Вы находитесь на странице: 1из 120

TUGAS AKHIR TE 141599

ANALISA KARAKTERISTIK FISIK DAN ELEKTRIK


UNTUK ESTIMASI UMUR MINYAK TRANSFORMATOR
MENGGUNAKAN HUKUM ARRHENIUS

Rifqi Jauhari
NRP 2213100061

Dosen Pembimbing
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Ni Ketut Aryani, MT.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
FINAL PROJECT TE 141599

PHYSICAL AND ELECTRICAL CHARACTERISTIC


ANALYSIS FOR THE LIFE TIME ESTIMATION OF
TRANSFORMER OIL USING ARRHENIUS LAW

Rifqi Jauhari
NRP 2213100061

Advisors
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Ni Ketut Aryani, MT.

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING


Faculty of Industrial Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
ANALISA KARAKTERISTIK FISIK DAN ELEKTRIK UNTUK
ESTIMASI UMUR MINYAK TRANSFORMATOR
MENGGUNAKAN HUKUM ARRHENIUS

Nama : Rifqi Jauhari


Pembimbing I : Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, S.T., M.Sc.
Pembimbing II : Ir. Ni Ketut Aryani, MT.

ABSTRAK

Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan


elektrik dari isolasi minyak transformator disebabkan oleh tekanan
termal, serta mengetahui estimasi umur dari isolasi minyak dalam tekanan
termal. Eksperimen yang dilakukan adalah percepatan penuaan secara
termal pada isolasi minyak menggunakan pemanas listrik dengan durasi
waktu 168 jam dengan temperatur 1000C, 96 jam dengan temperatur
1150C, dan 48 jam dengan temperatur 1250C. Dari hasil eksperimen
dilakukan analisa karakteristik fisik dengan cara pengamatan visual
terhadap perubahan warna dan melakukan pengujian tegangan tembus
untuk mengetahui karakteristik elektrik dari isolasi minyak. Kemudian
dilakukan perhitungan untuk estimasi umur isolasi menggunakan
pendekatan Hukum Arrhenius dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap
tegangan tembus.
Pada eksperimen dengan temperatur 1000C, 1150C, dan 1250C
didapatkan karakteristik fisik dengan warna yang berubah menjadi
semakin keruh (hitam) dan untuk karakteristik elektrik didapatkan dengan
nilai tegangan tembus yang semakin menurun. Estimasi umur isolasi
minyak menggunakan pendekatan Hukum Arrhenius didapatkan pada
temperatur 1000C sebesar 25663.2 jam, 1150C sebesar 4300.57 jam, dan
1250C sebesar 1408.71 jam. Untuk estimasi umur menggunakan
pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus didapatkan pada
temperatur 1000C sebesar 20064.96 jam, 1150C sebesar 1526.57 jam, dan
1250C sebesar 1106.76 jam.

Kata Kunci : Minyak Transformator, Penuaan, Karakteristik Fisik,


Karakteristik Elekrik, Hukum Arrhenius, Tegangan
Tembus, Estimasi Umur

i
Halaman ini sengaja dikosongkan

ii
PHYSICAL AND ELECTRICAL CHARACTERISTIC ANALYSIS
FOR THE LIFE TIME ESTIMATION OF TRANSFORMER OIL
USING ARRHENIUS LAW

Name : Rifqi Jauhari


1st Advisor : Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, S.T., M.Sc.
2nd Advisor : Ir. Ni Ketut Aryani, MT.

ABSTRACT

This study was implemented to know the physical characteristics


and electric from isolation oil transformer caused by thermal stress, and
to know the life time estimation of isolation oil in thermal stress. This
experiment was implemented with thermally accelerated aging in
isolating oils using an electric oven with duration of time 168 hours at a
temperature 1000C, 96 hours at a temperature 1150C, and 48 hours at a
temperature 1250C. From the results of experiments, that can be conclude
an analysis of physical characteristics can be observed by visual
observation of the color change and perform tests to determine the
breakdown voltage characteristics of the electrical isolation oil. Then
calculate the life time estimation of isolation using the Law of Arrhenius
and the electrical isolation voltage endurance.
In experiments with a temperature of 100 0C, 1150C, and 1250C
obtained with the physical characteristics of the color change is
increasing turbid (black) and the electrical characteristics is obtained by
decreasing the value of breakdown voltage. Life time estimation of
isolation oil using the Law of Arrhenius at a temperature of 1000C is
25663.2 hours, temperature of 1150C is obtained 4300.57 hours, and
temperature of 1250C is obtained 1408.71 2 hours. Estimation life time
used Electrical Isolation Voltage Endurance at a temperature of 100 0C is
obtained 20064.96 hours, at a temperature of 115 0C is obtained 1526.57
hours, and at a temperature of 1250C is obtained 1106.76 hours.

