Kendala dalam usaha agribisnis peternakan domba/kambing masih menghadapi sejumlah
kendala. Di antaranya ketidak tersediaan industri perbibitan domba/kambing yang dapat diandalkan. Padahal, upaya pembibitan sangat penting untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Selama ini, upaya pembibitan yang tidak kredibel telah menyebabkan kualitas genetik domba/kambing semakin menurun. Perilaku peternak yang cenderung menjual domba/kambing jantan berkualitas karena harganya relatif mahal, juga menjadi faktor penyebab kualitas domba/kambingyang berada di kalangan peternak rendah, menyebabkan keturunan domba/kambing generasi selanjutnya menjadi kurang baik, yang akhirnya menghilangkan kesempatan para peternak di Jabar untuk memperoleh manfaat ekonomi yang lebih baik, peternakan domba/kambing ditinjau dari sudut ekonomi relatif telah menghidupkan perekonomian pedesaan, perluasan lapangan kerja dan usaha terutama di daerah-daerah basis populasi domba/kambing. Peternakan domba/kambing di wilayah yang masih memiliki lahan penggembalaan dapat dijadikan komoditas alternatif pengentasan kemiskinan, sehubungan dengan kemampuan reproduksi domba/kambing yang relatif cepat. H Rali, sebagai KTNA dan peternak yang mempunyai anggota bina cukup banyak dan rata memilik ternak domba 25 – 50 peranggota mengatakan, jika kemudian jadi dilakukan pengembangan agribisnis domba, di Jabar harus mengutamakan kemandirian para peternak. Ini sebagai langkah membangun keseriusan usaha para peternak domba dalam menggenjot populasi dan kualitas. Namun ia mengingatkan, hal lebih penting, yaitu jaminan ketersediaan pakan, terutama dari rumput-rumputan segar. Ini disebabkan belakangan sumber pasokan rumput kini terus berkurang karena tingginya alih fungsi dan kepemilikan lahan, kalau pun peternak domba menggunakan pakan alternatif dari konsentrat, umumnya kini sudah keberatan karena harganya sudah melonjak dari Rp 900/kg menjadi Rp 2.500/kg, mengembangkan agribisnis peternakan akan ikut ditentukan pula oleh keberhasilan Pemprov Jabar dalam melakukan rehabilitasi lingkungan, karena dapat menjadi sumber pakan ternak dari rumput- rumputan. Kalau kondisinya masih seperti sekarang, rata-rata seorang peternak hanya mampu memelihara lima ekor domba, itu pun untuk memperoleh pakan rumput harus rebutan dan tak jarang kucing-kucingan dengan petugas saat mencari rumput di hutan dan perkebunan, Sarjana Membangun Desa (SMD) yang berada dilapangan berupaya membuat terobosan dalam budidaya ternak domba/ kambing dengan memafaatkan teknologi dan pengetahuan kesarjanaannya untuk mendukung ketersediaan hijauan pakan ternak sepanjang tahun agar dapat meringakan peternak didalam mencari pakan ternak alternatif dalam budidaya ternak domba/kambing. Sedangkan dalam memdukung pemasaran hasil dengan membuat produk olahan baso berbahan baku daging domba mulai dipromosikan di Jabar, sebagai inovasi produk makanan sekaligus mengembangkan bisnis industri agro produk olahan. Promosi produk baso berbahan baku daging domba di antaranya dilakukan pada Ekspose Agrosbisnis Domba yang diselenggarakan Dinas Peternakan Jabar di Mall Metro Indah Bandung, yang dihadiri Gubernur Jabar, H Ahmad Heryawan. Produksi baso berbahan baku daging domba dirintis dan diperkenalkan oleh Asosiasi Sarjana Membangun Desa (ASMD) Jabar-Banten, sebagai upaya membangun dan mengembangkan agribisnis domba, berkaitan memperluas pangsa pasar ternak domba. Ketua ASMD Jabar, Hafid, mengatakan, sosialisasi pengembangan agrobisnis ternak domba dilakukan pada 18 titik wilayah di Jabar, terutama Sumedang, Garut, Bandung, dan Majalengka, saat ini jumlah sarjana membangun desa, khususnya pada operasional di Jabar masih berkisar 121 orang dari angkatan pertama tahun 2008- 2009 lalu.
Namun dari jumlah tersebut, sudah
terlihat indikasi sejumlah langkah mereka dalam membuka peluang usaha bagi masyarakat, terutama melalui pemanfaatan potensi lokal di sekitar, misalnya melalui pengembangan produksi baso berbahan baku daging domba berkaitan agroindustri ternak domba.
Dinas Peternakan Jabar membantu penyempurnaan teknik pengolahan produksi baso
berbahan baku daging domba, untuk mendukung promosi dan pemasaran produk baru tersebut di pasaran Kota Bandung dan sekitarnya. Produksi baso berbahan daging domba, merupakan inovasi produk yang dibuat Asosiasi Sarjana Membangun Desa (ASMD) sebagaiupaya pengembangan agroindustri usaha peternakan domba.