Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ESAI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Vaksin dan Imun
Disusun Oleh:
Kelas B-2014
Erna Marlina 144101060
Irinedian Sribudaya 144101056
Kemala Utami Pratiwi 144101050
IMUNOPATOLOGI
A. Flora Normal
1. Definisi Flora Normal
Menurut Tortora, Gerard J et al (2013:402)
Mikroba, juga disebut mikroorganisme, adalah makhluk hidup yang
secara individual biasanya terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Kelompok ini mencakup bakteri, jamur (ragi dan cetakan), protozoa, dan
ganggang mikroskopis. Ini juga mencakup virus, entitas nonseluler kadang-
kadang dianggap sebagai makhluk perbatasan antara hidup dan tidak hidup.
Banyak mikroorganisme biasanya tidak berbahaya lainnya membangun diri
di dalam bagian lain dari tubuh orang dewasa normal dan pada
permukaannya. Tubuh manusia yang khas berisi 1 x 10 13 sel-sel tubuh,
Belum pelabuhan diperkirakan 1 x 1014 sel bakteri (10 kali lebih sel bakteri
dari sel manusia). Ini memberi gambaran tentang kelimpahan
mikroorganisme yang biasanya berada pada tubuh manusia. Microbiome
Project Human dimulai pada tahun 2007 untuk menganalisis komunitas
mikroba disebut microbiomes yang hidup di dan pada tubuh manusia.
Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara perubahan
microbiome manusia dan kesehatan manusia dan penyakit. Microbiome
manusia lebih beragam dari sebelumnya. Saat ini, peneliti membandingkan
microbiomes sukarelawan sehat dan relawan dengan penyakit tertentu.
mikroorganisme yang membangun kurang lebih tinggal permanen
(Menjajah) tapi tidak menghasilkan penyakit dalam kondisi normal adalah
anggota dari mikrobiota normal tubuh, atau Flora normal. Lain, yang
disebut transient mikrobiota, mungkin hadir selama beberapa hari, minggu,
atau bulan dan kemudian menghilang. Mikroorganisme tidak ditemukan di
seluruh manusia tubuh tapi terlokalisasi di daerah tertentu.
Maksud dari pernyataan di atas bahwa yang dimaksud flora normal
adalah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, protozoa, dan virus yang
sebagian besar berada pada tubuh manusia dengan kondisi normal dalam
manusia dan sehat serta tidak berbahaya dan bahkan mungkin bermanfaat.
Bahkan dalam hal ini menurut Tortora, Gerard J et al Tahun 2013 dalam
bukunya yang berjudul mikrobiology menyatakan bahwa:
Hewan, termasuk manusia, umumnya bebas dari mikroba di utero.
Saat lahir, bagaimanapun, mikroba normal dan karakteristik populasi mulai
membangun diri. Tepat sebelum seorang wanita melahirkan, lactobacilli
berkembang biak di vagina dengan cepat. Bayi baru lahir kontak pertama
dengan mikroorganisme biasanya dengan ini lactobacilli, dan mereka
menjadi organisme dominan di usus bayi yang baru lahir. Mikroorganisme
lebih diperkenalkan ke tubuh bayi yang baru lahir dari lingkungan saat
mulai bernapas dan makan. Setelah lahir, E. coli dan bakteri lainnya yang
diperoleh dari makanan mulai menghuni usus besar. Mikroorganisme ini
tetap ada sepanjang hidup dan dapat menanggapi ketika kondisi lingkungan
diubah, dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah dan berkontribusi
terhadap penyakit.
organ, termasuk salah satunya adalah E.coli yang berada pada usus besar. E.
