nasional:
bagian terpenting dalam fase kehidupan Pendidikan adalah usaha sadar dan
manusia yang akan menentukan terencana untuk mewujudkan suasana
peradaban manusia pada masa yang akan belajar dan proses pembelajaran agar
datang (Widyaningsih, S.W & Yusuf, I, peserta didik secara aktif
2015: 681). Menurut UU No. 20 tahun mengembangkan potensi dirinya untuk
174. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

memiliki kekuatan spiritual penting karena pada dasarnya belajar


keagamaan, pengendalian diri, adalah berbuat.
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Proses pembelajaran pada
serta keterampilan yang diperlukan. Kurikulum 2013 untuk semua jenjang,
Output dari pendidikan ini berupa dilaksanakan dengan pendekatan ilmiah
pengetahuan dan keterampilan, dan (scientific approach). Pendekatan
perilaku yang diterima masyarakat. scientific dalam pembelajaran
Karena tujuan pendidikan pada dasarnya sebagaimana dimaksud meliputi:
adalah untuk mengantarkan peserta didik mengamati, menanya, mengumpulkan
menuju perubahan-perubahan tingkah data, mengasosiasi dan
laku, baik berupa pengetahuan, sikap, mengkomunikasikan. Kurikulum 2013
moral, maupun sosial agar hidup mandiri mengutamakan nilai kompetensi
sebagai makhluk individu dan hidup berimbang yakni: kompetensi sikap,
bermasyarakat dengan baik sebagai keterampilan dan pengetahuan.
makhluk sosial (Chasanah, U.U, dkk, Widyaningsih, S.W (2011: 299)
2016: 25). mengatakan bahwa fisika adalah bagian
Menurut Saenab (2012) pendidikan dari ilmu pengetahuan alam yang
yang efektif adalah suatu pendidikan yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa
memungkinkan peserta didik untuk dapat pengetahuan, gagasan dan konsep yang
belajar dengan mudah, menyenangkan terorganisir tentang alam sekitar yang
dan tujuan dapat tercapai sesuai dengan diperoleh dari pengalaman melalui
yang diharapkan, dengan demikian serangkaian proses ilmiah. Pembelajaran
pendidik dituntut untuk dapat fisika bertujuan untuk memberikan bekal
meningkatkan keefektifan pembelajaran. pengetahuan tentang fisika, kemampuan
Belajar dimulai dengan adanya dalam keterampilan proses serta
dorongan dan semangat. Dalam proses meningkatkan kreativitas dan sikap ilmiah
pelaksanaan pembelajaran, guru selalu pada peserta didik (Candra, 2013).
dituntut untuk meningkatkan kualitasnya Menurut pendapat tersebut, peserta didik
dalam pembelajaran. Kualitas guru dapat dapat memperoleh pengetahuan,
ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses keterampilan dan sikap ilmiah mengenai
dan segi hasil. Kusuma (2012) gejala atau fenomena alam, sehingga
menjelaskan bahwa dari segi proses, guru peserta didik dituntut untuk aktif dalam
dapat dikatakan berhasil apabila mampu proses pembelajaran, bukan hanya
melibatkan sebagian besar peserta didik sekedar menghafal teori dan rumus saja.
secara aktif, baik fisik, mental, maupun Sedangkan, pada hakikat pembelajaran
sosial dalam pembelajaran. Sedangkan Kurikulum 2013, peserta didik diharapkan
dari segi hasil, guru dikatakan berhasil mampu menghubungkan teori yang
apabila pembelajaran yang diberikannya diperoleh dengan kehidupan nyata sehari-
mampu mengubah perilaku sebagian hari.
besar peserta didik kearah penguasaan Kenyataan di lapangan
kompetensi dasar yang lebih baik. menunjukkan bahwa kondisi
Menurut Mufidah (2013) aktivitas pembelajaran fisika masih tidak sesuai
peserta didik selama pembelajaran dengan teori tersebut, sebagian peserta
mencerminkan adanya motivasi ataupun didik masih menganggap fisika
keinginan peserta didik untuk belajar. merupakan mata pelajaran yang sulit dan
Dalam kegiatan belajar mengajar kedua membosankan karena mereka kesulitan
Dalam proses pembelajaran aktivitas untuk memahami konsep fisika,
belajar merupakan unsur yang sangat banyaknya rumus yang harus dihafal
tanpa dituntut untuk memahami dan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182 175

