Вы находитесь на странице: 1из 8

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

MIKROENKAPSULASI Lactobacillus plantarum DENGAN BERBAGAI


ENKAPSULAN PADA PENGERINGAN SEMPROT JUS JAMBU BIJI

[Microencapsulation of Lactobacillus plantarum in Guava Juice by


Spray Drying Using Several Types of Encapsulant]

Rina Ningtyas1), Betty Sri Laksmi Jenie 2)*, dan Lilis Nuraida2,3)
1)
Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
3)
SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Diterima 21 April 2015 / Disetujui 27 November 2015

ABSTRACT
Two strains of Lactobacillus plantarum (1%) in guava juice were microencapculated by spray drying
technique using several types of encapsulant, i.e. maltodextrin, maltodextrin in comb ination with other
materials such as gum arabic, inulin, and galaktooligosakarida (GOS), with a ratio of 5:1. The ob jectives of
this study were to compare the effect of encapsulation materials of Lactob acillus plantarum 2C12 and
Lactob acillus plantarum BSL on heat resistance (50, 60 and 70C, for 20 min), survival at low pH (2.0), b ile
salts (0.5%), and antimicrobial activity against Escherichia coli. Spray drying were performed at 120C
(inlet) and 70C (outlet). The results showed that all types of encapsulated prob iotics improved their
resistances toward heat, low pH and bile salts as compared to free cells. The highest survival of prob iotic
cells was achieved b y prob iotic encapsulated with maltodextrin, and heated at 50C, with a protection of 2-
3 Log CFU g -1 as compared to free cells. Combination of maltodextrin and GOS (5:1) showed the highest
protection toward low pH and b ile salts, except for L. plantarum BSL , the b est encapsulant was
maltodextrin. The antimicrobial activity of microencapsulated prob iotic the cells did not change after the
microencapsulation process. These results indicate that the guava powder prob iotic can be develop ped b y
microencapsulation technique using maltodextrin or combination of maltodextrin and GOS with spray
drying method.

Keywords: guava powder, Lactob acillus plantarum, microencapsulation, prob iotic properties, spray drying

ABSTRAK 1

Dua strain Lactobacillus plantarum (1%) dalam sari buah jambu biji dimikroenkapsulasi dengan
teknik pengeringan semprot menggunakan beberapa jenis bahan enkapsulan, meliputi maltodekstrin,
kombinasi maltodekstrin dengan bahan enkapsulan lain seperti gum arab, inulin, dan galaktooligosakarida
(GOS), dengan perbandingan 5:1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh jenis
enkapsulan terhadap ketahanan probiotik Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactob acillus plantarum BSL
terhadap panas (50, 60 dan 70C, 20 menit), pH rendah (pH 2,0) dan garam empedu (0,5%), serta
aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli. Proses pengeringan semprot dilakukan pada suhu 120C
(inlet) dan 70C (outlet). Hasil penelitian menunjukkan semua bahan enkapsulan pada kedua strain
mampu meningkatkan ketahanan probiotik terhadap panas, pH rendah dan garam empedu dibandingkan
dengan sel bebas. Sintasan probiotik terbaik adalah pada suhu 50C, dengan bahan enkapsulan yang
paling baik dalam melindungi sel probiotik terhadap panas adalah maltodekstrin, dengan perlindungan
sebanyak 2-3 Log CFU g -1 lebih tinggi dibanding sel bebas (tanpa mikroenkapsulasi). Pada perlakuan
dengan pH rendah dan garam empedu, bahan enkapsulan dengan proteksi yang paling baik adalah
kombinasi maltodekstrin dan GOS (5:1) kecuali pada L. plantarum BSL, yang terbaik adalah maltodekstrin.
Akti vitas antimikroba dari probiotik tidak mengalami perubahan setelah proses mikroenkapsulasi. Hasil ini
mengusulkan pengembangan produk probiotik serbuk jambu biji menggunakan maltodekstrin atau
maltodekstrin dan GOS dengan teknik mikroenkapsulasi pengering semprot.

Kata kunci: Lactob acillus plantarum , mikroenkapsulasi, pengeringan semprot, serbuk jambu biji, sifat
fungsional

