Вы находитесь на странице: 1из 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY

REPETITION (AIR) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


PADA MATERI ALJABAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 3 JETIS
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Yurdiana Ika Purnamasari
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

ABSTRAK
Kata Kunci: Pengaruh, Model Auditory Intellectually Repetition (AIR), prestasi belajar siswa.

Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, guru hendaknya mampu menggunakan
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat memacu siswa untuk belajar mandiri, kreatif, aktif,
dan daya saing yang sehat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VII A dan kelas VII B SMP Muhammadiyah 3 Jetis tahun pelajaran 2013/2014
sebanyak 26 siswa kelas VII A dan 23 kelas VII B.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah ada pengaruh model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap prestasi belajar siswa kelas VII
SMP Muhammadiyah 3 Jetis pada materi bentuk aljabar? (b) Apakah Respon siswa terhadap
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Jetis tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) pada materi bentuk aljabar.
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada
dua kelas. Sebelum perlakuan kedua kelas diuji apakah dalam keadaan sepadan atau tidak.
Pelaksanaan kelas VII A sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition (AIR) dan kelas VII B sebagai kelas kontrol yang diberi
perlakuan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data tentang prestasi diperoleh dari
metode tes dan angket. metode tes instrumennya soal tes dan metode angket instrumennya angket.
Setelah data tes terkumpul, kemudian dianalisis menggunakan uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji
hipotesis yang digunakan adalah uji t. Angket dianalisis menggunakan persentase.
Berdasarkan analisis data yang mengunakan bantuan SPSS 15.0 dengan taraf signifikan
0,05 dan derajat kebebasan 47 diperoleh nilai Sig. = 0,0485. Karena Sig. kurang dari 0,05 ini
menunjukkan Prestasi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) lebih dari siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran konvensional. Jadi model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika. Dari persentase menjawab angket
85%, respon siswa pada umumnya setuju terhadap model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR).
LATAR BELAKANG Matematika terdiri dari empat
Matematika mempunyai peranan wawasan luas meliputi aritmatika,
penting dalam mencetak sumber daya aljabar, geometri dan analisis. Untuk
manusia yang berkualitas. Hal ini karena mempelajarinya berawal dari konsep-
matematika adalah ilmu yang konsep yang sederhana hingga berlanjut
berhubungan dengan penalaran dan pola ke konsep-konsep yang lebih kompleks.
pikir manusia. Selain itu interaksi Dan konsep-konsep itu saling berkaitan
manusia dalam kehidupan sehari-hari antara satu dengan lainnya. Ketika akan
tidak terlepas dengan matematika. mempelajari topik berikutnya maka
Mengingat pentingnya matematika topik sebelumnya harus dikuasai terlebih
inilah yang menjadikan matematika dahulu, karena syarat untuk bisa
sebagai mata pelajaran yang wajib berlanjut mempelajari ke topik
dipelajari disemua jenjang pendidikan. berikutnya harus menguasai topik
Mata pelajaran matematika yang sebelumya. Mempelajari matematika
dipelajari di sekolah berfungsi sebagai harus bertahap dan terstruktur dimulai
alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan. dari hal sederhana hingga berlanjut ke
hal komplek.
Aljabar merupakan salah satu materi dua orang siswa yang sama persis, tiap
pokok kelas VII SMP/MTS semester siswa memiliki perbedaan satu dengan
ganjil yang mengacu pada Kurikulum yang lain. Perbedaan ini berpengaruh
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). pada cara dan prestasi belajar.
Diantara kompetensi dasar yang ada Karenanya,1 perbedaan individu perlu
adalah aljabar. Materi aljabar wajib dan diperhatikan oleh guru dalam upaya
penting dipelajari pada mata pelajaran pembelajaran. Pembelajaran yang
matematika kelas VII karena materi ini terpusat pada guru dapat diperbaiki
sangat berguna untuk materi selanjutnya, dengan menggunakan model-model
yaitu persamaan linier satu variabel pembelajaran. Salah satu model
(PLSV) dan pertidaksamaan linier satu pembelajaran yang cocok untuk
variabel (PtLSV). Sehingga siswa harus permasalahan di atas adalah model
mempelajari dan menguasai materi pembelajaran Auditory Intellectually
aljabar. Di dalam soal materi PLSV dan Repetition (AIR).
