Вы находитесь на странице: 1из 28

MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum)

DI PTPN X (Persero) DJOMBANG BARU, JOMBANG

PROPOSAL MAGANG KERJA

Oleh :
ANASTASIA FARA AIREZA
115040201111272
MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2014

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA

MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN TEBU


PTPN X (Persero) DJOMBANG BARU, JOMBANG

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Utama,

Basuki
NIP. 00101394

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Lahan

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
Magang Kerja dengan Topik Pengolahan PascaPanen Tebu Hingga Menjadi
Gula . Proposal ini merupakan syarat sebelum pelaksanaan magang kerja di PG.
Djombang Baru dimulai.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Widianto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal.

2. Bapak Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, MS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

3. Bapak Basuki, selaku Pembimbing Lapang onfarm di PTPN X (Persero)


Djombang Baru, Jombang

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,


sehingga masukan dan kritik sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga proposal ini
dapat memberikan manfaat baik bagi rekan-rekan mahasiswa, instansi pemerintah,
pihak-pihak di lokasi penulis melaksanakan magang kerja, masyarakat umum, dan
berbagai pihak yang lainnya sekedar sebagai bahan ilmu pengetahuan serta
bermanfaat bagi penulis khususnya.

Malang, 20 Juni 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang Kerja .................................................................. 2
1.3 Sasaran Kompetensi..................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3


2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tebu.................................................... 3
2.2 Budidaya Tebu.............................................................................. 6
2.2.1 Syarat Tumbuh.................................................................... 6
2.2.2 Persiapan Lahan.................................................................. 8
2.2.3 Penannaman ....................................................................... 8
2.2.4 Penyulaman........................................................................ 8
2.2.5 Pemupukan ........................................................................ 11
2.2.6 Pengendalian Hama Penyakit............................................. 12
2.2.7 Panen.................................................................................. 13
2.2.7.1 Estimasi Produksi Tebu.......................................... 14
2.2.7.2 Analisis Kemasakan Tebu...................................... 14
2.2.7.3 Tebang Angkut....................................................... 15
2.3 Proses Pembuatan Gula................................................................ 15
2.3.1 Gilingan ............................................................................. 16
2.3.2 Pemurnian .......................................................................... 16
2.3.3 Penguapan........................................................................... 18
2.3.4 Pengkristalan...................................................................... 19
2.3.5 Pemutaran........................................................................... 19
2.3.6 Pengeringan Dan Pengemasan........................................... 19

BAB 3 METODE PELAKSANAAN........................................................... 12


3.1 Waktu Dan Tempat ...................................................................... 12
3.2 Prosedur Pelaksanaan................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

3
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
Teks
2.1. Struktur Daun Tebu.................................................................................... 4
2.2. Struktur Bunga Tebu.................................................................................. 4
2.3. Struktur Akar Tebu..................................................................................... 5
2.4. Batang Tebu .............................................................................................. 6
2.5 Pembuatan Kailan....................................................................................... 10
2.6 Penanaman Bibit Double Row.................................................................... 10
2.7 Penamnaman Over Lapping....................................................................... 10
2.8 Penanaman End To End.............................................................................. 11

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu merupakan salah satu komoditi untuk bahan baku industri dalam
proses pengolahan pembuatan gula. Di Indonesia, tebu bisa dibudidayakan pada
lahan sawah (sistem reynoso) dan pada lahan kering. Budidaya tebu lahan kering
umumnya dilakukan di kebun-kebun tebu berbentuk hak guna usaha (HGU) yang
dikelola oleh pabrik-pabrik gula (Ditjenbun, 2007).
Teknik budidaya sangat berpengaruh terhadap mutu hasil produksi, oleh
sebab itu penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan benar dengan mengacu
Good Agricultural Practices (GAP). Penanganan pascapanen merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi atau
menekan tingkat kehilangan hasil panen tebu atau mengurangi menurunnya
rendemen akibat panen/pasca penan yang tidak tepat, meningkatkan mutu
produksi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing/harga jual produk serta
memperpanjang daya simpan.
Tanaman tebu telah masak panen bila kadar gula (rendemen) di dalam nira
yang terkandung di batangan telah mencapai tingkat tertentu. Pada perusahaan
gula besar seperti milik PT. Perkebunan dan perkebunan swasta, penentuan
kemasakan tebu dilakukan dengan melaksanakan analisis pendahuluan untuk
mengetahui kadar gula dan harkat kemurnian gulanya. Tebu yang telah masak
panen tersebut akan diolah menjadi gula dan produk sampingan lainnya
(Setyamidjaja dan Husaini 1992).
Menurut Setyohadi (2006), pada prinsipnya proses pengolahan tebu menjadi
gula baik secara tradisional maupun pabrik mengikuti tahapan-tahapan yaitu
panen batang tebu, pembersihan (daun, akar, tanah), penimbangan, penggilingan,
penjernihan, pemanasan, pendinginan, pencetakan atau kristalisasi, pengemasan,
dan penyimpanan.

