Вы находитесь на странице: 1из 28

Kata Pengantar

Kami mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas anugerah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Prinsip dan Prosedur Pengendalian
Infeksi dan Patient Safety untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
II.

Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah pengantar Keperawtaan Dasar II Ibu Linda Sari Barus, M.Kep.,
Ns., Sp.Kep. An. yang telah memberikan tugas kepada kami .

Makalah ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan adanya
kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Selanjutnya kami
berharap dapat menambah wawasan teman-teman dengan adanya materi ini. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Padalarang, 18 Maret 2017

Kelompok 2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep infeksi ...................................................................................................................3
2.2 Pengendalian infeksi ..........................................................................................................7
2.3 Infeksi nosokomial .................9
2.4 Safe patient handling.......................................................................................................16
2.5 Patient safety 6 goals............................................................17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini
menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri
dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit.
Rumah sakit sebaagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan. Infeksi
nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kerja dan juga setiap orang yang datang ke
rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau atau
karena kondisi rumah sakit. Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya
rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal
bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi pasien.
Untuk itu sebagai tenaga kesehatan kita harus melindungi diri dari kontak dengan
materi yang infeksius, cedera benda tajam, atau paparan penyakit menular dengan
menggunakan pengetahuan tentang proses infeksi dan alat pelindung diri (APD) yang benar.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja konsep infeksi?
2. Bagaimana pengendalian infeksi?
3. Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial?
4. Apa yang dimaksud dengan safe patien handling?
5. Apa yang dimaksud dengan patient safety 6 goals?

1.2 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat menuliskan tujuan masalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui konsep infeksi.
2. Untuk mengetahui pengendalian infeksi.
3. Untuk mengetahui infeksi nosokomial.
4. Untuk mengetahu safe patient handling.
5. Untuk mengetahui patient safety 6 goals.
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah masuk dan berkembang biaknya organisme (agen infeksius) dalam
tubuh pejamu. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam
tubuh yang menyebabkan sakit (potter &Perry 2005).
Sifat Infeksi
jika agen infeksius (patogen) hanya berada dalam tubuh pejamu, belum tentu infeksi
akan teradi. Ika suatu mikroorganisme menginvisi, bertumbuh, dan berkembang biak
di dalam pejamu tidak menyebabkan infeksi, maka ini disebut sebagai kolonisasi.
Infeksi bersifat infeksius atau menular contohnya meningitis viral atau pneumonia.
Jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan tana dan geala klinis , maka infeksi
bersifat simtomatik, jika tanda klinis tidak ada maka penyakit itu bersifat asimtomatik.
Rantai Infeksi
Adanya organisme patogenetik belum memastikan bahwa infeksi akan teradi. Infeksi
teradi dalam suatu siklus yang tergantung pada adanya semua elemen berikut.
- Agen infeksius atau pathogen
- Reservoir atau tempat untuk pertumbuhan pathogen
- Alur keluar dari reservoir
- Alur penularan
- Alur masuk ke tubuh peamu
- Kerentanan pejamu

Agen
infeksius

Tubuh reservoir
pejamu

Alur masuk Alur keluar


Enis
penularan
3
Penting bagi perawat untuk mengikuti praktik pencegahaan dan kontrol infeksi sehingga
infeksi tidak berkembang.
Agen infeksius
Mikroorganisme terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
Mikroorganisme pada kulit yang bersifat flora permanen atau transien. Organisme
permanen adalah yang tinggal menetap di kulit, dimana mereka bertahan hidup dan
berkembang biak tanpa menyebabkan penyakit. Mereka mereka bertindak sebagai
bagian utama dari perlindungan tubuh. Flora normal pada kulit menutupi bagian
seluruh kulit tubuh dan melindungi dari pathogen.
Mikroorganisme transien menempel pada kulit ketika lindividu kontak dengan
obek lain. Organisme melekat pada kulit melalui debu, minyak, atau di bawah kuku.
Organisme tersebut dengan mudah berpindah kecuali dengan mencucitangan
(Larson,2005). Jika tangan terlihat kotor dengan materi proteinasius cuci tangan
menggunakan sabun dan air untuk membersihkannya. Jika tangan tidak terlihat kotor,
maka menggunakan alkohot atau mencuci tangan dengan sabun dan air sebagai
desinfektan bagi tangan tenaga kesehatan (CDC,2002).
Potensi parasite untuk menyebabkan penyakit tergantung pada faktor :
1. kecukupan jumlah organisme (dosis)
2. kemampuan untuk bertahan hidup dalam tubuh pejamu atau di luar tubuh
(virulensi)
3. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam tubuh pejamu
4. Kerentanan tubuh pejamu (daya tahan peamu)

Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat dimana pathogen dapat bertahan hidup, tetapi
dapat atau tidak dapat berkembang biak. Contohnya, virus hepatitis A bertahan hidup
dalam kerang laut, tetapi tidak dapat berkembang biak. Reservoir yang paling dikenal
adalah tubuh manusia. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan individu
menadi sakit. Karier adalah individu yang menuukan tidak adanya geala penyakit,
tetapi memiliki organisme pathogen pada atau dalam tubuh, yang dapat bertransper
pada individu lain. Contohnya, seseorang dapat menadi karier virus heatitis B tanpa
memiliki tanda atau gejala infeksi. Individu menularkan melalui darah atau kontak
seksual. Untuk berkembang biak, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai,
termasuk makanan, oksigen, air, suhu, pH dan cahaya yang sesuai.
Makanan.mikroorganisme memerlukan makanan seperti Clostridium
perfinger, mikroba yang menyebabkan gangrene gas, berkembang biak dengan materi
organik. Escherichia coli, mengonsumsi makannan yang tidak di cerna dalam usus.
Karbon dioksida dan materi organic seperti sampah dapat menadi makanan bagi
organisme lain.

