Вы находитесь на странице: 1из 16

HUBUNGAN PELAYANAN ADMINISTRASI DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN KINERJA PEGAWAI BIDANG KEMAHASISWAAN UNIVERISTAS


HALUOLEO oleh:

ASLI
NPM :G2C1 011 07

ABSTRACT.

ASLI G2C1 011074 Administrative Services relationship and job satisfaction With Area
Clerk Performance college students of Univeristas Haluoleo. Counsellor. Bachtiar and Abdul
Halim Momo
This research did by aim for 1) Administrative services relationship with Area clerk
performance college students Haluoleo's University. 2 ) job satisfactory Relationships with
Area clerk performance college students Haluoleo's University. And 3) Administrative
services relationship and job satisfaction with area clerk performance college students
Haluoleo's University. This research utilize sample as much 32 person. Direct acquired data of
respondent and documentation and of rank sperman analysis.
Many acquired observational result conclusions namely Administrative Services first have
strong relationship with Area clerk performance college students Haluoleo Kendari's
University. Each administrative services activity on area to college student was done by ala
transparency, accountability, conditional, partisipative, rights equality and balance among the
right and obligation that make service happens with every consideration. Both of, Clerk job
satisfaction college students Area Haluoleo Kendari's University have strong relationship with
clerk performance. Staff forms work relation with fellow worker humanity to perform work
and conforming by workshop and work that worked by gets effort to do work in its own right
to get good service result and drd Yielding analisis is gotten that among administrative
services and job satisfaction with clerk performance have strong relationship. Administrative
services and satisfaction step-up make Area clerk performance college students University
Haluoleo Kendari will increase

ABSTRAK
ASLI G2C1 011074 Hubungan Pelayanan Administrasi dan Kepuasan Kerja Dengan
Kinerja Pegawai Bidang Kemahasiswaan Univeristas Haluoleo. Pembimbing. Bachtiar dan
Abdul Halim Momo.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk 1) Hubungan pelayanan administrasi dengan
kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan Universitas Haluoleo. 2) Hubungan kepuasan kerja
dengan kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan Universitas Haluoleo. Dan 3) Hubungan
pelayanan administrasi dan kepuasan kerja dengan kinerja pegawai bidang kemahasiswaan
Universitas Haluoleo. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 32 orang. Data diperoleh
langsung dari responden dan dokumentasi dan dianalisis dengan menggunakan analisis rank
sperman.
Hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yakni pertama Pelayanan administrasi
memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan Universitas
Haluoleo Kendari. Setiap kegiatan pelayanan administrasi pada bidang kemahasiswa
dilakukan secara transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipasif, kesamaan hak dan

1
keseimbangan antara hak dan kewajiban yang membuat pelayanan berlangsung dengan baik.
Kedua, Kepuasan kerja pegawai Bidang Kemahasiswaan Universitas Haluoleo Kendari
mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja pegawai. Para pegawai membentuk
hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja untuk melaksanakan pekerjaan dan
menyesuaikan diri dengan tempat kerja dan pekerjaan yang dikerjakan dengan berupaya untuk
melakukan pekerjaan dengan kemampuannya untuk memperoleh hasil pelayanan yang baik
dan Ketiga Hasil analisis diperoleh bahwa antara pelayanan administrasi dan kepuasan kerja
dengan kinerja pegawai mempunyai hubungan yang kuat. Peningkatan pelayanan administrasi
dan kepuasan membuat kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan Universitas Haluoleo
Kendari akan meningkat..

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aktivitas pegawai pada bidang kemahasiswaan adalah melayanani administrasi
mahasiswa dengan aturan-aturan akademik yang ditetapkan untuk menyusun data-data
kemahasiswaan di Universitas Haluoleo Kendari. Pekerjaan yang disertai dengan
pedoman dan aturan kerja masih tetap belum memberikan hasil kerja yang efektif. Hal ini
disebabkan oleh kualitas pegawai yang ada pada unit kerja, sebagian dari mereka sering
melakukan tugas kerja unit lain dengan alasan membantu pekerjaan rekan kerja.
Pelayanan administrasi mahasiswa bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan tingkat
kecermatan, ketelitian dan keakuratan yang nantinya akan menghasilkan informasi data
mahasiswa. Untuk itu para pegawai diharapkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
pimpinan dapat melakukan evaluasi serta merekrut pegawai yang relevan dengan
pekerjaan pelayanan administrasi sehingga hasil kerja dapat memuaskan dan mahasiswa
dalam dilayani dengan baik.
Seiring dengan hal tersbut, hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dalam
mewujudkan kepuasan membutuhkan kesesuaian diri dengan tugas pokok dan fungsi
bidang Kemahasiswaan tersebut, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Disisi lain masih ada pegawai yang berumur lebih dari 45 tahun ditempatkan untuk
memberikan pelayanan administrasi dan masih banyak pekerjaan administrasi yang belum
dipahami dengan baik. Salah satu sisinya pegawai melaksanakan pekerjaan tidak
berlangsung dengan baik dan sering ditunda sehingga mahasiswa menjadi tidak puas
terhadap kondisi tersebut. Selain itu luasnya tugas dan tanggung jawab pada bidang
kemahasiswaan dari pendaftaran, pendataan ulang, pengelolaan, penempatan di masing-
masing fakultas dan pengelolaan lulusan membuat para pegawai membutuhkan pegawai
yang mampu, disiplin dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut..
2. Rumusan Masalah
1) Apakah pelayanan administrasi berhubungan dengan kinerja pegawai bidang
Kemahasiswaan Universitas Haluoleo ?
2) Apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja pegawai bidang Kemahasiswaan
Universitas Haluoleo ?
3) Apakah pelayanan administrasi dan kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja
pegawai bidang kemahasiswaan Universitas Haluoleo ?