1
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pabrik gula khususnya PG
Djombang Baru dalam memproduksitanaman tebu maka Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya mengadakan magang kerja yang bekerja sama
dengan PG Djombang Baru. Dengan diadakannya kegiatan tersebut, diharapkan
mahasiswa dapat menimba ilmu dan menambah wawasannya terhadap
Pengolahan Pascapanen Tebu Menjadi Gula yang dilakukan oleh PG Djombang
Baru, selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu mempraktekkan ilmu tanah
yang didapatkan selama menjalani perkuliahan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari budidaya tebu
2. Untuk mempelajari proses pengolahan pascapanen tebu
3. Untuk mengetahui pengolahan tebu menjadi gula

1.3 Sasaran Kompetensi


1. Mampu memahami tahapan dalam budidaya tebu
2. Mampu memahami tahapan pengolahan pascapanen tebu
3. Mampu mengetahui tahapan pengolahan tebu menjadi gula

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tebu


Tebu merupakan bahan dasar dalam pembuatan gula. Gula yang dihasilkan
dari tebu disebut dengan gula putih atau juga gula pasir karena berbentuk butiran
butiran kristal putih. Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut
(Parinduri, 2005) :
Kingdome : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Menurut James (2004), Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu batang, daun, akar, dan bunga.
Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena terdiri dari helai
daun dan pelepah daun saja, sedangkan tangkai daunnya tidak ada kedudukan
daun berpangkal pada buku posisi daun tebu melekat pada batang dan tumbuh
pada pangkal node.Setiap daun terdiri dari bagian yang melekat (pelepah daun)
dan bagian yang tidak melekat (helai daun atau tulang daun tengah).Bagian yang
melekat (pelepah daun) berbentuk seperti pipa yang menyelimuti batang dengan
panjang dari bawah sampai atas batang. Panjang helaian daun antara 1 2 m,
sedangkan lebarnya 4 7 cm, ujungnya meruncing, tepinya seperti gigi dan
mengandung kersik yang tajam. Diantara pelepah daun dan helaian daun terdapat
sendi segitiga dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi
antara helaian daun dan pelepah daun. Ukuran lebar daun sempit kurang dari 4
cm, sedang antara 4 6 cm dan lebar lebih dari 6 cm (Gambar 2.1) (Sutardjo,
1999).

3
Gambar 2.1 Struktur daun tebu (Sutardjo, 1999).

Bunga tebu merupakan malai yang bentuknya piramida, panjangnya antara


70-90cm. Bunga tebu biasanya muncul padabulan April Mei.Bunganya terdiri
dari tendabunga yaitu 3 helai daun tajuk bunga. Bunga tebu mempunyai 1 bakal
buah dan 3 benangsari, kepala putiknya berbentuk bulu (Gambar 2.2 ) (Sutardjo,
1999).

Gambar 2.2 Struktur bunga tebu (Sutardjo, 1999).

Akar tanaman tebu ialah serabut, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa
tanaman ini termasuk kelas Monocotyledone. Di bagian akar (root promordia)
akan tumbuh tunas baru yang berupa kuncup yang merupakan cikal bakal batang
tebu dimana batang tebu akan tumbuh lebih dari satu batang. Mekanisme tumbuh
dari batang tebu berasal dari tunas yang tumbuh dibagian akar dimana batang tebu
ditanam secara horizontal (Sutardjo, 1999).

4
Gambar 2.3 (i, ii) Struktur akar tebu (Sutardjo, 1999)

Batang tanaman tebu beruas-ruas, dari bagian pangkal sampai


pertengahan.Panjang batang tebu pada saat panen berkisar antara 2 4 m dengan
diameter 2,5 5 cm, tergantung baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun
keadaan iklim. Secara morfologi batang tebu dibagi menjadi 2 bagian yaitu node
dan internode. Bagian node terdiri dari lingkaran tumbuh (growth ring), bagian
akar (root band), bagian daun (leaf scar), sedangkan bagian internode terletak
antara node berjumlah 20 30 ruas (Gambar2.4) (Sutardjo, 1999).