4
Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
berkembang biak sehingga cukup kuat untuk menyebabkan penyakit. Jika di
bandingkan dengan organisme anaerob, organisme aerob menyebabkan sebagian.

besar penyakit pada manusia. Contoh organisme aerob adalah Staphyloccocus aureus
dan spesies organisme streptococcus. Bakteri anaerob dapat berkembang dimana ada
sedikit atau tidak oksigen. Bakteri yang menyebabkan tetanus, gangren gas, botulisme
uga anaerob. Contoh organisme anaerob adalah Clostridium difficle, suatu organisme
penyebab diare.
Air. Sebagian besar organisme membutuhkan air atau kelembapan untuk
bertahan hidup. Contoh, luka operasi yang basah sering menadi tempat
mikroorganisme. Beberapa bakteri dapat membentuk spora seperti penyebab antraks,
botulisme, dan tetanus.
Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya pada suhu tertentu. Suhu yang ideal
untuk sebagian besar pathogen manusia adalah 12-43 deraat Celsius. Beberapa dapat
bertahan hidup pada suhu yang ekstrim dimana dapat berakibat fatal bagi manusia.
Temperature yang dingin cenderung mencegah pertumbuhan dan reproduksi bakteri
(bakteriostatis). Suhu atau bahan kimia yang merusak bakteri disebut bakterisida.
pH. Keasaman lingkungan menentukan kelangsungan hidup mikroorganisme.
Sebagian mikroorganisme memilih lingkungan dalam pH 5-7. Bakteri biasanya
berkembang dengan cepat dalam urine dengan pH basa. Sebagian organisme tidak
dapat bertahan hidup dalam lingkungan asam lambung yang bersifat asam. Obat-
obatan yang menurunkan keasaman (misalkan antasida dan H2 blocker) dapat
menyebabkan pertumbuhan organisme gastrointestinal yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan pneumonia yang dihubungkan dengan playanan kesehatan pada klien
yang menerima pengobatan tersebut (CDC, 2005b).
Cahaya. Mikroorganisme berkembang dengan cepat pada lingkungan yang
gelap, seperti bau dalam dan rongga tubuh.

Alur keluar. Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan


berkembang biak, mereka harus menemukan alur keluar jika mereka ingin masuk ke
tubuh pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Alur keluar dapat berupa darah, kulit,
membran mukosa. Traktus respiratorius, traktus genitourinarius, traktus
gastrointestinal, dan transplasenta (ibu ke anin).
Kulit dan membran mukosa. Kulit dapat menadi alur keluar karena setiap
kerusakan pada integritas kulit dan membran mukosa menyebabkan organisme
pathogen keluar dari tubuh. Adanya cairan purulen menunukan alur keluar yang
potensial. Contoh, S.aureus menyebabkan cairan berwarna krem kekuningan, infeksi
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan cairan berwarna krem kehiauan.

Traktus Respiratorius. Pathogen yang mengidentifeksi traktus respiratorus, seperti


Mycobacterium tuberculosis atau virus influenza, dapat terlepas dari tubuh denganbersin atau
batuk. Pada klien dengan alan napas buatan seperti trakeostami dan selang endotrakeal,
organisme dangan mudah keluar saat alat disedot.
Traktus Urinaris. Urine yang normal biasanya steril. Ketika klien menderita
infeksi di traktus urinaris, mikroorganisme keluar melalui urine arau alat bantu
pengeluaran urine.
Traktus Gastrointestinal. Mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh
yang memiliki banyak bakteri terkontaminasi, tetapi sebagian besar adalah flora
normal. contoh Neisseria, organisme yang menyebabkan meningitis pada individu
dewasa muda adalah flora normal di mulut dan dipindahkan ke individu lain melalui
ciuman.
Traktus Reproduksi. Organisme seperti Neisseria gonorrhoeae dan HIV dapat
keluar melalui meatus uretra pria atau liang vagina selama kontak seksual. HIV
terdapat dalam umlah yang lebih banyak pada cairan semen dibandingkan cairan
vagina.
Darah. Darah dalam keadaan normal merupkan cairan tubuh yang steril, tetapi
pada kasus penyakit menular seperti Hepatitis B atau C atau HIV dapat menadi
reservoir bagi pathogen. Pemberian layanan dapat terpapar selama aktivitas seperti
mengambil darah, mulai dari memasang alur intravena atau memebri ineksi kecuali
ika prosedur pencegahan dasar dilakukan dan menggunakan arum suntik yang aman.