3. Tujuan Penelitian

2
1) Hubungan pelayanan administrasi dengan kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan
Universitas Haluoleo.
2) Hubungan kepuasan kerja dengan kinerja pegawai Bidang Kemahasiswaan
Universitas Haluoleo.
3) Hubungan pelayanan administrasi dan kepuasan kerja dengan kinerja pegawai bidang
kemahasiswaan Universitas Haluoleo

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pelayanan

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul
timbulnya istilah pelayanan publik. Perkembangan globalisasi mengenai teknologi informasi
membawa seluruh Instansi, Lembaga, Badan, Dinas serta Kantor Pemerintahan menuju
perubahan-perubahan terhadap sikap mengenai cara memberikan pelayanan publik yang
efektif dan efisien (Halim Abd. 2001:9).

2. Konsep Publik

Menurut Sinambela (2006:5) istilah publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu public yang
berarti umum, masyarakat, negara. Istilah publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan
nilai-nilai norma yang merasa memiliki (Inu dalam Sinambela, 2006:5). Publik adalah
manusia atau masyarakat yang memiliki kebersamaan dalam pemikiran berdasarkan
peraturan-peraturan.

3. Konsep Pelayanan Publik

Menurut Dwiyanto (2005:141-145) bahwa pelayanan publik adalah: Serangkaian


aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna.
Pengguna atau pelanggan yang dimaksud menurutnya di sini adalah warga negara yang
membutuhkan pelayanan publik, seperti dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), dan sebagainya.

4. Konsep Administrasi Publik

Istilah administrasi Negara ialah terjemahan dari Public Administrations. Istilah ini
lahir bersamaan dengan lahirnya Lembaga Administrasi Negara (LAN) pad sekitar tahun
1956. jika istilah Public Administration itu di uraikan secara etimologis, maka Public
berasal dari bahasa Latin Poplicus yang semula dari kata Populus atau People dalam
bahasa Inggris yang berarti rakyat. Administration juga berasal dari bahasa Latin, yang
terdiri dari kata ad artinya intensif dan ministrare artinya melayani, jadi secara
etimologis administrasi berarti melayani secara intensif (Maulaya, 2002).

5. Kepuasan Kerja

3
Amstrong, (1994:70) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Indikator dari kepuasan kerja mencakup hubungan kerja di antara sesama
rekan sekerja, kesesuaian antara kualitas diri dengan tempat kerja/unit kerja yang ditempati,
kesesuaian dengan pekerjaan yang diberikan dan kemampuan mencapai hasil kerja.

6. Kinerja

Kinerja atau prestasi berasal dari bahasa Inggris "Performance". Menurut Bemardin and
Russel (1993),"Performance" diartikan sebagai : The record of outcomes produced on a
specified job function or activity during a specified time period (catatan tentang hasil yang
telah diperoleh dari pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).

7. Kerangka Pikir

Indikator-indikator pelayanan administrasi umum meliputi transparansi dalam pelayanan


yang bersifat terbuka guna menunjang proses penyelenggaraan pelayanan publik, peraturan
dan prosedur pelayanan yang dapat dipahami, dan kemudahan untuk memperoleh informasi
mengenai berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan publik. Akuntabilitas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik melalui kemahasiswaan dapat
dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas dapat dilihat dari kinerja pelayanan pada bidang
kemahasiswaan, biaya pelayanan dan produk pelayanan publik. Kondisional sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan. Kemampuan pemerintah dalam
melayani masyarakat yang sesuai kondisi pemberi dan penerima pelayanan. Kemampuan
pemerintah dalam menghadapi kendala-kendala yang terjadi dalam pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Kondisional meliputi efisien dan efektif.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bidang Kemahasiswaan Universitas Haluoleo
Kendari Jadwal penelitian ini dilaksanakan sejak Maret sampai dengan Juni 2013.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pegawai pada Bidang Kemahasiswaan sebanyak 32
orang. Teknik pengambilan sampel secara jenuh
litian ini adalah 50 responden yang dirinci sebagai berikut :
Tabel 1 Jumlah Responden Penelitian di Masing-Masing Pasar.
Jumlah Pedagang
No. Nama Pasar Yang Memiliki Izin % Sampel

4
1. Pasar Sentral Kota Hygine 282 13,45 7
2. Pasar Mandonga 434 20,71 10
3. Pasar Lawata Hygine 265 12,64 6
Pasar Wua-Wua/Pasar
4. Panjang 348 16,60 8
5. Pasar By Pass 187 8,92 5
6. Pasa Anduonohu 295 14,00 7
7. Pasar Baruga 285 14,00 7
Jumlah Total 2.096 100 50
Sumber : Data Primer Diolah (2013).
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 responden yang tersebar di 7 pasar yang ada di Kota Kendari.
4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif berupa penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan
mengenai; a) pelatihan, b) penyuluhan c) pembentuk kelompok, d) kemampuan individu,
f) kemampuan kelembagaan, dan g) kemampuan masyarakat. Sedangkan data kuantitatif
meliputi : a) jumlah pedagang, b) pendapatan, c) jumlah kios/warung, d) jumlah pasar, e)
Jumlah modal usaha, f) jumlah kelompok usaha, g) jumlah jenis usaha dan h) jumlah dana
pemberdayaan
Data menurut sumbernya terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, dapat berupa
opini subyek secara individu atau kelompok dan hasil observasi suatu kejadian atau
kegiatan. Dengan data primer peneliti dapat mengumpulkan secara teliti informasi
yang mereka inginkan (Cooper dan Emory, 1999). Dalam penelitian ini yang
merupakan data primer adalah :

a) Hasil jawaban responden atas kuesioner.


b) Wawancara dengan para pedagang
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
(diperoleh atau dicatat oleh pihak lain), data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
histories yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan (Indrianto dan Supomo, 2002). Data sekunder membantu peneliti
memutuskan apa kebutuhan penelitian selanjutnya sekaligus menjadi sumber hipotesis
yang kaya (Cooper dan Emory, 1999).

