Вы находитесь на странице: 1из 9

Gips merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.

Gips juga merupakan


produk samping dari beberapa produk proses kimia. Di alam, gips merupakan massa yang
padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain
seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara
kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat
(CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah
menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas.
Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi penggunaan
gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium. Material gips ini banyak
dipergunakan antara lain dalam pembuatan model studi dari rongga mulut, die, articulating
cast, mould, refractory INVESTMENT dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.
Gips menjadi bahan pilihan dalam kedokteran gigi karena sifatnya yang memenuhi
persyaratan, diantaranya sifat mekanisnya yang kuat, sehingga menghindari kerusakan bila
terjadi kecerobohan serta keras agar permukaannya tahan terhadap pengukiran desain malam,
dimensinya cukup akurat dan stabil sehingga pada saat setting menunjukkan perubahan
dimensi yang tidak begitu berarti dan stabil, kompatibel dengan bahan cetak agar tidak terjadi
interaksi antara permukaan bahan cetakan dan bahan model atau die, mereproduksi detil
halus dan batas-batas yang tajam, serta bahannya yang murah dan mudah digunakan.
Dengan banyaknya pengunaan gips dalam kedokteran gigi tersebut maka perlu untuk
mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan
dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Dan untuk
lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan
pengaruh sifat sifat gips terhadap hasil manipulasi serta cara manipulasi gips yang benar.
Proses pengerasan gips dibagi menjadi 2, yaitu initial setting dan final setting. Initial setting
terjadi mulai pencampuran antara gips dengan air sampai timbul reaksi eksoterm berupa
panas. Final setting adalah suatu waktu dimana gips tersebut telah melewati reaksi eksoterm
dan menjadi dingin kembali. Intial setting dan final setting sangat bergantung dengan
perbandingan antara serbuk gips dengan air saat pencampuran dilakukan. Semakin sedikit air
yang digunakan, maka semakin cepat initial setting dan final setting. Jika air yang dibutuhkan
kurang, maka akan sulit dilakukan pencampuran dan kalsium sulfat dihidrat tidak sepenuhnya
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
Apakah pengertian, sifat-sifat gips, bentuk dan tipe gypsum, serta komposisi gypsum yang
digunakan di Kedokteran Gigi.
Bagaimana cara manipulasi gips yang baik dan benar.
Bagaimana proses setting time dan faktor-faktor yang mempengaruhi setting time
Untuk apa sajakah aplikasi gips di Kedokteran Gigi
Bagaiman pengaruh manipulasi terhadap kekuatan gips setelah setting

jenis gips
BAB 3. PEMBAHASAN
3
3.1 JENIS GIPSUM
Gypsum digunakan untuk membuat model study dari rongga mulut serta struktur maksila
fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang
melibatkan pembuatan protesa gigi. Keunggulannya ekonomis, konsistensi kaku saat
mencampur, menghasilkan cetakan yang lebih rigid macam-macam Gypsum yang terdaftar
oleh spesifikasi ADA No.25, dan sifat-sifatnya, sbb:
1. Plaster Cetak (Tipe I)
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk mengatur
waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan, dikenal juga dengan impression plaster. Plaster
cetak jarang digunakan lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan
oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. Plaster terbatas digunakan
untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.

2. Plaster Model (Tipe II)


Plaster model ini sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila
ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup, sesuai batasan yang disebutkan
dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan
stone yang umumnya berwarna.

3. Stone Gigi (Tipe III)


Pada tahun 1930, suatu peristiwa penting terjadi, yaitu ketika-gipsum ditemukan dan
diperkenalkan dalam kedokteran gigi Dikombinasikan dengan kemajuan dari bahan cetak
hidrokoloid, -gipsum yang diperbaharui kekerasannya membuat die stone dapatdigunakan
dan pembuatan model tidak langsung mungkin dilakukan. Kedokteran gigi banyak membantu
sejarah perkembangan plaster. Seorang peneliti pada Perusahaan Gipsum USA mempelajari
bahwa mold plaster yang digunakan untuk membentuk basis karet protesa dalam suatu
tekanan uap vulkanisasi menjadi amat keras dalam semalam. Penelitian lanjut menunjukkan
bahwa gipsum yang mengeras mengalami pengapuran di bawah tekanan uap, membentuk
kristalisasi kalsium sulfat hemidrat yang lebih bermutu. Karena perbaikan ini, bahan
kemudian langsungdipatenkan sebagai -gipsum. Sejak penemuan ini, untukpenemuan
komersial, proses tersebut dilakukan dalam suatu otoklaf.
Stone tipe III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi protesa,
karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih
mudah dikeluarkan setelah proses selesai. Stone tipe III ini memiliki kekuatan kompresi
minimal 1 jam sebesar 20,7 MPa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi).
Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang cocok
dengan jaringan lunak. Die stone merupakan reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa
dibuat pada atau di dalam model tersebut. Karena kondisi keausan yangparah pada bagian
tepi ketika dilakukan pembuatan pola malam,dan karena tekanan yang lebih tinggi mengenai
die stone selama mencoba dan penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang lebihtinggi
dibutuhkan oleh bahan die. Sebagai tambahan, sedikit ekspansi pengerasan dapat ditolerir
pada model yangmereproduksi jaringan lunak, tetapi tidak bila menyangkut gigi.

