Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PENDAHULUAN

LIPOSARKOMA

I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi/Deskripsi Penyakit
Liposarkoma adalah tipe kanker langka yang berkembang di sel-sel
lemak. Liposarkoma dianggap sebagai jenis sarcoma jaringan lunak.
Liposarcoma dapat terjadi pada sel-sel lemak dalam setiap bagian dari
tubuh, tetapi terutama pada otot-otot tungkai atau perut. Liposarkoma
umumnya ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua, walaupun
demikian jenis sarkoma jaringan lunak ini dapat menyerang semua usia.
Pengobatan untuk liposarkoma biasanya membutuhkan operasi untuk
mengangkat kanker. Pengobatan lain, seperti terapi radiasi, juga
diperlukan.

Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang
biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel sel menjadi
liposit (Behrman, 1992 : 30). Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung
lebih membentuk tonjolan. Terjadi dari sel sel mesenkim primitif,
beberapa diantaranya membawa vakuola vakuola lipid yang harus ada
paling sedikit beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat timbul
dimana saja pada tubuh diluar jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi
di jaringan jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan penyakit
yang sangat tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma
miksoid cenderung merupakan tumor tumor derajat rendah, yang
sering kambuh, mempunyai perjalanan penyakit yang sulit diobat dan
metastasis lambat. Sebaliknya, liposarkoma sel bulat dan liposarkoma
pleomorfik adalah sarkoma sarkoma derajat tinggi dan agresif (85%
sampai 90% bermetastase) (Robbins, 1999 : 758 759).

Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan


lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang
tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik
mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana mana tetapi paling
sering terjadi pada daerah paha (Gale, 1999 : 245).

I.2 Etiologi
1. Virus
2. Agen fisik: Pemajanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi
3. Agen kimia: Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik
dan anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih,
debu kayu, senyawaan berilium, dan polivinil klorida (Smeltzer, 2001 :
322)
4. Faktor Genetik dan Keturunan.
5. Faktor Faktor Makanan : Faktor faktor makanan diduga berkaitan
dengan 40% sampai 60% dari semua kanker lingkungan. Substansi
makanan dapat proakif, karsinogenik atau ko karsinogenik. Resiko
kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang karsinogenik
atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet.
Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker mencakup
lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang
mengandung nitrat atau nitrit, dan masukan diet dengan kalori tinggi
(Smeltzer, 2001 : 322).
6. Agens Hormonal : Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan
adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik oleh
pembentukan hormon tubuh sendiri atau pemberian hormon eksogenus
(Smeltzer, 2001 : 321).
I.3 Tanda Gejala
Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa
nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang
cukup jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak
dianggap sebagai tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan
apapun karena tumbuh dalam jaringan lunak yang mudah didesak dan
sering kali jauh dari organ vital. Keluhan baru timbul setelah ukuran
sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf.
Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita
yang mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis
dalam tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf saraf tepi.
Kanker yang sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan
perdarahan kulit (http : // www. Pontianak Post. Com. 2005).
I.4 Patofisiologi
Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali
untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya
kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU.
Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan
sekitar dan menyebar sampai akhirnya penderita meninggal. Perjalanan
penyakit kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas
penyakit atau stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat
diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini
tumor yang lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan
lama stadium pra klinik itu 2/3 dari lama perjalanan hidup kanker dan
hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam stadium klinik.
2. Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar
atau telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya
dengan pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik. Selanjutnya
stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :
a. Kemungkinan Sembuh
1. Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu
belum lama diketahui adanya, masih kecil, letaknya
masih lokal terbatas pada organ tempat asalnya
tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti
pada organ yang ditumbuhinya dengan kemungkinan
sembuh besar.
2. Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana
kanker itu telah lama ada, telah besar, telah
menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah yang
ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada
jaringan atau organ disekitarnya dan umumnya juga
telah mengadakan metastase regional. Kemungkinan
sembuh kecil.
3).Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) :
Stadium dimana kanker telah lama ada, telah besar dan
keadaanya sama dengan stadium lanjut dan disertai
metastase luas diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh
sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi (Sukardja,
2000 : 146 148).
b. Topografi Penyakit : Stadium penyakit berdasarkan letak
topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam
organ. Berdasarkan topografinya stadium kanker dibagi
menjadi :
1. Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas
pada organ tempatnya semula tumbuh.
2. Stadium Metastase Regional : Kanker telah
mengadakan metastase di kelenjar lymfe yang
berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada kasus
liposarkoma dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat
dilihat pada kelenjar limfe inguinalis.
3).Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker
telah mengadakan metastase di organ yang letaknya
jauh dari tumor primer.
I.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi: Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada
jaringan lunak yang menetap.
2. Palpasi: untuk memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan
dengan struktur dangkal maupun dalam.
3. Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi,
limfangiografi, payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan
selektif.
4. Angiografi: menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah utama.
5. Foto Rontgen: dilakukan karena kanker ini bisa menginvasi tulang,
setelah foto Rongten dapat direncanakan untuk reseksi tulang.
I.6 Komplikasi
Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru
paru, liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada
pembedahan, dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi
perlambatan penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya.
Jika dilakukan khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual,
muntah, stomatitis, neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan
hepar (Gale, 1999 : 246).