Keywords: Oil Transformer, Aging, Physical Charateristic, Electrical


Characteristic, Arrhenius Law, Breakdown Voltage, Life Time Oil `

iii
Halaman ini sengaja dikosongkan

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kehadirat Allah Subhanahu wa taala


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya Shalawat serta salam
tidak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
yang berjudul Analisa Karakteristik Fisik dan Elektrik untuk Estimasi
Umur Minyak Transformator Menggunakan Hukum Arrhenius .
Pengerjaan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana pada bidang Teknik
Sistem Tenaga, Jurusan Elektro, Fakultas Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam pelaksanaan dan pembuatan Tugas Akhir ini tentunya sangat
banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Melalui lembar
ini, penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak I Made Yulistya Negara dan Ibu Ni Ketut Aryani atas segala
pengetahuannya dan waktunya dalam membimbing penulis sampai
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua penulis, Bapak Lukman Hakim Jauhari dan Mama
Sri Purwaning Untari yang telah memberikan nasihat, semangat, doa
dan dukungan materil kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan tepat pada waktunya.
3. Adik dan Kakak, serta keluarga besar yang selalu memberikan doa,
hiburan dan semangat kepada penulis selama mengerjakan Tugas
Akhir
4. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
5. Temanteman Angkatan 2013 atas semangat dan motivasi selama
menempuh kuliah jurusan Teknik Elektro.
6. Teman-teman Laboratorium Tegangan Tinggi yang selalu membantu
dan memberi hiburan kepada penulis selama mengerjakan Tugas
Akhir.
7. Rahma Fida Fadhilah yang ada selalu untuk mengingatkan, memberi
dukungan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan Tugas
Akhir.
8. Teman-teman Eclus yang telah menemani, memberikan semangat
dan hiburan selama menempuh kuliah di jurusan Teknik Elektro.

v
9. Karyawan PT. Bambang Djaja yang telah membantu memberikan
bantuan untuk Tugas Akhir.
10. Pihak-pihak lain yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu yang
ikut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir.

Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dan


berguna bagi penulis khususnya dan juga bagi para pembaca pada
umumnya.

Surabaya, Januari 2017

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT.. iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI. vii
DAFTAR GAMBAR. xi
DAFTAR TABEL. xv

BAB I PENDAHULUAN. 1
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Sistematika Laporan..... 4

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN ISOLASI CAIR... 7


2.1Transformator.... 7
2.1.1Transformator Daya... . 8
2.1.2 Jenis Gangguan Internal pada Transformator. 9
2.2 Isolasi Minyak pada Transformator.. 9
2.2.1 Jenis Isolasi Minyak Transformator 10
2.2.2 Isolasi Minyak Mineral 10
2.2.3 Karakteristik Fisik Isolasi Minyak... 11
2.2.4 Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak. 12
2.2.5 Karakteristik Kimia Isolasi Minyak.... 13
2.2.6 Standar Pengujian Karakteristik Isolasi Minyak.. 14
2.3 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair di Transformator... 14
2.3.1 Teori Kegagalan Zat Murni atau Elektronik.... 15
2.3.2 Teori Kegagalan Gelembung Udara.... 17
2.3.3 Teori Kegagalan Bola Cair...... 19
2.3.3 Teori Kegagalan Butiran Padat........ 22
2.4 Penuaan Isolasi Minyak Transformator.... 25
2.5 Proses Percepatan Penuaan Termal...... 28
2.6 Standar Warna Minyak Transformator. 30
2.7 Dasar Pengujian Tegangan Tinggi 31
2.8 Penerapan Model Hukum Arrhenius 32
2.9 Ketahanan Isolasi Terhadap Tegangan Tembus 34

vii
BAB III EKSPERIMEN PERCEPATAN PENUAAN
TERMAL, PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA. 37
3.1 Identifikasi Masalah.. 37
3.2 Metodologi Penelitian .. 38
3.3 Peralatan Eksperimen... 39
3.3.1 Pengkondisian Sampel Uji Isolasi Minyak . 39
3.3.2 Percepatan Penuaan Minyak Secara Termal... 42
3.3.3 Pengamatan Visual untuk Karakteristik Fisik 45
3.3.4 Pengujian Tegangan Tembus.. 46
3.4 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transformator. 49
3.4.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Menggunakan
Pendekatan Hukum Arrhenius. 49
3.4.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Menggunakan
Pendekatan Ketahanan Isolasi Terhadap
Tegangan Tembus . 51