5
Gambar 2.4 Batang tebu : (i) batang tebu, (ii) mata tunas, (iii) bentuk ruas,
dan (iv,v) struktur batang tebu (Sutardjo, 1999).

2.2 Budidaya Tebu


Menurut Indrawanto et al., (2010) sebeum melakukan budidaya tebu
sebaikya mengetahui syarat tumbuh dari tanaman tebu terlebih dahulu. Syarat
tumbuh dan budidaya tanaman tebu akan dijelaskan sebagai berikut :

2.2.1 Syarat Tumbuh Tebu


a. Tanah
1. Sifat fisik tanah
Struktur tanah yang baik untuk tebu adalah tanah yang gembur
sehingga aerasi udara dan perakaran dapat berkembang, oleh karena itu
pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel
kecil akan memudahkan akar menerobos tanah. Tekstur tanah bagi
pertumbuhan tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat
dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas 30 %. Tanaman tebu
menghendaki solum tanah minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap
air dan permukaan air 40 cm. Sehingga pada lahan kering, apabila lapisan
tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam.

2. Sifat kimia tanah

6
Tanaman tebu dapat tumbuh pada tanah dengan pH 6 7,5, akan tetapi
masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari
4,5. PH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada
tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar
unsur Fe dan Al dapat dikurangi. Bahan racun utama lainnya dalam tanah
adalah klor (Cl), kadar Cl dalam tanah sekitar 0,06 0,1 % telah bersifat
racun bagi akar tanaman. Pada tanah ditepi pantai karena rembesan air laut,
kadar Cl nya cukup tinggi sehingga bersifat racun.
b. Iklim
Iklim mempengaruhi pertumbuhan tebu dan rendemen gula. Dalam masa
pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air, sedangkan saat masak
tanaman tebu membutuhkan keadaan kering agar pertumbuhan terhenti. Apabila
hujan tetap tinggi maka pertumbuhan akan terus terjadi dan tidak ada kesempatan
untuk menjadi masak sehingga rendemen menjadi rendah.
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan
berkisar antara 1.000 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada
periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per
bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan
125 mm dan 4 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan
generative dan pemasakan tebu.
Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 240C340C dengan
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 0C. Tanaman tebu
membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses asimilasi akan terjadi
secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran matahari
secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari akan mempengaruhi
intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga
pertumbuhan terhambat.
Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan
kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses
fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari

7
berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan
melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan
tanaman tebu dapat patah dan roboh

2.2.2 Persiapan Lahan


Areal pertanaman tebu dibagi per rayon dengan luas antara 2.500-3.000 ha
per rayon. Setiap rayon dibagi per blok yang terdiri dari 10 petak, dengan tiap
petak berukuran sekitar 200 m x 400 m (8 ha). Antar blok dibuat jalan kebun
dengan lebar 12 m dan antar petak dibuat jalan produksi dengan lebar 8 m.
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan pertama, pembajakan kedua,
penggaruan dan pembuatan kairan.
Pembajakan pertama bertujuan untuk membalik tanah serta memotong
sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Kedalaman olah sekitar
25-30 cm dengan arah bajakan menyilang. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan
waktu sekitar 6-7 jam untuk satu petak (8 ha). Pembajakan kedua dilaksanakan
tiga minggu setelah pembajakan pertama. Arah bajakan memotong tegak lurus
hasil pembajakan pertama dengan kedalaman olah 25 cm. Penggaruan bertujuan
untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan meratakan permukaan
tanah. Penggaruan dilakukan menyilang dengan arah bajakan. Kegiatan ini rata-
rata membutuhkan waktu sekitar 9-10 jam untuk satu petak (8 ha).
Pembuatan kairan adalah pembuatan lubang untuk bibit yang akan
ditanam. Kairan dibuat memanjang dengan jarak dari pusat ke pusat (PKP) 1,35-
1,5 m, kedalaman 30-40 cm dan arah operasi membuat kemiringan maksimal 2%.
Kegiatan ini rata-rata membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk satu petak (8 ha).

