Вы находитесь на странице: 1из 7

Disribusi lamun dapat dibagi menjadi tiga bagian di wilayah pesisir yaitu estuarin, pantai

dangkal atau belakang terumbu karang dan pantai dalam. Namun demikian tidak semua spesies
lamun dapat tumbuh dan berkembang pada semua tipe habitat dan hanya famili Halophila dapat
ditemukan pada semua tipe habiat. Distribusi lamun di perairan pesisir Indonesia secara georafis
masuk pada kelompok distribusi lamun Tropik Indo-Pasifik dengan jumlah spesies lamun
sebanyak 12 spesies (Syukur, 2015).
Data persentase tutupan lamun diperoleh dengan menggunakan satu transek yang disebar
sepanjang 100 meter dengan 11 kuadrat. Status padang lamun ditentukan berdasarkan tingkatan
kondisi padang lamun pada lokasi tertentu dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria
baku kerusakan padang lamun dengan menggunakan persentase luas tutupan. Terdapat 5 jenis
lamun yang ditemukan di Pantai Serinting, Lombok Tengah. Lamun-lamun tersebut terdapat
pada substrat yang berbeda yaitu pasir, lumpur, dan pasir + lumpur. Beberapa hal yang diukur
dalam praktik yaitu rata-rata penutupan lamun disetiap kuadrat, rata-rata jenis lamun, dan
kerapatan jenis lamun.
Grafik rata-rata penutupan lamun Pantai Serinting

RATA-RATA PENUTUPAN LAMUN


50
46.25
50
45
40
32.29
35
26.25
30
25
20 12.5
15
6.25
10
5
0
Ea Th Cs
0 Cr Hu Hp
0 Ho Si Tc0
Tabel rata-rata dan standar deviasi lamun
N RATA-
JENIS LAMUN SD
O RATA
1 Enhalus acoroides 50,00 31,92
2 Thalassia hemprichii 26,25 29,90
3 Cymodocea rotundata 46,25 28,16
4 Halodule uninervis 32,29 35,23
5 Halophila ovalis 12,5 3,77
6 Syringodium isoetifolium 6,25 1,88

Jenis lamun yang paling banyak ditemukan yaitu Enhalus acoroides dengan rata-rata
(SD) yaitu 5031,92. Jenis lamun yang lain yang dapat ditemukan di Pantai Serinting yaitu
Thalassia hemprichii dengan rata-rata (SD) yaitu 26,2529,90, Cymodocea rotundata dengan
rata-rata (SD) yaitu 46,2528,16, Halodule uninervis dengan rata-rata (SD) yaitu
32,2935,23, Halophila ovalis dengan rata-rata (SD) yaitu 12,53,77, dan Syringodium
isoetifolium dengan rata-rata (SD) yaitu 6,251,88. Jenis lamun yang paling jarang yaitu jenis
Syringodium isoetifolium. Jenis lamun berbeda ditentukan oleh substrat yang ada. Substrat yang
ada pada kuadrat dari 0-50 meter yaitu berpasir dengan jenis lamun yang mendominasi yaitu
Cymodocea rotundata, Halodule uninervi, dan Halophila ovalis. Pada meter ke 60 dan 70
terdapat substrat yang berpasir dan berlumpur dengan jenis yang mendominasi yaitu Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Substrat pada 80-100 meter yaitu
berlumpur dengan jenis lamun yang mendominasi yaitu Enhalus acoroides, Thalassia
hemprichii, dan Syringodium isoetifolium.
Enhalus acoroides tumbuh pada substrat berlumpur dan perairan keruh dapat membentuk
jenis tunggal atau bahkan mendominasi komunitas padang lamun. Cymodocea rotundata terdapat
di daerah intertidal. Halophila ovalis umumnya dijumpai pada substrat berlumpur, merupakan
salah satu enis yang dominan di daerah intertidal dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25
meter. Halodule uninervis membentuk padang lamun jenis tunggal pada rataan terumbu karang
yang sudah rusak (pasir). Syringodium isoetifolium umumnya dijumpai di daerah subtidal
dangkal dan berlumpur. Thalassia hemprichi biasanya tumbuh dengan lain dan dapat tumbuh
hingga kedalaman 25 meter, sering dijumpai pada substrat berpasir.
Kerapatan jenis Lamun per satuan luas sangat bervariasi tergantung kepada jenis Lamun.
Karena masing-masing spesies Lamun memiliki tipe morfologi daun yang berbeda. Kerapatan
yang dihitung pada pengambilan data ini yaitu kerapatan dari jenis Enahlus acoroides dengan
14,25 tegakan/m2. Rata-rata penutupan lamun pada Pantai Serinting yaitu 69,8928,06 sehingga
berdasarkan tabel kategori tutupan lamun, rata-rata penutupan lamun tersebut dikategorikan
padat. Persen penutupan menggambarkan tingkat penutupan atau penaungan ruang oleh Lamun.
Mengukur persen penutupan Lamun merupakan suatu metode untuk melihat status dan untuk
mendeteksi perubahan dari sebuah vegetasi.
Tabel kategori tutupan lamun
Persentase Penutupan
Kategori
Lamun (%)
0-25 Jarang
26-50 Sedang
51-75 Rapat
76-100 Sangat Rapat