*Penulis Korespondensi:
E-mail: betty_jenie@yahoo.com

163
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

PENDAHULUAN enkapsulan (maltodekstrin, dan campuran malt o-


dekstrin dengan gum arab, inulin, dan GOS ) yang
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dapat melindungi sel probiotik L. plantarum 2C12
jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (> 7 Log dan L. plantarum BSL selama pengeringan semprot
-1
CFU g ) memberi manfaat kesehatan (FA O/WHO sari buah jambu biji. E valuasi yang dilakuk an ter-
2006). Genus Lactobacillus seperti L. acidophilus, L. hadap produk serbuk jambu biji probiotik terenkap-
rhamnosus, L. casei dan L. plantarum adalah bakteri sulasi yakni sifat-sifat probiotik yang meliputi
probiotik yang umum ditambahkan pada pangan kemampuan ket ahanan terhadap panas (50, 60, dan
(Saad et al., 2013). Selama selang waktu dari 70C), pH rendah (pH 2,0), dan garam empedu
pengolahan sampai pada konsumsi, probiotik pada (0,5%), serta sifat antimikroba t erhadap E. coli
produk pangan harus dapat dilindungi dari berbagai ATCC 25922.
hal, seperti kondisi proses (suhu dan tekanan
tinggi), desikasi apabila diaplikasikan untuk produk BAHAN DAN METODE
pangan kering, kondisi penyimpanan produk
(matriks bahan pengemas) dan lingkungan (suhu, Bahan
kelembaban, oksigen) serta degradasi pada saluran Buah jambu biji merah matang (Pasar Dramaga
pencernaan, khus usnya pH rendah di lambung Bogor), kultur probiotik L. plantarum 2C12 (Fakultas
(berkisar antara pH 2,5-3,5) dan garam empedu di Peternakan IPB) dan L. plantarum BSL (Labora-
dalam usus halus (Manojlovi et al., 2010). torium Mikrobiologi Pangan Departemen ITP IPB),
Salah satu upay a dalam mempertahankan Bakteri patogen E. coli ATCC 25922 (Laboratorium
viabilitas dari probiotik adalah dengan menerapk an Mikrobiologi Pangan Seafast Center IPB).
teknik mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi merupa-
kan suatu teknologi yang telah banyak dikem- Persiapan biomassa probiotik (Harmayani et al.,
bangkan untuk diaplikasikan dalam industri pangan 2001)
sebagai upaya perlindungan terhadap sel bakteri Sebanyak satu ose probiotik ditumbuhkan pada
(Borgogna et al., 2010). Pada teknik mikroen- media MRSB (Oxoid Ltd., England) kemudian
kapsulasi, metode pengeringan semprot direk omen- diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Se-
dasikan karena metode ini relatif murah dan dapat lanjutnya diambil sebanyak 10 mL untuk ditumbuh-
menampung larut an dalam volume yang bes ar kan kembali dalam 1 liter MRSB (1:100). Biomassa
(Mort azavian et al., 2007). Pada proses pengeringan dipanen menggunakan alat sentrifus (Himac CR
semprot, efisiensi mikroenkapsulasi dapat diperoleh 21G, Hitachi, Tokyo, Japan) pada 5000 g selama 20
dengan pemilihan bahan enkapsulan dan kondisi menit pada 4C, kemudian dicuci dua kali meng-
pengeringan semprot yang optimal (Liu et al., 2004). gunakan bufer fos fat (Merck, Germany) 0,1 M
Serbuk buah probiotik adalah salah satu jenis dengan cara disentrifugasi kembali (5000 g, 20
produk probiotik berbahan dasar buah yang mulai menit, 4C). Biomassa yang dihasilkan mengandung
dikembangkan dengan menerapkan teknik mikroen- 11 -1
sel probiotik sekitar 1,0 x 10 CFU mL .
kapsulasi. Hernndez-Carranza et al. (2014) me-
ngembangkan serbuk pangan probiotik (asparagus, Mikroenkapsulasi probiotik dalam sari jambu biji
artichoke, jeruk dan kulit jeruk) menggunakan teknik Sari buah Jambu biji dipersiapkan sebagai
mikroenk apsulasi dengan metode pengering sem- berikut. Buah mat ang dicuci dan dibilas dengan
prot. Teknik mikroenkapsulasi yang diterapkan di- akuades steril. Selanjutnya, seluruh bagian buah
laporkan mampu mempertahankan populasi L. casei (pulp, kulit dan biji) sebanyak 100 g dihancurk an
7 -1
lebih dari 10 CFU g setelah penyimpanan 60 hari. dalam blender dengan penambahan akuades steril
Anekella dan Orsat (2013) telah mengembangk an dalam dengan perbandingan 1:2 (b/ v, buah/air),
produk probiotik berbentuk serbuk buah raspberi kemudian disaring menggunakan kain saring steril
menggunakan metode yang sama dengan malt o- (Osorio et al., 2011).
dekstrin sebagai bahan enkapsulan. Nualkaekul et Sari jambu biji dicampurkan dengan bahan
al. (2012) juga mengembangkan produk serbuk enkapsulan dengan campuran 1:1 (b/b). Untuk
buah probiotik dengan proses penc ampuran kering perlakuan kombinasi maltodekstrin dengan bahan
serbuk buah (strawberi, delima, kismis hitam, enkapsulan lain digunakan perbandingan 5:1 (b/ b)
cranberi) dan probiotik L. plantarum kering beku untuk semua bahan enkapsulan (Osorio et al.,
(freez e dried) serta penambahan inulin dan gum 2011). Bahan enkaps ulan yang digunakan adalah
arab. Hasil penelitian menunjukkan produk serbuk maltodekstrin (DE10-12, Cina), dan campuran
buah merupakan pembawa yang sangat baik bagi maltodekstrin dengan gum arab (Houjin, Cina), inulin
sel probiotik L. plant arum dengan sint asan lebih dari (Boneo-Orafti, Belgia), dan GOS (Jinao, Cina),
6 -1
10 CFU mL selama penyimpanan 12 bulan. masing-masing dengan perbandingan yang sama
Tujuan penelitian ini adalah untuk meng - yaitu 5:1. Total padatan campuran s ari jambu biji
evaluasi penggunaan beberapa jenis bahan