2.2.3 Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kwintal atau sekitar 10 mata tumbuh
per meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:
(1) Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki
(2) Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benarbenar akan tumbuh
serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan
bawah.

8
(3) Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali
pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20%
(4) Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (50oC) selama 7 jam kemudian merendam
dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
bibit bebas dari hama dan penyakit.
Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Penanaman bibit
dilakukan dengan menyusun bibit secara over lapping atau double row atau end to
end (nguntu walang) dengan posisi mata disamping. Hal ini dimaksudkan agar
bila salah satu tunas mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan. Bibit
yang telah ditanam kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri. Akan
tetapi bila pada saat tanam curah hujan terlalu tinggi, maka bibit ditanam
sebaiknya ditanam dengan cara baya ngambang atau bibit sedikit terlihat.
Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu
yang telah ditebang. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dahulu dari
kotoran-kotoran bekas tebangan yang lalu. Pengeprasan dilakukan secara
berkelompok dan perpetak. Seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan
dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan pembersihan
rumput-rumputan. Tujuannya adalah memperbaharui akar tua dan akar putus
diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan anakan.

2.2.4 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada
tanaman baru maupun tanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh populasi
tanaman tebu yang optimal. Untuk bibit bagal penyulaman dilakukan 2 minggu
dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata
sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi
sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera
dilaksanakan.

9
Gambar 2.5 pembuatan Kairan

Gambar 2.6 Penanaman Bibit Secara Double Row

Gambar 2.7 Penanaman Bibit Secara Over Lapping

10
Gambar 2.8 Penanaman Bibit Secara End to End
2.2.5 Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan haruslah disesuaikan dengan keadaan lahan, untuk
itu perlu dilakukan analisa tanah dan daun secara bertahap.

Tabel 1. Dosis pupuk tanaman tebu berdasarkan


jenis tanah dan kategori tanaman
Pemupukan dilakukan dengan dua kali aplikasi. Pada tanaman baru, pemupukan
pertama dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3
dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 1-1,5 bulan setelah pemupukan pertama
dengan sisa dosis yang ada. Pada tanaman keprasan, pemupukan pertama
dilakukan 2 minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan
1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 6 minggu setelah keprasan dengan
sisa dosis yang ada.

11
2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya serangan hama dan
penyakit pada areal pertanaman tebu. Pencegahan meluasnya hama dan penyakit
dapat meningkatkan produktivitas. Beberapa hama dan penyakit utama tanaman
tebu adalah:
A. Hama
1. Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)
Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu umur 2 minggu
sampai umur tebang. Gejala serangan ini berupa lubang-lubang
melintang pada helai daun yang sudah mengembang. Serangan
penggerek pucuk pada tanaman yang belum beruas dapat
menyebabkan kematian, sedangkan serangan pada tanaman yang
beruas akan menyebabkan tumbuhnya siwilan sehinggga rendemen
menurun. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memakai
insektisida Carbofuran atau Petrofur yang terserap jaringan tanaman
tebu dan bersifat sistemik dengan dosis 25 kg/ha ditebarkan ditanah.
2. Uret (Lepidieta stigma F)
Hama uret berupa larva kumbang terutama dari familia
Melolonthidae dan Rutelidae yang bentuk tubuhnya mem-bengkok
menyerupai huruf U. Uret menyerang perakaran dengan memakan
akar sehinga tanaman tebu menunjukkan gejala seperti kekeringan.
Jenis uret yang menyerang tebu di Indonesia antara lain Leucopholis
rorida, Psilophis sp. dan Pachnessa nicobarica. Pengendalian
dilakukan secara mekanis atau khemis dengan menangkap kumbang
pada sore/malam hari dengan perangkap lampu biasanya dilakukan
pada bulan Oktober-Desember. Disamping itu dapat pula dengan
melakukan pengolahan tanah untuk membunuh larva uret atau
menggunakan insektisida carbofuran 3G.
3. Penggerek Batang
Ada beberapa jenis penggerek batang yang menyerang tanaman
tebu antara lain penggerek batang bergaris (Proceras sacchariphagus
Boyer), penggerek batang berkilat (Chilotraea auricilia Dudg),

