Вы находитесь на странице: 1из 5

Dimulai dari KTT (Konverensi Tingkat Tinggi) BUMI DI STOCKHOLM ( di Swedia, thn 1972 )

adanya kehawatiran manusia akan adanya kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengurangi
kualitas dan kenyamanan hidup yang makin terasa pada abad ke-20 yang lalu, hal ini ditandakan
oleh polusi, ekologi, erosi, efek rumah kaca, kabut foto kimia, hujan asam dan lain-lain. Semua
arti kata tersebut menunjukan adanya kehawatiran akan kerusakan lingkungan terlebih lagi pada
lingkungan hidup yaitu pemanasan global efek lubang ozon, kenaikan suhu bumi dan perubahan
garis pantai dan sebagainya. Dari hal tersebut diadakanlah KTT Bumi DI Stockholm.
- PROTOKOL RIO DE JANEIRO (Brazil, thn 1992) laju pertumbuhan jumlah penduduk
dunia, terutama di Negara-negara yang belum berkembang dan terbelakang telah menimbulkan
banyak problem bagi manusia, masalah-masalah tersebut telah menarik perhatian badan dunia,
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk memikirkan penyelesainya. untuk maksud tersebut,
PBB telah melangsungkan pertemuan konferensi tingkat tinggi untuk membahas keadaan bumi
dengan tema MASA DEPAN KITA BERSAMA (OUR COMMON FUTURE).
PROTOKOL RIO DE JENEIRO ini di adakan pada tanggal 3-14 juni 1992. Pada awal
KTT bumi de rio jeneiro masi membahas masalah lingkunan hidup sebagai kelanjutan pertemuan
di Stockholm. Akan tetapi, oleh karena masalah lingkungan sudah dipengaruhi juga karena
adanya perubahan iklim, maka pertemuan KTT bumi di rio de jeneiro juga membentuk komisi
atau kerangka kerja konvensi PBB untuk perubahan iklim atau UNITED 4NATIONS
FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (UNFCCC).pertemuan yang dihadiri
oleh 103 kepala Negara dan 179 perwakilan Negara-negara anggota PBB .
- PROTOKOL KYOTO (JEPANG,thn 1997) pertemuan Negara-negara anggota PBB
yang berlangsung di Kyoto, jepang,1997 adalah pertemuan kelanjutan dari program UNFCCC
yang telah dicenangkan 5 tahun yang lalu sejak protocol rio de jeneiro ditanda tangani
bersama.perlu diketahui bahwa protocol Kyoto adalah sebuah amandemen
terhadapUNFCCC.protokol Kyoto adalah persetujuan internasional dibawah koordinasi PBB
yang membahas masalah PEMANASAN GLOBAL
PROTOKOL KYOTO juga mengatur tiga mekanisme kerja yang telah mendapatkan kesepakatan
bersama yaitu ;
1. Joint implementation (JI) yaitu kerja sama antara Negara maju untuk mengurangi emisi
GRK yang mereka hasilkan.
2. Clean development mechanism (CDM) yaitu mekanisme pembangunan bersi berdasarkan win-
win solution n antara Negara maju dan Negara berkembang.
3. Emission trading ( ET ) yaitu perdangan emisi antara sesame Negara maju
- KTT PERUBAHAN IKLIM DI NUSA DUA, BALI
Pertemuan para pemimpin Negara anggota PBB yang berlangsung di nusa dua,bali Indonesia
pada 2007 adalah dalam rangka memperingati 10 tahun protkol Kyoto sekaligus mengevaluasi
pelaksanaannya. KTT PERUBAHAN IKLIM NUSA DUA BALI tersebut membahas pemanasan
global yang dianggap sebagai bahaya serius yang akan mengancam umat manusia pada beberapa
dekade yang akan datang dampak pemanasan global mengancam semua Negara dan umat
manusia di bumi,tanpa melihat apakah Negara tersbut pemasok emisi GRK atau tidak,tanpa
melihat apakah melihat apakah Negara tersebut telah meratifikasi protokol Kyoto atau
tidak.pendek kata,bumi akan mendapat bahaya akibat dari pemanasan global.
KTT Perubahan Iklim Di Nusa dua, Bali tersebut juga membahas evaluasi pelaksanaan protokol
kyoto selama ini. Dalam siding terungkap bahwa masi terdapat bedah pendapat antara Negara
Negara utara dan selatan tentang pelaksanaan protokol Kyoto. Negara Negara utara adalah
Negara industry yang mengabaikan kesepakatan yang telah dicapai dalam protokol Kyoto.
Bahkan, Negara Negara utara telah dianggap memutar balikan pembicaraan sehingga Negara
Negara yang terbgabung dalam kelompok G77 (Gevormment 77) sulit menerima sikap mereka
sehingga membuat segalahnya berjalan mundur peserta KTT perubahan iklim di nusa dua bali
pada umumnya kecewa dengan sikap Amerika serikat, kanada, Australia, dan jepang yang tidak
dengan sungguh sungguh menyelesaikan pemanasan global. Amerika serikat dianggap sebagai
penghambat utama ditungkannya gagasan fakta iklim global yang baru.
Hasil KTT perubahan iklim di nisa dua bali antara lain menilai bahwa dari tiga mekanisme kerja
yang telah disepakati pada protokol Kyoto-joint implementation, clean development mechanism
dan emission trading hanya CDM yang berjalan efektif. Sementara itu joint implementationdan
emission trading masi tersendat sendat dan belum jelas hasilnya dan sehingga masi perlu
peninjauan dan penyempurnaan lebih lanjud.
Dalam KTT perubahan iklim di nusa dua bali telah disepakati adanya the bali road map
yang berisi gagasan masa depan dalam rangka mengatasi masalh iklim, adanya the bali road map
diharapkan memberikan suatu terobosan baru dalam mengatasi perubahan iklim akibat
pemanasan global dan hasil dari pembentukan kesepakatan ini . dan the bali road map ini sudah
mencakup REDD yang didalamnya.