PtLSV di dalamnya terdapat operasi Model pembelajaran Auditory
aljabar dalam mencari himpunan Intellectually Repetition (AIR) adalah
penyelesaian sehingga siswa diharapkan model pembelajaran yang terdiri dari
menguasai materi aljabar. komponen-kompnen Auditory,
Berdasarkan hasil wawancara dengan Intellectually, Repetition. Auditory
guru matematika di SMP berarti indera telinga digunakan dalam
Muhammadiyah 3 Jetis, prestasi belajar belajar dengan cara menyimak,
kelas VII tahun 2012 pada materi aljabar berbicara, presentasi, argumentasi,
rendah. Siswa mengalami kesulitan mengemukakan pendapat, dan
dalam menyelesaikan soal-soal materi menanggapi. Intellectually berarti
aljabar sehingga prestasi belajar rendah, kemampuan berpikir perlu dilatih
hal ini dimungkinan karena kurangnya melalui latihan bernalar, mencipta,
penguasaan siswa terhadap materi memecahkan masalah dan menerapkan.
aljabar. Repetition berarti pengulangan
Penyebab rendahnya prestasi belajar diperlukan dalam pembelajaran agar
selain kurangnya penguasaan siswa pemahaman lebih mendalam dan
terhadap materi aljabar adalah proses meluas, siswa perlu dilatih melalui
pembelajaran. Berdasarkan wawancara pengerjaan soal, pemberian tugas dan
dengan salah satu murid kelas VIII, kuis. Dalam pembelajaran Auditory
selama ini proses pembelajaran Intellectually Repetition (AIR) lebih
matematika di SMP Muhammadiyah 3 memberikan kesempatan kepada
Jetis guru aktif memberikan penjelasan kelompok untuk saling bekerjasama
atau informasi terperinci tentang bahan memahami konsep yang telah diberikan.
pengajaran. Siswa hanya diam sebagai Model pembelajaran Auditory
pendengar saja, sehingga proses Intellectually Repetition (AIR) memiliki
pembelajaran kurang aktif dan efektif. beberapa kelebihan diantaranya:
Selain itu kurangnya pengulangan- a. Melatih pendengaran dan keberanian
pengulagan materi yang diajarkan siswa untuk mengungkapkan
sehingga siswa mudah lupa. pendapat (Auditory).
Oleh karena itu seorang guru harus b. Melatih siswa untuk memecahkan
mempunyai kemampuan mengajar yaitu masalah secara kreatif
kemampuan yang tidak hanya (Intellectually).
menyampaikan materi kepada siswanya c. Melatih siswa untuk mengingat
saja, tetapi bagaimana agar siswa dapat kembali tentang materi yang telah
tertarik, aktif dan semangat dalam dipelajari (Repetition).
memahami materi yang diajarkan dalam d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan
Kita tahu siswa merupakan meneliti tentang Pengaruh Model
individual yang unik artinya tidak ada Pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) Terhadap Prestasi menanggapi. Sehingga mengandalkan
Belajar Matematika Pada Materi Aljabar pada pendengaran untuk bisa memahami
Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Jetis dan mengingatnya. Karakteristik
Tahun Pelajaran 2013/2014. Auditory benar-benar menempatkan
MODEL PEMBELAJARAN pendengaran sebagai alat utama
AUDITORY INTELLECTUALLY menyerap informasi atau pengetahuan.
REPETION (AIR) Artinya, kita harus mendengar, baru
Dewasa ini banyak kemudian kita bisa mengingat dan
pembelajaran hanya terpusat pada guru. memahami informasi itu.
Pembelajaran yang terpusat pada guru Belajar Auditory merupakan
dapat diperbaiki dengan menggunakan cara belajar yang standar bagi semua
model-model pembelajaran. Salah satu orang sejak awal sejarah. Pada
model pembelajaran yang pembelajaran ini siswa belajar dari
mengedepankan keefektifan adalah suara, dialog, belajar dan berbicara
model pembelajaran Auditory dengan diri sendiri, mengingat bunyi
Intellectually Repetion (AIR). dan irama, mendengarkan kaset dan dari
Model pembelajaran Auditory mengulang apa yang dibaca dalam hati
Intellectually Repetion (AIR) adalah (Uno, 2006:133).