164
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

dengan bahan enkapsulan diatur hingga konsentrasi jam. Selanjutnya kultur dihitung menggunak an
38B rix dengan maltodekstrin. Selanjutnya campur- media MRSA dengan teknik metode tuang seperti
an sari jambu biji dan bahan enkapsulan dit ambah yang telah dijelaskan sebelumnya. Jumlah sel yang
11 -1
dengan biomassa probiotik (10 CFU g ) sebanyak mampu bertahan terhadap garam empedu dari
1% dan selanjutnya dikeringkan dalam alat probiotik yang terenkapsulasi dibandingkan dengan
pengering semprot (Buchi 190 Mini, Switzerland). sel probiotik bebas.
Proses pengeringan semprot dilakukan pada suhu
inlet 120C dan outlet 70C, serta laju alir umpan Pengujian aktivitas antimikroba terhadap E. coli
b
adalah 485 mL/jam. Serbuk jambu biji probiotik ATCC 25922 (Modifikasi Nuraida et al., 2012 )
terenkapsulasi (JBPE) dikemas dalam plastik Sebelum dilakukan pengujian, sel probiotik
polipropilen yang s elanjutnya dimasukkan ke dalam terenkapsulasi yang telah dilepaskan terlebih dahulu
wadah plastik (toples) untuk analisis lebih lanjut. dari mikroenkapsulannya dengan natrium sitrat
Untuk mengetahui jenis bahan enkapsulan terbaik, (Merck, Germany) 2%. Uji aktivitas antimikroba
maka setelah pengeringan semprot dilak ukan pe- probiotik terhadap bakteri pat ogen yakni E. coli
ngukuran pengujian ketahanan probiotik pada ATCC 25922 dilakukan dengan metode kont ak.
5 -
produk serbuk jambu biji terhadap panas (suhu 50, Sebanyak 0,2 mL E. coli ATCC 25922 (10 CFU mL
1 8 -1
60 dan 70C), pH rendah (pH 2,0) dan garam ) dan 0,2 mL sel probiotik sebanyak 10 CFU mL
empedu (0,5% ), serta aktivitas antimikroba terhadap diinokulasikan ke dalam 20 mL larutan susu skim
E. coli ATCC 25922. (Sunlack, Malay) steril dalam erlenmeyer 50 mL.
Selanjutnya seluruh erlenmeyer tersebut dihomo-
Pengujian ketahanan panas (Mandal et al., 2006) genisasi secara manual hingga merata, lalu diin-
Pengujian ketahanan panas terhadap probiotik kubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Jumlah sel
bebas dan terenkapsulasi dilak ukan dengan me- E. coli ATCC 25922 yang tumbuh setelah di-
nambahkan sampel probiotik masing-masing s e- kontakkan dengan probiotik selanjutnya dihitung
banyak 1 g k e dalam 9 mL akuades steril dan di- menggunakan media tumbuh EMBA (Oxoid Lt d.,
homogenisasi menggunakan vorteks (Vortex Genie England). Hasilnya dibandingkan dengan jumlah sel
2, Scientific Industries Inc., USA). Selanjutnya E. coli ATCC 25922 yang tumbuh setelah dikontak-
larutan tersebut dipanaskan pada suhu 50, 60, dan kan dengan probiotik bebas.
70C dalam penangas air selama 20 menit, lalu
didinginkan pada suhu ruang. Viabilitas probiotik Analisis data
-1
setelah pemanasan dihitung dengan metode tuang Data jumlah sel probiotik (CFU mL atau CFU
-1
menggunakan media MRSA (Oxoid Ltd., England) g ) yang diperoleh dari dua kali ulangan, dirat a-
-1
dan diinkubasi pada suhu 37C selama 48 jam. ratakan dan dikonversi menjadi nilai Log CFU mL
-1
atau CFU g . Data diolah menggunakan ANOVA
Ketahanan terhadap pH rendah (pH 2,0) dan dan uji beda nyata dianalisis dengan rancangan
garam empedu (0,5%) (Modifika si Nuraida et al., acak kelompok (RAK) menggunakan SPSS 16
a
2012 ) dengan nilai signifikansi P<0,05.
Pengujian ketahanan probiotik terhadap pH
rendah (pH 2,0) dilakuk an sebagai berikut. Probiotik HASIL DAN PEMBAHASAN
terenkapsulasi atau kultur probiotik bebas (tanpa
enkapsulasi) diinokulasikan kedalam MRSB yang Ketahanan panas probiotik terenkapsulasi ter-
telah diasamkan dengan penambahan HCl (Merck hadap panas
KGaA, Germany) 0,1 M sampai pH media menjadi Hasil pengujian ketahanan panas kedua strain
2,0, dan diinkubasi pada 37C selama 5 jam. probiotik L. plantarum 2C12 dan L. plantarum BSL
Setelah diinkubasi, viabilitas probiotik selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1. Mikroenkaps ulasi L.
dihitung dengan menggunakan metode yang sudah plantarum dengan teknik pengering semprot
dijelaskan diatas pada pegujian ketahanan panas. menggunakan beberapa jenis bahan enkapsulan
Jumlah sel dari probiotik yang terenkapsulasi mampu meningkatkan ketahanan panas sel
dibandingkan dengan sel probiotik bebas (tanpa probiotik dibandingkan sel probiotik bebas (tanpa
enkapsulasi). penambahan enkapsulan). Hasil ini sesuai dengan
Pengujian ketahanan probiotik terhadap garam Mandal et al. (2006) yang melaporkan kemampuan
empedu (0, 5%) dilakukan sebagai berikut. Se- probiotik sel laktobasili yang dimikroenkapsulasi
banyak 1 g probiotik terenkapsulasi atau kult ur dengan alginat mengalami peningkatan kelangsung-
probiotik bebas diinokulasikan kedalam MRSB yang an hidup terhadap panas dibanding sel bebas tanpa
mengandung garam empedu (Difco, Canada) mikroenkapsulasi.
(0,5%), dan diinkubasi pada suhu 37C selama 5

