Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PANGAN LOKAL BERBASIS KOMODITI JAGUNG

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

Oleh :
THP A-6
1. Adinda Tiara (151710101025)
2. Andrio Ongki P. (151710101028)
3. Diah Nurmala (151710101046)
4. Aula Nisaurrohmah (151710101073)
5. Neza Annisa Pradilla (151710101115)

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan bahan pangan sumber energi, sumber gula atau karbohidrat,
serta mengandung protein dan lemak cukup tinggi. Pemanfaatan jagung meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, bukan saja untuk pakan tetapi juga
sebagai bahan pangan seperti pati jagung, minyak jagung, beras jagung, tepung jagung,
dan makanan olah lainnya. Beras jagung dapat mensubstitusi beras, sedangkan tepung
jagung dapat mengganti terigu pada roti dan mie (Bank Pengetahuan Tanaman Pangan
Indonesia, 2011). Selain itu jagung juga dapat diolah menjadi bermacam-macam produk
olahan seperti bakwan jagung, brondong jagung, cake jagung, emping jagung, kelapa tart
jagung dan masih banyak lagi yang bisa diolah dengan jagung.
Bagi masyarakat pedesaan, mengkonsumsi aneka macam produk olahan jagung,
berarti telah ikut melaksanakan program diversifikasi pangan non beras seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.140/10/2009,
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis
Sumber Daya Lokal. Melakukan penganekaragaman konsumsipangan merupakan upaya
untuk mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman
dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk
mendukung hidup sehat, aktif dan produktif (Badan Litbang Pertanian, 2010).
Diversifikasi produk jagung melalui pengolahan jagung menjadi berbagai macam
produk olahan, akan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan nilai guna jagung sebagai
bahan pangan non beras disamping dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan kembali (reakturisasi) diversifikasi pangan menuju produksi dan konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, serta yang terpenting adalah
berbasiskan sumberdaya lokal. Diversifikasi pangan akan mempunyai nilai manfaat yang
besar apabila mampu menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber-sumber pangan lokal yang ada. Selain dengan bahan baku terigu, jagung dapat
dibuat menjadi beraneka ragam pangan lokal yang tidak kalah rasa dan gizinya
dibandingkan dengan bahan terigu.
Kue talam adalah salah satu jenis makanan camilan tradisional Indonesia jadi
mudah ditemukan di mana-mana di semua daerah Indonesia. Kue talam umumnya dibuat
dengan bahan baku tepung-tepungan seperti tepung beras, tepung singkong (tapioka),
tepung terigu atau tepung sagu, dan tepung jagung (tepung maizena). Pada pembuatan
kue talam ini, jagung yang digunakan merupakan jagung manis. Makalah ini membahas
pemanfaatan jagung melalui pembuatan kue talam dalam upaya diversifikasi pangan
lokal.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia jagung manis.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan jagung manis.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kue Talam


Kue ini merupakan kue yang berbahan dasar tepung beras dan tepung kanji,
dengan bahan tambahan gula pasir, santan, garam dan vanili. Kue talam mengandung
energi sebesar 18 kilokalori, protein 0,1 gram, karbohidrat 3,2 gram, lemak 0,5 gram,
kalsium 0,01 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,75 miligram. Ciri khas kue ini
adalah empuk, harum, dan legit serta pembuatannya dengan teknik mengukus
(Prasetyaningsih,2014). Kue talam sendiri mempunyai beberapa jenis yaitu Kue talam
pandan. kue talam lapis ketan, kue talam tape, kue talam pisang, kue talam durian, kue
talam kentang, kue talam jagung, dan kue talam bulan (khas Betawi).