Menurut Oetama, Ira, Juliati bahwa arus yang masuk ke Pantai tersebut mengakibatkan
terjadinya pengadukan (turbulensi) di sekitar Lamun, sehingga menganggu pertumbuhan Lamun.
Apalagi tekstur sedimennya yang lempung berpasir memungkinkan sedimen yang berada di
substrat (dasar) gampang naik ke kolom perairan dan membuat perairan menjadi keruh.
Tingginya padatan yang melayang-layang dalam kolom air akan melekat pada helaian daun
Lamun, sehingga dapat menghalangi cahaya matahari yang digunakan untuk berfotosintesis.
Ketika proses fotosintesis terganggu dapat mengakibatkan pertumbuhan Lamun menjadi
terganggu pula.
Spesies lamun yang ditemukan pada perairan pesisir Pulau Lombok dari aspek taksonomi
dapat dikelompok dalam dua famili yaitu Famili Hydrocharitaceae dengan Genus Enhalus,
Halophila, Thalassia dan Famili Cymodoceaceae dengan Genus Cymodocea, Halodule,
Syringodium dan Thalassodendro. Taksonomi lamun sampai saat ini masih lebih menekan pada
aspek morfologi. Salah satu karakter morfologi lamun yang sering dijadikan dasar dalam
pengelompokkan taksonominya adalah bentuk vegetatif lamun yang memperlihatkan tingkat
keseragaman yang tinggi yaitu hampir semua genera mempunyai "rhizome" yang berkembang
baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau berbentuk sangat panjang seperti ikat
pinggang, kecuali pada Genus Halophila yang umumnya berbentuk bulat telur (Syukur, 2015).
Merujuk pada Kenzi, L.J (2003) bahwa Enhalus memiliki ciri yaitu rhizoma yang tertanam
di dalam substrat, daun sebanyak atau 4 helai berasal langsung dari rhizoma, ujung daun
membulat, kadang-kadang terdapat serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda dan tepi
daun seluruhnya jelas, bentuk garis tepinya seperti melilit.

http://www.algaebase.org

Halophila ovalis memiliki bentuk seperti tanaman semanggi, daun-daunnya mempunyai


sepasang tangkai, daunnya mempunyai 10-25 pasang tulang daun menyilang, bagian tepi daun
halus, rhizoma tipis, muda dan halus, serta permulaan akarnya berkembang baik dipangkalnya
pada setiap tunas.

http://www.algaebase.org

Thalasia hemprichii memiliki helaian daun berbentuk pita, terdapat 10-17 tulang daun
berbentuk ruji-ruji hitam yang pendek, ujung daun membulat, dan tidak terdapat ligule.
http://www.algaebase.org

Cimodecia rotundata memiliki ciri yaitu rhizoma yg halus dan bersifat herbaceous, tunas
pendek dan tegak lurus pada setiap node, tunas mempunyai 2-7 helai daun, helaian daun ini lepas
atau gugur, maka akan meninggalkan bekas goresan yang berbentuk sirkuler pada tunasnya,
helaian daun sejajar sampai agak berbentuk kurva atau rata, ujung daun licin, dan terdapat ligule.

http://www.algaebase.org

Syringodium isoetifolium memiliki penampang melintang daun berbentuk silinder, ujung


daun mengecil pada satu titik, dan panjang sekitar 7-30cm.

http://www.algaebase.org

Halodule uninervis memiliki ujung daun berbentuk trisula, satu pusat pembuluh daun, dan
umumnya rimpang pucat, dengan bekas luka daun berwarna hitam.
http://www.algaebase.org

Dikutip dari Syukur, 2015 berdasarkan karakter-karakter system vegetatif tersebut lamun
dapat dikelompokkan dalam 6 katagori dan kelompok-kelompok tersebut adalah:.
A. Herba, percabangan monopodial.
a. Daun panjang, berbentuk pita atau ikat pinggang, punya saluran udara.
1. Parvozosterid, daunnya panjang dan sempit: Halodule dan Zostera subgenus Zosterella.
2. Magnozosterid, daun panjang atau berbentuk pita tetapi tidak lebar: Zostera subgenus
Zostera, Cymode- cea dan Thalassia.
3. Syringodid, daun bulat seperti lidi dengan ujung ranting (subulate):Syringodium.
4. Enhalid, daun panjang dan kaku seperti kulit (leathery linier) atau berbentuk ikat
pinggang yang kasar (coarse strap shape): Enhalus, Posidonia dan Phyllospadix.
b. Daun berbentuk elips, bulat telur, berbentuk tombak (lanceolate) atau panjang, rapuh dan
tanpa saluran udara.
5. Halophilid: Halophila.
B. Berkayu, percabangan simpodial, daun tumbuh teratur di kiri dan kanan cabang cabang tegak.
6. Amphibolid: Amphibolis, Thalassodendron dan Heterozostera
Karakter lain yang sering dijadikan dasar dalam taksonomi lamun adalah siklus reproduksi.
Dalam hal ini lamun dikelompokkan dalam kelompok tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
masuk dalam sub kelas Monocotiledoneae. Siklus reproduksi lamun secara seksual dilakukan di
bawah air dan struktur reproduksi lamun secara seksual terdiri dari bunga dan buah. Selain
reproduksi secara seksual lamun dapat melakukan reproduksi secara aseksual. Struktur morfologi
lamun terdiri dari akar, batang dan daun. Fungsi dari tiap organ lamun adalah daun sebagai organ
fotosintesis, sedangkan akar serta rhizoma berfungsi sebagai jangkar untuk menempel pada
substrat dan menyerap nutrient dari lingkungan sekitar (Syukur, 2015).
Dapus:
Syukur, A. 2015. Distribusi, Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan Status Konservasinya di
Pulau Lombok. Biologi Tropis 15 (2) : 163-176.

http://www.algaebase.org diakses pada 3 Januari 2017 pukul 19.46 Wita.

Kenzi, L.J. 2003. Guidelines for the Rapid Assessment of Seagrass Habitats in the Western
Pacific. Queensland: The State of Queensland, Department of Primary Industries.

Вам также может понравиться