165
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

Tabel 1. Pengaruh jenis enkapsulan terhadap ketahanan panas probiotik pada serbuk JBPE
Penurunan Jumlah Sel (Log CFU mL-1) setelah
Jenis Jumlah Sel Awal
Probiotik Pemanasan
Enkapsulan (Log CFU mL-1)
50C 60C 70C
L. plantarum Sel bebas 8,00 0,00 2,8 0,74 adi 4,1 0,20bdi 6,6 0,0cdi
2C12 Maltodekstrin 7,6 0,09 0,1 0,04 aei 2,1 0,12bei 3,0 0,01cei
(MD)
MD+Gum Arab 7,8 0,07 0,7 0,23 afi 2,4 0,13bfi 3,0 0,17cfi
MD+Inulin 7,5 0,22 1,1 0,05 agi 2,7 0,18bgi 4,9 0,03cgi
MD+GOS 6,2 0,11 1,3 0,02 ahi 2,9 0,08bhi 5,4 0,39chi
L. plantarum Sel bebas 8,0 0,02 2,6 0,39 adi 4,4 0,23bdi 6,5 0,21cdi
aei bei
BSL Maltodekstrin 7,8 0,14 0,3 0,02 1,9 0,31 2,9 0,14cei
(MD)
MD+Gum Arab 8,0 0,09 0,8 0,02 afi 1,5 0,04bfi 2,9 0,97cfi
agi bgi cgi
MD+Inulin 7,4 0,21 1,1 0,29 2,0 0,01 3,8 0,24
MD+GOS 6,9 0,42 1,2 0,33 ahi 3,5 0,19bhi 5,4 0,35chi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama (a) pada strain yang berbeda tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0,05). Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda (b-e)
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0,05) pada bahan enkapsulan yang berbeda

