Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Kulit buah delima (Punica granatum L.) diketahui memiliki kandungan asam elegat dan asam galat
yang menghambat enzim tirosinase, serta punicalagin yang menghambat reaksi oksidasi L-tirosin dan
L-DOPA dalam mekanisme pembentukan melanin sebagai penyebab dari hiperpigmentasi. Penelitian
ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan krim antihiperpigmentasi yang mengandung ekstrak
kulit buah delima. Metode penelitian meliputi ekstraksi kulit buah delima, formulasi sediaan krim
antihiperpigmentasi, evaluasi fisik sediaan, pengujian aktivitas penghambatan tirosinase, pengujian
cemaran mikroba, dan ujian iritasi sediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
delima dapat diformulasikan menjadi krim antihiperpigmentasi yang baik, efektif, dan aman. Namun,
krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima 1% menunjukkan ketidakstabilan fisik. Sediaan
krim dengan berbagai konsentrasi ekstrak kulit buah delima (0,5% dan 1%) efektif menghambat enzim
tirosinase dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 363 ppm dan 290 ppm.
17
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
18
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
Tabel 1 Formulasi Sediaan Krim Antihiperpigmentasi yang Mengandung Kulit Buah Delima
fase minyak yaitu asam stearat, setil lalu dimasukkan ke dalam sentrifugator
alkohol, isopropil miristat, propil paraben, pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam.
butilhidroksitoluen, parafin cair, dan juga Pengukuran aktivitas penghambatan
gliseril monostearat dipanaskan 70 oC tirosinase dilakukan dengan cara empat
hingga melebur, lalu dicampur dengan fase tabung reaksi disiapkan (A, B, C, D), pada
air lalu diaduk dengan homogenizer pada tiap tabung dipipet 1,0 mL larutan L-
suhu 70 oC dengan kecepatan 3000 rpm. DOPA 2,5 mM dan 1,8 mL dapar fosfat 50
Setelah terbentuk basis krim kemudian mM (pH 6,8) lalu diinkubasi selama 10
dicampur dengan larutan ekstrak hingga menit. Setelah diinkubasi, ditambahkan
homogen. Krim yang dihasilkan kemudian pada tiap tabung, tabung A: 0,1 mL dapar
disimpan di dalam wadah tidak tembus fosfat dan 0,1 mL larutan enzim tirosinase,
cahaya. tabung B: 0,2 mL dapar fosfat, tabung C:
Sediaan krim yang telah dihasilkan 0,1 mL larutan sampel dan 0,1 mL larutan
dievaluasi secara organoleptis (bau, warna, enzim tirosinase, serta tabung D: 0,1 mL
dan konsistensi), pengukuran pH, dengan dapar fosfat dan 0,1 mL larutan sampel.
Dengan pH meter yang telah dikalibrasi Tabung-tabung tersebut diinkubasi selama
terlebih dahulu dengan larutan dapar 25 menit, selanjutnya diukur serapannya
standar pH 4 dan 7. Evaluasi dilakukan pada panjang gelombang 475 nm dengan
dengan menentukan viskositas dengan cara spektrofotometer UV-Vis.7 Nilai aktivitas
krim ditimbang sebanyak 2 g dan diukur penghambatan enzim tirosinase diperoleh
viskositasnya dengan menggunakan alat dengan cara menghitung penghambatan
viscometer brookfield. dopakrom yang terbentuk menggunakan
Evaluasi sampel dilakukan selama 8 rumus sebagai berikut:
minggu dengan penyimpanan pada suhu 4
o
C, suhu kamar, serta suhu 40 oC) dan
pengukuran viskositas yang dilakukan tiap
2 minggu. A adalah serapan larutan blanko negatif
Pada metode cycling test, sampel krim dengan enzim, B adalah serapan larutan
disimpan pada suhu 4 oC dalam waktu 24 blanko negatif tanpa enzim, C adalah
jam, lalu dipindahkan ke dalam oven yang serapan larutan sampel dengan enzim, dan
bersuhu 40 oC selama 24 jam (satu siklus). D adalah serapan larutan sampel tanpa
Uji dilakukan sebanyak 6 siklus kemudian enzim.
diamati adanya pemisahan fase atau tidak. Aktivitas penghambatan sampel uji
Pada uji mekanik (centrifugal test), sampel ditentukan dengan nilai IC50, yaitu
krim dimasukkan ke dalam tabung reaksi konsentrasi dimana sampel uji dapat
19
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
menghambat aktivitas enzim tirosinase delima 1%, lalu pada punggung tangan kiri
sebesar 50%. dioleskan krim tanpa ekstrak kulit buah
Pengujian cemaran mikroba meliputi delima (basis krim) sebagai pembanding.