5. Teknik Analisis Data


a. Untuk menganalisis dampak strategi pemberdayaan terhadap pedagang di pasar
digunakan Tehnik scoring untuk masing-masing variabel pemberdayaan (penyadaran,
pengkapsitasan dan pendayaan) dengan rumus sebagai berikut:
Skoring Capaian

5
PD = X 100%
Skoring Ideal

Keterangan :
PD = Persentase Dampak dari Strategi Pemberdayaan
Skor Capaian = Jumlah skor tanggapan responden terhadap dampak dari strategi
pemberdayaan
Skor Ideal = Jumlah skot tertinggi dari tanggapan responden.
Kriteria pengukuran Persentase Dampak (PD) pemberdayaan diadopsi dari
pengukuran persentase yang digunakan oleh Riduwan (2006) dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Sangat Berdampak : 85 - 100
2) Berdampak : 69 84%
3) Netral : 53 68%
4) Tidak Berdampak : 37 - 52%
5) Sangat Tidak Berdampak : 0 36%
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung strategi
pemberdayaan pedagang di pasar digunakan analisis deskriptif guna menjelaskan
dampak strategi pemberdayaan yang dilakukan pemerintah Kota Kendari.

6. Definisi Operasional
Penggunaan variable dalam penelitian ini memiliki definisi yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian seperti antara lain :
a. Pedagang adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan di pasar di Kota
Kendari. Variabel ini dukur dengan satuan orang
b. Pemberdayaan adalah kegiatan peningkatan kemampuan manusia dalam
melaksanakan pekerjaan.
c. Pemberdayaan pedagang adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pedagang melalui strategi pemerintah Kota Kendari seperti pelatihan,
penyuluhan, pembentukan kelompok, penempatan lokasi pasar, pengenalan tempat
berdagang dan pengawasan.
d. Strategi adalah cara yang yang dilakukan untuk melaksanakan pelatihan dan
penyuluhan serta pembagian kelompok kerja kepada pedagang untuk dapat
beraktivitas dengan baik di pasar.
e. Modal sosial adalah kemampuan diri atau tenaga yang dimiliki oleh seorang
pedagang untuk melaksanakan kegiatan usaha dagang di pasar.
f. Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan pendidikan pedagang yang melakukan
kegiatan usaha di pasar yang meliputi pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi.
g. Modal usaha adalah dana atau uang yang digunakan dalam kegiatan dagang untuk
menyediakan barang dagangan. Variabel ini diukur dengan satuan rupiah
h. Pengalaman berdagang adalah kemampuan melakukan pekerjaan dagang secara terus
menerus sebagai lapangan kerja. Variabel ini diukur dengan satuan waktu.
i. Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan dagang yang ditetapkan
pemerintah Kota Kendari.
j. Status usaha adalah kejelasan usaha dari para pedagang.

6
k. Pembangunan pasar adalah kegiatan penyediaan sarana dan prasarana pasar yang
akan digunakan oleh para pedagang sebagai lokasi usaha.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Hasil analisis persentase capaian untuk strategi pemerintah dalam memberdayakan
pedagang dipasar disajikan pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13. Persentase Strategi Pemerintah Dalam Memberdayakan Pedagang di Pasar.

Strategi Pemerintah Dalam Rata-rata Pencapaian


No. Memberdayakan Pedagang Di Pasar % Kriteria
1. Pelatihan 81,7 Berdampak
2. Penyuluhan 84,1 Berdampak
3. Pembentukan Kelompok 82,8 Berdampak
4. Lokasi Pasar 88,3 Sangat Berdampak
5. Tempat Berdagang 85,3 Sangat Berdampak
6. Pengawasan 83,5 Berdampak
Sumber : Data diolah, 2013.
Data pada Tabel 13 memperlihatkan dampak dari strategi pemerintah dalam
memberdayakan pedagang di pasar. Hasil analisis persentase diperoleh bahwa lokasi pasar
dan tempat berdagang sangat berdampak terhadap aktivitas pedagang di pasar. Dampak
dari strategi pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar melalui penempatan
lokasi pasar dan tempat berdagang adalah :
a) Membuka lapangan kerja atau lokasi usaha kepada masyarakat untuk berdagang
b) Menyediakan tempat berdagang yang layak
c) Mengalokasikan pusat pedagangan di Kota Kendari
d) Meningkatkan perekonomian di Kota Kendari.

Hasil analisis persentase capaian untuk pemberdayaan pedagang di pasar penulis


sajikan pada Tabel 17 berikut :
Tabel 17. Persentase Pemberdayaan Pedagang di Pasar.

Rata-rata Pencapaian
No. Pemberdayaan Pedagang % Kriteria
1. Penyadaran 84,4 Berdampak
2. Pengkapasitasan 81,1 Berdampak
3. Pendayaan 82,1 Berdampak
Sumber : Data diolah, 2013.

Data pada Tabel 17 memperlihatkan persetase pemberdayaan melalui penyadaran,


pengkapasitasan dan pendayaan terhadap pedagang di pasar dan diperoleh bahwa
pedagang di pasar membutuhkan penyadaran terhadap lokasi pasar dan tempat berdagang
dengan pengawasan pemerintah. Tingginya persentase penyadaran juga memperlihatkan
bahwa pedagang di pasar belum sadar terhadap kegiatan yang dilakukannya selama ini
dan melalui pemberdayaan, mereka sadar untuk dilatih dan dibina guna meningkatkan

7
keamanan dan kebersihan pasar serta meningkatkan pendapatan dan memperlancar
pertumbuhan ekonomi di Kota Kendari.