12
penggerek batang abuabu (Eucosma schista-ceana Sn), penggerek
batang kuning (Chilotraea infuscatella Sn), dan penggerek batang
jambon (Sesamia inferens Walk). Diantara hama penggerek batang
tersebut penggerek batang bergaris merupakan penggerek batang yang
paling penting yang hampir selalu ditemukan di semua kebun tebu.
Serangan penggerek batang pada tanaman tebu muda berumur 3-5
bulan atau kurang dapat menyebabkan kematian tanaman karena titik
tumbuhnya mati. Sedang serangan pada tanaman tua menyebabkan
kerusakan ruas-ruas batang dan pertumbuhan ruas diatasnya
terganggu, sehingga batang menjadi pendek, berat batang turun dan
rendemen gula menjadi turun pula. Tingkat serangan hama ini dapat
mencapai 25%.
B. Penyakit
1. Penyakit mosaik
Disebabkan oleh virus dengan gejala serangan pada daun
terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda, hijau tua,
kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh
kayu. Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda. Penyebaran
penyakit dibantu oleh serangga vektor yaitu kutu daun tanaman
jagung, Rhopalosiphun maidis. Pengendalian dilakukan dengan
menanam jenis tebu yang tahan, menghindari infeksi dengan
menggunakan bibit sehat, dan pembersihan lingkungan kebun tebu.
2. Penyakit busuk akar
Disebabkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit ini banyak
terjadi pada lahan yang drainasenya kurang sempurna. Akibat
serangan maka akar tebu menjadi busuk sehingga tanaman menjadi
mati dan tampak layu. Pengendalian penyakit dilakukan dengan
menanam varietas tahan dan dengan memperbaiki drainase lahan.

2.2.7 Panen Tebu


Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien
dan dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan
tebu di pabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai
13
dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen
termasuk dalam tanggung jawab petani, karena petani harus menyerahkan tebu
hasil panennya ditimbangan pabrik. Akan tetapi pada pelaksanaannya umumnya
petani menyerahkan pelaksanaan panen kepada pabrik yang akan menggiling
tebunya atau kepada KUD. Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai
November dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum
dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu mempertimbangkan
tingkat kemasakan tebu dan kemudahan transportasi dari areal tebu ke pabrik.
Kegiatan pemanenan meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan
dan tebang angkut.

2.2.7.1 Estimasi Produksi Tebu


Estimasi produksi tebu diperlukan untuk dapat merencanakan lamanya
hari giling yang diperlukan, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan serta jumlah
bahan pembantu yang harus disediakan. Estimasi produksi tebu dilakukan dua kali
yaitu pada bulan Desember dan Maret.
Estimasi dilakukan dengan mengambil sampel tebu dan menghitungnya dengan
rumus:
P = jbtpk x jkha x tbt x b-bt
P = Produksi tebu per hektar
jbtpk = Jumlah batang tebu per meter kairan
jkha = Jumlah kairan per hektar
tbt = Tinggi batang, diukur sampai titik patah (30 cm dari pucuk)
Bbt = Bobot batang per m (diperoleh dari data tahun sebelumnya)
(Indrawanto, Chandra., Purwono., Siswanto., Rumini,Widi. 2010)

2.2.7.2 Analisis Kemasakan Tebu


Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk memperkirakan waktu yang
tepat penebangan tebu sehingga tebu yang akan diolah dalam keadaan optimum.
Analisis ini dilakukan secara periodik setiap 2 minggu sejak tanaman berusia 8
bulan dengan cara menggiling sampel tebu digilingan kecil di laboratorium.
Sampel tebu diambil sebanyak 15-20 batang dari rumpun tebu yang berada
minimal 15 meter dari tepi dan 30 baris dari barisan pinggir. Nira tebu yang

14
didapat dari sampel tebu yang digiling di laboratorium diukur persen brix, pol dan
purity nya. Metode analisis kemasakan adalah sebagai berikut:
(1) Setelah akar dan daun tebu sampel dipotong, rata-rata berat dan panjang
batang tebu sampel dihitung.
(2) Setiap batang dipotong menjadi 3 sama panjang sehingga didapat bagian
batang bawah, tengah dan atas. Setiap bagian batang ditimbang dan
dihitung perbandingan beratnya, kemudian dibelah menjadi dua.
(3) Belahan batang tebu dari setiap bagian batang digiling untuk mengetahui
hasil nira dari bagian batang bawah, tengah dan atas. Nira yang dihasilkan
ditimbang untuk diketahui daya perah gilingan
(4) Dari nira yang dihasilkan dihitung nilai brix dengan memakai alat Brix
Weger, nilai pol dengan memakai alat Polarimeter dan rendemen setiap
bagian batang.
(Indrawanto, Chandra., Purwono., Siswanto., Rumini,Widi. 2010)