Kedua strain probiotik yang dimikroenkaps ulasi garam empedu (0,5% ) diperlukan unt uk mem-
memberikan hasil ketahanan panas yang tidak bandingk an kemampuan sel bebas dan sel hasil
berbeda nyata (P<0,05) terhadap penurunan jumlah mikroenk apsulasi bertahan dalam sistem pen-
probiotik, sedangkan jenis bahan enkapsulan ber- cernaan. Ketahanan sel terhadap pH rendah at au
pengaruh nyata (P<0,05). Sintasan t erbaik probiotik garam empedu ditunjukkan dengan penurunan total
adalah pada suhu 50C dengan penurunan jumlah sel setelah inkubasi dalam media yang mengandung
sel probiotik yang dimikroenkapsulasi hanya asam (pH 2,0) atau garam empedu (0,5%) selama 5
-1
berkisar antara 0,1-1,3 Log CFU mL , sedangk an jam. Hasil pengujian ket ahanan pada pH rendah (pH
sel bebas mengalami penurunan yang lebih bes ar 2) dan garam empedu dapat dilihat pada Gambar 2
-1
hinggal 2,6-2,9 Log CFU mL . Bahan enkapsulan dan Gambar 3. Gambar 2 menunjukkan sintasan
yang paling baik yang mampu meningkatkan kedua strain probiotik terhadap pH rendah (pH 2,0).
ketahanan sel terhadap panas adalah maltodekstrin Terjadi peningkatan kemampuan ketahanan sel
pada kedua strain, dengan penurunan terendah probiotik terenkapsulasi dibandingkan sel probiotik
-1
pada suhu 50C hanya sekitar 0,1 Log CFU mL (L. bebas pada kondisi pH rendah (pH 2,0). Pada sel
-1
plantarum 2C12) dan 0,3 Log CFU mL (L. bebas, jumlah sel mengalami penurunan cuk up
-1
plantarum BSL). Secara umum, semakin tinggi suhu besar y akni sebesar 2,6 Log CFU mL pada L.
-1
pemaparan maka sintasan kedua strain juga plantarum 2C12 dan 2,1 Log CFU m L pada L.
semakin turun, baik untuk probiotik bebas maupun plantarum BSL. Sintasan sel yang dimikroenkap-
terenkapsulasi. Sel probiotik bebas dari kedua strain sulasi mengalami peningkatan, yakni pada L.
-
ternyata tidak mampu mempertahankan jumlah yang plantarum 2C12 sekitar 0,5 sampai 1, 4 Log CFU mL
6 -1 1
disyaratkan (10 CFU mL ) bahkan terhadap , dan pada L. plantarum BSL s ekitar 0,5 sampai 1,6
-1
paparan suhu terendah (50C) (Gambar 1). Hasil Log CFU mL . Gambar 2 juga menunjukkan
dari probiotik terenkapsulasi memiliki perbedaan, ketahanan kedua strain terhadap pH rendah (pH
dimana sintasan probiotik yang disyaratkan pada 2,0) tidak berbeda nyata (P<0,05). Akan tetapi, jenis
suhu 50C dapat terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari bahan enkapsulan berpengaruh nyata (P<0,05)
sintasan probiotik terenkapsulasi lebih dari 6 Log mampu melindungi probiotik pada kondisi pH
-1
CFU mL pada suhu tersebut, dengan sintasan 6,5 rendah. Bahan enkaps ulan yang menghasilkan
-1
sampai 7,6 Log CFU mL pada L. plantarum 2C12 proteksi yang paling baik adalah kombinasi bahan
-1
dan 6, 5 sampai 7, 5 Log CFU mL pada L. plantarum enkapsulan maltodekstrin dan GOS (5:1), dengan
-1
BSL. penurunan hanya sebesar 0,5 Log CFU mL pada
kedua strain.
Pengaruh bahan enkapsulan terhadap ketahanan Gambar 3 menunjukkan sintasan kedua strain
probiotik terenkapsula si pada pH rendah (pH 2,0) probiotik karena perlakuan garam empedu (0,5%).
dan garam empedu (0,5%) Mikroenk apsulasi meningkatkan ketahanan sel
Pengujian k emampuan sel bebas dan sel hasil probiotik dibandingk an sel probiotik bebas terhadap
mikroenk apsulasi terhadap pH rendah (pH 2,0) dan garam empedu (0,5%).

166
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

8,00,00ad

8,00,02ad

8,00,09af
7,80,14ae
7,80,07af
7,50,16ae

7,50,22ag
7,60,09bj

7,40,21ag
7,50,01bj

7,20,29bk
7,10,02bk

6,90,42ah
6,40,06bl
9

6,20,11ah

6,30,36bl

5,70,39bm
Jumlah Sel (Log CFU mL -1)

5,20,05bi

5,40,04bi
8

4,90,74bm
7
6
5
4
3
2
1
0
A B C D E A B C D E
L. plantarum 2C12 L. plantarum BSL
Strain Probiotik
Sebelum Sesudah

Gambar 1. Ketahanan sel probiotik terenkapsulasi terhadap perlakuan panas pada suhu 50C. A (Sel
bebas tanpa mikroenkapsulasi), B (Maltodekstrin), C (Maltodekstrin + Gum A rab), D
(Maltodekstrin + Inulin), E (Malt odekstrin + GOS). Batang histogram yang sama yang diikuti
oleh huruf yang sama (a) tidak berbeda nyata (P<0,05) pada strain yang berbeda. Batang
histogram yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda (b-d) berbeda nyata (P<0,05) pada
bahan enkapsulan yang berbeda
3
2,60,20ad
Penurunan Jumlah Sel

2.5
(Log CFU mL-1)