1. Faktor-Faktor Yang Menghambat Strategi Pemberdayaan Pedagang di Pasar

Pasar adalah tempat untuk melakukan transaksi jual beli antara pembeli dan penjualan.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat
strategi pemberdayaan pedgaang dipasar. Pasar/lingkungan pasar, status usaha dan
pembangunan pasar merupakan faktor-faktor yang dapat menghambat pemberdayaan
pedagang.
a. Lokasi/Lingkungan Pasar
Lokasi pasar yang padat dengan lingkungan yang kumuh tidak dapat dirubah
dalam sekejap atau dalam waktu singkat. Lokasi pasar pada awalnya aman dan bersih
tetapi setelah dihuni oleh pedagang yang tinggal di pasar membuat pasar berubah
menjadi daerah kumuh dan padat penduduk. Lingkungan pasar membutuhkan
keamanan, kebersihan dan ketertiban tetapi yang menggunakan pasar sebagai tepat
untuk berdagang tidak dapat mewujudkan keamanan, kebersihan dan ketertiban.
1) Pasar tidak aman
Semua pedagang berada di pasar untuk tinggal bersama barang dagangan
di pasar dan tidak selamanya penjagaan berlangsung dengan baik. Rasa aman di
pasar yang penuh sesak tidak ada dan membuat pasar tidak aman. Keamanan yang
diharapkan di pasar adalah terjaganya lokasi pasar dan tempat berdagang dengan
pemberlakukan jam jaga dan jam beraktivitas sehingga pasar tetapi terlindungi,
namun pada kenyataannya pasar beroperasi dari pagi hingga pagi tanpa ada
batasan waktu.
Lokasi pasar Pasar Sental Kota (Hygine), Pasar Mandonga, Pasar Lawata
(Hygine), Pasar Wua-Wua (Pasar Panjang), Pasar By Pass, Pasar Baruga dan
Pasar Anduonohu masih memiliki lingkungan kumuh yang tidak dapat dipisahkan
dari pasar. Bangunan liar bersebaran di setiap sudut pasar dan dijadikan tempat
tinggal. Hal ini membuat pasar tidak aman.
2) Pasar tidak bersih
Lingkungan pasar seharusnya bersih dan dibersihkan oleh setiap pedagang
harus mampu menjaga kebersihan pasar. Padatnya lingkungan pasar dengan
berbagai karakteri pedagang membuat kebersihan pasar tidak terjamin dan bebas
dari sampah. Penyebab dari kegagalan pasar berdasarkan aspek lingkungan adalah
tidak ada unsur kebersihan di pasar, masing-masing pedagang mempertahankan
idealisme dan tidak memiliki kesadaran terhadap dampak lingkungan di pasar.
Pasar yang digunakan sebagai tempat jual beli barang atau tempat
pertemuan antara penjual dan pembeli yang kumuh dan padat tidak dapat
diberdayakan kecuali dilakukan relokasi secara spontan. Mencari kebersihan pasar
menimbulkan konflik seperti yang terjadi di pasar sentral Kota yang dipindahkan
ke pasar Hygine harus bersitegang dengan pemerintah bahkan saling menggugat
kepemilikan lokasi pasar. Hal ini seperti ini membuat lingkungan pasar menjadi
tidak bersih dan tidak dapat diberdayakan.
3) Pasar tidak tertib

8
Faktor penghambat yang lainnya adalah ketertiban. Para pedagang
diberikan kios dan loas untuk berdagang, tetapi masih saja menempatkan barang
dagangan di jalan dan lorong bahkan di setiap sudut pasar terdapat barang
dagangan yang disimpan.
Loas pasar yang dibuka secara bebas di pinggiran jalan masuk keluar pasar
menambah keprihatinan terhadap fungsi pasar. Para pakar ekonomi memberikan
definisi tentang pasar tetapi bertentangan dengan kenyataan di lapangan. Dari 7
pasar besar yang ada di Kota Kendari belum ada pasar yang tertib untuk perlu
adanya penyadaran pengkapasitasan dan pendayaan pedagang di pasar.
b. Status Usaha
Pedagang di pasar memiliki status usaha yang terdiri dari pedagang tetap,
pedagang tidak tetap dan pedagang musiman. Ada juga status pedagang pakaian,
pedagang sembaku dan pedagang campuran. Status yang beragam mempersulit
pemerintah untuk melakukan pemberdayaan kepada para pedagang karena program
pemberdayaan membutuhkan ketetapan status usaha sehingga dapat dikelompokan
untuk dilatih dan dibina.
Kendala dalam menentukan status usaha adalah semua pedagang mengaku
pedagan tetapi nama toko tidak disertai dengan data usaha yang lengkap sehingga
belum dapat dikelompokkan pada jenis usaha tertentu secara tepat dan hanya mengaku
pedagang tetap tidak tahu pedagang untuk jenis usaha apa. Faktor ini menghambat
strategi pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar.
c. Pembangunan Pasar
Pembangunan pasar sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran usaha dagang
tetapi bangunan pasar yang diinginkan oleh pedagang disedikan dalam jumlah yang
terbatas dan tata letak bangunan tidak strategis membuat pedagang kehilangan
pelanggan seperti yang terjadi di pasar Baruga dengan jumlah kios 250 unit yang
terpakai hanya 180 unit selebihnya 75 unit belum selesai dikerjakan tetapi sudah
digunkan sebagai tempat tinggal.
Pembangunan pasar yang baik adalah perencanaan hingga pengawasan berlangsung
dengan dan diserahkan kepada pedagang dengan baik tetapi pada kenyataannya
pembangunan pasar belum selesai sudah digunakan oleh sebagai pedagang yang
mengakibatkan kualitas pembangunan menjadi buruk. Fenomena pembangunan pasar dari
7 (tujuh) pasar besar di Kota Kendari menunjukkan adanya pembangunan pasar yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pedagang tetapi jumlah pedagang yang terus
bertambah membuat daya tampung pasar tidak realistis bahwa pedagang menempati ruas
jalan untuk bertransaksi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang dikemukakan sebagai faktor
penghambat tersebut terjadi karena adanya sikap dan perilaku dari pedagang yang tidak
dapat dikendalikan dalam waktu yang singkat. Untuk perlu adanya sosialisasi dan
pendekatan internal sehingga faktor penghambat dapat diatasi pada masa mendatang.