model pembelajaran yang menganggap Menurut Meier (dalam Khuluqi,
bahwa suatu pembelajaran akan aktif 2012:20) ada beberapa gagasan untuk
dan efektif jika memperhatikan tiga hal, meningkatkan penggunaan Auditory
yaitu Auditory, Intellectually, Repetition dalam belajar, diantaranya:
(AIR). Auditory berarti indera telinga 1. Mintalah siswa untuk berpasangan,
digunakan dalam belajar dengan cara membincangkan secara terperinci apa
menyimak, berbicara, presentasi, yang baru mereka pelajari dan
argumentasi, mengemukakan pendapat, bagaimana menerapkannya.
dan menanggapi. Intellectually berarti 2. Mintalah siswa untuk mempraktikan
kemampuan berpikir perlu dilatih sesuatu keterampilan atau
melalui latihan bernalar, mencipta, memperagakan suatu konsep sambil
memecahkan masalah dan menerapkan. mengucapkan secara terperinci apa
Repetition berarti pengulangan yang sedang mereka kerjakan.
diperlukan dalam pembelajaran agar 3. Mintalah siswa untuk berkelompok
pemahaman lebih mendalam dan dan berbicara saat menyusun
meluas, siswa perlu dilatih melalui pemecahan masalah.
pengerjaan soal, pemberian tugas dan Dari ketiga gagasan tersebut dimulai
kuis. Dalam pembelajaran Auditory dari siswa dikumpulkan dalam beberapa
Intellectually Repetition (AIR) lebih kelompok dan mempraktekan secara
memberikan kesempatan kepada bersama-sama untuk menyelesaikan
kelompok untuk saling bekerjasama masalah, tentunya salah satu ketiga
memahami konsep yang telah diberikan. aspek tersebut dapat menumbuhkan
Model pembelajaran AIR adalah komunikasi siswa dalam kelas sehingga
model pembelajaran yang terdiri dari siswa berperan aktif di kelas. Auditory
kata Auditory, Intellectually, dan yang dimaksud disini yaitu ketika kita
Repetition yang masing-masing menjadi membuat suara sendiri dengan berbicara
satu kesatuan dan mendukung beberapa area penting di otak kita
pembelajaran menjadi lebih efektif. menjadi aktif. Guru dapat merancang
Komponen-komponen AIR adalah pembelajaran matematika yang menarik
sebagai berikut: saluran Auditory dengan melakukan
a. Auditory (A) tindakan seperti mengajak siswa
Auditory adalah belajar dengan membicarakan materi apa yang sedang
berbicara dan mendengarkan, dipelajari.
menyimak, presentasi, argumentasi, b. Intellectually (I)
mengemukakan pendapat, dan
Intellectualy berarti menunjukkan pemberian tugas atau kuis. Dengan
apa yang dilakukan siswa dalam pikiran adanya latihan dan pengulangan akan
mereka secara internal ketika mereka membantu proses mengingat. Bila guru
menggunakan kecerdasan untuk menjelaskan suatu unit pelajaran, itu
merenungkan suatu pengalaman, perlu diulang-ulang. Pengulangan yang
menciptakan hubungan, makna, rencana, dilakukan tidak berarti dilakukan dengan
dan nilai dari pengalaman tersebut. bentuk pertanyaan atau informasi yang
Meier (dalam Khuluqi, 2012:20) sama, melainkan dalam bentuk
Intellectually dalam belajar akan terlatih informasi yang bervariatif sehingga
jika guru mengajak siswa terlibat dalam tidak membosankan. Karena ingatan
aktivitas memecahkan masalah, siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa,
menganalisis pengalaman, mencari dan maka perlu dibantu dengan mengulangi
menyaring informasi, merumuskan pelajaran yang sedang dijelaskan.
pertanyaan. Dalam hal ini guru harus Pelajaran yang diulang akan
mampu merangsang, mengarahkan, memberikan tanggapan yang jelas, dan
memelihara dan meningkatkan intensitas tidak mudah dilupakan, sehingga dapat
proses berfikir siswa guna mencapai digunakan oleh siswa untuk
kompetensi yang akan dicapai. memecahkan masalah matematika.