2 2,10,50ad
1,60,10af
1,40,40ae 1,40,40ag
1.5
1,60,09af
1
0,50,07ah
0,80,01ag
0.5 0,50,50ae
0,50,00ah
0
A B C D E
Bahan Enkapsulan
BSL 2C12
Gambar 2. Ketahanan sel probiotik terenkapsulasi terhadap pH rendah (pH 2,0). A (Sel bebas tanpa
mikroenk apsulasi), B (Maltodekstrin), C (Maltodekstrin + Gum Arab), D (Maltodekstrin + Inulin),
E (Maltodekstrin + GOS). Bat ang histogram yang s ama yang diikuti oleh huruf yang berbeda
(b-d) berbeda nyata (P<0,05) pada bahan enkapsulan berbeda. Batang histogram yang sama
yang diikuti oleh huruf yang sama (a) tidak berbeda nyata (P<0,05) pada strain yang berbeda

Pada sel bebas, jumlah sel mengalami ketahanan garam empedu, tetapi jenis bahan
penurunan cukup bes ar yakni sebesar 3,1 Log CFU enkapsulan berpengaruh nyata (P<0,05). Bahan
-1 -1
mL pada L. plantarum 2C12 dan 2,9 Log CFU mL enkapsulan yang menghasilkan prot eksi yang paling
pada L. plantarum BSL. Sintasan sel yang dimikro- baik adalah kombinasi bahan enk apsulan malt o-
enkapsulasi mengalami peningkatan dengan penu- dekstrin dan GOS (5:1) pada strain L. plantarum
runan jumlah sel yang lebih sedikit, yakni pada L. 2C12, dan maltodekstrin pada strain L. plantarum
-
plantarum 2C12 sekitar 1,9 sampai 2, 3 Log CFU mL BSL.
1
, dan pada L. plantarum BSL s ekitar 1,5 sampai 2,5 Ketahanan probiotik terhadap pH asam dan
-1
Log CFU mL . Berdasarkan hasil analisis ragam, garam empedu lebih baik ketika sel dimikroen-
terlihat bahwa strain probiotik memberikan hasil kapsulasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Reddy et
yang tidak berbeda nyata (P<0, 05) terhadap al. (2009) yang melaporkan maltodekstrin yang

167
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

ditambahkan s ebagai pembawa selama pengering- dengan probiotik, baik yang bebas maupun yang
an semprot dapat mempertahankan viabilitas dan dimikroenkapsulasi jumlah pertumbuhan E. coli
1
retensi sifat probiotik (L. plant arum CFR 2191, L. sekitar 0,6 sampai 1,3 Log CFU mL lebih rendah
salivarius CFR 2158 dan P ediococcus acidilactici pada kedua strain. BAL dikenal menghasilkan ber-
CFR 2193) terhadap asam dan toleransi empedu. bagai komponen antimikroba seperti asam organik
Madhu et al. (2011) melaporkan L. fermentum (asam laktat dan asam aset at), hidrogen peroksida,
memiliki ketahanan yang lebih baik secara signifik an etanol, diasetil, asetaldehid, asetoin, karbon diok -
terhadap pH asam dan garam empedu setelah sida, reuterin, reutericyclin dan bakteriosin (Suskovic
dilakukan pengering semprot menggunakan malt o- et al., 2010). Lactobacillus plantarum 2C12 memiliki
dekstrin. aktivit as antibakteri dan kemampuan koagregasi
yang baik terhadap bakteri patogen (E. coli ATCC
Akti vita s antimikroba strain probiotik teren- 25922, S. Typhimurium ATCC 14028, EPEC, dan S.
kapsulasi aureus ATCC 25923) (Arief et al., 2015). Lacto-
Pengujian aktivitas antimikroba untuk menge - bacillus plantarum 2C12 juga mampu memproduksi
tahui apakah proses mikroenkapsulasi menyebab- bakteriosin (plantarisin). Bakteriosin yang dihasilkan
kan perubahan sifat antimikroba probiotik. Aktivitas dari isolat ini juga t elah t erbukti sebagai pengawet
antimikroba diamati dengan menghitung peningkat- alami pada produk bakso (Arief et al., 2012). Isolat
an jumlah pertumbuhan E. coli ATCC 25922 ketika L. plantarum BSL memiliki aktivitas penghambat an
dikontakkan dengan probiotik pada media skim milk yang tinggi terhadap Bacillus cereus, S. cereus dan
selama 24 jam. Hasil pertumbuhan E. coli ATCC E. coli (Kusumawati et al., 2003).
25922 dapat dilihat pada gambar 4. Hasil pengujian didapatkan aktivitas anti-
Gambar 4 menunjukkan probiotik yang di - mikroba probiotik (kecuali kontrol) terhadap E. coli
tambahk an (baik sel bebas maupun sel yang ATCC 25922 menunjukkan hasil yang tidak berbeda
sebelumnya terenkapsulasi) mampu menghambat nyata (P<0,05) terhadap bakteri uji dan bahan
-1
pertumbuhan sel E. coli sebanyak 1 Log CFU mL enkapsulan. Hasil ini menunjukkan proses mikroen-
dibandingkan kontrol, dimana kontrol adalah media kapsulai tidak mengubah kemampuan aktivitas
skim milk yang hanya diinokulasi bakteri uji E. coli, antimikroba sel probiotik. Golowczyc et al. (2011)
tanpa penambahan probiotik. Pada kontrol, per- melaporkan sel Lactobacillus spp. Yang dimikroen-
-1
tumbuhan E. coli sebanyak 4,3 Log CFU mL , kapsulasi tidak mengubah ketahanan probiotik ter-
sedangkan pada media skim milk yang ditambahk an hadap lisozim dan penisilin.