REDD, atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Pengurangan
emsisi dari deforestasi dan degradasi hutan) : Sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK
dengan cara memberikan kompensasi kepada pihak pihak yang melakukan pencegahan
deforestasi dan degradasi hutan.

Bagaimana cara kerja REDD?


Pengurangan emisi atau deforestasi yang dihindari diperhitungkan sebagai kredit. Jumlah
kredit karbon yang diperoleh dalam waktu tertentu dapat dijual di pasar karbon. Sebagai
alternatif, kredit yang diperoleh dapat diserahkan ke lembaga pendanaan yang dibentuk untuk
menyediakan kompensasi finansial bagi negara negara peserta yang melakukan konservasi
hutannya. Skema REDD memperbolehkan konservasi hutan untuk berkompetisi secara ekonomis
dengan berbagai kegiatan ekonomi lainnya yang memicu deforestasi. Pemicu tersebut saat ini
menyebabkan terjadinya pembalakan yang merusak dan konversi hutan untuk penggunaan
lainnya, seperti padang penggembalaan ternak, lahan pertanian, dan perkebunan.
Peneliti dan para pembuat kebijakan mulai menyadari bahwa skema REDD tidak akan
menjadi solusi yang cocok untuk semua keadaan di setiap negara. Cara terbaik yang mungkin
dilakukan dalam merancang dan menerapkan REDD secara global adalah memberikan
kesempatan bagi negara-negara peserta untuk melakukannya secara paralel dengan berbagai
model yang berbeda. Dengan cara ini, diharapkan akan muncul berbagai skema baru sehingga
tiap negara dapat memilih model yang paling cocok dan dapat diadopsi untuk situasi dan kondisi
mereka masing-masing.
Konferensi Para Pihak Konvensi Perubahan Iklim ke-13 (COP 13) di Bali pada tahun
2007 menghasilkan Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan), sebuah rencana atau peta jalan
negosiasi strategi iklim global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui
pentingnya hutan dalam mengatasi perubahan iklim dan besarnya potensi yang terkandung dalam
REDD. Inisiatif REDD dalam mitigasi perubahan iklim dapat memberikan berbagai macam
manfaat dan keuntungan lain yang menyertainya. Termasuk di dalamnya adalah manfaat untuk
memberikan perlindungan bagi jasa lingkungan yang disediakan oleh hutan, meningkatkan
penghidupan masyarakat sekitar hutan dan memperjelas hak kepemilikan lahan. Perjanjian
Kopenhagen secara terbuka menyebutkan REDD-plus sebagai bagian dari portofolio mitigasi
iklim untuk diimplementasikan di bawah perjanjian pasca Kyoto.
Satu tahun setelah Rencana Aksi Bali disetujui, para juru runding mengadakan pertemuan
kembali di Pozna, Polandia. Mereka mencapai konsensus umum bahwa kegiatan REDD
sebaiknya diperluas. REDD-plus menambahkan tiga areal strategis terhadap dua hal yang telah
ditetapkan sebelumnya di Bali. Kelima hal tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan di negara negara berkembang. Dua ketetapan awal REDD
adalah:
mengurangi emisi dari deforestasi dan
mengurangi emisi dari degradasi hutan
Beberapa strategi yang ditambahkan untuk mengurangi emisi melalui:
peranan konservasi
pengelolaan hutan secara lestari
peningkatan cadangan karbon hutan
konsep umum, REDD+ adalah berbagai tindakan yang mencakup tindakan lokal, nasional, dan
global yang bertujuan untuk menurunkan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan.
Tanda plus (+) memiliki arti meningkatkan cadangan karbon hutan, atau regenerasi dan
rehabilitasi hutan, serta penyerapan karbon yaitu menyerap karbon dari atmosfer untuk
disimpan dalam bentuk biomassa karbon hutan. Pemikiran utama REDD+ adalah menciptakan
suatu sistem pembayaran multitingkat (global-nasional-lokal) untuk jasa lingkungan yang akan
mengurangi emisi dan meningkatkan cadangan karbon hutan. Masyarakat internasional mencapai
kelestarian hutan dengan membayar para pemilik dan pengguna hutanmelalui pemerintah
nasional atau secara langsunguntuk mengurangi penebangan pohon dan mengelola hutan
mereka secara lebih baik.Pembayaran secara langsung kepada pemegang hak karbon hutan
(pemilik dan pengguna lahan hutan) memang memiliki banyak kelebihan, namun tantangannya
juga besar untuk menerapkannya secara luas dalam jangka pendek. Untuk jangka pendek dan
menengah, REDD+ akan membutuhkan paket kebijakan yang luas. Di antara paket-paket
kebijakan tersebut adalah: (1) Reformasi kelembagaan untuk meningkatkan pengelolaan hutan,
(2) kejelasan hak milik lahan, (3) penerapan desentralisasi yang tepat dan mendorong
pengelolaan hutan kemasyarakatan (Angelsen et al. 2009). Perubahan kebijakan pertanian dapat
membatasi kebutuhan atas lahan pertanian baru dan kegiatan penebangan hutan. Kebijakan di
bidang energi akan dapat menurunkan degradasi hutan yang disebabkan oleh pemanenan bahan
bakar kayu, sementara mendorong pembalakan berdampak rendah (Reduced Impact
Logging/RIL) akan mengurangi dampak berbahaya dari pemanenan kayu. Penetapan kawasan
yang dilindungi juga dapat menjadi cara efektif untuk melestarikan hutan (Angelsen 2008).

Вам также может понравиться