BAB IV ANALISIS DATA... 55


4.1 Analisa Pengaruh Penuaan terhadap Karakteristik Fisik
Isolasi Minyak Setelah Percepatan Penuaan
Termal.. 55
4.1.1 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak
Temperatur 1000C 56
4.1.2 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak
Temperatur 1150C 58
4.1.2 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak
Temperatur 1250C 61
4.1.3 Perbandingan Analisa Karakteristik Fisik Isolasi
Minyak .... 63
4.2 Analisa Pengaruh Penuaan terhadap Karakteristik
Elektrik Isolasi Minyak Setelah Percepatan Penuaan
Termal . 65
4.2.1 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak
Temperatur 1000C 65
4.2.2 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak
Temperatur 1150C 67
4.2.3 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak
Temperatur 1250C 68

viii
4.2.4 Analisa Karakteristik Elektrik Tegangan
Tembus Isolasi Minyak 70
4.3 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transformator.. 72
4.3.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan
Hukum Arrhenius 72
4.3.2 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan
Ketahanan Isolasi Terhadap Tegangan Tembus... 77
4.3.3 Perbandingan Estimasi Menggunakan
Pendekatan Hukum Arrhenius dengan
Pendekatan Ketahanan Isolasi Terhadap
Tegangan Tembus 85

BAB V PENUTUP. 87
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Saran . 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


RIWAYAT HIDUP PENULIS . 91

ix
Halaman ini sengaja dikosongkan

x
TABLE OF CONTENTS

TITLE
STATEMENT SHEET
APPROVAL SHEET
ABSTRAK ............... i
ABSTRACT .. iii
PREFACE ............................ v
TABLE OF CONTENT .. vii
LIST OF FIGURES xi
LIST OF TABLES ... xv

CHAPTER I PREFACE ... 1


1.1 Background .. 1
1.2 Systematic of Report Writing ............... 4

CHAPTER II POWER TRANSFORMER AND LIQUID


INSULATION.. 7
2.1 Transformer..... 7
2.1.1 Power Transformer ... .. 8
2.1.2 Disturbance Types On Transformer .. 9
2.2 Insulating Oil in Transformer.... 9
2.2.1 Type of Insulation Oil Transformer ... 10
2.2.2 Insulation Mineral Oil.. 10
2.2.3 Physical Characteristic of Insulation Oil ..... 11
2.2.4 Electrical Characteristic of Insulation Oil .. 12
2.2.5 Chemical Characteristic of Insulation Oil.. 13
2.2.6 Standard Test Characteristic of Insulation Oil 14
2.3 Failure Mechanisms of Liquid Insulation ... 14
2.3.1 Pure Substance or Electronic Failure... 15
2.3.2 Air Bubbles Failure ..... 17
2.3.3 The Ball Liquid Failure ....... 19
2.3.3 Granules Solid Failure ....... 22

vii
CHAPTER III ACCELERATION OF AGING TERMAL
EXPERIMENTAL, TESTING METHODS AND DATA
PROCESSING. 37
3.1 Identification Problem 37
3.2 Research Methodology .. 38
3.3 Equipment Experiment ... 39
3.3.1 Conditioning a Test Sample of Insulation Oil .. 39
3.3.2 The Acceleration of Aging Oil in Thermal ...... 42
3.3.3 The Visual Observation to The Physical
Characteristics...... 45
3.3.4 Breakdown Voltage Test.. 46
3.4 Estimation Life Time Insulation Oil transformer. 49
3.4.1 Estimation Life Time Oil Used Arrhenius Law... 49
3.4.1 Estimation Life Time Oil Used Insulation
Voltage Endurance .. 51