2.2 Jagung Manis


Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam
keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays
saccharata. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji tipis,
kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut (Koswara, 2009). Produk utama
jagung manis adalah buah/ tongkolnya, biji jagung manis mempunyai bentuk, warna dan
kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya, biji jagung manis terdiri
atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio.
Jagung manis mempunyai ciri-ciri yaitu biji yang masih muda bercahaya dan
berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan keringakan menjadi
kering dan berkeriput. Kandungan protein dan lemak di dalam biji jagung manis lebih
tinggi daripada jagung biasa. Untuk membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada
umumnya jagung manis berambut putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur
jagung manis antara 60-70 hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter di atas
permukaan laut atau lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari (Aak, 2010).
Tanaman jagung manis umumnya ditaman untuk dipanen muda yaitu 69 82 hari
setelah tanam atau pada saat masak susu (milking stage). Proses pematangan merupakan
proses perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum masak
mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat ini ditentukan oleh
gen sugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat pembentukan gula menjadi pati.
Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung menjadi 4 8 kali
lebih manis dibandingkan dengan tanaman jagung biasa.kadar gula yang tinggi
menyebabkan biji menjadi berkeriput (Rifianto, 2010).
Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh gen su-1 (sugary), bt-2 (britlle)
atau sh-2 (shrunken). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi pati pada
endosperma sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banayak dari jagung
biasa (Koswara, 1986). Menurut Syukur dan Rifianto (2013) bahwa umur produksi
jagung manis lebih genjah, sehingga sangat menguntungkan dari segi ekonomi.
Jagung manis merupakan sumber sayuran yang kaya vitamin A, B, E dan banyak
mineral. Kandungan serat yang tinggi dapat berperan dalam pencegahan penyakit
pencernaan. Jagung manis merupakan salah satu komoditas pertanian yang disukai oleh
masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung karbohidrat, protein dan vitamin
yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah. Jagung manis mengandung kadar gula,
vitamin A dan C yang lebih tinggi dibanding jagung biasa, serta memiliki kadar lemak
yang lebih rendah dibanding jagung biasa (Iskandar, 2007). Pada Tabel 1 dapat
diperlihatkan kandungan zat gizi jagung manis tiap 100 g bahan.
Tabel 1. Kandungan zat gizi jagung manis tiap 100 g bahan
Zat gizi Jumlah
Energi (kal) 96,0
Protein (g) 3,5
Lemak (g) 1,0
Karbohidrat (g) 22,8
Kalsium (mg) 3,0
Fosfor (mg) 111
Besi (mg) 0,7
Vitamin A (SI) 400
Vitamin B (mg) 0,15
Vitamin C (mg) 12,0
Air (g) 72,7
Sumber : Iskandar (2007)

2.3 Tepung Maizena


Menurut Asmarajati (1999), penepungan adalah suatu proses penghancuran bahan
pangan yang didahului suatu proses pengeringan menjadi butiran-butiran yang sangat
halus, kering dan tahan lama, serta fleksibel dalam penggunaannya. Penggilingan biji
jagung ke dalam bentuk tepung merupakan suatu proses memisahkan kulit, endosperma,
lembaga dan tip cap. Pengolahan biji jagung menjadi tepung telah lama dikenal
masyarakat, namun diperlukan sentuhan teknologi untuk meningkatkan mutu tepung
jagung yang dihasilkan. Tepung maizena merupakan salah satu bentuk hasil pengolahan
biji jagung, pemilihan pati jagung dibanding pati jenis lain antara lain didasarkan atas
pertimbangan ekonomi, serta tanaman jagung banyak ditemukan di Indonesia. Selain
sebagai sumber energi pati juga berfungsi sebagai bahan baku atau bahan aditif dalam
industri (Inglett, 2010).
Protein yang terdapat pada jagung sekitar 10% dan hanya mengandung sedikit
kalsium tetapi memiliki kandungan fosfor dan zat besi yang lebih banyak. Selain itu, pada
jagung juga kaya akan sumber vitamin A tetapi tidak memiliki grup vitamin B (Marliyati,
dkk, 1992). Dalam bentuk pati jagung dapat dicampur dengan komoditi yang lain secara
mudah dan dapat bertindak sebagai subtituen tepung lain seperti tepung terigu maupun
untuk memperbaiki nilai gizi dan mutu produk. Pati jagung pada umumnya mengandung
74 76% amilopektin dan 24 26 % amilosa. Beberapa sifat pati jagung adalah
mempunyai rasio yang tidak manis, tidak larut pada air dingin tetapi dalam air panas
dapat membentuk gel yang bersifat kental sehingga dapat mengatur tekstur dan sifat
gelnya. Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa dan tidak bisa kembali ke
dalam bentuk semula dengan memberikan pemanasan yang semakin meningkat,
perubahan ini dinamakan sebagai gelatinisasi (Kulp and Ponte, 2000). Fungsi maizena
adalah sebagai berikut :
1. Pada cookies atau kue kering maizena dipakai sebagai bahan pembantu
merenyahkan.
2. Pada resep cake, maizena adalah bahan pembantu untuk melembutkan.
3. Sebagai pengental apabila dicampur dengan air/susu yang kemudian dididihkan.
4. Sebagai anti gumpal pada gula halus
5. Membantu menguleni plastick icing atau fondant supaya tidak terlalu lengket,
namun jika terlalu banyak dapat mengakibatkan fondant retak-retak.
Tabel 2. Komposisi unsur nutrisi tepung maizena tiap 100 gram
Komponen Kadar
Kalori 343,00 kal
Air 14,00 %
Phosphor 30,00 mg
Karbohidrat 85,00 gr
Kalsium 20,00 mg
Vitamin C 00,00 mg
Protein 00,30 gr
Besi 02,00 mg
Lemak 00,00 gr
Vitamin B1 00,00 mg
Berat dapat dimakan 100,0 gr
Sumber : Depkes RI, (2013)