coli tersebut ada yang bersifat patogen dan tidak patogen. E. coli yang tidak
patogen berada pada usus besar, namun E.coli yang patogens sering kali
jika manusia tersebut memakan daging setengah matang dan pangan cepat
saji lainnya yang tidak di masak matang. Hal tersebut akan menimbulkan
struktur tubuh E. coli yaitu meliputi dinding sel, flagel, dan kapsul
dan monosit. Selain adanya fagositosis yaitu terjadi pula reaksi lisis melalui
makrofag. Fungsi dari sitokin yaitu untuk merangsang proses inflamasi non
spesifik dan mengaktivasi limfosit spesifik yaitu sel B dan sel T yang akan
fagosisitas, sel tersebut pula beperan sebagai sel APC (antigen presenting
cell). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke
permukaan sel yang dapati kenali oleh limfosit T yaitu T helper . T helper
T sitotoksik yang dibantu oleh MHC 1 yang berfungsi sebagai sel killer atau
2. Imunitas Spesifik
Imunitas spesifik atau mekanisme pertahanan, semua pertemuan
selanjutnya dengan agen virus membangkitkan respons imunologik spesifik,
baik antibody humoral maupun seluler. Virus dikarakrerisasi oleh spesifitas,
heterogeneitas dan memorinya yang sangat baik. Sistem imun spesifik
diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Ketika suatu antigen
merangsang respon imun spesifik, antigen tersebut mula-mula selalu
mengaktifasi sel limfosit T. Sekali sel limfosit T teraktifasi, sel tersebut akan
melawan antigen dan merangsang aktifasi sel limfosit B. Sel limfosit B yang
teraktifasi akan merangsang pembentukkan antibodi yang akan melawan
antigen tersebut. Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu
respons imunitas humoral dan selular. Respons imun spesifik ini
mempunyai peran penting yaitu :
a. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain menghambat
perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel
sehingga virus tidak dapat menembus membran sel, dan dengan cara
mengaktifkan komplemen yang menyebabkan agregasi virus sehingga
mudah difagositosis.
b. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis. Molekul
antibodi dapat menetralisasi virus melalui berbagai cara. Antibodi dapat
menghambat kombinasi virus dengan reseptor pada sel, sehingga
mencegah penetrasi dan multiplikasi intraseluler seperti pada virus
influenza. Antibodi juga dapat menghancurkan partikel virus bebas
melalui aktivasi jalur klasik komplemen atau produksi agregasi,
meningkatkan fagositosis dan kematian intraseluler. Kadar konsentrasi
antibodi yang relatif rendah juga dapat bermanfaat khususnya pada
infeksi virus yang mempunyai masa inkubasi lama, dengan melewati
aliran darah terlebih dahulu sebelum sampai ke organ target, seperti virus
poliomielitis yang masuk melalui saluran cerna, melalui aliran darah
menuju ke sel otak. Di dalam darah, virus akan dinetralisasi oleh antibodi
spesifik dengan kadar yang rendah, memberikan waktu tubuh untuk
membentuk resposn imun sekunder sebelum virus mencapai organ target.
Infeksi virus lain, seperti influenza dan common cold, mempunyai masa
inkubasi yang pendek, dan organ target virus sama dengan pintu masuk
virus. Waktu yang dibutuhkan respons antibody primer untuk mencapai
puncaknya menjadi terbatas, sehingga diperlukan produksi cepat
interferon untuk mengatasi infeksi virus tersebut. Antibodi berfungsi
sebagai bantuan tambahan pada fase lambat dalam proses penyembuhan.
Namun, kadar antibodi dapat meningkat pada cairan lokal yang terdapat
di permukaan yang terinfeksi, seperti mukosa nasal dan paru.