Aspek intelektual dalam belajar akan Ulangan dapat diberikan secara teratur,
terlatih jika guru mengajak siswa terlibat pada waktu-waktu tertentu, atau setelah
dalam aktivitas seperti: tiap unit diberikan, maupun secara
a. Memecahkan masalah insidentil jika dianggap perlu Slameto
b. Menganalisis masalah (dalam Oktiviani, 2012:11). Menurut
c. Mengerjakan perencanaan strategis Suherman (dalam Oktiviani, 2003:12)
d. Melahirkan gagasan kreatif menjelaskan bahwa, Pengulangan yang
e. Mencari dan menyaring informasi akan memberikan dampak positif adalah
f. Merumuskan pertanyaan pengulangan yang tidak membosankan
g. Menerapkan gagasan baru pada dan disajikan dalam metode yang
pekerjaan menarik.
h. Meramalkan implikasi suatu gagasan. Teori belajar yang mendukung model
Takari (dalam Juliani, 2012:4) pembelajaran Auditory Intellectually
mengartikan Belajar dengan intelektual Repetition (AIR) diantaranya aliran
bukan berarti belajar tanpa emosi, psikologi tingkah laku dan pendekatan
rasionalistis, berhubungan dan belajar matematika berdasarkan paham
akademis. Berfikir pada hakikatnya konstruktivisme. Banyak ahli yang
adalah suatu rahmat dan karunia dari berkecimpung dan mendukung dalam
Allah. Sarbana (dalam Juliani, 2012:4) teori konstruktivisme. Hanbury
berpendapat bahwa, Berfikir adalah mengemukakan sejumlah aspek dalam
proses aktifnya otak melalui indra mata, kaitannya dengan pembelajaran, yaitu a.
telinga dan rasa akan diolah didalam siswa mengkonstruksi pengetahuan
otak melalui peristiwa listrik yang akan dengan cara mengintegrasi ide yang
merangsang sekaligus mengaktifkan sel- mereka miliki, b. pembelajaran menjadi
sel otak. Selanjutnya masing-masing sel lebih bermakna karena siswa mengerti c.
otak akan saling berinteraksi melalui strategi siswa sendiri lebih bernilai dan
sebuah media yang dinamakan d. siswa mempunyai kesempatan untuk
neurotransmitter, semakin banyak berdiskusi dan saling bertukar
hubungan yang terjadi maka fungsi otak pengalaman dan pengetahuan dengan
akan semakin meningkat yang berarti temannya.
makin cerdas. Sedangkan berdasarkan aliran
c. Repetition (R) tingkah laku yang tokoh-tokohnya
Repetition yaitu pengulangan yang diantaranya adalah Ausabel dan Erward
bermakna mendalami, memantapkan L.Thorndike.Menurut
dengan cara siswa dilatih melalui suherman (dalam Khuluqi, 2012:17)
teori Ausabel dikenal dengan belajar yang baru mereka pelajari. Pada
bermakna dan pentingnya pengulangan kegiatan ini siswa dapat saling menukar
sebelum pembelajaran dimulai. Teori informasi yang didapatnya dan siswa
Thorndike salah satunya dapat mengeluarkan ide mereka secara
mengungkapkan the law of exercise verbal sehingga mereka akan melahirkan
(hukum latihan) yang pada dasarnya gagasan yang kreatif. Ketika lembar
menyatakan bahwa stimulus dan respon kerja siswa dibagikan guru meminta
akan memiliki hubungan satu sama lain siswa berbicara saat menyusun masalah.
secara kuat proses pengulangan sering b. Intellectually
terjadi. Semakin banyak pengulangan 1. Memecahkan masalah
maka hubungan yang akan terjadi akan Setelah lembar kerja siswa dibagikan
semakin bersifat otomatis. tiap kelompok diharapkan memecahkan
Setiap model pembelajaran memiliki masalah yang diberikan. Pada kegiatan
kelebihan dan kelemahan. Adapun yang ini ada beberapa hal yang dilakukan
menjadi kelebihan dari model siswa dalam mengerjakan perencanaan
pembelajaran AIR adalah sebagai strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu
berikut. mencari dan menyaring informasi dan
a. Melatih pendengaran dan keberanian menyelesaikan soal dengan menerapkan
siswa untuk mengungkapkan seluruh gagasan yang telah dipelajari.