3,10,10ad
Penurunan Jumlah Sel

3
2,50,40ah
(Log CFU mL -1)

2,90,05ad 2,40,40af
2,30,10ae 2,10,04ag

2
2,10,30af 2,10,04ag 1,90,03ah

1,50,50ae

1
A B C D E

Bahan Enkapsulan
2C12 BSL

Gambar 3. Ketahanan sel probiotik terenkaps ulasi terhadap garam empedu 0,5%. A (Sel bebas tanpa
mikroenk apsulasi), B (Maltodekstrin), C (Maltodekstrin + Gum Arab), D (Maltodekstrin + Inulin),
E (Maltodekstrin + GOS). Batang histogram yang sama yang diikuti oleh huruf yang yang sama
(a) tidak berbeda nyata (P<0,05) pada strain berbeda. Batang histogram yang sama yang
diikuti oleh huruf yang sama (b) tidak berbeda nyata (P<0,05) pada bahan enkapsulan yang
berbeda

168
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

L. plantarum 2C12 A UCAPAN TERIMA KASIH


B
5
4,30,07 Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Peningkatan Jumlah Sel

4.5 3,70,91
4 3,70,163,30,48 Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
3,20,07 3,40,11
(Log CFU mL -1)

3.5 Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
2.5 Hibah Kompetensi tahun 2014 yang telah mem-
2 biayai penelitian ini.
1.5
1
0.5 DAFTAR PUSTAKA
0
Kontrol A B C D E
Anekella K, Orsat V. 2013. Optimization of micro-
Bahan Enkapsulan
encapsulation of probiotics in raspberry juice by
spray drying. LWT-Food Sci Technol 50: 17-24.
L. plantarum BSL B DOI: 10.1016/j.lwt.2012.08.003.
5 B
4,30,07 Arief II, Jenie BSL, Suryati T, Ayuningtyas G,
Peningkatan Jumlah Sel

4.5
4 30,62 3,30,05 3,70,04 Fujiawan A. 2012. Antimicrobial activity of
(Log CFU mL -1)

3,20,07 3,30,02 bacteriocin from indigenous Lactobacillus


3.5
3 plantarum 2C12 and its application on beef
2.5 meatball as biopreservative. J Indonesian Trop
2 Anim Agric 37: 90-96.
1.5
1 Arief II, Jenie BSL, Astawan M, Fujiyama K, Witarto
0.5 AB. 2015. Identification and probiotic charac -
0 teristics of lactic acid bacteria isolated from
Kontrol A B C D E Indonesian local beef. Asian J Animal Sci 9: 25-
Bahan Enkapsulan 36. DOI: 10.3923/ajas.2015.25.36.
Borgogna M, Bellich B, Zorzin L, Lapasin R, Cesro
Gambar 4. Aktivitas antimikroba probiotik terhadap A. 2010. Food microencapsulation of bioactive
pertumbuhan E. coli. Kontrol (E. coli compounds: rheological and thermal charac -
tanpa probiotik), A (Sel bebas tanpa terisation of non-conventional gelling system.
mikroenk apsulasi), B (Maltodekstrin), C Food Chem 122: 416-423. DOI: 10.1016/j.
(Maltodekstrin + Gum Arab), D (Malto- foodchem.2009.07.043.
dekstrin + Inulin), E (Maltodekstrin +
GOS) [FAO/WHO] Food and Agriculture Organization/
World Health Organization. 2006. Probiotics in
food. Health and Nutritional Properties and
KESIMPULAN Guidelines for E valuation. Rome, Italy: FAO
Food and Nutrition Paper No. 85.
Proses mikroenkapsulasi dengan teknik
pengering s emprot menggunakan berbagai jenis Golowczyc M, Silva J, Abraham A, Deantoni G,
enkapsulan mampu meningkatkan ket ahanan sel Teixeira P. 2011. Cellular injuries of spray dried
probiotik L. plantarum 2C12 dan L. plantarum BSL Lactobacillus spp. isolated from kefir and their
terhadap panas (50, 60, 70C), pH rendah (pH 2, 0) impact on probiotic properties. Int J Food
dan garam empedu (0,5% ) sert a tidak mem- Microbiol 144: 556-560. DOI: 10.1016/j. ijfood
pengaruhi aktivitas antimikroba terhadap E. coli. micro.2010.11.005.
Bahan enkapsulan yang berbeda memberik an Harmayani E, Ngatirah, Rahayu ES, Utami T. 2001.
proteksi terhadap perlakuan t ertentu yang berbeda Ketahanan dan viabilitas probiotik bakteri asam
pula pada kedua strain. Maltodekstrin memberik an laktat selama proses pembuatan kultur kering
proteksi terbaik pada panas, sedangkan kombinasi dengan metode freeze dan spray drying. J
maltodekstrin dan GOS memberikan proteksi terbaik Teknol Industri Pangan 9: 126-132.
terhadap pH rendah untuk kedua strain. Hasil yang
Hernndez-Carranz a P, Lpez-Mal A, Jimnez-
berbeda terlihat terhadap perlakuan terhadap garam
Mungua M. 2014. Microencapsulation quality
empedu, pada strain L. plantarum BSL, enkapsulan
terbaik adalah maltodekstrin, sedangkan pada L. and efficiency of Lactobacillus casei by spray
plantarum 2C12 adalah kombinasi maltodekstrin dan drying using maltodextrin and vegetable
extracts. J Food Res 3: 61-69. DOI: 10.5539/
GOS.
jfr.v3n1p61.