mengembangkan informasi yang dapat yaitu dapat menumbuhkan keterlibatan


diaplikasikan dalam kehidupan sehari- peserta didik dengan memberikan
hari, sehingga menyebabkan rendahnya kesempatan terbuka pada peserta didik
ketuntasan hasil belajar dan aktivitas untuk berbicara, mengutarakan
peserta didik. Agar pembelajaran fisika gagasannya sendiri dan memotivasi
tidak membuat peserta didik jenuh, maka peserta didik untuk terlibat percakapan
guru harus kreatif dan mampu memotivasi dalam kelas. Dengan demikian
peserta didik (Jurmani, 2014). menggunakan model pembelajaran
SMA Negeri 1 Kabupaten Sorong kooperatif tipe TPS dapat membantu
merupakan salah satu sekolah menengah peserta didik dalam berkomunikasi untuk
atas yang berada di Kabupaten Sorong menyampaikan informasi, seperti
yang menerapkan Kurikulum 2013. Hasil menyatakan ide, mengajukan pertanyaan
observasi dan wawancara dengan guru dan menanggapi pertanyaan orang lain
mata pelajaran fisika menyatakan bahwa (Marlina, 2014).
ketuntasan belajar peserta didik di bawah Langkah-langkah pembelajaran
kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. kooperatif adalah sebagai berikut:
Rendahnya hasil belajar peserta didik
karena kurangnya peran peserta didik Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif
dalam proses pembelajaran. Kegiatan Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Kurikulum 2013 Kooperatif
merupakan pembelajaran yang berpusat Pendahuluan Fase 1 Menyampaikan Tujuan
pada peserta didik. Oleh karena itu, untuk dan Memotivasi Peserta Didik
melihat hasil belajar dan aktivitas peserta Inti Fase 2 Menyajikan Informasi
didik maka pembelajaran yang semula Fase 3 Mengorganisasikan
Peserta Didik kedalam
berpusat pada guru menjadi berpusat pada Kelompok Kooperatif
peserta didik. Fase 4 Membimbing kelompok
Dalam proses pembelajaran, peserta Belajar
didik perlu mengerti apa makna yang Penutup Fase 5 Evaluasi
dipelajarinya, apa manfaatnya, dalam Fase 6 Memberi Penghargaan
status apa mereka, dan bagaimana cara (Nurlaila, 2013)
mencapainya (Widyaningsih, S.W &
Yusuf, I, 2015: 224). Hal ini dapat Dalam proses belajar mengajar tidak
dilakukan dengan cara menerapkan model ada model pembelajaran yang sempurna.
pembelajaran kooperatif tipe TPS (think Suatu model pembelajaran pasti
Pair share) di kelas XI IPA SMA Negeri mempunyai kelebihan dan kekurangan
1 Kabupaten Sorong yang memiliki masing-masing. Kelebihan model
kemampuan di bawah nilai Kriteria kooperatif tipe TPS Menurut Miftahul
Ketuntasan Minimal (KKM). TPS (Kuswati, 2011) yaitu: meningkatkan
memberikan kesempatan lebih banyak partisipasi, cocok untuk tugas-tugas yang
kepada peserta didik untuk berpikir, untuk sederhana, masing-masing anggota
merespon, dan untuk saling membantu memiliki lebih banyak kesempatan untuk
(Arends, 2008). berkontribusi pada kelompoknya,
Model pembelajaran kooperatif tipe interaksi lebih mudah, pembentukkannya
TPS adalah salah satu model lebih cepat dan mudah.
pembelajaran yang cukup efektif untuk Sedangkan kekurangan model
meningkatkan hasil belajar peserta didik pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu:
karena peserta didik dituntut melakukan banyak kelompok yang akan melapor
aktivitas lebih banyak saat belajar. tugasnya pada guru, guru harus banyak
Keutamaan model pembelajaran tipe TPS memonitor banyak kelompok, lebih
176. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