CHAPTER IV DATA ANALYSIS.. 55


4.1 Analysis The Influence of Aging to Characteristic of
Physical Isolation Oil After The Acceleration of Aging
Thermal 55
4.1.1 Analysis of The Physical Characteristics
Isolation Oil at 1000C 56
4.1.2 Analysis of The Physical Characteristics
Isolation Oil at 1150C 58
4.1.2 Analysis of The Physical Characteristics
Isolation Oil at 1250C 61
4.1.3 Comparison Analysis of The Physical
Characteristics Isolation Oil .. 63
4.2 Analysis The Influence of Aging to Characteristic of
Electric Isolation Oil after The Acceleration of Aging
Thermal 65
4.2.1 Analysis of The Electric Characteristics
Isolation Oil at 1000C 65
4.2.2 Analysis of The Electric Characteristics
Isolation 1150C.. 67
4.2.3 Analysis of The Electric Characteristics
Isolation 1250C.. 68
4.2.4 Electric Characteristics Brekdown Voltage
Analysis... 70

viii
4.3 Estimation Life Time Isolation Oil Transformer 72
4.3.1 Estimation Life Time Oil Used Arrhenius Law 72
4.3.2 Estimation Life Time Oil Used Insulation
Voltage Endurance.............................................. 77
4.3.3 Comparison Estimation Used The Arrhenius
Law With The Insulation Voltage Endurance... 85

CHAPTER V CLOSING.. 87
5.1 Conclusion ........... 87
5.2 Suggestions 88

BIBLIOGRAPHY ... 89
CURRICULUM VITAE . 91

ix
Halaman ini sengaja dikosongkan

x
DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 2.1 Bagian dan Prinsip kerja transformator 7


Gambar 2.2 Transformator Daya 8
Gambar 2.3 Struktur hidrokarbon pada minyak mineral dari 11
Parafins (a),struktur dari Neftinis (b), struktur
dari Aromatik
Gambar 2.4 Kegagalan elektronik 15
Gambar 2.5 Kegagalan kavitas pada media isolasi cair 17
Gambar 2.6 Grafik perbandingan hasil perhitungan sesuai
dengan teori kekuatan gagal medan gelembung
dengan hasil percobaan 18
Gambar 2.7 Sferoida 19
Gambar 2.8 Grafik hubungan kuat medan listrik terhadap
nilai 20
Gambar 2.9 Bola air yang memanjang memicu kegagalan 22
Gambar 2.10 Kegagalan butiran padat dalam media isolasi cair 22
Gambar 2.11 Mekanisme laju degradasi pada isolasi minyak 27
Gambar 2.12 Kurva bak mandi dari estimasi umur
transformator 27
Gambar 2.13 Grafik Tegangan dan Waktu Pengujian merusak
(destructive) 31
Gambar 3.1 Pengkondisian pemanasan pada gelas beaker 500
ml 41
Gambar 3.2 Katalis berupa kawat temabaga dengan panjang
10 cm (a). Sampel uji isolasi minyak Nynas
Nytro Libra 500 ml dalam gelas beaker(b) 42
Gambar 3.3 Pengkondisian sampel uji isolasi minyak
menggunakan katalis berupa kawat tembaga 42
Gambar 3.4 Kelompok sampel uji temperatur 1000C 43
Gambar 3.5 Proses pemanasan sampel isolasi minyak di
dalam pemanas listrik (oven) 43
Gambar 3.6 Pengukuran temperatur pada 1000C 44
Gambar 3.7 Pengukuran temperatur pada 1150C 45
Gambar 3.8 Pengukuran temperatur pada 1250C 45
Gambar 3.9 Alat uji tegangan tembus Magger OTS80PB di
Quality Control PT. Bambang Djaja 47
xi
Gambar 3.10 Proses jalanya arah gelembung gas pada posisi
elektroda vertikal(a). Proses jalanya arah
gelembung gas pada posisi elektroda
horisontal(b) 48
Gambar 3.11 Bejana pengujian tegangan tembus pada Magger
OTS80PB 48
Gambar 3.12 Elektroda berbentuk jamur dengan jarak 2,5 mm 48
Gambar 4.1 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
24 jam (b), 48 jam (c), 96 jam(d), 120 jam(e), dan
168 jam(f) pada temperatur 1000C 56
Gambar 4.2 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
24 jam (b), 48 jam (c), 96 jam(d), 120 jam(e), dan
168 jam(f) pada temperatur 1000C 57
Gambar 4.3 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
24 jam (b), 48 jam (c), 72 jam(d), dan 96 jam(e),
pada temperatur 1150C 58
Gambar 4.4 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
24 jam (b), 48 jam (c), 72 jam(d), dan 96 jam(e),
pada temperatur 1150C 59
Gambar 4.5 Penampilan tampak bawah sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 72 jam (a) dan
durasi waktu 96 jam (b) pada temperatur 1150C 60
Gambar 4.6 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
6 jam (b), 12 jam (c), 24 jam(d), 36 jam(e), dan
48 jam(f) pada temperatur 1250C 61
Gambar 4.7 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 0 jam atau baru (a),
6 jam (b), 12 jam (c), 24 jam(d), 36 jam(e), dan
48 jam(f) pada temperatur 1250C 62
Gambar 4.8 Penampilan tampak bawah sampel uji isolasi
minyak dengan durasi waktu 48 jam pada
temperatur 1250C 63