4. Stone Gigi Kekuatan Tinggi (Tipe IV)


Stone tipe IV ini digunakan untuk pembuatan die. Persyaratan utama stone tipe IV untuk
pembuatan die adalah kekuatan, kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Untuk
memperoleh sifat ini, digunakan -hemihidrat dari jenis Densite. Partikel-partikelnya
berbentuk kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut
tanpa menyebabkan pengentalan adukan. Kekuatan kompresinya 34,3 MPa, memiliki
ketahanan abarasi yang lebih tinggi dan kekuatan ekspansi minimal. Perbandingan rasio W:P
sebesar 0,23. Dan kekuatannya dua kali lipat dari dental stone tipe 3 sertacocok untuk
pembuatan die stone.
Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari stone, karena preparasi kavitas
diisi dengan malam dan diukir sehingga selaras dengan tepi-tepi die. Suatu instrumen yang
tajam digunakan untuk tujuan ini. Karenanya, stone harus tahan terhadap abrasi.

5. Stone Gigi Kekuatan Tinggi Ekspansi Tinggi (Tipe V)


Stone tipe V ini digunakan untuk pembuatan die juga. Produk gypsum yang dibuat akhir-
akhir ini, memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV.
Kekuatan yang ditingkatkan ini diperoleh dengan menurunkan labih jauh rasio W:P. Sebagai
tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal 0,10%-0,30%. Hal ini karena
logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih
besar dibandingkan logam campur mulia konvensional. Jadi, dibutuhkan ekspansi lebih tinggi
pada stone yang digunakan untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.
(Kenneth J.Anusvice, 2003:169-172)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk
memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding dental
stone. Material ini berwarna biru atau hijau, dan paling banyak membutuhkan biaya
dibandingkan semua produk gips lainnya (Hatrick dkk, 2003).

Gypsum Sintetik
-hemihidrat dan -hemihidrat dapat dibuat sebagai produk sisa atau produk sampingan
dalam pembuatan asam fosforik. Produk sintetik ini, merupakan pencampuran dari alfa-
hemihidrat dan beta-hemihidrat, biasanya lebih mahal dibandingkan dengan yang dibuat dari
gypsum alami tetapi bila produk tersebut dibuat dengan tepat, sifatnya sebanding atau
melebihi stone alami. Kendala dalam prosesnya cukup banyak dan hanya sedikit yang
berhasil. (Kenneth J.Anusvice, 2003:169-172)

Perbedaan gypsum Plaster of Paris dengan gypsum Dental Stone High Strength
a. Plaster Of Paris:
Material yang dihasilkan partikel besar, porus, irreguler.
Model studi, model analisa, model diagnosis, model anatomis
Kekuatan kompresi 580 290 Psi 8,8 Mpa
Ketahanan abrasi rendah
Setting ekspansi tinggi
Daya serap terhadap air tinggi
W:P rasio: 50-60ml dlm 100 gr bubuk
Cara pembuatan pada ketel atau tempat terbuka

b. Dental Stone High Strength


Material yang dihasilkan kuat, halus, tidak berporus, reguler.
Digunakan untuk model kerja & die
Kekuatan kompresi 5000 Psi
Ketahanan terhadap abrasi kuat/tinggi
Setting ekspansi rendah
Daya serap terhadap air rendah
W:P rasio: 22-35ml dlm 100 gr bubuk
Cara pembuatan pada autoclave
3.2 KOMPOSISI GIPSUM

Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum
tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan tertentu.
Misalnya, stone kedokterangigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan sebagai
bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan cetakan melalui
undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan stone ).
Gypsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta
struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratoriumkedokteran
gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.Gips adalah salah satu bahan yang sering
digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar / komposisi utama
pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan
dan diolah hingga menjadi bubuk gips. Gips telah ditemukan dan digunakan sebagai dental
cast (bahan cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk, 2003).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi.
Gypsum sendiri dapat dibagi menjadidua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu :
Plaster dan stone gigi.Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk
hemihidrat yangberbeda dapat diperoleh.
Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4.2H2O), pada saat panas, akan
kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan bersifat kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.H2O), atau
bisa juga ditulis (CaSO4)2 H2O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi
berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat dihidrat. Oleh
karena itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari calsium sulfat hemihidrat tersusun
secara reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392). Gips apabila dipanaskan dalam
bejana terbuka dengan temperatur 1100 C 1200 C menghasilkan hemihidrat atau gips lunak
yang lebih dikenal dengan sebutanPlaster of Paris. Apabila gips dipanaskan dalam
autoclaved pada tekanan uap pada temperatur 1200 C - 1300 C menghasilkan hemihidrat
atau lebih dikenal dengan sebutan gips keras (Dental Stone) (Combe, 1992 : 320).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O, dan pada temperatur lebih tinggi,
anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut :
Gips pada suhu 130 C CaSO4.2H2O
Hemihidrat pada suhu 200 C (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4 (Richard dkk, 2002)

3.3 MANIPULASI GIPSUM


Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan Plaster atau gips dengan
air atau larutan PE dengan perbandingan 100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar
tidak terbentuk gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di
permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992). Untuk lebih
detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan dibuat.

Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)


Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi dan juga
setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka waktu setting
akan lebih cepat dan diperoleh hasil gips yang lunak. Karena kekuatan suatu stone secara
tidak langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk mempertahankan
jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu rendah sehingga adukan tidak mengalir
ke dalam setiap detail cetakan. Sekali rasio W:P otimal ditentukan, menggunakan rasio W:P
yang dianjurkan pabrik sebagai pedoman takaran yang harus selalu digunakan. Air dan bubuk
harus selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume air yang akurat dan
menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh diukur dengan volume
(menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam. Sendok penakar
tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta bubuk bisa
menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan dikocok,
volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara. Bubuk dalam kantung yang sudah
ditimbang menjadi populer, karena memiliki keakuratan, mengurangi sisa, dan menghemat
waktu.

Pengadukan
Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolik, halus, dan
tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman
dipegang. Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porus yang dapat
menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur jumlahnya
ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang ditaburkan.
Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula ke dalam
mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta memecahkan endapan,
atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adukan yang halus,
biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan berarti mengurangi waktu kerja,
khususnya untuk menuang model.
Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi yang
tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam massa
adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama
ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.

Vibrator
Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator untuk
membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya gelembung
udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang tinggi
adalah membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat menyebabkan
distorsi bahan cetak.

Initial setting time-working time


Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari campuran
bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh berarti
campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana bahan
menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau
adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 10 menit mulai dari awal
pengadukan.

Finnal setting
Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki kekuatan dan
resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa dingin saat
disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan bisa
dengan aman dilepas dari cetakan

Pemberian bahan separator


Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi seperti
Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun tidak
boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.
Hindari terjebaknya udara
Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat menyebabkan porositas pada
hasil akhir dari gips. Hal tersebut dapat dihindari dengan menuangkan air terlebih dulu ke
dalam wadah setelah itu diikuti dengan memasukkan powder.

Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan sumber
air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu setting,
sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang diperlukan
proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang lain.
Komponen gipsum yang membentuk model umumnya sedikit larut dalam air. Jika
model stone direndam dalam air mengalir, dimensi liniernya akan menurun sekitar 0,1%
untuk setiap 20 menit perendaman tersebut. Metode teraman untuk merendam model adalah
menempatkannya dalam bak berisi air yang khusus untuk tujuan tersebut, dimana debris
plaster masih tetap konstan di dasar bak air untuk membentuk larutan jenuh kalsium sulfat.
Seperti dijelaskan sebelumnya, penyimpanan baik stone atau plaster pada temperatur ruang
tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna. Namun, bila temperatur
penyimpanan dinaikkan sampai antara 90o dan 110o C (194o-230oF), pengerutan terjadi begitu
kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat. Kontraksi plaster pada
temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone, dan ini juga mengurangi
kekuatannya.
Kontraksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan di atas temperatur ruang, begitupun bila
model stone sedang dikeringkan. Barangkali tidaklah aman menyimpan atau memanaskan
suatu model stone pada temperatur yang lebih tinggi dari 55oC (130oF).
Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan. Bahkan
kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit dengan
kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang lebih encer
nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.
Hemihidrat gipsum mengambil air dari udara dengan mudah. Misalnya, bila kelembaban
relatif melebihi 70%, plaster mengambil uap air secukupnya untuk memulai reaksi
pengerasan. Hidrasi pertama menghasilkan lebih sedikit kristal gipsum pada permukaan
kristal hemihidrat. Kristal ini bertindak sebagai nukleus kristalisasi, dan manifestasi pertama
dari kerusakan plaster adalah penurunan dalam waktu pengerasan.
Begitu kerja higroskopik berlanjut, lebih banyak kristal gipsum terbentuk sampai keseluruhan
kristal hemihidrat tertutup. Pada keadaan ini air sulit menembus lapisan dihidrat, dan waktu
pengerasan menjadi diperpanjang. Karena itu, adalah penting bahwa semua jenis produk
gipsum disimpan dalam atmosfer kering. Cara penyimpanan terbaik adalah menutup produk
tersebut dalam wadah logam tahan kelembaban. Bila produk gipsum disimpan dalam tempat
tertutup, umumnya waktu pengerasan hanya sedikit dihambat, sekitar 1 atau 2 menit per
tahun. Bila perlu hal ini dapat diatasi sengan sedikit meningkatkan waktu pengadukan.

Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas waktu
setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus segera
dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan lain
(Hatrich dkk, 2003).

3.4 SETTING TIME


Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi
keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time adalah waktu yang diperlukan
untuk setting (mengeras) suatu bahan sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting merupakan
waktu yang digunakan oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat untuk menahan
penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang diketahui. Alat
penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat dari Gillmore. Waktu setting dapat
dipengaruhi oleh komposisi gips/stone, bentuk fisis gips/stone, suhu pencampuran, impurity,
akselerator, W/P ratio, waktu pengadonan meningkat maka setting cepat.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips
dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual ditandai
dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana
gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari
kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain
adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari
cetakan tanpa distorsi atau patah.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrta sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi exotermik, dimana reaksi ini
menghasilkan panas 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi :
1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk Kalsium sulfat
dihidrat.
2. Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahn yang kaku tetapi tidak
keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas asih berlangsung
(INITIAL SETTTING).
3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (FINAL SETTING).
Ini adalah kebalikan reaksi pembentukan hemihidrate. Dari persamaan di atas dapat dihitung
bahwa untuk menghasilkan hidrasi yang sempurna untuk 100 g hemihidrate dibutuhkan
sekitar 18,6 ml air. Sewaktu hemihidrate dicampur dengan air diduga terjadi hal-hal sebagai
berikut:
1. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion Ca2+ dan SO4 2- kelarutan
hemihidrate dalam air 0,8 %
2. Pada suhu ini kelarutan dihidrat hanya sekitar 0,2%; hemihidrate yang larut membentuk
dihidrate dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu jenuh. Maka dari larutan ini terjadi
pertumbuhan kristal dihidrate
3. Faktor ang penting sehubungan dengan reaksi ini:
Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; padakasus ini inti dapat berupa kristal
gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal hemihidrate
Difusi atau pergerakan ion ke inti juga sangat penting
Oleh karena dihidrate berkristalisasi maka lebih banyak hemihidrate yang larut dan
proses bersanbung terus