2.2.7.3 Tebang Angkut


Penebangan tebu harus memenuhi standar kebersihan yaitu kotoran seperti
daun tebu kering, tanah dan lainnya tidak boleh lebih besar dari 5%. Untuk
tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu disisakan didalam tanah sebatas
permukaan tanah agar dapat tumbuh tunas. Bagian pucuk tanaman tebu dibuang
karena kaya dengan kandungan asam amino tetapi miskin kandungan gula. Tebu
tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam organis, gula reduksi dan asam
amino akan tetapi miskin kandungan gula. Penebangan tebu dapat dilakukan
dengan sistem tebu hijau yaitu penebangan yang dilakukan tanpa ada perlakuan
sebelumnya, atau dengan sistem tebu bakar yaitu penebangan tebu dengan
dilakukan pembakaran sebelumnya untuk mengurangi sampah yang tidak perlu
dan memudahkan penebangan. Sistem penebangan tebu yang dilakukan di Jawa
biasanya memakai sistem tebu hijau. (Indrawanto, Chandra., Purwono., Siswanto.,
Rumini,Widi. 2010)

2.3 Proses Pembuatan Gula


Dalam suatu industri Pabrik Gula produk akhir adalah gula pasir ( gula
putih ) yang diperoleh dari bahan baku tebu. Dengan melalui beberapa tingkat

15
proses, maka diharapkan menjadi produk gula yang diinginkan dengan bentuk,
ukuran dan kerataan kristal yang tertentu. Sedangkan produk sampingan secara
umum adalah berupa ampas dan tetes. Ampas dipakai sebagai bahan' baku
pembuatan kertas, sedangkan tetes digunakan sebagai bahan baku untuk bumbu
masak,alkohol, spiritus dan obat-obatan yang lain. Secara umum proses
pembuatan gula dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain :

2.3.1 Gilingan
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di
gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat
pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer unigrator atau
kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan nira dan ampas. Nira
inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.
Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai
macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel
(boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board,
furfural, xylitol dan produk lain.

2.3.2 Pemurnian Nira


Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert
(glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang
terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam
kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses
pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.

Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis
dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian
bahan pengendap. Pelaksanaan pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :

a. Proses Defekasi
Pemurnian cara Defekasi adalah car pemurnian yang paling
sederhana, bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya
16
digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira
yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh
harga pH sedikit alkalis ( pH 7,2 ). Nira yang telah diberi kapur kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan
b. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan .
Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan
gas SO2 menyebabkan SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3
yang mengendap. SO2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula
reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2
dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek
oksidasi. Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai berikut :
Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur
sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan
kotorannya diendapkan
Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO3 yang lebih mudah
larut dalam keadaan dingin, sehingga waktu dipanaskan akan
terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini
pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi sebagai berikut :
Dimulai dengan nira mentah yang dipanaskan sampai 70-80 0C,
disulfitasi, deberi kapur, dipanaskan sampai mendidih dan akhirnya
diendapkan. Pada suhu kira-kira 750C kelarutan CaSO3 paling
kecil.
Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Bila dicara sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik
maka dipakai cara modifikasi berikut : pengapuran pertama sampai
pH 8,0 pemanasan sampai 50-700C, sulfitasi sampai pH 5,1 5,3
pengapuran kedua sampai pH 7 7,2 dilanjutkan dengan
pemanasan dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan.
( E.Hugot , 1960 )
17
Pelaksanaan sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi
menjadi 3 yaitu :
Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH
nira 3,2. Sesudah sulfitasi nira diberi larutan kapur sehingga
pH 7,0 7,3.
Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 10,5 dan sesudah
itu diberi SO2 pH nira menjadi 7,0 7,3
Sulfitasi netral
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 8,5 dan
ditambah gas SO2 pH nira menjadi 7,0 7,3. ( Halim K ,
1960 )
c. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik dibanding dengan kedua
cara diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu
kapur dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah
gas CO2 yang berguna untuk menetralkan kelebihan susu kapur sehingga
kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat.
Reaksi : Ca (OH)2 CaCO3 + H2O
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat
dengan mudah dipisahkan. ( E. Hugot, 1960 )

2.3.3 Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air
ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu
proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas.
Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi
penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas
yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa
pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan
efek banyak . ( Soejardi , 1977 )