xii
Gambar 4.9 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1000C 63
Gambar 4.10 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1150C 64
Gambar 4.11 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1250C 64
Gambar 4.12 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 100 0C 66
Gambar 4.13 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 115 0C 68
Gambar 4.14 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 125 0C 69
Gambar 4.15 Gafik tren penurunan tegangan tembus isolasi
minyak pada variasi temperatur yang berbeda 71
Gambar 4.16 Kurva Arrhenius pada percepatan penuaan
sampel uji isolasi minyak transformator bejenis
minyak mineral dalam variasi temperatur 75
Gambar 4.17 Kurva Estimasi Umur Isolasi Minyak pada
variasi temperatur antara 850C-1500C dengan T
= 50C 77
Gambar 4.18 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1000C 82
Gambar 4.19 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1150C 83
Gambar 4.20 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1250C 84
Gambar 4.21 Grafik eksponensial perbandingan estimasi umur
isolasi minyak transfomator 86

xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan

xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Karakteristik isolasi minyak dan standar metode
pengujian 14
Tabel 2.2 Petunjuk untuk melihat warna minyak
transformator 30
Tabel 2.3 Kategori peralatan berdasarkan tegangan
operasinya 35
Tabel 2.4 Aplikasi dan interpretasi dari tes pengujian
tegangan tembus 36
Tabel 3.1 Karakteristik dan spesifikasi isolasi minyak
berjenis minyak mineral berlebel Nynas Nitro
Libra 40
Tabel 3.2 Jadwal kelompok sampel uji isolasi minyak untuk
eksperimen percepatan penuaan termal 44
Tabel 3.3 Penamaan sampel pada sampel uji isolasi minyak 46
Tabel 3.4 Standar dielectric strength minyak isolasi 52
Tabel 4.1 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1000C 65
Tabel 4.2 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1150C 67
Tabel 4.3 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1250C 69
Tabel 4.4 Nilai hasil perhitungan dari eksperimen
percepatan penuaan sesuai temperatur dan durasi
waktu yang diterapkan 73
Tabel 4.5 Estimasi umur isolasi minyak secara ekesperimen 76
Tabel 4.6 Temperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1000C 79
Tabel 4.7 Temperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1150C 80
Tabel 4.8 emperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1250C 81

xv
Halaman ini sengaja dikosongkan

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem tenaga listrik menggunakan sistem tegangan AC
(Alternating Current) mulai dari pembangkitan, transmisi hingga
distribusi, transformator merupakan salah satu aset yang paling penting
dan berharga dalam penyaluran tenaga listrik. Transformator berfungsi
sebagai mentransformasikan tegangan tanpa mengubah frekuensi dari
listrik yang dibangkitkan. Dalam operasi sistem tenaga listrik
transformator tidak lepas dari fenomena kegagalan, baik berupa
kegagalan termal, kegagalan mekanik, maupun kegagalan elektrik. Jika
kegagalan terjadi secara terus menerus maka akan mengurangi dari umur
transformator itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kerusakan yang
fatal pada transformator. Kehandalan kerja transformator perlu dikontrol
secara kontinu untuk kerja transformator efektif dan dapat dioperasikan
secara kontinu. Jika terjadi kerusakan pada transformator, maka untuk
perbaikannya, dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan tidak mudah
untuk diperbaiki. Hal ini nantinya akan berdampak pada kerugian
finansial yang sangat besar.
Transformator daya yang bekerja secara kontinu selama 24 jam
akan memiliki suatu batasan umur yang efektif, dimana hal ini akan
menunjukkan apakah transformator tersebut masih layak dan handal
untuk dioperasikan ke dalam sistem tenaga listrik atau tidak
memungkinkan untuk dioperasikan. Kelangsungan kinerja dari
transformator sangat bergantung pada kualitas sistem isolasinya. Salah
satu sistem isolasi pada transformator yang sering digunakan adalah
pada kualitas isolasi minyak transfomator. Menurut standar pada IEEE,
umur untuk pemakaian transformator daya hingga 180000 jam atau
20,55 tahun, sedangkan menurut standar IEC tidak dapat ditentukan
secara spesifik, tetapi diperkirakan umur transformator hingga 30 tahun
tergantung pada tingkat penuaan yang dipengaruhi oleh suhu hotspot.
Terdapat beberapa fenomena kegagalan pada transformator yang
salah satu penyebabnya adalah adanya panas berlebih yang sering terjadi
pada sistem isolasi transformator. Terdapat beberapa faktor yang
menimbulkan panas pada transformator, seperti: pembebanan berlebih
pada transformator, pelepasan beban muatan, pemanasan dielektrik,
Arus Eddy, rugi histerisis, adanya proses oksidasi yang menghasilkan
karat, lingkungan sekitar dengan suhu yang tinggi, dan lain sebagainya.