pendapat (Auditory). 2. Melakukan presentasi
b. Melatih siswa untuk memecahkan Setelah siswa diskusi dalam
masalah secara kreatif memecahkan masalah selanjutnya
(Intellectually). adalah melakukan presentasi. Pada
c. Melatih siswa untuk mengingat kegiatan ini siswa diminta untuk
kembali tentang materi yang telah mempresentasikan hasil pekerjaan yang
dipelajari (Repetition). telah mereka diskusikan tadi. Siswa
d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. diharapkan dapat memikirkan
Sedangkan yang menjadi kelemahan bagaimana cara mereka untuk
dari model pembelajaran Auditory menerapkan informasi dalam presentasi
Intellectually Repetition (AIR) adalah tersebut sehingga mereka dapat
dalam model pembelajaran Auditory meningkatkan kemampuan mereka
Intellectually Repetition (AIR) terdapat dalam memecahkan masalah. Kemudian
tiga aspek yang harus diintegrasikan siswa yang lain menanggapi hasil
yakni Auditory, Intellectually, Repetition diskusi kelompok lain sehingga terjadi
sehingga secara sekilas pembelajaran ini diskusi antar seluruh siswa dan guru
membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, akan membantu jika siswa mengalami
hal ini dapat diminimalisir dengan cara kesulitan.
pembentukan kelompok pada aspek c. Repetition
Auditory dan Intellectually. 1. Melakukan repetisi
PENERAPAN MODEL Pada kegiatan ini guru melakukan
PEMBELAJARAN AUDITORY repetisi kepada seluruh siswa tetapi
INTELLECTUALLY REPETITION bukan secara berkelompok melainkan
(AIR) secara individu. Repetisi yaitu
Penerapan Model Pembelajaran pengulangan yang bermakna
Auditory Intellectually Repetition (AIR) pendalaman, perluasan, pemantapan
adalah sebagai berikut: dengan cara siswa dilatih melalui
a. Auditory pemberian tugas atau kuis. Pengulangan
Pada awal pembelajaran membentuk dilakukan dengan cara yang menarik
kelompok, di dalam kelompok secara sehingga siswa tidak bosan dengan
individu siswa membaca materi yang materi yang telah dipelajari.
ada di buku paket. Guru meminta siswa Implikasi model pembelajaran
dalam kelompok untuk berpasangan, Auditory Intellectually Repetition (AIR)
membincangkan secara terperinci apa
pada materi bentuk aljabar yaitu sebagai tes, perhitungan daya pembeda dan
berikut: tingkat kesukaran soal.
a. Siswa memahami materi sedikit demi Validitas Soal
sedikit dengan membaca materi atau Perhitungan validitas digunakan
mendengarkan penjelasan guru. untuk menentukan valid tidaknya suatu
b. Kelompok kecil yang dibetuk soal. Untuk mengetahui validitas butir
menawarkan kesempatan sukses bagi soal digunakan rumus korelasi product
semua siswa karena terlibat secara moment. Dalam penelitian ini peneliti
langsung dan siswa dalam kelompok menghitung korelasi product moment
dapat membatu siswa lain untuk dengan bantuan software SPSS 15.0.
menguasai masalah dan pembahasan Penafsiran harga koefisien korelasi
masalah. dilakukan dengan membandingkan
c. Guru dapat membantu dalam proses harga hasil perhitungan dengan
pemahaman materi dengan cara yang ada dalam tabel harga kritik
melakukan pengulangan- product momen. Dengan kriteria
pengulangan materi yang diajarkan hitung artinya korelasi bersifat
baik dalam bentuk informasi atau signifikan, artinya soal dikatakan valid,
tulisan. dan tidak berlaku pada lainnya.
Hasil Penelitian Hasil tes pada materi bentuk aljabar
yang dilakukan kepada 49 siswa di SMP
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Jetis menggunakan
Muhammadiyah 3 Jetis pada kelas VII SPSS dengan uji validitas pada
yang berjumlah 49 siswa. Dari 49 siswa signifikan 0,05 dimana data N = 49,
terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas VII didapat sebesar 0,281. Dan
A dan VII B. Penelitian ini hasilnya perhitungannya sebagai berikut:
menggunakan model Auditory Tabel Uji Validitas Soal
Intellectually Repetition (AIR). No. Nilai Nilai Ketera
Butir hitung r tabel r ngan
Instrumen dalam Penelitian ini meliputi 1 0,396 0,281 Valid
test dan angket yang diisi oleh 2 0,487 0,281 Valid
responden tentang soal materi bentuk 3 0,400 0,281 Valid
aljabar. 4 0,648 0,281 Valid
5 0,681 0,281 Valid
Tes yang dilakukan berupa 6 0,673 0,281 Valid
uraian terdiri atas 10 butir. Dalam 7 0,744 0,281 Valid
pengolahannya peneliti mengubah data 8 0,603 0,281 Valid
9 0,581 0,281 Valid
mentah ke dalam data baku yang 10 0,497 0,281 Valid
menggunakan penilaian berskala 0
100, artinya nilai tertinggi yang Berdasarkan hasil di atas dapat
diperoleh siswa adalah 100 dan nilai dikatakan bahwa semua soal valid. Hasil
terendah adalah 0. Sehingga tiap nomor output SPSS selengkapnya dapat dilihat
yang dijawab benar mendapat nilai 10. di lampiran 2.
