Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
ANASTASIA FARA AIREZA
115040201111272
MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA
Disetujui Oleh:
Basuki
NIP. 00101394
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Lahan
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
Magang Kerja dengan Topik Pengolahan PascaPanen Tebu Hingga Menjadi
Gula . Proposal ini merupakan syarat sebelum pelaksanaan magang kerja di PG.
Djombang Baru dimulai.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Widianto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, MS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang Kerja .................................................................. 2
1.3 Sasaran Kompetensi..................................................................... 2
3
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
2.1. Struktur Daun Tebu.................................................................................... 4
2.2. Struktur Bunga Tebu.................................................................................. 4
2.3. Struktur Akar Tebu..................................................................................... 5
2.4. Batang Tebu .............................................................................................. 6
2.5 Pembuatan Kailan....................................................................................... 10
2.6 Penanaman Bibit Double Row.................................................................... 10
2.7 Penamnaman Over Lapping....................................................................... 10
2.8 Penanaman End To End.............................................................................. 11
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pabrik gula khususnya PG
Djombang Baru dalam memproduksitanaman tebu maka Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya mengadakan magang kerja yang bekerja sama
dengan PG Djombang Baru. Dengan diadakannya kegiatan tersebut, diharapkan
mahasiswa dapat menimba ilmu dan menambah wawasannya terhadap
Pengolahan Pascapanen Tebu Menjadi Gula yang dilakukan oleh PG Djombang
Baru, selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu mempraktekkan ilmu tanah
yang didapatkan selama menjalani perkuliahan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari budidaya tebu
2. Untuk mempelajari proses pengolahan pascapanen tebu
3. Untuk mengetahui pengolahan tebu menjadi gula
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Struktur daun tebu (Sutardjo, 1999).
Akar tanaman tebu ialah serabut, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa
tanaman ini termasuk kelas Monocotyledone. Di bagian akar (root promordia)
akan tumbuh tunas baru yang berupa kuncup yang merupakan cikal bakal batang
tebu dimana batang tebu akan tumbuh lebih dari satu batang. Mekanisme tumbuh
dari batang tebu berasal dari tunas yang tumbuh dibagian akar dimana batang tebu
ditanam secara horizontal (Sutardjo, 1999).
4
Gambar 2.3 (i, ii) Struktur akar tebu (Sutardjo, 1999)
5
Gambar 2.4 Batang tebu : (i) batang tebu, (ii) mata tunas, (iii) bentuk ruas,
dan (iv,v) struktur batang tebu (Sutardjo, 1999).
6
Tanaman tebu dapat tumbuh pada tanah dengan pH 6 7,5, akan tetapi
masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari
4,5. PH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada
tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar
unsur Fe dan Al dapat dikurangi. Bahan racun utama lainnya dalam tanah
adalah klor (Cl), kadar Cl dalam tanah sekitar 0,06 0,1 % telah bersifat
racun bagi akar tanaman. Pada tanah ditepi pantai karena rembesan air laut,
kadar Cl nya cukup tinggi sehingga bersifat racun.
b. Iklim
Iklim mempengaruhi pertumbuhan tebu dan rendemen gula. Dalam masa
pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air, sedangkan saat masak
tanaman tebu membutuhkan keadaan kering agar pertumbuhan terhenti. Apabila
hujan tetap tinggi maka pertumbuhan akan terus terjadi dan tidak ada kesempatan
untuk menjadi masak sehingga rendemen menjadi rendah.
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan
berkisar antara 1.000 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada
periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per
bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan
125 mm dan 4 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan
generative dan pemasakan tebu.
Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 240C340C dengan
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 0C. Tanaman tebu
membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses asimilasi akan terjadi
secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran matahari
secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari akan mempengaruhi
intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga
pertumbuhan terhambat.
Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan
kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses
fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari
7
berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan
melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan
tanaman tebu dapat patah dan roboh
2.2.3 Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kwintal atau sekitar 10 mata tumbuh
per meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:
(1) Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki
(2) Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benarbenar akan tumbuh
serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan
bawah.
8
(3) Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali
pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20%
(4) Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (50oC) selama 7 jam kemudian merendam
dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
bibit bebas dari hama dan penyakit.
Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Penanaman bibit
dilakukan dengan menyusun bibit secara over lapping atau double row atau end to
end (nguntu walang) dengan posisi mata disamping. Hal ini dimaksudkan agar
bila salah satu tunas mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan. Bibit
yang telah ditanam kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri. Akan
tetapi bila pada saat tanam curah hujan terlalu tinggi, maka bibit ditanam
sebaiknya ditanam dengan cara baya ngambang atau bibit sedikit terlihat.
Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu
yang telah ditebang. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dahulu dari
kotoran-kotoran bekas tebangan yang lalu. Pengeprasan dilakukan secara
berkelompok dan perpetak. Seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan
dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan pembersihan
rumput-rumputan. Tujuannya adalah memperbaharui akar tua dan akar putus
diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan anakan.
2.2.4 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada
tanaman baru maupun tanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh populasi
tanaman tebu yang optimal. Untuk bibit bagal penyulaman dilakukan 2 minggu
dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata
sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi
sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera
dilaksanakan.
9
Gambar 2.5 pembuatan Kairan
10
Gambar 2.8 Penanaman Bibit Secara End to End
2.2.5 Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan haruslah disesuaikan dengan keadaan lahan, untuk
itu perlu dilakukan analisa tanah dan daun secara bertahap.
11
2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya serangan hama dan
penyakit pada areal pertanaman tebu. Pencegahan meluasnya hama dan penyakit
dapat meningkatkan produktivitas. Beberapa hama dan penyakit utama tanaman
tebu adalah:
A. Hama
1. Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)
Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu umur 2 minggu
sampai umur tebang. Gejala serangan ini berupa lubang-lubang
melintang pada helai daun yang sudah mengembang. Serangan
penggerek pucuk pada tanaman yang belum beruas dapat
menyebabkan kematian, sedangkan serangan pada tanaman yang
beruas akan menyebabkan tumbuhnya siwilan sehinggga rendemen
menurun. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memakai
insektisida Carbofuran atau Petrofur yang terserap jaringan tanaman
tebu dan bersifat sistemik dengan dosis 25 kg/ha ditebarkan ditanah.
2. Uret (Lepidieta stigma F)
Hama uret berupa larva kumbang terutama dari familia
Melolonthidae dan Rutelidae yang bentuk tubuhnya mem-bengkok
menyerupai huruf U. Uret menyerang perakaran dengan memakan
akar sehinga tanaman tebu menunjukkan gejala seperti kekeringan.
Jenis uret yang menyerang tebu di Indonesia antara lain Leucopholis
rorida, Psilophis sp. dan Pachnessa nicobarica. Pengendalian
dilakukan secara mekanis atau khemis dengan menangkap kumbang
pada sore/malam hari dengan perangkap lampu biasanya dilakukan
pada bulan Oktober-Desember. Disamping itu dapat pula dengan
melakukan pengolahan tanah untuk membunuh larva uret atau
menggunakan insektisida carbofuran 3G.
3. Penggerek Batang
Ada beberapa jenis penggerek batang yang menyerang tanaman
tebu antara lain penggerek batang bergaris (Proceras sacchariphagus
Boyer), penggerek batang berkilat (Chilotraea auricilia Dudg),
12
penggerek batang abuabu (Eucosma schista-ceana Sn), penggerek
batang kuning (Chilotraea infuscatella Sn), dan penggerek batang
jambon (Sesamia inferens Walk). Diantara hama penggerek batang
tersebut penggerek batang bergaris merupakan penggerek batang yang
paling penting yang hampir selalu ditemukan di semua kebun tebu.
Serangan penggerek batang pada tanaman tebu muda berumur 3-5
bulan atau kurang dapat menyebabkan kematian tanaman karena titik
tumbuhnya mati. Sedang serangan pada tanaman tua menyebabkan
kerusakan ruas-ruas batang dan pertumbuhan ruas diatasnya
terganggu, sehingga batang menjadi pendek, berat batang turun dan
rendemen gula menjadi turun pula. Tingkat serangan hama ini dapat
mencapai 25%.
B. Penyakit
1. Penyakit mosaik
Disebabkan oleh virus dengan gejala serangan pada daun
terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda, hijau tua,
kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh
kayu. Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda. Penyebaran
penyakit dibantu oleh serangga vektor yaitu kutu daun tanaman
jagung, Rhopalosiphun maidis. Pengendalian dilakukan dengan
menanam jenis tebu yang tahan, menghindari infeksi dengan
menggunakan bibit sehat, dan pembersihan lingkungan kebun tebu.
2. Penyakit busuk akar
Disebabkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit ini banyak
terjadi pada lahan yang drainasenya kurang sempurna. Akibat
serangan maka akar tebu menjadi busuk sehingga tanaman menjadi
mati dan tampak layu. Pengendalian penyakit dilakukan dengan
menanam varietas tahan dan dengan memperbaiki drainase lahan.
14
didapat dari sampel tebu yang digiling di laboratorium diukur persen brix, pol dan
purity nya. Metode analisis kemasakan adalah sebagai berikut:
(1) Setelah akar dan daun tebu sampel dipotong, rata-rata berat dan panjang
batang tebu sampel dihitung.
(2) Setiap batang dipotong menjadi 3 sama panjang sehingga didapat bagian
batang bawah, tengah dan atas. Setiap bagian batang ditimbang dan
dihitung perbandingan beratnya, kemudian dibelah menjadi dua.