Faktor yang mempengaruhi Setting Time


1. Mixing Time: pertambahan mixing time akan mempercepat setting time.
2. W/ P ratio: memperkecil W/ P ratio akan mempercepat setting time.
3. Temperatur: meningkatkan temperatur dapat mempercepat reaksi sehingga setting time
juga semakin cepat. Tetapi jika temperatur berada di atas 50oC maka yang terjadi adalah
sebaliknya, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate dibandingkan dihidrate menurun.
Jika temperatur melebihi 100oC maka tidak akan terjadi reaksi, hal ini disebabkan karena
kelarutan hemihidrate dan dihidrate sama.
4. Pemercepat dan penghambat (accelerators and retarders):
Akselerator , contohnya adalah Na2SO4 dapat empercepat pembentukan larutan kalsium sulfat
hemihidrate, K2SO4 dapat menambah kecepatan larutnya kalsium sulfat hemihidrat, dan
gypsum mempersiapkan inti pertumbuhan Kristal dihydrat yang terbentuk lebih lanjut. NaCl
dengan konsentrasi kurang dari 20% akan meningkatkan kelarutan hemihidrate sehingga
setting time menjadi lebih cepat.
Retardus , contohnya Na sitrat, borax, kalsium sulfat adalah bahan yang dapat diserap oleh
inti Kristal sehingga dapat meracuni inti Kristal. Retardus bekerja dengan membentuk lapisan
pada partikel hemihidrate dan dihidrate yang berakibat pada penurunan kelarutan hemihidrate
dan dihidrate serta menghambat perkembangannya.
5. Koloid: darah, saliva, agar, alginat dapat memperpanjang setting time.
6. Gipsum: calcium sulfate dihydrate merupakan accelerator.
7. Perubahan Setting expansion
Memperbesar setting expansion, misalnya kalsium asetat menambah 1% setting
expansion linear. Untuk kompensasi pengkerutan logam saat dingin.
Memperkecil setting expansion , misalnya Natrium sulfat mengurangi setting
expansion 0,05%.
Penambahan bahan additive tersebut biasanya dapat mengurangi kekuatan dari gips itu
sendiri.selain diengaruhi oleh penambahan bahan aditive, kekuatan gips juga bergantung
pada:
Bahan yang dipergunakan ; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan
adanya bahan additive.
Perbandingan air / puder.
Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat sifat optimal, gips
hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih lama), dan
kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu 450C.
(E.C.Combe,1992)

3.5 APLIKASI GIPSUM DALAM KEDOKTERAN GIGI


Produk gypsum telah digunakan secara meluas dalam kedokteran gigi untuk membuat model
studi dari rongga mulut dan struktur maksilo-facial dan sebagai piranti penting untuk
pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkanpembuatan protesa gigi.
Dalam kedokteran gigi Gipsum digunakan untuk :
1. Model dan die
2. Bahan cetak
3. Mounting
4. Packing
5. Bahan tanam

Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana protesa dan
restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster diaduk dengan silica maka dikenal dengan bahan
tanam gigi. Bahan tanam tersebut digunakan untuk membentuk mold guna mengecor
restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Penambahan silica pada bahan tanam tersebut
bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada gips karena panas yang dihasilkan dari
pengecoran logam dan juga mengurangi resiko patahnya gips saat dilakukan pengecoran
(Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155). Penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi juga dapat
diperlihatkan dalam membuat gigi tiruan. Misalnya, campuran plaster of Paris dan air
ditempatkan dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan
mengeras dan kemudian cetakan dikeluarkan. Dokter gigi sekarang memiliki bentuk negative
dari jaringan yang dibentuk tersebut yang dibuat dalam rongga mulut. ( Kenneth J.Anusavice,
2004 : 155).
Bila jenis plaster lain yang dikenal dengan stone gigi, yang sekarang diaduk dengan air
sekarang diaduk dengan air kemudian dituang kedalam cetakan model negative yang tadi lalu
dibiarkan sampai mengeras. Lalu cetakan plaster yang mengeras tersebut menjadi mold untuk
menjadi model positif atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa
kehadiran pasien. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 :155).
Terdapat dua jenis aplikasi dari gipsum, yaitu model kerja dan model studi. Model kerja
menggunakan gipsum jenis -hemihidrat karena dibutuhkan kekerasan yang lebih dalam
penggunaanya. Sedangkan untuk model studi menggunakan gipsum jenis -hemihidrat yang
digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga tidak memerlukkan kekerasan yang lebih.
Untuk model kerja sendiri berupa gipsum biru, sedangkan contoh untuk model studi yaitu alat
protesa, bentuk gigi, pembuatan rahang tanpa menghadirkan pasien, cetakan pembuatan
lempeng gigit, dan sebagai bahan tanam.
Model studi juga digunakan untuk bahan cetak yang memerlukkan bahan cetak non elastis.
Selain itu digunakan untuk mounting, packing, dan INVESTMENT materials (bahan
tanam). Mounting adalah memasang model gips pada artikulator. Sedangkan packing yaitu
pengisian mould yang terbuang dari gips yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan
plastis, kemudian diproses untuk membuat protesa. Tipe bahan tanam:
a. Kalsium sulfat (gipsum) bonded INVESTMENT , Bahan untuk casting aloy dan
pemanasan tidak boleh lebih dari 700C
b. Phosphate bounded INVESTMENT
c. Silica bounded INVESTMENT , Merupakan bahan alternative dan digunakan untuk
cast tingkat tinggi

Вам также может понравиться