18
2.3.4 Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di
pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang
mengandung gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu dengan yang
lain masih cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-masing
molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila jaraknya sudah cukup
dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik. Apabila pada saat itu
disekitarnya terdapat sakharosa yang melarut dan molekul sakharosa yang
menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh.
Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam
larutan akan dapat saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul
sakharosa. Sedangkan pada pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sakharosa
tersebut akan dapat saling bergabung pula dan membentuk suatu kerangka atau
pola kristal sakharosa. ( Soejardi , 1977 )

2.3.5 Pemutaran
Produk kristalisasi yaitu masakan, masih mengandung larutan di sekeliling
kristal gula. Pemisahan dilakukan dengan proses sentrifugasi, sehingga terpisah
antara gula dan larutannya. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di
saringan (basket) dan larutan akan melewati saringan tersebut. Langkah proses
pemutaran yang baik akan menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air
yang kecil. Gula kemudian menuju ke tahap akhir. ( Soejardi , 1977 )

2.3.6 Pengeringan dan pengemasan


Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar ( talang
goyang ). Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengengkut, juga
sebagai alat pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang
dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam
gula sehingga meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Setelah pengeringan
gula dimasukkan dalam karung dan disimpan digudang. Gula yang sudah dingin
selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu dilakukan pengarungan atau
pengemasan dengan berat 50 Kg. ( Soejardi , 1977 )

19
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Magang Kerja ini dilaksanakan di Perkebunan Gula
Djombang Baru Jalan Panglima Besar Jendral Sudirman No 1 Desa Pulo
Kecamatan Pulo Kabupaten Jombang milik PT. Perkebunan Nusantara X. Waktu
pelaksanaan magang kerja dilaksanakan pada tanggal 01 Juli 2014 sampai dengan
tanggal 30 September 2014.

3.2 Prosedur Pelaksanaan


Dalam menunjang penulisan hasil magang kerja dalam bentuk laporan
mingguan dan laporan akhir magang kerja, maka diperlukan beberapa metode
pelaksanaan, yaitu :
1. Observasi Lapang
Metode ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta
mengidentifikasi masalah yang ada secara langsung. Observasi mengenai keadaan
umum dan kegiatan yang ada di Perkebunan Gula Djombang Baru
2. Partisipasi Aktif
Keikutsertaan dalam kegiatan pembibitan, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, penebangan serta bongkar ratoon, dll sesuai dengan kegiatan yang
ada di Perkebunan Gula Djombang Baru.
3. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktek kerja langsung untuk
memperoleh penjelasan dan pemahaman dari kegiatan yang dilakukan serta
memperoleh keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang ingin diketahui
dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktek baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pengumpulan data dari praktek kerja langsung meliputi penelusuran data-
data yang terkait, yaitu:

20
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan ikut serta praktek kerja
secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung di PG
Djombang Baru.
2. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder didapatkan dari pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumenter, yaitu data yang diperoleh berasal dari literatur, pengambilan
gambar terhadap kegiatan yang di lakukan di instansi dan arsip.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi sebagai bahan
pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam pemecahan masalah.
4. Penyusunan laporan

21
DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun, 2004. Pedoman Teknologi Budidaya Tebu Lahan Kering. Jakarta


Halim, K. 1973. Rapidoor Clarifier dalam Industri Gula. LPP: Yogyakarta
Hugot E. 1960. Hand Book of Cane Sugar Engineering , Elsevier Publising
Company: Amsterdam
Indrawanto, Chandra. et al. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media:
Jakarta
Setyamidjaja dan Husaini. 1992. Tebu : Bercocok Tanam dan Pascapanen.
Yasaguna. Jakarta.
Soerjadi. 1977. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula. Lpp:
Yogyakarta
Soejardi. 2003. Proses Pengolahan di Pabrik Gula Tebu. LPP. Yogyakarta.
Sutardjo, E. 1999. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara: Jakarta.

22
JADWAL KEGIATAN MAGANG

Kegiatan dalam bulan dan minggu ke -


Judul Kegiatan Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Lahan
Pembukaan Lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Proses panen (tebang angkut)
Analisa pendahuluan
Pembiakan Trichogramma sp.
Proses pembuatan gula
Pengolahan limbah
Evaluasi
Nama : Anastasia Fara aireza

Nim : 115040201111272

23

Вам также может понравиться