Pembentukan antibody antiviral, khususnya IgA, secara lokal menjadi
penting untuk pencegahan infeksi berikutnya. Namun hal ini menjadi
tidak bermanfaat apabila terjadi perubahan antigen virus. Imunitas seluler
ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi di bawah
pengaruh timus (Thymus), sehingga diberi nama sel T. Cabang efektor
imunitas spesifik ini dilaksanakan langsung oleh limfosit yang
tersensitisasi spesifik atau oleh produk- produk sel spesifik yang dibentuk
pada interaksi antara imunogen dengan limfosit-limfosit tersensitisasi
spesifik. Produk-produk sel spesifikasi ini ialah limfokin-limfokin
termasuk penghambat migrasi (migration inhibition factor = MIF),
sitotoksin, interferon dan lain sebagainya yang menjadi efektor molekul-
molekul dari imunitas seluler. Respons imunitas seluler juga merupakan
respons yang penting terutama pada infeksi virus nonsitopatik. Respons
ini melibatkan sel T sitotoksik yang bersifat protektif, sel NK, ADCC dan
interaksi dengan MHC kelas I sehingga menyebabkan kerusakan sel
jaringan. Dalam respons infeksi virus pada jaringan akan timbul IFN
(IFN-a dan IFN-b) yang akan membantu terjadinya respons imun yang
bawaan dan didapat. Peran antivirus dari IFN cukup besar terutama IFN-
a dan IFN. Kerja IFN sebagai antivirus adalah :
1) Meningkatkan ekspresi MHC kelas I
2) Aktivasi sel NK dan makrofag
3) Menghambat replikasi virus
4) Menghambat penetrasi ke dalam sel atau budding virus dari sel yang
terinfeksi.
Limfosit T dari pejamu yang telah tersensitisasi bersifat sitotoksik
langsung pada sel yang teinfeksi virus melalui pengenalan antigen pada
permukaan sel target oleh reseptor spesifik di limfosit. Semakin cepat
sel T sitotoksik menyerang virus, maka replikasi dan penyebaran virus
akan cepat dihambat.
Sel yang terinfeksi mengekspresikan peptida antigen virus pada
permukaannya yang terkait dengan MHC kelas I sesaat setelah virus
masuk. Pemusnahan cepat sel yang terinfeksi oleh sel T sitotoksik
mencegah multiplikasi virus. Sel T sitotoksik menyerang virus (native
viral coat protein) langsung pada sel target.
Sel yang terinfeksi mengekspresikan peptida antigen virus pada
permukaannya yang terkait dengan MHC kelas I sesaat setelah virus
masuk. Pemusnahan cepat sel yang terinfeksi oleh sel T sitotoksik
mencegah multiplikasi virus. Sel T sitotoksik menyerang virus (native
viral coat protein) langsung pada sel target.
Sel T yang terstimulasi oleh antigen virus akan melepaskan sitokin
seperti IFN- dan kemokin makrofag atau monosit. Sitokin ini akan
menarik fagosit mononuklear dan teraktivasi untuk mengeluarkan TNF.
Sitokin TNF bersama IFN- akan menyebabkan sel menjadi non-
permissive, sehingga tidak terjadi replikasi virus yang masuk melalui
transfer intraseluler. Oleh karena itu, lokasi infeksi dikelilingi oleh
lingkaran sel yang resisten. Seperti halnya IFN-, IFN- meningkatkan
sitotoksisitas sel NK untuk sel yang terinfeksi.
Antibodi dapat menghambat sel T sitotoksik melalui reaksi dengan
antigen permukaan pada budding virus yang baru mulai, sehingga dapat
terjadi proses ADCC. Antibodi juga berguna dalam mencegah reinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidiaia. KG et al. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Boskey, Elizabeth. 2015. What Does it Mean to Be Immunocompromised Or Have
an Immune Deficiency?.[Online]. Tersedia: https://www.verywell.com/what-it-
means-to-be-immunocompromised-have-immune-deficiency-3132870
(Diakses 14 Maret 2017)
Hermiyanti, E. 2011. Biologimolekul Virus. Bandung: Program Pasca Sarjana
Universitas Padjadjaran.
Koo, Ingrid. 2016. Definition of Immunocompromised. [Online]. Tersedia:
https://www.verywell.com/definition-of-immunocompromised-1958841 (Diakses
14 Maret 2017)
Marai Sehat. 2016. Cara Kerja atau Mekanisme Virus Menginfeksi Manusia.
[Online] Tersedia : http://www.maraisehat.com/2016/03/cara-kerja-atau-
mekanisme-virus-menginfeksi-manusia (diakses 12 Maret 2017)
Playfair, JHL et al. 2012. At a Glance Immunology.Jakarta: Erlangga.
Subowo. 1993. Imunobiologi 2nd ed. Bandung : Angkasa.
Tortora, G.J. et al. (2013). Microbiology: an Introduction. e-book.