2. Faktor-Faktor Yang Mendukung Strategi Pemberdayaan Pedagang di Pasar

Kegiatan pemberdayaan kepada pedagang adalah tanggung jawab pemerintah kepada


pedangan di pasar dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Faktor yang

9
mendukung strategi pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar adalah a)
modal sosial, b) pendidikan formal, c) modal usaha dan d) pengalaman berdagang.
a) Modal sosial
Modal sosial dalam penelitian ini menjadi faktor yang mendukung strategi
pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar. Modal sosial merupakan
kemampuan diri atau tenaga yang dimiliki oleh seorang pedagang untuk melaksanakan
kegiatan usaha dagang di pasar. Para pedagang yang ada di pasar memiliki modal
sosial untuk mempertahankan posisi di pasar (Rangkuti, 2004). Hasil penelitian
diperoleh bahwa modal sosial yang memiliki pedagang untuk tetap berusaha dagang
dan berada di pasar didukung oleh aspek-aspek
1) Aspek kepercayaan, bahwa para pedagang yang ada dipasar percaya dan yakin
untuk tetap melakukan kegiatan usaha dagang di pasar untuk dapat memperoleh
sumber pendapatan. Percaya diri dan kemampuan untuk berdagang di pasar
membuat para pedagang akan lebih mengenal lokasi dan tempat usaha di pasar
dengan baik.
2) Kemampuan berusaha dimiliki oleh semua pedagang di pasar untuk melakukan
kekuatan usaha di pasar. Kemampuan berusaha dagang dengan jenis barang yang
sama maupun berbeda menunjukkan adanya upaya untuk memperoleh pendapatan
di pasar.
3) Kemampuan mengembalikan modal ketika diberikan pinjaman oleh pihak kedua
atau pihak ketiga secara tunai atau kredit dapat dikelola dengan baik untuk
kemudian dikembalikan sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan.
b) Pendidikan Formal
Dalam penelitian ini pendidikan formal pedagang mayoritas berpendidikan SMP
tetapi pengalaman berdagangnya membuat mereka mampu meningkatkan usaha
dagang mereka di pasar dan mampu memahami permasalahan di pasar. Hal ini erat
kaitannya dengan pelatihan dan penyuluhan di pasar, karena pelatihan dan penyuluhan
adalah salah satu strategi peningkatan pengetahuan pedagang di pasar.
Kemampuan pendidikan formal bukan berarti selesai pendidikan hingga perguruan
tinggi tetapi jenjang pendidikan yang telah diselesaikan juga menunjukkan
kemampuan seorang pedagang untuk memahami permasalahan di pasar. Permasalahan
yang ada di pasar sehubungan dengan pendidikan formal adalah harga barang,
kualitas, jangka waktu dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami melalui
pendidikan formal. Dengan demikian diperlukan adanya pemberdayaan kepada
pedagang untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

c) Modal usaha
Modal usaha dalam penelitian ini dikaji untuk menjelaskan sumber modal yang
digunakan oleh setiap pedagang. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 1.677
orang atau 80% pedagang di pasar menggunakan dana pinjaman atau dana kredit
untuk berusaha dagang. hal ini mengindikasikan bahwa modal usaha yang digunakan
pedagang sebagian besar bersumber dari pihak lain yang bukan pedagang.
Modal usaha yang bersumber dari pihak lain akan menjadi pengaruh buruk
terhadap arus barang ke pasar karena para pemilik modal akan berspekuasi dengan
menaikan bunga modal pinjaman sehingga pedagang tidak mampu mengembalikan
dananya. Melihat hal tersebut pemerintah Kota Kendari memberikan Badan Layanan

10
Umum Daerah yang bertujuan untuk memberikan layanan pijaman modal usaha
kepada pedagang di Kota Kendari.
Pengelolaan modal usaha melalui BLUD Kota Kendari memberikan peluang
kepada masyarakat untuk memperoleh modal usaha. Pemberian pinjaman modal
melalui BLUD Kota Kendari menjadi salah satu alat pengendali jumlah pedagang
yang aktif dan jumlah pedagang yang tidak aktif dalam kegiatan usaha. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberdayakan pedagang di Kota Kendari.
d) Pengalaman berdagang
Faktor pengalaman dalam penelitian ini diindikasikan sebagai faktor penunjang
karena semua pedagang melakukan kegiatan usaha dalam jangka waktu yang lama
antara 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun. Pengalaman berdagang dan berpindah-
pindah pasar di Kota Kendari menambah wawasan pedagang terhadap tujuan dari
strategi pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar.
Pedagang yang diikutkan dalam pemberdayaan memiliki pengalaman yang beragam
antrara 1 10 tahun dengan jenis usaha yang berbeda pula. Menurut Kepala PD Pasar,
bahwa dalam pemberdayaan yang dikembangkan adalah kemampuan kelompok,
pemahaman lokasi pasar dan kemampuan mengelolan tempat dagang menjadi tempat
berusaha yang baik.

2. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan pada PD Pasar dan 7 (tujuan) pasar besar di Kota
Kendari diperoleh berbagai permasalahan yang hingga kini belum terselesaikan dengan
baik oleh pemerintah maupun pedagang. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah
keamanan, kebersihan dan keteriban pasar.
a. Strategi Pemerintah Melalui Pelaksanaan Pelatihan Dalam Memberdayakan
Pedagang di Pasar Kota Kendari.