Alur Penularan. Beberapa tipe ensefalitas ditularkan oelh nyamuk. Nyamuk


bertindak sebagai evektor memindahkan virus ketika menggigit tubuh peamu.
Beberapa mikroorganisme dapat ditularan melalui lebih dari satu alur. Contoh,
Varicella zoster dapat disebar melalui alur udara yang mengandung droplet atau
melalui kontak langsung.
Alur utama penularan pathogen yang ditemukan dalam lingkunga kesehatan
adalah tangan tenaga yang tidak dicuci. Alat yang digunakan dipelayanan kesehatan
dapat menadi sumber penularan pathogen. Setiap kelompok mengikuti prosedur
penanganan dan pembershan alat yang digunakan klien. Alat-alat kedokteran dan
prodesur diagnostic uga merupakan cara masuk pathogen. Karena banyak faktor yang
menyebabkan penyebaran infeksi pada klien, maka semua tenaga kesehatan harus rain
melaksanakan praktik pencegahan dan control infeksi, seperti pembersihan tangan
dan meyakinkan bahwa peralatan yang dipakai telah dibersihkan atau disterilkan
sebelum digunkan lagi.

6
Alur masuk. Organisme masuk ke tubuh melalui alur yang sama saat mereka keluar.
Contoh, ketika arum menusuk kulit klien, organisme masuk ke tubuh ika persiapan
kulit yang benar tidak dilakukan. Fatot-faktr yang menurunkan daya tahan tubuh
meningkatkan kesempatan patogemn masuk ke tubuh.
Pejamu yang Rentan. Kerentanan tergantung pada deraat ketahanan individu
terhadap pathogen. Semakin virulen suatu organisme da semakin tinggi dosisnya,
maka semakin besar kemungkinan individu tersebut akan terkena infeksi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang termasuk usia, status gizi, adanya
penyakit kronis, liuri, dan merokok. Organisme yang resisten terhadap antibiotic
menadi lebih sering ditemukan pada lingkungan pelayanan kesehatan, terutama pada
tatanan perawatan akut.

2.2 Pengendalian Infeksi


Di masa lalu fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah
mencegah infeksi , meskipun infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di
beberapa negara , terutama dengan munculnya penyakit AIDS dan Hepatitis B yang belum
ditemukan obatnya . Saat ini perhatian utama ditunjukan untukuntuk mengurangi risiko
perpindahan penyakit , tidak hanya terhadap pasien , tetapi juga kepada pemberi pelayanan
kesehatan dan karyawan termasuk pekarya yang bertugas membersihkan dan merawat ruang
bedah .
Tindakan pencegahan infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah
1. Aseptik
tindakan yang dilakuakn dalam pelayanan kesehatan . Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi .
Tujuan akhirnya adalan mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme , baik
pada permukaan benda hidup maupaun benda mati agar alat alat kesehatan dapat dengan
aman digunakan .
2. Antiseptik
upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya .
3. Dekontaminasi
tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan
secara aman , terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan .
Contohnya adalah meja pemeriksaan , alat alat kesehatan dan sarung tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat di saat prosedur bedah atau
tindakan dilakuan .
7
4. Pencucian
tindakan menghilangkan semua darah , cairan tubuh , atau setiap benda asing atau
kotoran .
5. Sentrilisasi
tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri , jamur ,parasit, dan virus )
termasuk bakteri endospora dari benda mati
6. Desinfeksi
tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua ) mikroorganisme penyebab
penyakit dari benda mati .
Desinfeksi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia . Tindakan ini
dapat menghilangkan semua mikroorganisme , kecuali beberapa bakteri endospora .

Pedoman pencegahan infeksi


Cara efeksif untuk mencegah penyebaran penyakit daro orang ke orang atau dari peralatan ke
orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu
( pasien atau petugas kesehatan ). Penghalang ini dapat berupa fisik , mekanik, ataupun
kimia ,meliputi:
1. Pencucian tangan.
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan) . baik pada saat melakukan tindakan ,
maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan / alat tenun bekas
pakai )
3. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit .
4. Pemrosesan alat bekas pakai ( dekontaminasi , cuci dan bilas , desinfeksi tingkat
tinggi atau sterilisasi)
5. Pembuangan sampah

Limbah Rumah Sakit


Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).
Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup
apabila tidak dikelola dengan baik.
Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah
yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri
yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yaitu:

1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi
limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan
harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Limbah cair harus dikumpulkan dalam container
yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur
penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan
Air Limbah sendiri.

A. Limbah Padat Rumah Sakit

Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit adalah
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar,
1990).
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan MenKes
R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu :
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik
hitam.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik
coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis
lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di
laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik merah.
PENANGANAN, PENYIMPANAN, DAN PENGANGKUTAN LIMBAH MEDIS
Cara terbaik untuk mengurangi risiko terjadinya penularan adalah dengan menjaga agar
sampah medis tersebut tetap tertutup dengan rapat. Ada beberapa prinsip dasar dan prosedur
yang dapat membantu pencapaian tujuan pengurangan dari pemakaian.
Prinsip-prinsip dan prosedur tersebut adalah :

1. Sampah dikemas dengan baik.


2. Menjaga agar sampah tetap dalam kemasan dan tertutup rapat serta menghindarkan
hal-hal yang dapat merobek atau memecahkan kontainer limbah.
3. Menghindari kontak fisik dengan limbah.
4. Menggunakan alat pelindung perorangan ( sarung tangan, masker, dsb )
5. Usahakan agar sedikit mungkin memegang limbah.
6. Membatasi jumlah orang yang berpotensi untuk tercemar.

PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS


Pemusnahan limbah medis haruslah dengan menggunakan cara pembakaran, perlu dijaga
keutuhan kemasannya pada waktu sampah tersebut ditangani. Banyak sistem pembakaran
atau insenerasi yang menggunakan peralatan mekanik. Namun, usahakan untuk melakukan
pengolahan limbah medis yang sesuai dengan peraturan berlaku dan pengolahan ramah
lingkungan.
B. Limbah Cair
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006). Penanganannya melalui IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh
kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
(Said, 1999).
Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, yang
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industri.
Jadi, hati-hatilah dengan limbah medis tersebut. Lakukan penanganan, penyimpanan,
pengangkutan, dan pengolahan limbah medis dengan konsep ramah lingkungan.

6 langkah cara mencuci tangan


Langkah 1 . Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemuan usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar .
Langkah 2 . Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian .
Langkah 3 . Gosok sela sela jari tangan hingga bersih .
Langkah 4 . Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci .
Langkah 5 . Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
Langkah 6 . Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan .

8
Ada 2 cara cuci tangan yaitu
1. Handwash dengan air mengalir waktunya : 40 60 detik ( 8 gerakan berulang dalam
setiap langkah mencuci tangan ) dilakukan pada saat tangan tampak kotor dan setelah
5 kali habdrub
2. Handrub dengan gel berbasis alkohol waktunya 20 30 detik (4 gerakan berulang
dalam setiap langkah mencuci tangan ) dilakuakan pada saat tangan tidak kotor .

2.3 Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dan berkembang saat seseorang berada di
lingkungan rumah sakit. Contoh dari infeksi nosokomial adalah pasien tertular infeksi dari
staf rumah sakit atau saat berkunjung ke rumah sakit.
Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan
di negara-negara miskin dan berkembang. Infeksi nosokomial ini termasuk salah satu
penyebab kematian terbesar pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Menurut data WHO tahun 2005, lebih dari separuh bayi baru lahir yang dirawat di bagian
perawatan bayi di rumah sakit di Brasil dan Indonesia tertular infeksi nosokomial. Angka
kematian kasus tersebut mencapai 12 hingga 52 persen.
Infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena bermacam-macam penyakit, dan setiap
penyakit punya gejala yang berbeda-beda. Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat
infeksi nosokomial adalah:

Infeksi saluran kemih.

Infeksi aliran darah.


Pneumonia.

Infeksi pada luka operasi.

Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial terjadi ketika pasien di sebuah rumah sakit tertular infeksi yang
berasal dari bakteri. Bakteri tersebut bisa menulari pasien karena keteledoran staf rumah sakit
dan tidak berjalannya prosedur kebersihan dengan benar.
Kategori bakteri yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah
MRSA, salah satu bakteri gram positif yang resisten terhadap metisilin (bakteri
Staphylococcus aureus) dan Acinetobacter yang termasuk bakteri gram negatif.
Selain faktor kebersihan, banyak pasien yang rawat inap di rumah sakit menderita penyakit
yang serius dengan sistem kekebalan yang lemah. Oleh karena itu, pasien rawat jalan
bertambah banyak dalam puluhan tahun terakhir. Hal ini membuat risiko penularan infeksi
nosokomial ke pasien pada saat ini lebih tinggi.
9
Penyebab lainnya adalah, sistem rumah sakit yang membuat staf kesehatan berganti-
ganti dari satu pasien ke pasien lainnya. Jika staf kesehatan tidak menjaga kebersihan
dirinya dengan baik, sistem ini akan menjadikan staf kesehatan sebagai agen penyebar
infeksi.
Beberapa faktor di bawah ini bisa meningkatkan risiko pasien terkena infeksi nosokomial:

Berusia di atas 70 tahun.

Dalam kondisi koma.

Pernah menjalani terapi antibiotik sebelumnya.

Dirawat di unit ICU lebih dari tiga hari.

Gagal ginjal akut.

Mengalami cidera cukup parah.

Mengalami syok.

Menjalani perawatan ventilasi mekanis.

Sedang dalam pengobatan yang mempengaruhi sistem imun.

Memakai kateter dalam waktu lama.

Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisikondisi
lokal)
Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang merawat, alat medis, serta
lingkungan). Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi
nosokomial selama dirawat di RS dapat diringkas sebagai berikut :
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi)
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang dirawat ditempat /
ruangan yang samadi RS tersebut.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang bekunjung
kerumah sakit tersebut.
Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang dipakai dirumah sakit
tersebut.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan yang disediakan
rumah sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah sakit.

