Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap

wanita yang hamil, tidak semua persalinan dilakukan secara normal. Dalam

beberapa kasus diperlukan suatu jenis tindakan pembedahan untuk melahirkan

janin dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus dan merupakan

prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. operasi ini memberikan jalan keluar

bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila persalinan pervaginam tidak

memungkinkan atau berbahaya yang disebut dengan bedah (wiknjosastro, 2008).

Sectio caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan insici abdominal

dan dinding uterus (Tatang Bisri, 1998). Tindakan operasi atau pembedahan baik

elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan,

keadaan pasien akan mengalami nyeri pada pasca pembedahan, karena pada saat

pembedahan dokter telah melakukan pembiusan. Pengaruh obat bius biasanya akan

menghilang sekitar 2 jam setelah proses pembedahan selesai. Setelah efek obat bius

habis, rasa nyeri pada bagian perut mulai terasa. Rasa nyeri yang dirasakan berasal

dari luka yang terdapat pada bagian perut. Selain itu, terjadinya kontraksi dan

pengerutan rahim juga menimbulkan rasa nyeri selama beberapa hari (cunningham

2005). Nyeri juga merupakan respon langsung terhadap suatu kejadian atau

peristiwa yang tidak menyenangkan. Nyeri juga dapat dikatakan sebagai perasaan

atau pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya

perlukaan jaringan.ambang nyeri tiap orang berbeda satu dengan yang lain.

Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat dimana nyeri dirasakan pertama kali.

Mekanisme neurobiologis yang mendasari sudah semakin jelas sehingga


pendekatan terapi mendasar dapat dilakukan sejak awal sampai dengan akhir

sekalipun (Yulia Wahyu, 2010).

WHO memperkirakan angka kejadian bedah sectio caesarea berkisar antara

10 % sampai dengan 15 % dari seluruh kelahiran di negara berkembang

(cunningham 2005). Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia pada

tahun 2004 mencatat angka persalinan dengan Sectio caesarea secara nasional

berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah persalinan total. Secara umum jumlah

sectio caesarea dirumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total

persalinan, dirumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari

total persalinan (Depkes RI, 2006). Angka jumlah ibu yang melahirkan dengan

sectio caesarea di propinsi jawa timur adalah 28,98 % dengan indikasi medis,

40,43 % akibat faktor partus dengan komplikasi, dan kegagalan 0,9 % (Mutiara,

2004). Berdasarkan data dari catatan rekam medik RSUD Dr Soeroto ngawi

didapatkan tindakan operasi pada bulan september 2016 sampai dengan bulan

oktober 2016 sebesar 361dengan kasus sectio caesarea sebesar 165 pasien.

Nyeri operasi merupakan keadaan yang sudah terduga sebelumnya akibat

dari trauma jaringan,bukan saja respon sensorik dari suatu proses nosisepsi, harus

dipercaya apa yang dikatakan pasien tetapi juga merupakan respon emosional yang

didasari atas pengalaman nyeri terdahulu (Doso Sutiyono, 2010). Selain itu nyeri

dapat meningkat apabila pengetahuan, pendidikan dan informasi pasien tentang

nyeri post operasi kurang, sehingga pasien tidak mampu beradadptasi dengan nyeri.

Pada post operasi hampir semua mengalami nyeri baik ringan sampai dengan berat.

Namun belum tentu nyeri yang sama menghasilkan efek yang sama pada orang

yang berbeda (Soenarjo 2003). Nyeri operasi memicu respon neuroendokrin yang

berpengaruh pada mortalitas dan berbagai morbiditas komplikasi post operasi,


nyerioperasi bersifat self limiting dan nyeri hebat memicu kejadian nyeri kronik

dikemudian hari (Doso Sutiyono, 2010). Jika nyeri tidak tertangani secara

adekuat,selain dapat menimbulkan ketidaknyamanan juga dapat mempengaruhi

sistem pulmonari, kaardivaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologi, dan

ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini mulai dari membatasi keikut sertaan dalam

aktifitas sampai dengan pemenuhan kebutuhan pribadi (Smeltzer 2002), sehingga

dapat terjadi deep vein thrombosis yang disebabkan meningkatnya kekentalan

darah karena homeokonsentrasi yang terjadi pada ibu paska melahirkan yang

apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan sumbatan pada pembuluh

darah yang dapat menyebabkan otak kekurangan O2 yang akhirnya dapat terjadi

kematian jaringan bahkan kematian.(Witjaksono, 2010). Penanganan nyeri

dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi dengan tujuan untuk mengobati

nyeri tersebut dengan cara menghilangkan gejala yang muncul. Pengobatan

farmakologi dengan obat obatan analgetik, steroid, NSAID, Opioid obat obatan

anastesi, sedangkan penanganan non farmakologis antara lain distraksi, relaksasi,

massage dan lainnya.

