Вы находитесь на странице: 1из 8

UTANG SEUMUR HAYATKU

Pada suatu ketika saya masuk di suatu rumah, di rumah itu ada
seorang ibu dan seorang bapak serta beberapa anak entah anak-anak itu
anaknya kedua orang tua itu. Kedua orang tua itu lanjut usia, kira-kira
umur 50-an. Kami asyik ngobrol kira-kira satu jam lamanya. Kedua
orang itu paling baik hati yang pernah saya lihat. Mereka dua
melayaniku dengan baik seolah-olah saya membawa sesuatu berharga
buat kedua orang tua itu padahal saya tidak membawakan apa-apa, dan
saya hanya masuk dengan tangan hampa. Beberapa menit kemudian,
saya bertanya kepada kedua orang tua itu sembari melirik anak-anak itu
Apa anak-anak ini ibu punya anak ? jawab ibu itu kepadaku Tidak,
anak-anak ini adalah cucuku. Kemudian, ibu itu berkata kepadaku
sembari pilu Nak, anak bungsuku pergi kuliah di Jawa beberapa tahun
yang lalu tetapi ketika dia (anak bungsuku) berangkat hingga sekarang
anak bungsuku tidak ada kabar entah mengapa bertahun-tahun lamanya
tidak ada kabar sama sekali, sehingga hidupku semakin menderita
seolah-olah saya hidup dalam penjara, saya selalu memikirkan anak
bungsuku tanpa batas waktu, dan makanan yang saya makan tiap saat
tiada rasanya seolah-olah saya makan sesuatu yang tiada rasanya sama
sekali, akan tetapi setiap saat saya selalu mendoakan untuk anak
bungsuku, harapanku semoga anak bungsuku baik-baik saja di sana.
Nak, saya memiliki beberapa anak laki-laki dan perempuan namun yang
lain saya tidak memikirkan dalam kehidupan mereka, tetap anak
bungsuku selalu saya memikirkannya, sebab dia (anakku bungsu)
kuliah di tanah orang apalagi tiada sesuku disana hanya kulit putih dan
rambut lurus. Nak, hati dan pikiranku beralih kepada anaku bungsu
maka selama bertahun-tahun saya hidup seolah-olah tanpa hati dan

http://wodeikotu.esy.es
pikiran, seakan-akan saya jadi gila. Setelah berkata demikian, air
mata ibu menetes di pipi tanpa hentinya bagai sungai yang mengalir
deras. Ketika saya mendengar perkataan ibu dan melihat air mata yang
menetes di pipi ibu tiada hentinya itu, saya sangat terharu dan dengan
sendirinya air matakupun berlinan dipipihku tiada hentinya.
Ketika itu saya melirik bapak yang sedang duduk di samping ibu
itu, air mata bapakpun menetes perlahan dipipinya. Saya berkata kepada
ibu itu seraya air mataku berlinan perlahan di pipiku Bu, tentu saja
anakmu baik-baik di sana maka jangan memikirkan berlebihan, apalagi
ibu selalu mendoakan anakmu pasti baik-baik saja di sana. Kalau
anakmu tidak ada kabar selama bertahun-tahun ini mungkin karena
dia (anakmu) ada kesibukan banyak di kampus ataupun diluar kampus
maka ibu jangan mengkwatirkan dia berlebihan, yang terpenting ibu
mendoakan dia (anakmu) saja agar dia cepat selesai dan bertemu
dengan ibu segera. Ibu itu berkata kepadaku seraya menangis Nak,
ketika anakku berangkat hingga saat ini saya tidak bisa melakukan apa-
apa demi untuk anakku, yang bisa kulakukan adalah berdoa, maka
kujadikan doa adalah makan pokokku. Nak, kewajibanku terhadap
anakku yang sedang kuliah dirantau, tiada kewajiban lain selain
berdoa, dan harapanku terhadap anakku adalah anaku kelak menjadi
anak yang saleh dan sukses dalam segala hal. Nak, kewajiban dan
harapan ibumu terhadap kamupun demikian sebab setiap ibu sama.
Nak, semestinya kewajiban selain tadi saya sebutkan ada satu kewajiban
lagi, yaitu mengirim khas bulanan namun kewajiban ini sengaja saya
tidak menyebutnya sebab saya tidak menerima khas bulanan dalam
artian saya tidak punya usaha apapun, maka dalam hidupku hanya
khayalanku yang selalu menghampiriku andai saya punya uang banyak
atau saya menerima gaji habis bulan maka tentu saja saya kirim untuk
anakku yang sedang kuliah ditanah orang.