cemaran bakteri maupun cemaran jamur Bagian yang dioleskan kemudian dibiarkan
dilakukan dengan metode tabung ganda terbuka dalam waktu 5 menit dan diamati
menggunakan media pertumbuhan FTM perubahan-perubahan yang terjadi setelah
(Fluid Thioglycollate Medium). Digunakan pengolesan. Umumnya iritasi akan segera
sebanyak 14 tabung yang berukuran sama ditunjukkan dengan adanya reaksi kulit
pada pengujian ini. Selanjutnya, disiapkan sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan,
media pertumbuhan FTM dengan cara 30 g reaksi tersebut dikenal sebagai iritasi
FTM dilarutkan di dalam 1 liter akuades, primer. Apabila reaksi terjadi beberapa jam
dipanaskan, kemudian diautoklaf selama setelah pelekatan atau penyentuhan pada
15 menit pada suhu 121 oC. Ke dalam kulit disebut sebagai iritasi sekunder. Jika
setiap tabung dari 14 tabung ditambahkan tidak terjadi reaksi diberi tanda (-). Bila
masing-masing 9,0 mL media FTM steril. kulit memerah dan gatal diberi tanda (+),
Dipisahkan 12 tabung dan dibagi dalam 4 dan bila terjadi pembengkakan diberi tanda
kelompok yang masing-masing terdiri atas (++). Pengolesan dilakukan tiga kali sehari
3 tabung. Satu kelompok sebagai kontrol selama tiga hari berturut-turut serta dengan
dan 3 kelompok lain sebagai kelompok 1 cara yang sama pada hari ke-60.
(100), kelompok 2 (10), kelompok 3
(1), dan dua tabung lainnya masing- Hasil
masing dinyatakan sebagai tabung A dan
tabung B. Masing-masing tabung pada Hasil pengujian ekstrak menunjukkan
kelompok 1 (100) dan juga pada tabung bahwa bahan baku ekstrak merupakan
A dimasukkan sebanyak 1 mL larutan atau ekstrak kulit buah delima berdasarkan
suspensi spesimen dan dicampurkan. pemeriksaan di Balai Penelitian Tanaman
Dari tabung A dipipet 1 mL ke dalam Rempah dan Obah (Balitro).
tabung B dan dicampurkan. Tabung A dan Hasil dari formulasi sediaan krim
tabung B masing-masing akan berisi 100 antihiperpigmentasi dari ekstrak kulit buah
mg (100 L) dan 10 mg (10 L) spesimen. delima A (0,5%) menunjukkan konsistensi
Masing-masing tabung kelompok 2 (10) yang kental, berwarna cokelat kuning, dan
ditambahkan 1 mL dari tabung A, dan ke berbau jamur. Sedangkan hasil formulasi
dalam masing-masing tabung kelompok 3 pada sediaan krim antihiperpigmentasi B
(1) ditambahkan 1 mL dari tabung B. (1%) menunjukkan konsisntensi yang agak
Kemudian, sisa isi dari tabung A dan kental, berwarna cokelat kuning pekat, dan
tabung B dibuang. Semua tabung ditutup berbau jamur.
secara baik lalu diinkubasikan, diamati ada Evaluasi fisik yang dilakukan pada
tidaknya pertumbuhan mikroba di dalam sediaan krim antihiperpigmentasi adalah
setiap tabung. pengamatan organoleptis, pengukuran pH,
Pengujian iritasi dari sediaan krim dan pengukuran nilai viskositas. Hasil dari
antihihiperpigmentasi ini dilakukan dengan pengamatan organoleptis dari sediaan krim
metode patch test untuk melihat perubahan antihiperpigmentasi diperoleh sifat-sifat
yang terjadi setelah dioleskan sediaan krim krim yang lembut, mudah menyebar,
antihiperpigmentasi. Pengujian ini hanya membentuk konsistensi setengah padat,
dilakukan terhadap krim ekstrak kulit buah dan cukup nyaman ketika dioleskan pada
delima dengan konsentrasi terbesar (1%) kulit. Dari hasil pengukuran nilai pH pada
terhadap 20 orang sukarelawan dengan evaluasi fisik, didapat nilai pH krim pada
metode uji tempel terbuka (patch test). sediaan A sebesar 6,71 dan pada sediaan B
Pada punggung tangan kanan sukarelawan sebesar 6,58 (Gambar 1). Berdasarkan
dioleskan krim dengan ekstrak kulit buah hasil pengukuran viskositas pada evaluasi
20
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
fisik, didapatkan nilai viskositas krim yang fisik yang ditandai dengan tidak adanya
mengandung ekstrak kulit buah delima pemisahan antara fase air dan fase minyak.