Hasil penelitian diperoleh bahwa strategi pemerintah dalam memberdayakan


pedagang di pasar tujuannya adalah keamanan, kebersihan dan keteriban pasar tetapi
karena kurangnya kebersamaan dan rendahnya pendidikan serta adanya jumlah pedagang
terus bertambah, maka pemerintah melakukan strategi pemberdayaan melalui pelatihan,
penyuluhan, pembagian dan pengenalan lokasi pasar, penempatan tempat usaha dan
pengawasan yang secara keseluruhan berdampak terhadap aktivitas pedagang di pasar.
Pelatihan yang dilakukan kepada pedagang di pasar Kota Kendari merupakan
upaya pemerintah daerah Kota Kendari untuk memberikan kesadaran kepada pedagang
guna menyelamatkan pasar dari bencana kebakaran dan bencana lainnya yang tidak
diinginkan seperti volusi dan genangan air di pasar yang membuat pasar menjadi tidak
aman dan tidak bersih bagi pedagang itu sendiri. Banyak pedagang yang memiliki
kesadaran untuk meluangkan waktu mereka untuk membersihkan tempat usahanya,
mengelola sampah dan bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan keamanan
pasar.
Pelatihan penggunaan alat pemadam kebakaran adalah pelatihan yang menjadi
prioritas utama dalam pemberdayaan pedagang karena para pedagang lebih menguasai
lokasi dan memahami keadaan pasar sehingga perlu diberikan pelatihan pemadam
kebakaran. Strategi pemerintah melalui pelatihan ini berdampak pada penyadaran
pedagang untuk memperhatikan keamanan dan kebersihan pasar.

11
Pelatihan kepada pedagang menurut Huraera dan Prwanto (2006) pelatihan kepada
pedagang sama seperti pelatihan kepada karyawan atau sumber daya organisasi yang
harus dilatih dan dibina untuk mencapai tujuan organsasi dengan memberikan rasa aman
dan tertib. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pedagang yang terlatih akan memberikan
atau mewujudkan rasa aman dan tertib dalam melakukan usaha dagang di pasar.
b. Strategi Pemerintah Melalui Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Memberdayakan
Pedagang di Pasar Kota Kendari.

Penyuluhan yang dilakukan secara kolektif kepada pedagang di pasar


menunjukkan kegiatan peningkatan pengetahuan pedagang terhadap kegiatan-kegiatan
yang akan mereka lakukan dalam usaha dagang. Penyuluhan yang dilakukan kepada
pedagang adalah interaktif sosial yang dilakukan untuk membentuk sikap dan perilaku
pedagang dalam kelompok. Menurut Supriyanto (2004) pemberdayaan kepada kelompok-
kelompok masyarakat dapat dilakukan dengan bentuk penyuluhan untuk mensosialiasikan
kegiatan-kegiatan yang akan dicapai. Setiap kelompok diberikan tugas dan tanggung
jawab yang berbeda dan hasil kerja merupakan hasil penyuluhan. Model ini dikenal
sebagai teori kolektif yang menunjang kegiatan penyuluhan pada organisasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pemerintah memberikan penyuluhan kepada
pedagang di pasar. Penyuluhan adalah konsep pembelajaran yang dilakukan oleh para
penyuluh yang ditetapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pedagang.
Pengetahuan para pedagang tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman dagang
yang mereka lakukan setiap hari bahkan secara turun temurun yang menyebabkan
pengetahuan mereka tidak berkembang. Kemampuan pedagang adalah melakukan
pembelian barang dagangan dengan harga yang murah dan kembali menjual barang
tersebut dengan harga yang berlipat ganda seperti yang dilakukan oleh pedagang pakaian.
Hal ini secara menunjukkan bahwa para pedagang telah melakukan prinsip ekonomi
dengan modal yang sekecil-kecilnya mendapatkan untung yang besar kondisi ini tidak
mengubah pengetahuan pedagang bahkan para pedagang di Kota Kendari lebih cenderung
pada kebiasaan hidup berkumpul dan bermukim di pasar sebagai tempat peristirahatan
mereka.
Untuk mengembalikan fungsi pasar yang sesungguhnya sebagai tempat jual beli
barang atau sebagai tempat transaksi pembeli dan penjual dalam mempertukarkan uang
dengan barang, pemerintah melakukan strategi untuk memberdayakan pedagang melalui
penyuluhan. Para pedagang disuluh untuk menambah pengetahuan dengan konsep diskusi
dan pengarahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan yang dilakukan oleh
pemerintah Kota Kendari kepada para pedagang di pasar Kota Kendari berdampak kepada
pemahaman pedagang tentang fungsi pasar dan tujuan pelatihan yang akhirnya mereka
memiliki pemahaman peningkatan keamanan, kebersihat dan ketertiban di pasar.
Keamanan dibutuhkan untuk memberikan rasa aman kepada pedagang dan
menyelamatkan pasar dari bencana kebakaran. Rasa aman menunjukan kegiatan
perekonomian di pasar. Kebersihan pasar akan menempatkan pasar sebagai pasar yang
berkualitas (hygine) pasar sehat adalah pasar yang terbebas dari sampah dan limbah yang
tergenang. Pasar yang tertib membuat pedagang yang merasa lega dengan lingkungan
yang rapi dan tertata. Ini adalah dampak dari strategi pemerintah. Namun demikian
pemerintah terus menerus dihadapkan dengan adanya pertambahan pedagang yang tidak
memiliki lokasi dagang di pasar. Kelompok pedagang ini tidak memiliki lokasi dan tidak