sedikit ide yang muncul, dan jika ada 271). Rancangan ini melibatkan hasil
perselisihan tidak ada penengah. belajar kognitif dari dua kelompok yang
Berdasarkan permasalahan yang dibandingkan yaitu kelompok eksperimen
dihadapi peserta didik dan guru dalam dan kelompok kontrol berdasarkan
proses pembelajaran di kelas dan solusi pengukuran akhir dari dua kelompok.
yang ada untuk menghadapi permasalahan Kelompok eksperimen diajarkan
tersebut, maka perlu diadakan suatu menggunakan model kooperatif tipe TPS
penelitian untuk meningkatkan hasil dan kelas kontrol menggunakan model
belajar dan aktivitas peserta didik. Hal ini konvensional yaitu Directt Instruction.
yang menjadi latar belakang penulis Teknik analisis data pada penelitian
melakukan penelitian dengan judul: ini menggunakan uji homogenitas
penerapan model kooperatif tipe TPS digunakan untuk mengetahui apakah
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif sampel dari populasi yang homogen atau
dan aktivitas peserta didik pada materi tidak homogen. Uji homogenitas
gelombang mekanik kelas XI IPA SMA dilakukan dengan melihat keadaan
Negeri 1 Kabupaten Sorong. kehomogenan populasi. Peneliti
Aktivitas belajar peserta didik menggunakan uji Levenes test dan
sangat diperlukan, karena prinsipnya ANOVA untuk melihat data kelas
belajar itu berbuat atau melakukan eksperimen dan kontrol homogen atau
aktivitas. Aktivitas belajar adalah tidak. Kedua kelas dinyatakan homogen
keterlibatan peserta didik dalam sikap, bila nilai sig > 0,05.
pikiran, perhatian dalam belajar guna Tahap akhir uji hipotesis ini
keberhasilan proses pembelajaran. Pada digunakan untuk mengetahui adanya
penelitian ini aktivitas peserta didik yang pengaruh penerapan model pembelajaran
diamati yaitu memperhatikan penjelasan kooperatif tipe snowball throwing
guru, diskusi, bertanya, berpendapat, terhadap hasil belajar kognitif peserta
memberi saran dan laporan. Aktivitas didik. Uji hipotesis ini dilakukan untuk
peserta didik akan diukur pada lembar melihat perbedaan yang signifikan hasil
observasi. Sedangkan, hasil belajar tes dari kelompok eksperimen dan
peserta didik yang akan diteliti pada ranah kelompok kontrol. Karena data homogen
kognitif yaitu mengingat (C1), memahami dan terdistribusi normal maka uji yang
(C2), mengaplikasikan (C3) dan digunakan dalam penelitian ini
menganalisis (C4). menggunakan rumus uji t. Uji t
adalah salah satu tes statistik yang
METODE PENELITIAN dipergunakan untuk menguji kebenaran
Penelitian ini dilaksanakan dengan atau kepalsuan hipotesis nihil yang
metode kuasi eksperimen. Metode quasi menyatakan bahwa diantara dua buah
eksperimen adalah metode penelitian mean sampel yang diambil tidak terdapat
dengan memberikan perlakuan tertentu perbedaan yang signifikan.
pada sampel penelitian. Metode ini tidak Dalam pengujian tersebut peneliti
mengambil subjek secara acak dari menggunakan software SPSS 22 untuk
populasi tetapi menggunakan seluruh analisis uji normalitas, homogenitas dan
subjek dalam kelompok yang utuh (intact uji t. Nilai thitung dibandingkan dengan
group) untuk diberikan perlakuan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% ( =
(treatment). 0,05). Apabila nilai thitung< ttabel maka H0
Desain penelitian yang digunakan diterima. Sebaliknya jika nilai thitung> ttabel
pada penelitian ini adalah The Matching berarti H0 ditolak. Adapun perumusan
Only Posttest Control Group Design hipotesis statistik penelitian adalah:
(Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 2009:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182 177