Instrumen yang kedua adalah angket. Reliabilitas Soal
Angket berupa pertanyaan yang terdiri Perhitungan reliabilitas soal
atas 10 butir. Angket hanya diberikan perlu dilakukan untuk menentukan
pada kelas eksperimen. tingkat reliabilitas soal. Soal tes
Tes dilakukan melalui satu dikatakan reliabel apabila tes tersebut
tahap yaitu post test. Post test dilakukan dapat memberikan hasil yang tetap.
pada akhir penelitian sesudah dilakukan Artinya apabila tes tersebut dikenakan
perlakuan. Setelah data terkumpul tahap pada sejumlah subjek yang sama pada
selanjunya adalah analisis. lain waktu, maka hasilnya akan tetap
Analisis Instrumen sama atau relatif sama.
Setelah tes diujicobakan, skor Untuk mencari reliabilitas soal
yang diperoleh dianalisis untuk bentuk uraian digunakan rumus alpha.
mengetahui validitas item, reliabilitas
Pada penelitian ini peneliti Uji Prasyarat
menggunakan bantuan SPSS 15.0 untuk Uji Normalitas
menghitung reliabilitas dengan rumus Untuk mengetahui kenormalitasan data
alpha. Output SPSS perhitungan pada penelitian ini peneliti mengunakan
reliabilitas sebagai berikut: uji liliefors atau kolmogorov-smirnov
Relabilitas Soal dengan bantuan SPSS 15.0. Dengan
Cronbach's mengambil taraf signifikan 0,05.
Alpha N of Items Hipotesis statistiknya
,776 10 0 : data sampel berasal dari distribusi
normal
1 : data sampel tidak berasal dari
Tabel 4.3 Tingkat Kesukaran 10 Butir Soal distribusi normal
Kriteria No. Butir Jumlah Dasar pengambilan keputusan
Soal
Sukar - 0 Sig. 0,05, maka 0 diterima
Sedang 1, 3, 4, 7, 8, 7 Sig. < 0,05, maka 0 ditolak
9, 10 Berikut adalah hasil output SPSS uji
Mudah 2, 5, 6 3
Total 10 normalitas data:Berdasarkan output
Dengan menggunakan rumus SPSS 15.0 tersebut nilai Sig. kelas
Alpha output SPSS didapat eksperimen 0,060 sedangkan kelas
reliabilitasnya sebesar 0,776. Jadi dapat kontrol 0,196. Kelas eksperimen
disimpulkan r hitung (0,776) lebih besar maupun kontrol nilai Sig. lebih besar
r tabel (0,281) diartikan ada korelasi dari = 0,05 sehingga 0 diterima.
yang signifikan, instrumen dianggap Kesimpulan dari uji normalitas ini
reliabel. adalah kedua sampel, kelas eksperimen
Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Perhitungan tingkat kesukaran Uji Homogenitas
digunakan untuk mencari tingkat Karena data berdistribusi normal
kesukaran soal. Berdasarkan uji selanjutnya adalah uji homogenitas.
perhitungan pada lampiran 2, tingkat uji homogenitas untuk mengetahui
kesukaran dari 10 butir soal didapat: apakah data berasal dari populasi yang
Daya Pembeda homogen, maka perlu diuji homogenitas
Berdasarkan perhitungan pada data penelitian dengan uji levene. Pada
lampiran, daya pembeda dari 10 soal penelitian ini peneliti menggunakan
didapat: bantuan SPSS 15.0 untuk menghitung
Tabel 4.4 Daya Pembeda 10 Butir Soal uji levene.