12
terdaftar pada Perusahaan Daerah Pasar tetapi bebas masuk keluar pasar dan berpindah-
pindah pasar. Mereka juga diikutkan dalam kegiatan penyuluhan tetapi tidak pernah hadir
dengan alasan sibut berdagang.
Pasar di Kota Kendari membutuhkan pengembangan yang disertai dengan
pemberdayaan kepada pedagang. Hal ini akan berdampak pada pendayaan pedagang
melalui pembentukan kelompok-kelompok usaha yang sama dan diberikan tempat usaha
tetap. Penelitian di sejalan dengan pendapat Supriyanto, (2004:4) bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam
merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui
collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan
dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan social. Pemberdayaan yang dilakukan
melalui penyadaran pedagang terhadap keamanan, kebersihan dan ketertiban di pasar,
peningkatan pengetahuan melalui pengkapasitasan dan memandirikan pedagang melalui
pendayaan pedaganh dalam kelompok usaha. Sejalan dengan hakikat pemberdayaan
merupakan kekuasaan. Pemberdayaan secara subtansial kepada pedagang di pasar Kota
Kendari merupakan proses memutus atau breakdown dari hubungan antara pemerintah
dengan pedagang yang ada di pasar. Proses ini mementingkan pengakuan pemerintah akan
kemampuan atau daya (power) yang dimiliki pedagang di pasar.
Penyuluhan pedagang didukung dengan pengalaman pedagang dalam berdagang
sehingga mereka tunggu diarahkan dalam proses penyuluhan, selain itu mereka memiliki
modal sosial.
c. Strategi Pemerintah Melalui Pembentukan Kelompok Dalam Memberdayakan
Pedagang di Pasar Kota Kendari.
Pembentukan kelompok-kelompok pedagang berdasarkan status usaha seperti
pedagang pakaian, pedagang sembako dan pedagang lainnya merupakan strategi
pemerintah untuk dapat menata pedagang berdasarkan jenis usaha sehingga memudahkan
mereka dalam penempatan di pasar. Hasil penelitian diperoleh bahwa banyak pedagang
memiliki lokasi pasar yang lebih dari satu dan ada yang tidak memiliki lokasi pasar. Dari
7 (tujuh) pasar besar di Kota Kendari masih terbelenggu dengan penguasaan pasar oleh
pihak-pihak yang ikut menyewakan tempat dagangan kepada pihak lain akibat lokasi
pasar dan tempat dagangnya lebih dari satu. Hal ini merupakan krisis etika dan moral
yang tidak lepas dari gaya hidup pedagang di pasar Kota Kendari.
Pembentukan kelompok dalam memberdayakan pedagang di pasar bertujuan untuk
menetapkan pedagang-pedagang pada lokasi dan tempat berdagang sesuai dengan status
usahanya apakah sebagai pedagang pakaian, pedagang sembako maupun status usaha
lainnya. Lokasi pasar dan tempat berdagang yang strategi akan menjadi rebutan
pedagang. Hal ini membuat sebagai kios dan loas tidak ditempat bahkan menjadi tempat
penghunian sebagai pedagang yang tidak punya tempat tinggal. Namun jika pedagang
memiliki kreativitas yang baik, akan membangun daya saing di lokasi pasar dan tempat
dagangannya yang membuat pembeli akan berusaha untuk menjangkau lokasi pasar
tersebut.
Hasil penelitian diperoleh beberapa lokasi pasar dan tempat berdagang yang
ditinggalkan kosong oleh para pedagang terutama kios dan loas pakaian yang berada di
barisan belakang. Hal ini terjadi pada Pasar Sentra Kota (Hygine), Pasar By Pass dan
Pasar Baruga. Kondisi pasar seperti ini membuat pemerintah terus berupaya untuk

13
melakukan pemberdayaan kepada para pedagang di pasar untuk menyadari dan
memahami akan lokasi pasar yang telah disediakan.
Strategi pemerintah dalam memberdayakan pedagang melalui pembentukan
kelompok dan penetapan lokasi untuk berdagang didukung oleh kemampuan modal sosial
berupa kesadaran dan kemampuan pedagang untuk meningkatkan keamanan dan
kebersihan pasar dan memahami peran pasar sebagai pusat perekonomian daerah serta
meningkatkan usaha dagang dengan menggunakan modal usaha mandiri maupun modal
usaha pinjaman dari pihak ketiga seperti BLUD Kota Kendari yang dibekali dengan
pengalaman berdagang yang pada gilirannya dapat mengatasi permasalahan pasar seperti
lingkungan pasar yang kumuh, status usaha dagang yang tidak jelas apakah sebagai
pedagang tetap atau pedagang musiman serta pembangunan pasar yang lambat.
Pemberdayaan pedagang dalam bentuk kelompok-kelompok usaha akan memberikan
peluang untuk pendayaan pedagang guna lebih mandiri dalam meningkatkan aktivitas
perdagangan dengan mengutamakan keamanan dan kebersihan serta ketertiban di pasar
Kota Kendari.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Progam pemerintah dalam bentuk pelatihan, penyuluhan,pembentukkan kelompok, yang
dilakukan dalam pemberdayaan dengan bentuk penyadaran, pengkapasitasan dan
pendayaan berdampak terhadap pedagang di pasar Kota Kendari.Artinya, bahwa 3
program yang di lakukan pemerintah cukup berhasil terutama melalui penyadaran,
pengkapasitasan, dan pendayaan.
2. Faktor yang menghambat program pemerintah dalam memberdayakan pedagang di pasar
meliputi faktor lokasi/lingkungan pasar yang kumuh dan rawan bencana kebakaran, status
usaha pedagang yang tidak tetap lebih banyak dari pada pedagang tetap dan pembangunan
pasar yang lambat diselesaikan Hal ini terjadi karena tidak adanya koordinasi dan kerja
sama antara pedagang pemerintah Namun demikian pemerintah terus berupaya untuk
memberdayakan pedagang dengan meningkatkan modal sosial, pendidikan, modal usaha
dan pengalaman berdagang untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kota Kendari.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukkan sebelumnya, maka dapat disarankan
sebagai berikut :
1. Untuk memberdayakan pedagang di pasar Kota Kendari, maka pemerintah harus selalu
mengikutsertakan pedagang dalam kegiatann pelatihan dan penyuluhan serta membentuk
kelompok-kelompok pedagang berdasarkan status usaha dan ditempatkan pada lokasi
pasar dengan tempat berdagang yang baik yang pada gilirannya akan meningkatkan
aktivitas perdagangan di Kota Kendari.