http://wodeikotu.esy.es
Setelah berkata demikian, ibu itu bertambah menangis tak hentinya,
sayapun turut menangis tanpa berkata sepata katapun. Beberapa menit
kemudian ibu itu berkata kepadaku lagi seraya air mata berlinan
perlahan dipipihnya Nak, harapan kepada anakku adalah membawa
pulang dengan nama gelar, bukan membawa pulang dengan anak dan
istri. Jika anakku pulang dengan membawa nama gelarnya duluan
maka saya lebih senang, dan saya taruh nyawa demi melahirkan anakku
tidak sia-sia, budi baik terhadap anakku sudah balas atau sudah lunas.
Akan tetapi jika anakku pulang membawa dengan anaknya dan istrinya
lebih duluan maka semua pengorbananku demi untuk anakku sia-sia dan
budi baik terhadap anakku sama sekali anakku tidak balas atau lunas.
Ketika saya mendengar perkataan ibu itu, saya membisu sejejenak
beberapa menit sembari air mataku berlinan di pipiku tiada batasnya.
Dari situlah saya sadar dan tahu bahwa harapan seorang ibu terhadap
anaknya adalah anaknnya menjadi saleh, baik, sukses dan berguna bagi
nusa dan bangsa. Harapan seorang ibu terhadap anaknya ketika anaknya
sekolah/kuliah jauh dari pandangan orang tua (diratau) anaknya pulang
membawa dengan nama gelar itu seorang ibu lebih senang seolah-oleh
sudah membalas budi baik ibu terhadap anaknya, daripada anakknya
membawa pulang dengan pacar atau isrti dan anakanya. Perkataan ibu
itu saya penasaran, saya berkata dalam hati, sungguh bodohnya saya,
selama saya kuliah jauh dari kedua orang tuaku, saya berpacaran dengan
beberapa cewe, hal itu saya rasa baik dan menyenankan namun ternyata
hal itu diluar harapan dan dugaan kedua orang tuaku yang kucintai. Ibu
itu berkata bahwa jika anakku pulang dengan membawa nama gelar
maka seolah-olah semua pengorbanan terhadap anakku sudah
membalasnya. Jika pernyataan ini berlaku bagi setiap seorang ibu maka
pengorbanan ibundaku yang kucintai terhadapku utang seumur hidupku
sebab ibundaku yang kucintai telah tiada atau telah pergi mendahuluiku

http://wodeikotu.esy.es
kepada Sang Maha Pencipta. Sungguh betapa saya sedihnya ketika saya
berpikir dan mendengar perkataan ibu itu. Setelah saya berpikir
demikian, air mataku berlinan di pipihku tanpa hentinya bagaikan sungai
mengalir deras.
Beberapa menit kemudian, ibu itu berkata kepadaku Nak, jika
suatu saat nanti anakku menjadi sukses dan berguna bagi nusa dan
bangsa, saya tidak akan meminta dan tidak akan mengharapkan harta
benda atau barang-barang mewah lainnya sebab anakku menjadi sesuai
harapanku dan hal itu sama halnya dengan sudah membalas semua
pengobananku sehingga saya tidak mengharapkan kepada anakku
apapun darinya.
Saya tidak bisa berkata sepata katapun selain menangis. Saya berpikir
dalam hati Andai ibundaku masih hidup tentu saja harapan ibundaku
pun demikian namun ibundaku telah tiada maka mungkin harapan
ibundapun telah hilang bersama dengannya. Kini saya sadar bahwa
begitu besar kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya sepanjan masa. Kala itu, pilu dan duka
menghampiriku bertalu tak hentinya seolah-olah saya terjebak dalam
penjara yang begitu mengerikan.
Beberapa saat kemudian, seorang tuan itu nampak begitu tiba-tiba
di pintu rumah itu entah tuan siapa dan dari mana datangnya. Ketika itu
kelihatan kedua orang tua itu, hatinya melonjak kegirangan, saya melirik
ibu itu, dia begitu senang dan bahagia ketika menatap seorang tuan yang
baru saja nampak itu. Tidak lama lagi ibu itu bergegas berdiri dan
memeluk tuan itu sembari air mata menetes di pipi seraya berkata
kepada tuan itu Anakku bertahun-tahun lamanya ibu tidak
mendengarkan kabar darimu, hidupku serasa menderita seolah-olah
saya hidup dalam penjara karena selalu memikirkanmu, hari demi hari