1
Suhu yang tinggi ini menjadi parameter yang paling banyak berpengaruh
terhadap penuaan pada sistem isolasi transformator, sehingga
transformator memerlukan sistem pendingin untuk mengontrol suhu
yang tinggi akibat berbagai faktor. Suhu yang tinggi akan memicu reaksi
berantai yang akan mempercepat penurunan umur dan kualitas kerja dari
sistem isolasi transformator, baik pada isolasi minyak maupun isolasi
kertas pada transformator, dan menimbulkan turunnya efektifitas kerja
sistem pendingin sehingga nantinya mengakibatkan transformator
mengalami kerusakan.
Penuaan isolasi minyak pada transformator akan menyebabkan
penurunan terhadap kehandalan dan umur transformator. Selain
berdampak pada kerugian finansial yang besar, hal ini juga akan
berpengaruh terhadap kualitas tenaga listrik yang disuplai kepada
pelanggan. Dalam studi ini, dilakukan analisa dan estimasi umur minyak
transformator dengan melakukan percepatan penuaan termal pada isolasi
minyak transformator melalui eksperimen dan menganalisis pengaruh
percepatan penuaan termal terhadap karakteristik fisik dan elektrik
isolasi minyak serta mengestimasi umur isolasi minyak transformator
menggunakan Hukum Arrhenius. Melalui studi ini, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia tenaga listrik,
khususnya pada pengkajian estimasi umur minyak transformator
sehingga dapat mengambil langkah-langkah efektif dan preventif dalam
menangani permasalahan yang berkaitan dengan isolasi minyak
transformator, baik dalam penggantian maupun purifikasi minyak
transformator.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berjudul Analisa
Karakteristik Fisik dan Elektrik Untuk Estimasi Umur Minyak
Transformator Menggunakan Hukum Arrhenius Permasalahan yang
akan dibahas dalam studi ini yaitu menganalisa karakteristik fisik dan
elektrik dari isolasi minyak transformator setelah dan sebelum dilakukan
percepatan penuaan termal, serta melakukan estimasi umur minyak
transformator menggunakan Hukum Arrhenius dan dibandingkan
dengan menggunakan ketahan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan. Tujuan dari studi ini adalah mensimulasikan
percepatan penuaan termal pada isolasi minyak transformator melalui
eksperimen dan mengetahui karakteristik fisik dan elektrik pasca
penuaan termal serta memprediksi estimasi umur dari isolasi minyak
transformator menggunakan Hukum Arrhenius.