14
2. Untuk meningkatkan penyadaran, kapasitas pedagang dan pendayaan pedagang di pasar,
maka pemerintah harus bekerja sama dengan pedagang untuk mengatasi lokasi/lingkungan
pasar yang kumur menjadi lebih aman dan bersih, serta menyelesaikan pembangunan
pasar secara efektif untuk dapat digunakan oleh para pedagang guna melaksanakan
kegiatan dagangan di pasar dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, 2002, Strategi Pembangunan Nasional Dengan Pendekatan Sumber Daya
Manusia, Artikel, www.bpkp.go.id
Arnoldo C. Hax dan Nicholas S. Manjluk, 2002. The Strategy Process and Concept: a
pragmatic approach, Prentice Hall International Ed.
Chambers, Robert. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar dan
Leonard Silk (eds.), 1995, People: From Impoverishment to Empowermen.: New York
University Press, Jurnal . www.empowerment.go.id
Charles Lindblom, 1992. Kebijakan Publik. Terjemahan. Elex Media Komputerindo. Jakarta.
Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga..
Darise 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Erlangga. Jakarta
Donald F. Ketti, 1993. People and Performance. Heinemman, London.
Douglas Evan J and Scott Callem, 1995. Managerial Economics, Analysis and Strategy.Mac
Milan Press Ltd. London.
Fred R. David, 2003. Strategic Management: Concepts and Cases. Prentice Hall
Friedman, John, 1992 Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge:
Blackwell Jurnal. www.empowerment.go.id
Glueck WF dan LR Jauch, 2002. Manajemen strategis dan kebijakan perusahaan. Bhuana
Ilmu Populer. Jakarta
Gray, Clifford F. Larson, Erik W, 1999. Project Management : The Managerial Process.
McGraw-Hill, Singapore.
Huraerah dan Purwanto, 2006. Perilaku Organisasi, Konsep dan Aplikasi. Rajawali Press.
Jakarta.
Husnan Suad, 2000. Pembangunan Ekonomi. Ghalia Ilmu. Jakarta
Hutabarat dan Huseini, 2000. Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer, Strategik di
Tengah Operasional. Rineka Cipta. Jakarta
Igor Ansoff, 2000. Implanting Strategic Management, Prentice Hall.
Islamy,2001. Perencanaan Pembangunan.Bina Aksara. Jakarta
John A. Pearce II dan Richard B. Robinson Jr., 2003, Strategic Management, formulation,
implementation and control, Irwin McGraw-Hill.,
LRA, 2012. Laporan Realisasi Anggaran Pembangunan Pemerintah Kota Kendari. Walikota
Kendari.
Michael E. Porter, 1998. Competitive and Market Publising. Butterworth dan Heinemman.
Oxford.
Mochammad Fadoli (2011) Implementasi Perda No. 17/2003 Tentang Ijin penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Sukolilo. Tesis Undip. Semarang.
Muh.Taufik (2008) Pemberdayaan Kaum Pedagang Kaki Lima dan Strategi
Penanggulangannya Berdasarkan Prinsip-prinsip Demokrasi di Kabupaten Malang.
Tesis. Undip. Semarang.

15
Nawawi. 2009. Pembengunan dan Problema Masyarakat. Penerbit Putra Media Nusantara,
Surabaya.
Nugroho, 2004, Pemberdayaan Masyarakat, Elex Media Komputerindo, Jakarta
Nurmala dan Yuhana, 2002. Aspek-Aspek Pengembangan Kualitas. Bumi Aksara. Jakarta.
Perusahaan Daerah Pasar, 2012. Laporan Tahunan Perusahaan Pasar. PD. Pasar, Kendari.
Rangkuti, 2004. Manajemen Strategi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Robbins, Stephen P. Coulter, Mary, 1999. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, Edisi
ke-6. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Syahyuti. 2006. Pengembangan Sumber Daya Manusia Sektor Publik. Bina Aksara. Jakarta.
Sudarsono, 2004. Ekonomi Marko. Erlangga. Jakarta
Sugianto, 2000. Pembangunan Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta
Supeno, 2002. Manajemen Pemberdayaan. Elex Media Komputerindo. Jakarta
Supriyanto, 2004, Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan,Muari Kendana, Jakarta
Suwarto, 1999. Strategi Pembangunan Nasional. Alfabeta. Bandung
Tjandraningsih , 1996, Desentralisasi Pemerintahan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat Terpadu, Makalah Simposium, Bappenas, Jakarta
Usman Rianse dan Abdi, 2009. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Alfabeta. Bandung.
Vidhyandika, 1996, Pembangunan Daerah Tertinggal Melalui Pendekatan Kemasyarakatan,
Artikel, www.wilkipwdia.go.id.artikel
Wahyuni, 2003. Pokok-Pokok Pemberdayaan Masyarakat. Liberty. Yogyakarta.
Wardono, 2003, Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Wilayah Pesisir, Makalah Seminar
BAPPENAS Jakarta, www.bappenas.or.id
Whittington, Richard. 2001. Theories of Strategy, London: Thompson, pp. 9-40
William N Dunn, 1994. Analisis Kebijakan Publik. Alih Bahasa. Rineka Cipta. Jakarta
Winarno, 2002. Implementasi Kebijakan Publik Dalam Perencanaan Pembangunan. Graha
Ilmu. Jakarta.
Wrihatnolo, 2007, Kemiskinan dan Kesejahteraan Bangsa, Elex Media Komputerindo.
Jakarta.
Zulkifli, 2007. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Pasar Tradisional di Kabupaten
Bantul. Tesis. Univesitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

16

Вам также может понравиться