H0 : 1 = 2
Ha : 1 2
Keterangan:
H0 : hipotesis nihil atau hipotesis nol HASIL DAN PEMBAHASAN
Ha : hipotesis alternatif Pengujian persyaratan analisis data
1 : rata-rata hasil belajar pada penelitian ini meliputi uji normalitas
kognitifkelompok eksperimen dan uji homogenitas. Uji normalitas dan
2 : rata-rata hasil belajar kognitif homogenitas di kelas ekperimen dan kelas
kelompok kontrol kontrol dilakukan dengan menggunakan
SPSS 22.
Tabel 2. Hasil uji normalitas

Tests of Normality
Metode Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Eksperimen .158 17 .200* .946 17 .393
Belajar Kontrol .180 17 .146 .937 17 .282

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa data


kemampuan kognitif peserta didik pada
kelas yang menggunakan model
kooperatif tipe TPS dan kelas yang
menggunakan model pembelajaran
konvensional kedua-duanya terdistribusi
normal. Pada uji normalitas kolmogorov-
Smirnov dengan = 5%, nilai signifikan
> dari 0,05 sehingga di tolak. Artinya
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar yang kognitif antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Begitu
pula uji normalitas Shapiro-Wilk dengan
= 5%, nilai signifikan > 0,05 maka
ditolak. Grafik yang menunjukan data
terdistribusi normal untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah
sebagai berikut. Gambar 1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen
178. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

Sampel t-test dengan taraf signifikan =


5% atau 0,05 diperoleh thitung 2,396,
sedangkan nilai ttabel yaitu 1,694. Nilai
thitung > ttabel maka ditolak, maka
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar kognitif peserta didik antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pengambilan keputusan terdapat
perbedaan karena hasil uji t diperoleh sig
> 0,05. Uji ini dilakukan pada soal yang
diberikan diakhir proses pembelajaran
(posstest).

Pembahasan Hasil Penelitian.


Berdasarkan hasil analisis posstest
diperoleh hasil yang dapat digunakan
untuk mengetahui uji hipotesis. Uji
hipotesis dilaksanakan setelah dilakukan
Gambar 2 Uji Normalitas Kelas Kontrol uji normalitas dan homogenitas pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
Berdasarkan grafik uji normalitas, digunakan. Uji homogenitas dapat dilihat
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 3. Pada tabel tersebut
terdistribusi normal. Hal tersebut terlihat diperoleh signifikansi 0,623. Nilai
dari grafik terbentuk linear. Tahap signifikansi 0,623 > 0,05 menunjukan
selanjutnya setelah data terdistribusi bahwa kedua kelas homogen. Hasil
normal yaitu melakukan uji homogenitas pengujian Independent Sample t-test
untuk membuktikan varians dari kedua dengan taraf signifikan = 5% maka
kelas homogen atau tidak. ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar kognitif antara
Tabel 3. Hasil uji homogenitas dengan levene
kelompok eksperimen dengan kelompok
Statistic
kontrol. Pengambilan keputusan terdapat
Test of Homogeneity of Variances perbedaan karena hasil uji t diperoleh sig
Hasil_Belajar > 0,05. Uji ini dilakukan pada soal yang
Levene Statistic df1 df2 Sig. diberikan diakhir proses pembelajaran
.247 1 32 .623 (posstest).
Pengujian hipotesis diputuskan
Kedua kelas dinyatakan homogen bila sig bahwa (tidak terdapat perbedaan yang
> 0,05. Berdasarkan Tabel 3 terlihat signifikan hasil belajar kognitif peserta
bahwa varians kedua kelas homogen didik yang diajar menggunakan model
dengan = 5%. Pada Levenes Test, nilai kooperatif tipe TPS dengan diajar
signifikannya yaitu 0,623 > 0,05. Artinya menggunakan model konvensional)
data tergolong homogen, karena data ditolak. Pengujian tersebut menunjukkan
terdistribusi normal dan homogen, adanya perbedaan penerapan model
analisis data dilanjutkan dengan uji kooperatif tipe TPS dengan model
inferensial/ uji hipotesis menggunakan pembelajaran konvensional terhadap
Independent Sample t-test. kemampuan kognitif peserta didik.
Bellina, S., & Motlan (2013) dan Candra
Pengujian Hipotesis
(2013) mengatakan bahwa terdapat
Pengujian hipotesis menggunakan
perbedaan hasil belajar yang signifikan
SPSS 22. Hasil pengujian uji independent
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182 179

pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini tahap ini merupakan tahap berpasangan,
dibuktikan dengan rata-rata nilai peserta yaitu peserta didik mendiskusikan atau
didik kelas eksperimen lebih baik dari mencocokan jawaban dan saling berbagi
kelas kontrol. dengan pasangan masing-masing. Sandra
Perbedaan hasil belajar kelas (2010) kegiatan diskusi dalam kelompok
eksperimen dengan kelas kontrol karena memberikan kesempatan pada peserta
kelas eksperimen menerapkan model didik untuk berbicara dan saling
kooperatif tipe TPS yang melibatkan 2 berinteraksi dalam menyampaikan, serta
orang siswa dalam satu kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan
sedangkan kelas kontrol menerapkan teman kelompoknya. Tahap share
model Directt Instruction yang menuntut peserta didik yang berpasangan
melibatkan 4-6 siswa dalam satu untuk berbagi kepada seluruh kelas
kelompok. Pembelajaran dengan model tentang apa yang telah mereka bicarakan.
kooperatif tipe TPS peserta didik dituntut Hal ini secara efektif dapat dilakukan
untuk memahami materi pelajaran dengan secara bergiliran dengan arah guru.
cara berpikir, berpasangan, dan berbagi. Penerapan model konvensional yaitu
Setiap peserta didik bertangung jawab model Directt Instruction pada kelas
untuk menguasai materi dengan cara kontrol tidak cukup buruk. Perbedaan
berpikir sendiri terlebih dahulu, bertukar penerapan model kooperatif tipe TPS
pikiran atau bertukar informasi dengan dengan model konvensional yaitu pada
teman sekelompoknya, sehingga peserta kelompok belajarnya. Kelompok belajar
didik yang pasif dan hanya mendengarkan kelas eksperimen yang menerapkan
saja tidak ditemukan lagi pada model kooperatif tipe TPS terdiri dari
pembelajaran ini, melainkan peserta didik dua orang atau berpasang-pasangan
menjadi aktif untuk belajar. Hal ini sesuai sedangkan pada kelas kontrol yang
dengan pendapat Isjoni (2012) yang menerapkan model konvensional terdiri
menyatakan pembelajaran dengan dari 4 orang atau lebih. Diskusi
menggunakan kelompok-kelompok kecil kelompok yang terdiri dari 4 orang lebih
membuat peserta didik dapat bekerja membuat peserta didik yang lain hanya
sama untuk mencapai tujuan pasif dan yang lainnya bekerja sendiri
pembelajaran. Penelitian oleh Giyastutik mencari jawaban diskusi. Hal ini
(2009) komunikasi kelompok membuat peserta didik yang pasif kurang
memberikan dampak agar setiap peserta memahami materi yang diajarkan dan
didik mempunyai keahlian untuk tidak mampu menjawab jawaban diskusi.
mendengarkan dan berbicara. Proses pembelajaranpun menjadi bosan
Keberhasilan pembelajaran tersebut dan tidak menyenangkan. Model
karena guru memberikan kesempatan pembelajaran kooperatif tipe TPS
pada peserta didik untuk mengembangkan merupakan model yang dapat
pengetahuan yang dimiliki dan guru mengaktifkan peserta didik, karena
menempatkan diri sebagai motivator dan model ini mengharuskan seluruh peserta
fasilitator yang baik (Yusuf, I dkk, 2015: didik aktif dan dapat bekerja sama
196). dengan teman kelompoknya dengan
Tahap think peserta didik diberi berpasang-pasangan.
kesempatan untuk berpikir secara Aktivitas peserta didik selama
mandiri. Untuk menjawab pertanyaan proses pembelajaran di kelas berjalan
yang diberikan oleh guru peserta didik dengan baik. Aktivitas peserta didik di
dapat membuat catatan kecil tentang kelas eksperimen dan kelas kontrol
jawaban pertanyaan sebelum berdiskusi berada pada kategori cukup. Rata-rata
dengan teman kelompoknya. Tahap pair, keseluruhan aktivitas pada kelas
180. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