Diagnosis Infeksi Nosokomial


Diagnosis pada infeksi nosokomial umumnya bisa dilakukan dengan mengandalkan
pemeriksaan fisik saja. Tanda-tanda terjadinya infeksi bisa dilihat jika terdapat peradangan,
ruam, atau nanah. Untuk memastikannya, dokter mungkin menyarankan tes darah dan tes
urine.

10
Tanda dan gejala Infeks
Demam
Bernapas cepat,
Kebingungan mental, Tekanan darah rendah
urine output menurun, pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa
sakit ketika kencing dan darah dalam air seni sel darah putih tinggi radang paru-paru
mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk. infeksi :
pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah atau
luka.

Penularan Infeksi Nosokomial


Langsung antara pasien dan personel yang merawat atau menjaga pasien
Tidak langsung obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah
lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh
perawatan luka pasca operasi)
penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara (air borne)
Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang
membawa kuman Selain itu penularan infeksi nosokomial yaitu
1. Penularan secara kontak penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung
dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A
secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
2. Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common
vehicleadalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus)
dan tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel
pada tubuh vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

11
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat terjadi
perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami
perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).

Pengobatan Infeksi Nosokomial


Pengobatan pada infeksi nosokomial terkait erat dengan jenis infeksi yang dialami. Banyak
jenis infeksi yang terjadi bisa ditangani dengan antibiotik. Khususnya untuk infeksi
nosokomial yang disebabkan oleh bakteri gram positif, terdapat banyak jenis antibiotik untuk
mengatasinya. Sedangkan infeksi nosokomial yang disebabkan bakteri gram negatif memiliki
jenis antibiotik yang lebih sedikit untuk mengatasinya.
Berikut ini adalah prosedur pengobatan infeksi nosokomial berdasar komplikasi yang
ditimbulkan:

o Infeksi luka operasi: Infeksi luka operasi bisa ditangani dengan kombinasi antara
antibiotik dengan perawatan khusus luka pembedahan.

o Infeksi aliran darah: Pengobatan antifungal (jamur) atau pengobatan antiviral (virus)
bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian antibiotik.

o Infeksi saluran kemih: Untuk melengkapi antibiotik, biasanya dokter akan


memberikan pengobatan antifungal (jamur) untuk menghindari terjadinya komplikasi
yang lebih parah.

o Pneumonia: Setelah diberikan antibiotik, penderita pneumonia biasanya diberikan


analgesik antipiretik untuk meredakan nyeri sendi dan demam. Untuk meredakan
gejala flu, Pencegahan Infeksi Nosokomial

Cara paling efektif untuk mengurangi infeksi nosokomial adalah petugas rumah sakit
diwajibkan untuk mencuci tangan secara rutin. Selain itu, mereka diharapkan memakai kain
dan sarung tangan pelindung saat bekerja dengan pasien. Pihak rumah sakit juga diharapkan
untuk mengontrol dan mengawasi kualitas udara di dalam rumah sakit.
o Mencuci tangan. Mencuci tangan secara rutin adalah tindakan terpenting untuk
mencegah penularan infeksi nosokomial, karena mampu mengurangi risiko penularan
mikroorganisme kulit dari satu orang ke orang lainnya.

o Kebersihan ruangan. Kebersihan permukaan ruangan rumah sakit terkadang


diremehkan, namun penting. Metode kebersihan modern mampu membasmi virus
influenza, gastroenteritis, bakteri MRSA secara efektif.

o Sistem isolasi. Sistem isolasi berfungsi untuk mencegah penyebaran organisme


penyakit ke bagian lain di dalam rumah sakit. Khususnya diberlakukan pada pasien
yang berisiko menularkan infeksi mereka.

o Sterilisasi alat medis. Para staf rumah sakit juga harus mensterilkan peralatan medis
dengan cairan kimia, radiasi ion, pengeringan, atau penguapan bertekanan, untuk
membunuh semua mikroorganisme.

o Penggunaan sarung tangan. Selain mencuci tangan, penting bagi staf rumah sakit
untuk menggunakan sarung tangan. Supaya risiko penularan mikroorganise kulit
semakin kecil.

12

o Lapisan antimikroba. Untuk meminimalisir risiko berkembangnya bakteri, ada


baiknya memilih perabotan dari bahan yang bisa mengurangi risiko berkembangnya
bakteri seperti tembaga atau perak.

Dampak Infeksi Nosokomial

1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang
permanen serta kematian.

2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan
meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan
penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.