http://wodeikotu.esy.es
saya menunggu kabar darimu namun tetap saja tidak ada kabar sama
sekali. Selama itu pula ibu tidak melakukan apa-apa namun setiap saat
aku selalu mendoakanmu tanpa hentinya agar anak menjadi sukses.
Selama anak tidak ada kabar, saya selalu merindukanmu anakku. Tuan
itu berkata kepada ibunya dengan peluk dan menangis Maafkan saya
ibu atas tidak pernah berkomunikasi dengan ibu. Ibu saya tidak
berkomunikasi dengan ibu karena saya banyak kesibukan, saya fokus
pada kesibukan itu sehingga saya tidak ada waktu untuk berkomunikasi
dengan ibu. Ibu saya baik-baik saja di sana sebab saya yakin doa ibu
selalu menyertaiku dalam perjuanganku sehingga saya mewujudkan
impianku dengan baik, aman, sehat, dan cepat. Ibu saya sangat
berterima kasih kepadamu, ketika ibu mengandung saya selama
sembilan bulan, selama itu pula ibu menderita demi aku, ketika ibu
melahirkanku ibu berani taruh nyawa demi melahirkanku, ibu
menyusuiku dengan penuh kasih sayang, memeliharaku, mendidikku
hingga membesarkanku dan kini saya menjadi orang sukses karena
kekuatan doa restu ibu. Ibu saya tidak mampu membalas budi baik dan
semua penorbanan ibu terhadap saya. Ibu saya tidak membalas dengan
sekejap semua kebaikan ibu terhadapku namun saya rasa kini misiku
sudah terwujud sesuai dengan impianku sebab atas dasar doa-doa ibu
yang tak hentinya maka saya akan memberikan hadiah kecil buat ibu.
Kini saya tahu bahwa tuan itu adalah anak bungsu dari ibu yang
tadinya menceritakan kepada saya. Saya melirik ibu dan tuan yang
sedang berpelukan di depan pintu itu dengan penuh pilu bercampur
duka sembari menghiasi air mataku berlinan di pipiku. Si tuan (anak
bungsu dari ibu itu) mengeluarkan amplop yang besar dari tasnya dan
memberikan kepada ibunya seraya berkata kepada ibunya Ibu saya
berikan ini bukan untuk saya membalas semua kebaikan dan
pengorbanan ibu terhadap saya, melainkan saya memberikan ini

http://wodeikotu.esy.es
sebagai rasa syukur dan ucapan berterima kasih atas semua kebaikan
dan pengorbanan ibu terhadapku, saya rasa hanya ucapan terima kasih
saja tidak cukup maka saya sisipkan dengan gaji pertamaku. Ibu itu
berkata kepada anaknya sembari meneteskan air di pipi dan dengan nada
pilu Anakku ibu tidak mengharapkan kepadamu membalas kabaikan
dan pengorbananku dengan harta benda dan barang-barang mewah
lainnya, akan tetapi ibu sangat mengharapkan kepadamu adalah engkau
menjadi soleh, sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa. Anakku kini
engkau menjadi sukses maka harapan ibu yang tertanam dalam diriku
ketika engkau hadir dalam rahimku kini mulai sirna atau telah terwujud
sesuai harapaku. Anakku engkau pulang dengan membawa nama gelar
(kesuksesan) bukan membawa pulang dengan istri dan anak. Hal itu ibu
sangat senang, hal itu yang ibu sangat mengharapkan kepadamu, maka
seolah-olah anakku telah membalas semua kebaikan dan
pengorbananku kepadamu, oleh karena itu apa yang anak berikan
kepadaku ini simpan untuk keluarga anak di kemudian hari. Tuan
(anak bungsu dari ibu) itu air mata berlinan perlahan di pipinya sembari
memeluk ibunya dengan erat seraya berkata kepada ibunya Ibu, jika
ibu tidak menerima hasil jerih payah pertama dari anakmu maka
semuanya sia-sia dan hal itu sama halnya dengan ibu tidak pernah
melahirkanku dengan begitu menderita. Ibuku anakmu memohon
dengan tulus, terimalah hasil jerih payah pertama dari anakmu ini.
Akhirnya ibu itu menerima pemberian dari anaknya saling berpelukan
erat dan air mata ibu dan anaknyapun tetap berlinan di pipi tiada
hentinya.
Ketika itu, saya menangis bersedu-sedu tanpa hentinya bagai
sungai yang mengalir deras. Di sela-sela tangisanku, sebuah pertanyaan
muncul begitu tiba-tiba dalam relung dan anganku. Pertanyaan itu paling
muda tetapi sudah di jawab. Pertanyaan itu adalah Kapan saya akan