eksperimen 84,21, dan untuk kelas 1. Penerapan model kooperatif tipe TPS
kontrol 88,66. Berdasarkan data yang dapat meningkatkan hasil belajar
diperoleh melalui lembar observasi, tidak peserta didik, sehingga model
terdapat perbedaan aktivitas peserta didik kooperatif dapat diterapkan pada
di kelas eksperimen dan dikelas kontrol. pelajaran fisika khususnya pada
Kelas eksperimen dan kelas kontrol materi gelombang mekanik.
sama-sama menggunakan pembagian 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
kelompok belajar, dan peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan
mewajibkan peserta didik kelas rujukan dalam menerapkan model
eksperimen dan kelas kontrol untuk aktif pembelajaran kooperatif tipe TPS.
dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian ini serupa dengan penelitian
oleh Galura, I.A, dkk (2016: 104) DAFTAR PUSTAKA
keaktifan belajar peserta didik menjadi Arends, R. I. (2011). Learning to Teach.
salah satu penentu bagi keberhasilan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran yang akan berdampak pada Candra, F, dkk. (2013). Penerapan Model
peningkatan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Disertai LKS dalam Pembelajaran
SIMPULAN DAN SARAN Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil Fisika, Vol.2 No.2.
dan pembahasan, maka kesimpulan Chasanah, U. U., Sinon, I. L. S.,
penelitian ini yaitu: Widyaningsih, S. W. (2016).
1. Model pembelajaran Directt Penerapan Model Kooperatif Tipe
Instruction pada materi gelombang STAD (Student Team Achivement
mekanik dengan rata-rata hasil belajar Divisions) dengan Media Peta
70,59 termasuk kategori baik. Konsep untuk Meningkatkan Hasil
Aktivitas peserta didik pada kelas Belajar IPA Peserta Didik Kelas IX
kontrol dengan rata-rata 84,21 A SMP Negeri 19 Manokwari.
termasuk kategori baik. Jurnal Pancaran. Vol. 5 No. 2.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Frankel, J.R., & Wallen, N.E. (2009).
TPS efektif digunakan pada How to Design and Evaluate
pembelajaran gelombang mekanik Research in Eduacation (7th ad).
yang diterapkan di kelas eksperimen Boston: Mc Graw Hill.
dengan rata-rata hasil belajar kognitif Galura, I.A., Mujasam, & Widyaningsih,
78,82 dalam kategori baik. Aktivitas S.W. (2016). Penerapan Model
peserta didik pada dengan nilai rata- Kooperatif Tipe Tipe Teams Games
rata 88,66 dalam kategori baik. Tousnament (TGT) untuk
3. Terdapat pebedaan yang signifikan Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
hasil belajar kognitif antara peserta Belajar Fisika Peserta Didik Kelas
didik yang menerapkan model XI IPA SMA Yapis Manokwari.
kooperatif tipe TPS dengan model Jurnal Pancaran. Vol. 5 No. 2.
pembelajaran Direct Instruction. Giyastutik. (2009). Penerapan
Ditunjukkan pada uji t yang diperoleh Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
memiliki signifikan 0,623 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dibandingkan dengan thitung 2,396. Biologi Siswa Kelas VII A SMP
Berdasarkan hasil penelitian, maka Negeri 3 Karanganyar tahun
peneliti memberikan saran sebagai pelajaran 2007/2008. Skripsi,
berikut: Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182 181