I.7 Pronosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besarnya dari
tumor.adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang
dinilai setelah kemoterapi.
I.8 Penatalaksanaan
Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu
perlu diketahui bagaimana prinsip prinsip pengelolaan kanker.
Pastikan dulu diagnosa klinis dan patologi, stadium dan keadaan
penderita, serta buat rencana terapi yang akan diberikan. Apa tujuan
terapi, bagaiman caranya, bagaimana urutannya, kapan dimulai dan hasil
apa yang diharapkan.
Tujuan Terapi : Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau
penyembuhan dan paliatif atau meringankan.
Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu
membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk selama
lamanya. Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya mungkin
pada kanker dini yaitu kanker loko regional, masih kecil. Kurang lebih
70 % kanker yang solid dapat disembuhkan dengan pembedahan.

Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban


penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi.
Perawatan Paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar
dapat bekerja dan menikmati hidup. Mengatasi komplikasi yang terjadi,
dapat memperpanjang hidup dan tanpa memperpanjang penderitaan.
Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan yang berat pada
penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang sukar
berhenti dan berulang ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan
mengurus, dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan
merasa lebih enak dan sehat (Sukardja, 2000 : 210).

Ada bermacam macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini


merupakan penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu
sendiri, yang meliputi pembedahan, radioterapi, khemoterapi,
hormonterapi dan bioterapi. Pada umumnya terapi yang diberikan
kepada penderita kanker ialah cara sequential yaitu setelah selesai
dengan cara terapi yang satu, kalau perlu diikuti cara terapi yang lain.
Pada kasus kanker loko regional yang operabel, urutan terapi umumnya
ialah dimulai dengan operasi, kemudian radioterapi dan terakhir
khemoterapi (Sukardja, 2000 : 214).

Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan


bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan
sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan,
tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa operasi eksisi
luas. Penggunaan radioterapi dan khemoterapi hanyalah sebagai
pelengkap. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi
ditambah dengan radioterapi. Setelah penderita operasi harus sering
kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi
ataupun kekambuhan ditempat jauh hasil metastase
I.9 Pathway
Terlampir:

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan osteosarcoma

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah apa.
b. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
3. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
4. Hasil laboratorium/radiologi
a. Hasil biopsi untuk menentukan ganas atau jinak dari semua
benjolan pada jaringan lunak yang menetap.
b. Foto Rontgen dilakukan apakah kanker ini menginvasi tulang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.
DS : Klien mengatakan nyeri sebelum dan setelah pembedahan
DO :
a. Fokus diri klien tampak menyempit, dan
b. Perilaku klien tampak melindung diri / berhati-hati.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,
b. Klien tampak rileks, tidak meringgis, dan mampu istirahat/tidur dengan
tepat,
c. Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya,
dan
d. Skala nyeri 0-2.
Intervensi:
a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.
b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan
lembut).
R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang
luka.
c. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.
d. Berikan lingkungan yang tenang.
R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas
dari tindakan penurunan rasa nyeri.
R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan


kelemahan, nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah hambatan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
DS: Klien mengatakan lemes
DO: Klien tampak mengalami Gangguan koordinasi; penurunan kekuatan
otot, kontrol dan massa.
Kriteria Hasil :
a. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program
pengobatan, dan tindakan keamanan,
b. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas,
c. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan
beraktivitas, dan
d. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai
tingkat optimal.
Intervensi :
a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi
pasien tentang immobilisasi tersebut.
R: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca
koran dll).
R: Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang
cedera maupun yang tidak.
R: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan
tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur /
atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d. Bantu pasien dalam perawatan diri.
R: Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam
mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R: Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena
pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R: Untuk menentukan program latihan.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah gangguan citra tubuh taratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
Kepercayaan diri klien kembali normal
Intervensi :
a. Diskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat
ini.
b. Bantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
c. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh
d. Motivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
e. Bantu klien untuk menyentuh bagian tersebut
f. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba


medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC

--. 2003. Catatan Kuliah Medikal Badah III. (Print out). Jurusan Keperawatan
Banjarbaru

Banjarmasin, April 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Rolly Marwan Ns.,M.Kep) (Indra Budi S.Kep.,Ns)

Вам также может понравиться