2.4 Tepung Hunkwe


Tepung Hunkwe adalah tepung kacang hijau yang berbentuk bubuk halus.
Tepung ini sering digunakan untuk membuat kue tradisional puding, cendol atau dawet.
Tepung hunkwe mempunyai sifat tidak berbintil jika dituangi air dingin. Jika dituangi air
hangat sedikit bergumpal dan jika dituangi air mendidih akan masak serta mengental.
komponen utama tepung hunkwe adalah kandungan nutrisi yang terdiri dari vitamin,
protein, lemak, mineral, abu, dan pati. Fungsi tepung hunkwe yaitu memberikan rasa
kenyal pada masakan (Marwanti, 2000). Penambahan tepung hunkwe sangatlah penting
karena sifatnya sebagai bahan pengikat (binding agent) terhadap bahan-bahan lain.
Tingginya amilosa tepung hunkwe akan menghasilkan tekstur yang tinggi karena
dilihat dari bentuk rantai amilosa yang lurus atau terbuka maka amilosa memiliki luas
permukaan yang lebih besar sehingga memungkinkan untuk lebih banyak menyerap atau
mengikat air dan sifat binder yang dimiliki tepung hunkwe akan mengurangi kerapuhan
sehingga lebih halus (Harijono dkk., 2000). Keuletan tepung hunkwe yang tinggi pada
saat pemanasan mengakibatkan amilopektin akan mengembang yang menyebabkan
lapisan molekul pati lebih tipis sehingga rongga udara di sekitarnya semakin besar dan
strukturnya makin renggang. Akibatnya bangunan amilopektin kurang kompak dan
mudah dipatahkan (Harijono dkk., 2000).
Tabel 3. Komposisi unsur nutrisi tepung hunkwe tiap 100 gram
Komponen Kadar
Energi 364 kal
Protein 4,5 g
Lemak 1g
Karbohidrat 83,5 g
Kalsium 50 mg
Fosfor 100 mg
Zat besi 1 mg
Vitamin A 0 IU
Vitamin B1 0 mg
Vitamin C 0 mg
Berat dapat dimakan 100 gr
Sumber : Depkes RI (2009)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
1. Baskom
2. Pisau
3. Talenan
4. Kompor
5. Panci
6. Sendok
7. Spatula
3.1.2 Bahan :
1. 40 gram tepung maizena
2. 460 gram jagung manis
3. 800 ml santan
4. 200 gram tepung kacang hijau atau tepung hunkwe
5. 400 gram gula pasir
6. 2 sdt Garam
7. Daun pandan yang lebar untuk membuat takir

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


Pencampuran

Perebusan dan Pengadukan

Masukkan adonan kedalam takir pandan,


diratakan

Pendinginan

Pengamatan

Fungsi Perlakuan :
Hal pertama yang di lakukan adalah pipil jagung manis hingga kecil-kecil,
lalu di rebus hingga setengah matang. Lalu langkah kedua timbang 40 gram
tepung maizena, 200 gram tepung kacang hijau atau tepung hunkwe , 400 gram
gula pasir , 800 ml santan dan 2 sdt garam. Lalu campurkan bahan bahan tersebut
sampai homogen, agar adonan merata, lalu setelah itu lakukan perebusan dan
pengadukan. Setelah adonan setengah matang masukkan adonan kedalam takir
pandan yang telah diukir, lalu ratakan. Setelah itu dilakukan pendinginan hingga
beberapa menit dan yang terakhir adalah dilakukan pengamatan dan uji
organoleptik
BAB 4. PEMBAHASAN
5.1 Uji Organoleptik Kue Talam

Uji karakteristik organoleptik meliputi aroma, tekstur, warna, dan rasa. Uji
organoleptik ini menggunakan uji kesukaan, dimana 1 = sangat tidak suka, 2 =
tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = suka, dan 5 = sangat suka. Pengujian tersebut
dilakukan oleh 24 orang panelis dengan pemberian sampel acak.