No. Kriteria No. Butir Soal Hipotesis statistiknya
1. Cukup 6, 10
2. Baik 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9 0 : data memiliki variansi yang
Dari analisis tes dengan empat homogen
persyaratan yang harus dipenuhi yaitu 1 : data memiliki variansi yang tidak
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran homogen
dan daya pembeda maka dari sepuluh Dasar pengambilan keputusan
soal tersebut digunakan atau dipakai Sig. 0,05, maka 0 diterima
semua. Sig. < 0,05, maka 0 ditolak
Analisis Awal Berdasarkan output SPSS 15.0
Analisis awal ini bertujuan didapat nilai Sig. = 0,725 yang lebih
untuk mengetahui apakah kelas VII A besar dari = 0,05, sehingga 0
dan kelas VII B dari berkemampuan diterima. Kesimpulan dari uji
sama. Data yang digunakan adalah data homogenitas ini adalah sampel
hasil ulangan harian. Dalam penelitian homogen.
ini peneliti menggunakan bantuan SPSS Uji Kesamaan Dua Rata-rata
15.0 untuk menghitung data. Adapun uji Setelah data diketahui normal
yang digunakan adalah sebagai berikut: dan homogen pengujian selanjutnya
adalah uji t atau independent sample t normalitas ini adalah kedua sampel,
test. Uji t digunakan untuk menguji kelas eksperimen dan kelas kontrol
apakah kelompok eksperimen dan berdistribusi normal.
kelompok kontrrol yang telah ditetapkan Uji Homogenitas
memiliki persamaan rata rata yang Karena data berdistribusi normal uji
signifikan. selanjutnya adalah uji homogenitas. uji
Hipotesis statistiknya homogenitas untuk mengetahui apakah
0 : kedua sampel memiliki rata-rata data berasal dari populasi yang
sama homogen, maka perlu diuji homogenitas
1 : kedua sampel memiliki rata-rata data penelitian dengan uji levene. Pada
tidak sama penelitian ini peneliti menggunakan
Dasar pengambilan keputusan bantuan SPSS 15.0 untuk menghitung
Sig. 0,05, maka 0 diterima uji levene.
Sig. < 0,05, maka 0 ditolak Hipotesis statistiknya
Dari hasil perhitungan uji t 0 : data memiliki variansi yang
menggunakan SPSS 15.0 didapat nilai homogen
Sig. = 0,274 yang lebih besar dari 0,05. 1 : data memiliki variansi yang tidak
Sehingga 0 diterima, dapat homogen
disimpulkan bahwa kedua sampel Dasar pengambilan keputusan
memilikirata rata yang sama. Sehingga Sig. 0,05, maka 0 diterima
kedua sampel dalam keadaan yang Sig. < 0,05, maka 0 ditolak
sepadan. Berdasarkan output SPSS 15.0 didapat
Analisis Akhir nilai Sig. = 0,695 yang lebih besar dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan = 0,05, sehingga 0 diterima.
diperoleh data hasil penelitian yaitu data Kesimpulan dari uji homogenitas ini
hasil post test, data ini kemudian adalah sampel homogen.
dianalisis untuk mendapatkan Uji Hipotesis
kesimpulan penelitian. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji Prasyarat Dalam menguji perbedaan dua rata-rata
Uji Normalitas ini menggunakan uji t karena kedua
Untuk mengetahui kenormalitasan data sampel homogen.
pada penelitian ini peneliti mengunakan Hipotesis statistik
uji liliefors atau kolmogorov-smirnov H0 : Prestasi siswa yang
dengan bantuan SPSS 15.0. Dengan pembelajarannya menggunakan model
mengambil taraf signifikan 0,05. pembelajaran Auditory Intellectually
Hipotesis statistiknya Repetition (AIR) kurang dari atau sama
0 : data sampel berasal dari distribusi dengan siswa yang pembelajarannya
normal menggunakan model pembelajaran
1 : data sampel tidak berasal dari konvensional
distribusi normal H1 : Prestasi siswa yang
Dasar pengambilan keputusan pembelajarannya menggunakan model
Sig. 0,05, maka 0 diterima pembelajaran Auditory Intellectually
Sig. < 0,05, maka 0 ditolak Repetition (AIR) lebih dari siswa yang
Berikut adalah hasil output SPSS uji pembelajarannya menggunakan model
normalitas data: pembelajaran konvensional
Dasar pengambilan keputusan
Berdasarkan output SPSS 15.0 .(2)
2
0,05, maka 0 diterima
tersebut nilai Sig. kelas eksperimen .(2)
0,200 sedangkan kelas kontrol 0,130. 2
< 0,05, maka 0 ditolak
Kelas eksperimen maupun kontrol nilai Berdasarkan output SPSS 15.0
Sig. lebih besar dari = 0,05 sehingga didapat nilai Sig. = 0,097. Karena
0 diterima. Kesimpulan dari uji peneliti menggunakan uji hipotesis satu
arah maka nilai Sig. harus dibagi dua kebebasan 47 diperoleh nilai Sig. =
0,097 0,0485. Karena Sig. kurang dari 0,05
menjadi 2 = 0,0485. Karena nilai
maka 0 ditolak. Dari penolakan ini
Sig. = 0,0485 dan kurang dari 0,05
dapat diartikan bahwa model
maka 0 ditolak dengan demikian
pembelajaran Auditory Intellectually
Prestasi siswa yang pembelajarannya
Repetition (AIR) memberi pengaruh
menggunakan model Auditory
terhadap prestasi belajar matematika.