(3) Belahan batang tebu dari setiap bagian batang digiling untuk mengetahui
hasil nira dari bagian batang bawah, tengah dan atas. Nira yang dihasilkan
ditimbang untuk diketahui daya perah gilingan
(4) Dari nira yang dihasilkan dihitung nilai brix dengan memakai alat Brix
Weger, nilai pol dengan memakai alat Polarimeter dan rendemen setiap
bagian batang.
(Indrawanto, Chandra., Purwono., Siswanto., Rumini,Widi. 2010)
15
proses, maka diharapkan menjadi produk gula yang diinginkan dengan bentuk,
ukuran dan kerataan kristal yang tertentu. Sedangkan produk sampingan secara
umum adalah berupa ampas dan tetes. Ampas dipakai sebagai bahan' baku
pembuatan kertas, sedangkan tetes digunakan sebagai bahan baku untuk bumbu
masak,alkohol, spiritus dan obat-obatan yang lain. Secara umum proses
pembuatan gula dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain :
2.3.1 Gilingan
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di
gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat
pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer unigrator atau
kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan nira dan ampas. Nira
inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.
Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai
macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel
(boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board,
furfural, xylitol dan produk lain.
Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis
dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian
bahan pengendap. Pelaksanaan pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :
a. Proses Defekasi
Pemurnian cara Defekasi adalah car pemurnian yang paling
sederhana, bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya
16
digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira
yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh
harga pH sedikit alkalis ( pH 7,2 ). Nira yang telah diberi kapur kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan
b. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan .
Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan
gas SO2 menyebabkan SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3
yang mengendap. SO2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula
reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2
dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek
oksidasi. Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai berikut :
Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur
sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan
kotorannya diendapkan
Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO3 yang lebih mudah
larut dalam keadaan dingin, sehingga waktu dipanaskan akan
terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini
pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi sebagai berikut :
Dimulai dengan nira mentah yang dipanaskan sampai 70-80 0C,
disulfitasi, deberi kapur, dipanaskan sampai mendidih dan akhirnya
diendapkan. Pada suhu kira-kira 750C kelarutan CaSO3 paling
kecil.
Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Bila dicara sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik
maka dipakai cara modifikasi berikut : pengapuran pertama sampai
pH 8,0 pemanasan sampai 50-700C, sulfitasi sampai pH 5,1 5,3
pengapuran kedua sampai pH 7 7,2 dilanjutkan dengan
pemanasan dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan.
( E.Hugot , 1960 )
17
Pelaksanaan sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi
menjadi 3 yaitu :
Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH
nira 3,2. Sesudah sulfitasi nira diberi larutan kapur sehingga
pH 7,0 7,3.
Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 10,5 dan sesudah
itu diberi SO2 pH nira menjadi 7,0 7,3
Sulfitasi netral
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 8,5 dan
ditambah gas SO2 pH nira menjadi 7,0 7,3. ( Halim K ,
1960 )
c. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik dibanding dengan kedua
cara diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu
kapur dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah
gas CO2 yang berguna untuk menetralkan kelebihan susu kapur sehingga
kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat.
Reaksi : Ca (OH)2 CaCO3 + H2O
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat
dengan mudah dipisahkan. ( E. Hugot, 1960 )
2.3.3 Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air
ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu
proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas.
Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi
penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas
yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa
pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan
efek banyak . ( Soejardi , 1977 )
18
2.3.4 Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di
pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang
mengandung gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu dengan yang
lain masih cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-masing
molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila jaraknya sudah cukup
dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik. Apabila pada saat itu
disekitarnya terdapat sakharosa yang melarut dan molekul sakharosa yang
menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh.
Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam
larutan akan dapat saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul
sakharosa. Sedangkan pada pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sakharosa
tersebut akan dapat saling bergabung pula dan membentuk suatu kerangka atau
pola kristal sakharosa. ( Soejardi , 1977 )
2.3.5 Pemutaran
Produk kristalisasi yaitu masakan, masih mengandung larutan di sekeliling
kristal gula. Pemisahan dilakukan dengan proses sentrifugasi, sehingga terpisah
antara gula dan larutannya. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di
saringan (basket) dan larutan akan melewati saringan tersebut. Langkah proses
pemutaran yang baik akan menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air
yang kecil. Gula kemudian menuju ke tahap akhir. ( Soejardi , 1977 )
19
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
20
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan ikut serta praktek kerja
secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung di PG
Djombang Baru.
2. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder didapatkan dari pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumenter, yaitu data yang diperoleh berasal dari literatur, pengambilan
gambar terhadap kegiatan yang di lakukan di instansi dan arsip.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi sebagai bahan
pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam pemecahan masalah.
4. Penyusunan laporan
21
DAFTAR PUSTAKA
22
JADWAL KEGIATAN MAGANG
Nim : 115040201111272
23