Uji Sensori Pada Kue Talam


5
4.5
4
3.5
3
2.5
4.56 4.33
2 4
3.33 3.13
1.5
1
0.5
0
Aroma Tekstur Warna Rasa Keseluruhan

Gambar 5.1 Uji Organoleptik Kue Talam

Dari data hasil pengamatan uji organoleptik kue talam didapatkan data
nilai rata- rata untuk aroma sebesar 4, tekstur sebesar 3,333333333, warna sebesar
3,125, rasa sebesar 4,55, dan nilai rata rata secara keseluruhan yaitu sebesar
4,3333. Dari gambar 5.1 tersebut terlihat bahwa produk kue talam ini aromanya
disukai oleh panelis. Menurut Kartika (1988), bau atau aroma dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Untuk dapat
menghasilkan bau, zat zat bau harus dapat menguap, sedikit dapat larut dalam
air, dan sedikit dapat larut dalam lemak. Dalam industri pangan pengujian
terhadap aroma dianggap sangat penting karena dengan cepat dapat menghasilkan
penilaian terhadap produk tentang diterima atau ditolaknya produk tersebut.
Dalam penelitian ini kesukaan terhadap aroma dinilai dengan menggunakan uji
mutu hedonik oleh 24 orang panelis dengan menggunakan indera pembau.
Pengaruh aroma pada nugget tidak hanya dipengaruhi oleh jenis tepung yang
digunakan namun kemungkinan juga dipengaruhi oleh jagung manis serta daun
pandan yang ditambahkan.

Dari data hasil pengamatan uji organoleptik tekstur diketahui bahwa


produk kue talam agak tidak disukai oleh panelis. Hal ini mungkin dikarenakan
adanya tepung hunkwe dan tepung maizena yang memiliki tekstur halus dan di
campur dengan jagung utuh sehingga teksturnya menjadi tidak seragam. Adanya
tepung maizena serta pengukusan juga membuat tekstur kue talam menjadi lebih
kenyal. Kekenyalan kue talam tersebut dipengaruhi kandungan pati yang tinggi
dari tepung maizena. Jumlah pati yang besar menyebabkan tekstur menjadi padat
dan kenyal. Menurut Potter (1973), tekstur akan berubah dengan berubahnya
kandungan air. Tepung maizena memiliki kemampuan untuk membuat kue
memiliki tekstur yang halus dan lembut. Tepung hunkwe memiliki kekenyalan
seperti agar-agar, dan masih tergolong gluten free.

Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu bahan pangan yang
penting. Kesukaan konsumen terhadap produk pangan juga ditentukann oleh
warna pangan tersebut. Warna suatu bahan pangan dipengaruhi oleh cahaya yang
diserap dan dipantulkan dari bahan itu sendiri dan juga ditentukan oleh faktor
dimensi yaitu warna produk, kecerahan, dan kejelasan warna produk (Rahayu,
2001). Dari data hasil pengamatan uji organoleptik warna diketahui bahwa produk
kue talam agak tidak disukai oleh panelis. Hal ini mungkin dikarenakan warna
dari tepung maizena dan tepung hunkwe yaitu berwarna putih sehingga tidak
terlalu menarik hati para panelis. Akan tetapi dengan penambahan pipilan jagung
membuat kue talam ini sedikit berwarna.

Rasa makanan yang kita kenal sehari hari sebenarnya bukanlah satu
tanggapan, melainkan campuran dari hasil cicip, bau dan trigeminal yang diramu
oleh kesan kesan lain seperti penglihatan, sentuhan dan pendengaran. Sehingga,
jika kita menikmati atau merasakan makanan tersebut dapat diwujudkan bersama-
sama oleh kelima indera. Peramuan rasa itu ialah suatu sugesti kejiwaan terhadap
makanan yang menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya (Soekarto,
1985). Hasil penilaian panelis terhadap rasa kue talam yaitu disukai. Menurut
Winarno (2004) rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu,
konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa lain yaitu komponen rasa primer.
Akibat yang ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan
intensitas rasa (lest compensation).