INFEKSKOMIAL
Program Pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS
Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam
program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara lain:
1. Adanya Sistem Surveilan Yang Mantap
Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus
menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan
untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk
menurunkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Perlu ditegaskan di sini bahwa keberhasilan
pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya per-alatan yang ada,
tetapi ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan
penderita secara benar (the proper nursing care). Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat
sebagai petugas lapangan di garis paling depan, mempunyai peran yang sangat menentukan,
2. Adanya Peraturan Yang Jelas Dan Tegas Serta Dapat Dilaksanakan, Dengan Tujuan Untuk
Mengurangi Risiko Terjadinya Infeksi
Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang sangat
penting adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah
dimengerti semua petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi kasus) ataupun
standar pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini,
peran perawat besar sekali.
3. Adanya Program Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua Petugas Rumah Sakit
Dengan Tujuan Mengembalikan Sikap Mental Yang Benar Dalam Merawat Penderita
Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan
yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar
dan mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan
pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi
13
dari infeksi nosokomial ini. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh lini program pengendalian
infeksi nosokomial, perawat mempunyai peran yang sangat menentukan. Sekali lagi
ditekankan bahwa pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh peralatan yang
canggih (dengan harga yang mahal) ataupun dengan pemakaian antibiotika yang berlebihan
(mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh kesempurnaan setiap petugas dalam
melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.Yang Harus Diperhatikan Keluarga
dan Pengunjung dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial
1.Mengerti dan memahami peraturan dari Rumah sakit.Taatilah waktu berkunjung
- Jangan terlalu lama menjenguk cukup 15-20 menit saja
- Penunggu pasien cukup 1 orang
- Jangan berkunjung jika anda sedang sakit
- Jangan membawa anak dibawah usia 12 tahun
2. Menjaga kebersihan diri
- lakukan cuci tangan sebelum dan setelah bertemu pasien
- jangan menyentuh luka, perban, area tusukan infuse, atau alat-alat lain yang
digunakan untuk merawata pasien
- bantulah pasien untuk menjaga kebersihan dirinya
3. Menjaga kebersihan lingkungan
- Jangan menyimpan barang terlalu banyak di ruangan pasien
- Jangan tidur di bed pasien
- Jangan merokok diarea RS

Contoh Infeksi Nosokomial


1.Infeksi Luka Operasi (ILO)
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak
menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi
tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi
tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada
saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
o Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
o Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
o Ditemukan abses
o Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.
o Pencegahan ILO harus dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin
lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan
kematian, dan dapat mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus
dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan,
dan oleh nosocomial infection control team.

14
2.Infeksi Saluran Kencing (ISK )
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi
di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).
Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat
pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra
wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya.
Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman.
Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan batu.
Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK
pada laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi.
Berbeda dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga
penanganannya harus bersamaan pada suami dan istri.
Gejala Penderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:
o Sakit pada saat atau setelah kencing
o Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)
o Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
o Nyeri pada pinggang
o Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi
rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
3. Bakterimia
Bakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran
darah secara sementara, hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik
yang berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi.
Faktor risiko terjadinya bakteremia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah
sakit, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak
tepat, terapi imunosupresan, dan penggunaan steroid.
Gejala Bakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh biasanya
dapat membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah terjadi sepsis, maka akan
timbul gejala-gejala berikut:
o Demam atau hipotermia (penurunan suhu tubuh)
o Hiperventilasi
o Menggigil
o Kulit teraba hangat
o Ruam kulit
o Takikardi (peningkatan denyut jantung)
o Mengigau atau linglung
o Penurunan produksi air kemih.
15
4. Infeksi Saluran Napas (ISN)
Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas
atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis,
faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah
meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun
bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang
menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak
terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang
membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.

INFEKSI NOSOKOMIAL
2.4 Safe Patient Handling
Safe patient handling adalah suatu program penanganan untuk melindungi pekerja dan
klien/pasien agar terhindar dari berbagai infeksi yang ditularkan.

2.5 Pengertian Patient Safety


Patient safety atau keselamatan pasien merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien
dirumah sakit menjadi lebih aman. System ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Tujuan patient safety :


Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabiltas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Terlaksananya progam program pencegahan sehingga tidak terjadi tindakan yang tidak
seharusnya

16

6 goals patient safety


Yaitu standar internasuional di rumah sakit dimana mengutamakan keselamatan
pasien.
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Pemberian obat,darah atau produk darah, pengambilan darah atau specimen darah,
sebelum melakukan prosedur pasien diminta menyebutkan nama, tangggal lahir,
dengan mencocokan nomor rekam medis.
3. Peningkatan komunikasi efektif
4. Penggunaan komunikasi verbal, lisan atau pertelepon dilakukan hanya pada kondisi
mendesak bila pelayanan secara tertulis tidak dapat dilakukan
5. Lakukan teknik SBAR (situation-backround-analysis-recomondation) untuk pelaporan
pelayanan verbal melewati telepon
6. Lakukan TBK (Tulis Baca Konfirmasi) untuk semua perintah verbal dan pembacaan
hasil pemeriksaan uji lab yang kritis dan beri tanda pada settiap
dokumentasinya.Waspada penggunaan obat HAM Penggunaan obat HAM harus
menggunakan 7 benar yaitu :Benar obat,Pasien,Dosis ,Waktu,Rute pemberian,Benar
dokumentasi,Benar informasi.
Yang termasuk obat HAM yaitu elektrolit konsetrat serta obat yang terlihat mirip atau nama
kedengaran mirip (Nama Obat dan Ucapan Mirip NORUM atau Look Alike Sound Alike
LASA)
- Tepat prosedur, tepat lokasi serta tepat pasien pembedahan
- Lakukan sign in pasien sebelum melakukan pembiusan, lakukan time out sebelum
insisi,nlakukan sign out sebelum penutupan operasi.
- Menurunkan resiko infeksi
- Resiko infeksi bias dikontrol dengan melakukan cuci tangan prosedural hands rub/
antiseptic berbasis alkohol apa hands wash/menggunakan air mengalir dan sabun.
Lakukan cuci tangan wajib saat 5 moment.
- Menurunkan resiko jatuh pada pasien
- Penilaian resiko jatuh pada anak menggunakan humpty dumpty sedangkan untuk
dewasa menggunakan metode morse fall. Penggunaan gelang berwarna kuning dan
papan penanda resiko jatuhh wajib terpasang.