Flourence nightingale (1923) mencetuskan ruangan sebagai tempat untuk

mengobservasi pasien post operasi termasuk nyeri, sehingga angka mortalitas dan

morbilitas dapat dikurangi.(Basuki, 2007). Tehnik distraksi bisa berbagai macam

cara salah satunya yaitu pemberian distraksi secara pernafasan, bernafas ritmik

menganjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan

mata dan melakukan inhalasi perlahan dengan penghitungan satu sampai empat dan

kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan

penghitungan satu sampai (empat dalam hati). Distraksi yang mencakup

memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi
strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung

jawab terhadap tehnik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari

adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu

oleh nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang

ditransmisikan ke otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Tehnik distraksi adalah

pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik

distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktifasi rekuler

menghambat aktifasi nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan

dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak

dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat

merangsang sekresi endofrin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien

menjadi berkurang. Perbedaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan

partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat

individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan

sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi

satu indera saja (Tamsuri, 2007). Untuk itu tenik distraksi dipandang merupakan

terapi yang sangat baik pada penanganan nyeri secara non farmakologi, dipandang

dari segi biaya dan manfaat, penggunaan managemen non farmakologi tehnik

distraksi lebih ekonomis dan tidak ada efek sampingnya serta tidak memerlukan

alat jika dibandingkan dengan penggunaan manajemen nyeri farmakologi dan non

farmakologi lainnya. diRSUD Dr Soeroto ngawi, perawat tidak melakukan metode

distraksi pada pasien yang mengalami nyeri khususnya pasien post operasi sectio

caesarea karena perawat hanya melaksanakan instruksi dokter untuk pemberian

analgetik sehingga pasien masih merasakan nyeri dan tidak mampu beradaptasi
dengan nyeri yang dirasakan setelah efek dari analgetik telah hilang. perawat

mengatakan bahwa setiap pasien mengalami nyeri hanya diberikan analgesik,

karena analgesik dianggap memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan

menggunakan tehnik non farmakologi. Pemberian terapi analgesik pun harus sesuai

dengan yang diresepkan dokter, analgesik dalam jangka panjang juga dapat

menyebabkan pasien mengalami ketergantungan. Pengkombinasian antara tehnik

farmakologi dan non farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung

selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari (Smaltze dan Bare, 2002). Menurut

Handerson (2005), tehnik distraksi nafas ritmik dipercaya dapat menurunkan

tingkat nyeri melalui mekanisme yaitu dengan tehnik nafas ritmik otot otot skelet

yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga

terjadi fase dilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah

yang mengalami spasme dan iskemik, tehnik nafas ritmik dipercaya mampu

merangsang tubuh untuk melepaskan opioidi endogen yaitu endorphin dan

enkefalit. Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh tehnik nafas

ritmik disebabkan ketika seseorang pasien melakukan nafas ritmik untuk

mengendalikan nyeri ang di rasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen

syaraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan

kadar hormonal kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat

stres seorang pasien sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien

merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur. Hal ini akan

mendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO2 dan akan menurunkan kadar Ph

sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen (O2) dalam darah. Mengingat betapa

pentingnya penatalaksanaan non farmakologi dengan metode tehnik distraksi


pernafasan untuk mengurangi nyeri pasien post operasi sectio caesarea maka

peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Tehnik Distraksi

Pernafasan Dalam Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea

diruang Pulih Sadar RSUD Dr Soeroto ngawi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang timbul adalah sebagai

berikut : Apakah ada pengaruh Efektifitas Tehnik Distraksi Pernafasan Dalam

Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea diruang Pulih Sadar

RSUD Dr Soeroto Ngawi ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas tehnik distraksi pernafasan dalam

menurunkan nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di RSUD Dr

Soeroto ngawi.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi nyeri sebelum dilakukan tehnik distraksi pernafasan

dalam menurunkan nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di

RSUD Dr Soeroto Ngawi.


b. Mengidentifikasi nyeri sesudah dilakukan tehnik distraksi pernafasan

dalam menurunkan nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di

RSUD Dr soeroto Ngawi.


c. Menganalisis Efektifitas Distraksi Pernafasan Dalam Menurunkan

Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Dr Soeroto

ngawi.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menjelaskan efektifitas tehnik distraksi

pernafasan dalam menurunkan nyeri pada pasien post operasi sectio

caesarea, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam pengembangan

ilmu pengetahuan keperawatan yang berhubungan dengan penanganan nyeri

post operasi.

2. Manfaat Praktis
Tehnik distraksi pernafasan diharapkan dapat digunakan sebagai

salah satu cara yang efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien

post operasi.
E. KEASLIAN PENULISAN
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar. Dengan harapan

penelitian ini bisa bermanfaat bagi semua.

Вам также может понравиться