http://wodeikotu.esy.es
balas kebaikan dan pengorbanan ibu terhadapku ??? seperti tuan
membalas kebaikan dan pengorbanan ibu terhadapnya. Sungguh,
pertanyaan itu membuatku tambah sedih dan menangis, tapi apa boleh
buat memang itulah nasib seorang bungsu tak mempunyai ibu. Andai
ibundaku tidak pulang lebih duluan kepada Sang Maha Pencipta atau
masih hidup, suatu saat nanti aku menjadi seorang sukses tentu saja aku
membalas kebaikan dan pengorbanan ibundaku seperti tuan tadi
membalas kebaikan dan pengorbanan ibunya tapi ini hanyalah angan
belaka.
Ketika ibundaku dipanggil oleh Sang Maha Pencipta pertanyaan
itu seringkali muncul atau hadir dalam kehidupanku. Pertanyaan itu aku
tak mampu menjawabnya, maka aku pernah bertanya kepada beberapa
ahli untuk bantu menjawab namun merekapun tidak mempu
mejawabnya, aku juga pernah meminta bantu menjawab pertanyaan itu
kepada tuan GOOGLE tetapi tuan googlepun tidak mampu
menjawabnya, maka dengan pertanyaan itu saya merana seumur hayatku
dan utang seumur hayatku atas semua kebaikan dan pengorbanan
ibundaku yang kucintai.
Sangat menyedihkan ketika seorang anak mengejar impiannya di
rantauan tanpa menyisipkan serangkaian doa restu dari ibu. Lebih
menyedihkan dan menyayangkan adalah ketika teman-teman di
sekitarku asyik ngobrol dengan ibunya melalui alat komuniksi dengan
begitu sombong, namun anda jangan sombong dulu sebab belum tentu
anda akan terpenuhi harapan ibumu yang begitu mendalam. Jika anda
membalas semua kebaikan dan pengorbanan ibumu seperti si tuan dalam
cerita fiksi diatas maka wajar saja engkau menyombongkan diri
terhadapku, tapi maaf anda tidak akan membalas semua kebaikan dan
pengorbanan ibumu dalam sekejab. Bila anda yang senasib dengan saya

http://wodeikotu.esy.es
maka silahkan anda mencari jawaban dari pertanyaan di atas dengan
penuh kepiluan dan kerinduan tapi maaf jika anda mencari jawaban itu
keliling suluruh jagat rayapun anda tidak akan mendapatkan jawabannya
maka pertanyaan diatas itu anda menjadikan pertanyaan seumur
hayatmu dan utang seumur hayatmu atas semua kebaikan, penggorbanan
dan kasih sayang ibu yang telah limpahkan demi untuk anda dan saya.
Akhir katanya, saya menyadari bahwa artikel singkat ini masih
jauh dari kesempurnaan sebab hal ini tidak terlepas dari keterbatasan
saya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesahan. Oleh
karenanya saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi untuk kesempurnaan artikel singkat ini dan
selanjutnya.
Semoga terinspirasi.
Salam.
Thank You So Much

By : Amadi Putra Wodei

http://wodeikotu.esy.es

Вам также может понравиться