0,5% sebesar 6533 cps dan nilai viskositas Pada krim B (1%) tampak adanya sedikit
krim yang mengandung ekstrak kulit buah pemisahan antara fase air dan fase minyak,
delima 1% sebesar 3340 cps (Gambar 2). yang berarti bahwa formula krim B tidak
Pengujian stabilitas fisik dari sediaan tahan efek gravitasi selama satu tahun.
dilakukan pada penyimpanan dengan Uji aktivitas penghambatan tirosinase
berbagai suhu, metode cycling test, dan uji ekstrak kulit buah delima dilakukan secara
mekanik (centrifugal test). Penyimpanan in vitro yang diformulasikan ke dalam
krim pada berbagai suhu dilakukan pada krim dengan konsentrasi ekstrak 0,5%
suhu rendah (4 oC), suhu kamar, dan suhu (krim A) dan 1% (krim B). Hasil dari
tinggi (40 oC). Kedua formulasi krim yang pengukuran menunjukkan bahwa krim A
telah disimpan pada suhu 4 oC mengalami memiliki IC50 sebesar 363 ppm, sedangkan
perubahan warna menjadi sedikit lebih krim B memiliki IC50 sebesar 290 ppm
muda, krim yang disimpan di suhu kamar (Tabel 2), yang dihitung dari konsentrasi
mengalami perubahan warna menjadi lebih ekstrak dalam masing-masing krim.
gelap, dan pada penyimpanan di suhu 40 Pengujian cemaran mikroba meliputi
o
C mengalami perubahan warna yang cemaran bakteri dan jamur memberikan
cukup signifikan menjadi lebih gelap hasil yang sama untuk semua sediaan,
terutama formula yang mengandung 1% tidak terjadi pertumbuhan mikroba pada
ekstrak kulit buah delima. tabung reaksi yang mengandung sediaan.
Pada pengujian metode cycling test, Hasil pengujian iritasi sediaan krim
kedua formula yang diuji menunjukkan antihihiperpigmentasi metode patch test,
hasil yang stabil karena tidak menunjukkan dengan waktu penyimpanan selama 60 hari
adanya pemisahan fase antara fase minyak menunjukkan tidak terjadi iritasi pada kulit
dan fase air. Pada uji mekanik (centrifugal punggung tangan 20 orang sukarelawan,
test), krim A (0,5%) tampak stabil secara baik iritasi primer maupun iritasi sekunder.
(a) (b)
(c)
21
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
(a) (b)
(c)
uji mekanik (centrifugal test). Hasil dari (vanishing cream) sehingga membawa pH
pengujian stabilias fisik pada penyimpanan krim ke arah asam. Pengukuran pH selama
krim dengan berbagai suhu menghasilkan penyimpanan pada suhu tinggi (40 oC)
perubahan warna yang berbeda. Hal ini mengalami penurunan. pH krim cenderung
disebabkan oleh adanya faktor suhu yang mengarah ke pH asam. Hal ini mungkin
mempercepat reaksi kimia karena setiap disebabkan terjadinya proses hidrolisis
kenaikan suhu sebesar 10 oC dapat karena adanya peningkatan suhu.
mempercepat reaksi kimia 2 sampai 3 Berdasarkan Gambar 2 diketahui nilai
kalinya. viskositas yang menunjukkan kekentalan
Hasil pengukuran pH pada suhu 4 oC dari sediaan. Hasil viskositas pada suhu 4
o
selama 8 minggu (Gambar 1a), terlihat C, 25 oC, dan 40 oC selama penyimpanan
bahwa pH kedua formula krim mengalami 8 minggu menunjukkan penurunan nilai
kenaikan. pH kedua formula krim pada viskositas pada kedua formula krim. Dari
suhu rendah mengalami perubahan ke arah hasil yang diperoleh ini, dapat dikatakan
basa. Hasil pengukuran nilai pH selama bahwa konsentrasi ekstrak kulit buah
penyimpanan pada suhu kamar (25 oC) delima mempengaruhi viskositas sediaan
mengalami penurunan. Hasil dari semua krim. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
formula krim memiliki rentang nilai pH kulit buah delima dalam sediaan krim,
6,146,71 sehingga masih memenuhi nilai maka makin rendah nilai viskositasnya.
pH yang aman untuk kulit. Kedua formula Pada saat pengujian stabilitas metode
krim menunjukkan nilai pH ke arah asam cycling test, kedua formula hasilnya adalah
karena kandungan ekstrak kulit buah stabil karena tidak ada pemisahan fase
delima berupa senyawa-senyawa polifenol antara fase minyak dan fase air. Pengujian
bersifat asam lemah. Sifat asam ini bahkan stabilitas selanjutnya adalah uji mekanik.