169
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.163 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 163-170 Th. 2015

Kusumawati N, Jenie BSL, Setyahadi S, Hariyadi Nuraida L Hana, Hartanti AW, Prangdimurti E.
a
RD. 2003. Seleksi bakteri asam laktat indigenus 2012 . Potensi Lactobacillus yang diisolasi dari
sebagai galur probiotik dengan kemampuan air susu ibu untuk mencegah diare. J Teknol
menurunkan kolesterol. Microb Indonesia 8: 39- Industri Pangan 23: 158-164. DOI: 10.6066/jtip.
43. 2012.23.2.158.
Liu Z, Zhou J, Zeng Y, Ouy ang X. 2004. The Nuraida L Susanti, Palupi NS, Hana, Bastomi RR,
b
enhancement and enc apsulation of Agaricus Priscilla D, Nurjana S. 2012 . E valuation of
bisporus flavor. J Food Eng 65: 391396. DOI: probiotics properties of lactic acid bacteria
10.1016/j.jfoodeng.2004.01.038. isolated from breast milk and their potency as
Mandal S, Puniya AK, Singh K. 2006. Effect of starter culture for yoghurt ferm entation. Int J
Food Nutr Public Health 5: 33-60.
alginate concent ration on survival of microen -
capsulated Lactobacillus casei NCDC 298. Int Osorio C, Forero DP, Carriazo JG. 2011.
Dairy J 16: 1190-1195. DOI: 10.1016/j.idairyj. Characterisation and performance assessment
2005.10.005. of guava (Psidium guajava L.) microencap-
Madhu AN, Awasthi SP, Reddy KBPK, Prapulla SG. sulates obtained by spray -drying. Food Res Int
2011. Impact of freeze and spray drying on the 44: 11741181. DOI: 10.1016/j.foodres.2010.
09.007.
retention of probotic properties of Lactobacillus
fermentum: an in vitro evaluation model. Int J Reddy KBPK, Madhu AN, Prapulla SG. 2009.
Microbiol Res 2: 243-251. Comparative survival and evaluation of
Manojlovi V, Nedovic V, Kailas apat hy K, Zuidam N. functional probiotic properties of spray-dried
lactic acid bacteria. Int J Dairy Technol 62: 240-
2010. Encapsulation of Probiotics for use in
248. DOI: 10.1111/j.1471-0307.2009.004 80.x.
Food Products. In: Encapsulation Technolo-
gies for Active Food Ingredients and Food Saad N, Delattre C, Urdaci M, Schmitter JM,
Processing. 269-302. Zuidam NJ, Nedovic VA Bressollier P. 2013. An overview of the last
(eds.). Springer, New York, USA. 269-302. advances in probiotic and prebiotic field. LWT-
Mortazavian N, Razavi SH, Ehsani M, Sohrabvandi Food Sci Technol 50: 1-16. DOI: 10.1016/j.lwt.
S. 2007. Principles and methods of micro - 2012.05.014.
Suskovic J, Kos B, Beganovic J, Pavunc AL,
encapsulation of probiotic microorganismms.
Habjanic K, Matosic S. 2010. Review: Antimic-
Iranian J Biotechnol 5: 1-18.
robial activity the most important property of
Nualk aekul S, Deepik a G, Charalampopoulos D. probiotic and starter lactic acid bacteria. Food
2012. Survival of freeze dried Lactobacillus Technol Biotechnol 48: 296307.
plantarum in instant fruit powders and
reconstituted fruit juices. Food Res Int 48: 627
633. DOI: 10.1016/j.foodres.2012.06.00 3.

170

Вам также может понравиться