Intellectually Repetition (AIR) lebih dari
Berdasarkan rata-rata kelas
siswa yang pembelajarannya
eksperimen dengan kelas kontrol
menggunakan model konvensional.
memiliki mean difference (perbedaan
Analisis Angket
rata-rata) sebesar 5,773. Kelas
Instrumen penelitian angket
eksperimen mendapat rata-rata lebih
dalam penelitian ini menggunakan skala
tinggi dibandingkan kelas kontrol.
likert. Instrumen tersebut diberikan
Perbedaan hasil prestasi kedua kelas
kepada 26 siswa kelas eksperimen.
karena adanya perlakuan yang berbeda
Setelah data terkumpul hasilnya
antara kedua kelas. Pada kelas
dianalisis dengan menghitung rata-rata
eksperimen proses pembelajaran
jawaban berdasarkan skoring jawaban
menggunakan model Auditory
setiap responden. Sedangkan jumlah
Intellectually Repetition (AIR). Dengan
skor masimum untuk seluruh item
model ini siswa dibuat dalam kelompok
adalah 1300. Berdasarkan data itu maka
yang saling berdiskusi sehingga siswa
= 100% bisa bertukar pikiran dengan temannya.
selain itu adanya repetition yaitu
8,5
= 100% = 85% pengulangan yang berarti. Dengan
10 pengulangan siswa lebih paham dengan
Berdasarkan presentase 85%
terletak pada interval antara 75% < P < apa yang dipelajari. Sehingga prestasi
100% dan kriterianya Pada umumnya. belajar menjadi lebih baik.
Jadi dapat disimpulkan, respon siswa Sedangkan untuk respon siswa
terhadap model pembelajaran Auditory terhadap model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) pada Intellectually Repetition (AIR) mendapat
umumnya adalah setuju. respon yang pada umumnya setuju.
PEMBAHASAN Dilihat dari persentase menjawab angket
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 85%, Hal ini siswa menerima dengan
penelitian di SMP Muhammadiyah 3 adanya model pembelajaran Auditory
Jetis dapat disimpulkan Adanya Intellectually Repetition (AIR).
pengaruh baik model pembelajaran SIMPULAN
Auditory Berdasarkan analisis data yang
-Intellectually Repetition (AIR) terhadap diperoleh dari post test dan angket maka
prestasi belajar matematika pada materi dapat disimpulkan beberapa hal yang
bentuk aljabar pada siswa kelas VII berkaitan dengan pembelajaran
semester 1. Hal ini dilihat dari hasil matematika dengan menggunakan
Prestasi siswa yang pembelajarannya Auditory Intellectually Repetition (AIR)
menggunakan model pembelajaran sebagai berikut:
Auditory Intellectually Repetition (AIR) a. Ada pengaruh positif model
lebih dari siswa yang pembelajarannya pembelajaran Auditory Intellectually
menggunakan model pembelajaran Repetition (AIR) terhadap prestasi
konvensional. Hal tersebut telah belajar matematika pada materi
dibuktikan berdasarkan hasil analisis aljabar pada siswa kelas VII semester
data diatas. 1. Dilihat dari hasil prestasi siswa
Berdasarkan analisis data yang yang pembelajarannya menggunakan
mengunakan bantuan SPSS 15.0 dengan model pembelajaran Auditory
taraf signifikan 0,05 dan derajat Intellectually Repetition (AIR) lebih
dari siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran
konvensional
b. Pada umumnya respon siswa setuju
terhadap pembelajaran menggunakan
Auditory Intellectually Repetition
(AIR). Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR)
membuat siswa menjadi lebih paham
terhadap materi yang dipelajari
karena adanya pengulangan yang
berarti. Dengan pengulangan yang
berarti siswa tidak bosan dengan
materi yang dipelajari.

Вам также может понравиться