Isjoni. (2012). Pembelajaran Kooperatif. Pendidikan Matematik. Vol. 1 No.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1.
Jurmani, dkk. (2014). Pengaruh Model Nurlaila, F, dkk. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Pembelajaran Kooperatif TPS
terhadap Pemahaman Konsep pada dengan Kecerdasan Logis
Pokok Bahasan Usaha dan Energi Matematis terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Siswa di SMK Negeri 3 Surabaya.
Palu. Jurnal Pendidikan Fisika. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro.
Vol. 2 No. 1. Vol 2 No. 2.
Kusuma, F.W. (2012). Implementasi Saenab, dkk. (2012). Peningkatan
Model Pembelajaran Kooperatif Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi
Tipe TPS untuk Meningkatkan Melalui Penerapan Model
Aktivitas Belajar Akutansi Siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Monosari Tahun Ajaran 2011/2012. Negeri 1 Mangkutana. Jurnal
Jurnal Pendidikan Akutansi Bionature. Vol 13 No. 2.
Indonesia. Vol 10 No. 2. Sandra, Rika. (2009). Pengaruh
Kuswati, dkk. (2012). Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Metode Discovery dan Metode TPS terhadap Hasil Belajar Biologi
terhadap Hasil Belajar Matematika Biologi Peserta Didik pada Pokok
Siswa Ditinjau dari Kemampuan Bahasan Peredaran Darah Kelas
Analogi Matematis Siswa SMP VIII 6 SMPN 8 Pekanbaru Tahun
Kelas VIII Negeri 26 Purworejo ajaran 2008/2009. Skripsi:
Tahun 2011/2012. Prosiding, Universitas Islam Riau.
Seminar Nasional Matematika dan Undang-undang. (2003). UU No. 20
Pendidikan Matematika. Tahun 2003 tentang Sistem
Yogyakarta: UNY. Pendidikan Nasional, Jakarta.
Marlina, dkk. (2014). Penggunaan Model Widyaningsih, S.W. (2011). Pembentukan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Karakter Bertanggung Jawab dan
untuk Meningkatkan Kemampuan Rasa Ingin Tahu Melalui Penerapan
Komunikasi dan Disposisi Metode Quantum Learning dengan
Matematis Siswa di SMA Negeri 1 Menggunakan Media Alat Peraga
Bireuen. Jurnal Didaktik Sederhana pada Pembelajaran
Matematika. Vol. 1 No. 1. Fisika. Prosiding Seminar Nasional
Bellina. S., & Motlan. (2013). Pengaruh MIPA dan Pendidikan MIPA.
Model Pembelajaran Kooperatif Padang: Universitas Negeri Padang.
Tipe Think Pair Share Berbasis Widyaningsih, S.W., & Yusuf, I. (2015).
Praktikum Terhadap Hasil Belajar Penerapan Pembelajaran Listrik
Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Model Kooperatif Tipe
Dinamis di Kelas X Semester II STAD Menggunakan Pendekatan
SMA Negeri 1 Siborongborong T.P. CTL dengan Integrasi Nilai-nilai
2012/2013. Inovasi Pembelajaran Karakter Terhadap Aktivitas dan
Fisika (INPAFI). Vol 1 No. 3. Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal
Mufidah, Lailatul. (2013). Penerapan Pancaran. Vol. 4 No. 2.
Model Pembelajaran Kooperatif Widyaningsih, S.W., & Yusuf, I. (2015).
Tipe TPS untuk Meningkatkan Penerapan Quantum Learning
Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Berbasis Alat Peraga Sederhana
Bahasan Matriks. Jurnal untuk Meningkatkan Hasil Belajar
182. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 173-182

Peserta Didik. Jurnal Panrita. Vol.


10 No. 3.
Yusuf, I., Widyaningsih, S.W., &
Purwati, D. (2015). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika
Modern Berbasis Media
Laboratorium Virtual Berdasarkan
Paradigma Pembelajaran Abad 21
dan Kurikulum 2013. Jurnal
Pancaran. Vol. 4 No. 2.

Вам также может понравиться