17
Langkah langkah patient safety
Sembilan solusi keselamatan pasien di RS (WHO Collaborating Center for Patient Safety, 2
may 2007), yaitu:
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip
Pastikan identifikasi pasien
Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Kendalikan cairan elektrolit pekat
Pastikan akurasi pemberian obat
Hindari salah kateter dan salah sambung slang
Gunakan alat injeksi sekali pakai (suntikan)
Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosocomial

Tujuh standar keselamatan pasien (mengacu pada hospital patient safety


standardsyang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Healt
Organization, Illinois,USA,tahun 2002),yaitu :
Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan.
Kriterianya adalah harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter wajib membuat
renacana pelayanan, dokter penanggung jawab.
Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan, dengan itu pasien dan keluarga
dapat memberikan info dengan benar,jelas dan lengkap, mengetahui kewajiban dan tanggung
jawab, mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, memahami dan menerima
konsekuensi pelayanan, mematuhi intruksi dan menghormati peraturan RS.

18
Kesalamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah koordinasi pelayanan secara menyeluruh, koordinasi pelayanan
desesuaikan kebutuhan pasien, koordinasi pelayanan mencangkup peningkatan komunikasi,.
Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan kesalamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki prooses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengmpulan data menganalisis secara intensif
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja.
Kriterianya adalah setiap rumah sakit harus melaakukan proses pecegahan yang baik, setiap
rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja, setiap rumah sakit harus melakukan
evaluasi intensif, setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah pimpinan menjamin berlangsunya program resiko kejadian tidak
diharapkan, pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit, pimpinan
mengalokasi sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja
RS.
Kriterianya adalah terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien,
tersedia program untuk meminimalkan insiden, tersedia mekanisme untuk menangani
berbaagai jenis insiden,terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarelaantar unit
dan antar pengelola pelayanan.
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencangkup keterkaitan jabatan secara jelas, RS menyelenggaran pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staaf serta
mendukung interdisiplin dalam pelayanan.
Kriterianya adalah memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topic
keselmatan pasien, menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok guna
mndukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standranya adalah RS merencanakan proses menejemen informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat wakttu
dan akurat.

19
Kriterianya adalah disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
menejemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal hal terkait dengan keselamatan
pasien, tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi.
Tujuh langkah menuju kesalamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-2005)
sebagai panduan bagi staf rumah sakit.
1. bangun kesadaran akan nilai keselamtan pasien,ciptakan kepemimpinan dan budaya yang
terbuka dan adil
Bagi rumah sakit :
*kebijakan : tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada
staf, pasien, keluarga
*kebijakan : peran dan akuntabilitas individual pada pasien
*tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
*lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian
Bagi tim :
*anggota mampu berbicara, peduli dan berani lapor bila ada insiden
*laporan terbuka dan terjadi proses pembelajaran sera pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
2. pimpin dan dukung staf bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang RS
Bagi rumah sakit :
*ada anggota direksi yang bertangggung jawab
*ada anggota penggerak
*masukan semua program latihan staf
Bagi tim :
*ada penggerak untuk memimpin gerakan
*jelaskan relevansi dan pentingnya manfaat gerakan
*tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
3. integrasikan aktivitas pengelolaan risikokembangkan system dan proses pengelolaan
risiko serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah
Bagi rumah sakit :
*gunakan informasi dari system pelaporan insiden dan asesmen risiko dan tingkatkan
kepedulian terhadap pasien

20
Bagi tim :
*proses asesmen risiko teratur tentukan akseptabilitas tiap risiko dan langkah memperkecil
risiko tsb
4. kembangkan system pelaporan pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS
Bagi rumah sakit :
*lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar yang
harus dilaporkan
Bagi tim :
*dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting
5. libatkan dan berkomunikasi dengan pasien kembangkan cara cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien
Bagi rumah sakit :
*kebijakan komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien dan keluarga
*pasien dan keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
Bagi tim :
*Prioritaskan pemberihauan kepada pasien dan keluarga bila terjadi insiden
*segera setelah kejadian tunjukan empati kepada pasien dan keluarga
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dorong stf untuk melakukan
analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mnegapa kejadian itu timbul
Bagi rumah sakit :
*staf terlatif mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
Bagi tim :
*diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
7. cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien gunakan informasi yang
ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada system pelayanan
Bagi rumah sakit :
*tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, asesmen resiko, kaajian insiden,
dan solusi

21
Bagi tim :
*kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
Langkah langkah kegiatan pelaksanaan patien safety adalah
a. rumah sakit : agar membentuk tim keselamatan pasien rumah sakit dengan susunan organ
organisasi seperti dokter, perawat, dokter gigi, farmasi dan rekam medis.
b. di provinsi/kabupaten/kota : melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.

ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

1.PENGERTIAN ALAT PELINDUNG


Perlindungan barrier, yang disebut secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (ADP),
telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan. Agar menjadi efektif ADP harus dipakai dengan benar. Misalnya
gaun dan duk lobang telah terbukti dapat mencegah infeksi luka bila hanya dalam keadaan
kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain bereraksi sebagai spons yang menarik dari kulit
atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai
konsekuensinya pengelolah rumah sakit, penyedia dan para petugas kesehatan harus
mengetahui idak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi peran mencegah
penyakit infeksi sehingga digunakan secara efektif dan efisien.
A. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
1. Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien
dari mikroorgaisme yang berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Sarung tagan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien dengan
pasen lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Cara menggunakan:
- Cuci tangan secara menyeluruh
- Bila sarung tangan belum dibedaki ambil sebungkus bedak dan tuangkan sedikit
- Pegang tepi sarung tangan dan masukan jari tangan pastikan ibu jari dan jari-jari
lain tepat pada posisinya
- Ulangi pada tangan kiri
- Setelah terpasang cakupkan kedua tangan
2. Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut
pada wajah (Jenggot). Masker digunakan untuk menahan cipratan yang sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut

22
petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan yang tahan dari cairan, maka
maskerbtersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Cara menggunakan:
- Tentantukan bagian tepi atas dan bawah masker
- Pegang tali kedua masker
- Ikatan pertama bagaian atas berada pada kepala sedangkan ikatan kedua berada
paada leher
3. Alat pelindung mata
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lainnya dengan cara
melindungi mata.Pelindungi mata mecangkup kacamata (goggles) plastik bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada
bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung wajah,
jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya pericikan cairan secara tidak
sengaja kearah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Meskipun topi dapat memberikan
sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakaiannya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5. Gaun Pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airbone. Pemakaian gaun pelidung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui
atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus
menggunakan gaun pelindung setiap masuk ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan percikan atau semprotan darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi.
Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepas gaun
sebelum meninggalkan areaa pasien. Setelah gaun dilepas pastikan bahwa pakaian dan
kulita tidak kontak dengan bagian potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk
perpindahan organisme.
Cara menggunakan:
- Keringkan tangan dan lengan satu per satu bergantian dimulai dari tangan
kemudian lengan bawah memakai handuk steril
- Jaga agar tangan tidak menyentuh gaun pelindung steril taruh handuh bekas pada
suatu wadah
- Ambil gaun pelindung dengan memegang bagian dalam yaitu pada bagian
pundak. Biarkan gaun pelindung terbuka masukan tangan-tangan kedalam lubang
posisi lengan diletakan setinggi dada menjauh dari tubuh
- Gerakan lengan dan tangan ke dalam lubang gaun pelindung
- Bagian belakang gaun ditutup atau diikat dengan bantuan petugas lain yang tidak
steril

23
6. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat berkerja dapat diturunkan 20-100 kali
dengan memakai gaun pelindung. Perawat yang menggunakan apron plastik saat
merawat pasien bedah abdoment dapat menurunkan transmisi S. Auresus 30X
dibandingkan dengan perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
7. Apron
Yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menggunakan apron
dibawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal ini sangat penting bila gaun pelindung tidak tahan air
apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
8. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, sandal
jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan banyak perlindungan tetapi harus
dijaga tataep bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.

FAKTOR FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIN ALAT


PELINDUNG DIRI
o Kenakan APD Sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan
o Gunakan dengan hati-hati, jangan menyebarkan kontaminasi
o Lepas dan buang secara hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi
o Lepas dan buang secara hati hati ketempat limbah infeksius yang telah disediakan di
ruangan ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan dan segera lakukan pembersihan.
24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah
satu dari jenis infeksi yaitu infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat. Terdapat faktor penyebab
perkembangan infeksi nosokomial yaitu agrn infeksi, respon dan toleransi tubuh pasien,
infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung, resistensi antibiotika dan faktor alat.

3.2 Saran
Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar memfasilitasi alat yang
dibutuhkan dalam mencegah infeksi nosokomial dirumah sakit dan mengurangi beban kerja
perawat agar dapat melakukan upaya pencegahan infeksi nosokomial dengan baik serta
diharapkan kepada perawat pelaksana agar berupaya dengan baik dalam mencegah infeksi
nosokomial di rumah sakit.

25
Daftar Pustaka
Potter A. Patricia dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika
Alimul Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Potter A. Patricia dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika
26
PRINSIP DAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI DAN PATIENT SAFETY
Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar II tentang prinsip dan prosedur
pengendalian infeksi dan patient safety dengan dosen pembimbing Linda Sari Barus, M.Kep.,
Ns., Sp.Kep. An.
Oleh :
Theophylia Melisa Manumara
Maria Christina Moa
Kettrin Siolany
Birgitta Harya Shandika
Witty Yolandita
Sevita Paulina
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
Jalan Parahyangan Kav.8 Blok B/1, Kota Baru Parahyangan
2017

Вам также может понравиться