Dari data hasil pengamatan keseluruhan produk kue talam dengan


menggunakan tepung hunkwe dan tepung maizena disukai oleh panelis. Aroma
yang diperoleh disebabkan oleh pencampuran yang tepat antara tepung maizena,
tepung hunkwe, pandan. Pencampuran antara tepung hunkwe, tepung maizena dan
jagung manis juga menghasilkan tekstur yang halus tetapi juga sedikit kasar
karena jagung manis pipil. Tepung maizena memiliki kemampuan untuk membuat
kue memiliki tekstur yang halus dan lembut. Tepung hunkwe memiliki
kekenyalan seperti agar-agar. Untuk rasa yang dihasilkan merupakan perpaduan
yang tepat antara bahan dengan bumbu-bumbu yang lain. Aroma dan rasa yang
tepat inilah yang menyebabkan banyak panelis yang menyukai produk olahan kue
talam ini.
BAB 5. PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan setelah diadakannya praktikum tersebut adalah :
1. Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam
keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays
saccharata. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji
tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Jagung manis dapat
diolah menjadi berbagai macam olahan pangan lokal contohnya seperti kue
talam. Kue ini merupakan kue yang berbahan dasar tepung beras dan tepung
kanji, dengan bahan tambahan gula pasir, santan, garam dan vanili. Kue talam
mengandung energi sebesar 18 kilokalori, protein 0,1 gram, karbohidrat 3,2 gram,
lemak 0,5 gram, kalsium 0,01 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,75
miligram
2. Dari data hasil pengamatan keseluruhan produk kue talam dengan menggunakan
tepung hunkwe dan tepung maizena disukai oleh panelis. Aroma yang diperoleh
disebabkan oleh pencampuran yang tepat antara tepung maizena, tepung hunkwe,
pandan. Pencampuran antara tepung hunkwe, tepung maizena dan jagung manis
juga menghasilkan tekstur yang halus tetapi juga sedikit kasar karena jagung
manis pipil.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami cara pembuatan resep yang akan di
praktikumkan dan lebih mendengarkan arahan dari asisten dosen yang
membimbing pada saat praktikum, agar tidak terjadi kesalahan pada saat
melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2010. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
Asmarajati, T. 1999. Pengaruh Blanching Dan Suplementasi Bekatul Terhadap Kualitas
Cookies. Skripsi. Purwokerto : Fakultas Pertanian UNSOED
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Rencana Strategis Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014. Jakarta : Kementerian
Pertanian.
Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm Pertanian. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya
Jagung Bagi Penyuluh Pertanian Panen Dan Pengelolaan Pascapanen Jagung.
Jakarta : Kementerian Pertanian
BPTPI. 2011. Padi dan Silikon. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Tanaman Pangan
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Depkes RI. 2009. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Harijono, Et Al. 2010. Efek Hipoglikemik Polisakarida Larut Air Gembili (Diocrea
Esculenta) Yang Diekstrak Dengan Berbagai Macam Metode. Jurnal Tekhnologi
Dan Industri Pangan : 13 (1).
Husain, H, Muchtadi, T.R., Sugiyono, Haryanto,B. 2006. Pengaruh Metode Pembekuan
dan Pengeringan Terhadap Karakteristik Grits Jagung Instan. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan. Vol 17: 189 196
Inglett, G.E. 2010. Corn:Culture, Processing, Products. Westport, Connecticut: The Avi
Publishing Company Inc.
Iskandar, D. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk N, P Dan K Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Jagung Manis Di Lahan Kering. Yogyakarta : UGM
Press
Koswara, S. 2005. Tekhnologi Pengolahan Makanan .Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Kulp, K. And J.G. Ponte. 2000. Handbook Of Cereal Science And Technology. New
York : Marcel Dekker Inc.
Lalitya, N. 2009. Optimasi Teknologi Pengolahan dan Penyusunan Standard Operating
Procedures (SOP) Penanakan Beras Jagung dengan Alat Penanak Nasi Otomatis
(Rice Cooker). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian 48
PANGAN, Vol. 24 No. 1 Maret 2015 : 37-48 Bogor.
Marliyati, S.A. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Bogor : PAU Pangan
Dan Gizi IPB
Marwanti. 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Jakarta : Adicita Karya Nusa
Prasetyaningsih, Tatit Ujianti. 2014. Kue Basah Anti Gagal. Jakarta: Prima.
Purwadaria, H.K. 1987. Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung. Semarang :UNDIP.
Rifianto, A. 2010. Jagung Manis Master Sweet Bener-Bener Master. Yogyakarta :
Kanisius
Surtinah. 2012. Respon Tanaman Jagung Manis Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest.
Jurnal Ilmiah. 8(2): 15.
Syarief, R. Dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan
Syukur, M. Dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.

Вам также может понравиться