lebih kuat dari kebasaan yang dimiliki oleh Uji mekanik atau uji sentrifugasi juga
basis yang digunakan dalam formula merupakan salah satu indikator kestabilan
23
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
fisik sediaan semipadat. Hukum Stokes Penurunan nilai IC50 dari ekstrak yang
menunjukkan bahwa pembentukan krim telah diformulasikan ke dalam krim diduga
merupakan suatu fungsi gravitasi dan terjadi karena hidrolisis dari punicalagin
kenaikan gravitasi dapat mempercepat pada proses pembuatan krim. Punicalagin
pemisahan fase. Efek gaya sentrifugal dari merupakan polifenol yang terdapat dalam
sentrifugator dengan kecepatan 3750 rpm jumlah dominan di buah delima,11
selama 5 jam dianggap setara dengan efek diketahui merupakan ellagitanin yang
gaya gravitasi yang akan diterima krim terhidrolisis. Punicalagin yang terhidrolisis
dalam penyimpanan selama setahun. Pada akan menghasilkan galagildilakton, asam
uji ini terdapat perbedaan hasil antara krim elegat, dan glukosa di mana asam elegat
A dan krim B, secara fisik krim A tampak dalam berbagai penelitian telah diketahui
stabil karena tidak ada pemisahan antara dapat menghambat aktivitas dari
12,13
fase air dan fase minyak. Pada krim B tirosinase. Hal tersebut diperkirakan
tampak tidak stabil karena ada sedikit menjadi penyebab sediaan krim ekstrak
pemisahan antara fase air dan fase minyak. kulit buah delima memiliki aktivitas
Dari hasil percobaan secara in vitro penghambatan terhadap tirosinase yang
(Tabel 2), terlihat bahwa aktivitas inhibisi lebih kuat dari ekstraknya hingga sekitar 6
yang terjadi bergantung pada konsentrasi kalinya. Namun hasil pengamatan pada
ekstrak yang digunakan sebagai inhibitor. minggu ke-8, aktivitas kedua krim terlihat
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang menurun. Pada minggu ke-8, nilai IC50 dari
digunakan, maka makin besar hambatan krim A meningkat menjadi 588 ppm, dan
yang terjadi. Dari hasil yang telah didapat krim B meningkat menjadi 409 ppm. Ini
menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah menunjukkan bahwa pada penyimpanan
delima memiliki aktivitas penghambatan hingga minggu ke-8 telah terjadi
dengan nilai IC50 sebesar 1948,41 ppm, penurunan aktivitas sebesar 1,5 sampai
164 kali lebih lemah apabila dibandingkan hampir 2 kali bila dibandingkan dengan
kekuatan penghambatan oleh Morus alba, aktivitas pada minggu awal.
yang memiliki nilai IC50 sebesar 11,9 Pada hasil pengujian cemaran mikroba
ppm10 dan juga jauh lebih lemah dari kojic yang meliputi cemaran bakteri dan jamur
acid yang memiliki IC50 sebesar 8,9 ppm. adalah sama untuk semua sediaan, yaitu
Angka IC50 sebesar itu membuat ekstrak tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
tersebut tergolong tidak memiliki aktivitas pada tabung reaksi yang mengandung
penghambatan terhadap tirosinase (inhibisi sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa metil
<30% pada konsentrasi 500 ppm).10 paraben dan propil paraben yang berperan
Kemudian dilakukan pengujian aktivitas sebagai pengawet dengan konsentrasi
penghambatan tirosinase secara in vitro berturut-turut 0,2% dan 0,02% efektif
yang diformulasikan dalam krim dengan menghambat pertumbuhan bakteri pada
konsentrasi ekstrak 0,5% (krim A) dan 1% sediaan krim tersebut. Tidak timbulnya
(krim B). Hasil pengukuran yang dihitung mikroba pada media uji juga menunjukkan
berdasarkan konsentrasi ekstrak di masing- bahwa sediaan krim dapat bertahan selama
masing krim, menunjukkan nilai IC50 dari 60 hari waktu penyimpanan, tanpa terjadi
kedua formula A dan krim B berturut-turut kontaminasi mikroba.
363 ppm dan 290 ppm, di mana keduanya. Pada hasil pengujian iritasi sediaan
Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya krim antihihiperpigmentasi dengan metode
penurunan nilai IC50 apabila dibandingkan patch test menunjukkan tidak terjadi iritasi
dengan sampel ekstrak. Jadi, formula krim pada kulit punggung tangan 20 orang
tersebut memiliki aktivitas penghambatan sukarelawan, baik iritasi primer maupun
terhadap tirosinase, dengan diketahui basis iritasi sekunder selama penyimpanan 60
vanishing cream tidak memiliki aktivitas hari. Hal ini diduga disebabkan karena
penghambatan terhadap tirosinase.5 konsentrasi ekstrak kulit buah delima yang
24
IJPST Volume 3, Nomor 1, Februari 2016
25