2
Dalam menyelesaikan permasalahan pada studi ini diperlukan
batasan permasalahan. Objek yang diuji adalah minyak mineral jenis
Nynas Nitro Libra sebagai isolasi minyak transformator. Dalam
melakukan penuaan percepatan termal, dilakukan sesuai dengan standar
IEC 61125. Dalam menganalisa pengaruh penuaan termal hanya
dilakukan terhadap karakteristik fisik, yaitu pengamatan secara visual
terhadap perubahan fisik minyak dan karakteristik elektrik, yaitu
tegangan tembus minyak isolasi. Dalam pengolahan data estimasi umur
minyak transformator menggunakan hukum Arrhenius yang sesuai
perhitungan standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the
Statistical Analysis of Thermal Life Test Data dan dibandingkan
dengan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -
1987 IEEE Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation
Voltage Endurance Data.
Dalam studi ini, diperlukan metode penelitian yang tepat agar
pelaksanaan studi sesuai dengan perencanaan. Metode penelitian pada
studi ini meliputi studi literatur, persiapan dan pengkondisian sampel,
eksperimen penuaan percepatan termal, pengambilan data, pengolahan
data dan estimasi umur minyak transformator dan kesimpulan.
Dalam studi literatur, pengumpulan dan mempelajari referensi
dilakukan untuk mencari pengertian, definisi dan berbagai tulisan yang
berhubungan dengan studi ini. Beberapa kata kunci untuk studi literatur
seperti transformator, isolator minyak, karakteristik minyak sebagai
isolasi cair pada tranformator, proses penuaan terhadap isolasi minyak,
estimasi umur minyak isolasi berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius
dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan. Dari literatur yang didapat akan dijadikan sebagai
pendukung dalam studi ini.
Setelah studi literatur terlaksanakan, selanjutnya adalah persiapan
dan pengkondisian sampel. Persiapan tahap pertama untuk memulai
studi dengan mempersiapkan alat dan bahan untuk dilakukannya
percepatan termal, serta sampel isolasi minyak yang ingin diuji. Dalam
studi ini digunakan sampel minyak Nynas Nitro Libra yang didapat dari
PT. Bambang Djaya. Setelah tahap persiapan alat dan bahan, dilakukan
pengkondisian sampel dimana setiap sampel dibagi menjadi 16 dan
diberi katalis tembaga sepanjang 10 cm.
Setelah dilakukan persiapan dan pengkondisian sampel,
dilanjutkan dengan eksperimen percepatan penuaan secara termal.

3
Dalam eksperimen percepatan penuaan secara termal dilakukan sesuai
dengan standart IEC 61125. Sampel minyak mineral dipanaskan di
dalam pemanas (oven) listrik selama 168 jam pada temperatur 100 0C, 90
jam pada temperatur 1150C, dan 48 jam pada temperatur 1250C.
Pengambilan data dilakukan secara pengujian tegangan tembus
pada setiap sampel isolasi minyak transformator menggunakan standar
IEC 60156, dengan menggunakan elektroda berbentuk jamur dan jarak
elektroda 2,5mm.
Pengolahan data eksperimen dan estimasi umur isolasi minyak
transformator dengan menerapkan model Hukum yang sesuai
perhitungan standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the
Statistical Analysis of Thermal Life Test Data dan dibandingkan
dengan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -
1987 IEEE Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation
Voltage Endurance Data.
Memberikan kesimpulan bagaimana karakteristik fisik dan
elektrik setelah dilakukan percepatan penuaan secara termal dan
mendapatkan estimasi umur minyak transformator dengan pendekatan
Hukum Arrhenius yang akan dibandingkan dengan pendekatan
ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan.

1.2 Sistematika Laporan


Penelitian studi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab memiliki
lingkup pembahasan tersendiri.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua menjelaskan transformator daya dan isolasi cair
sebagai penunjang laporan studi meliputi, definisi transformator daya,
minyak sebagai isolator cair pada transformator, mekanisme kegagalan
isolasi cair pada transformator, Hukum Arrhenius dan ketahanan isolasi
terhadap tegangan tembus.
Bab ketiga akan membahas tentang metode pengujian dimana
akan membahas dan menjelaskan mengenai penuaan minyak
tranformator, proses percepatan penuaan termal, penerapan estimasi
umur dalam model pendekatan Hukum Arrhenius dan pendekatan
ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan.

4
Bab keempat akan dibahas mengenai hasil pengujian dan analisa
data. Pengujian karakteristik fisik dengan dilakukan pengamatan secara
visual dan karakteristik elektrik dengan dilakukan pengujian tegangan
tembus pada isolasi minyak. Dilakukan analisa estimasi umur minyak
transformator.
Bab kelima merupakan penutup dari studi pengujian dan estimasi
umur minyak transformator. Bab lima berisikan kesimpulan dari hasil
pengujian yang telah dilakukan dan juga berisi saran-saran. Kesimpulan
diambil melalui pengamatan, pengujian dan analisis pada sampel isolasi
minyak transformator.

5
Halaman ini sengaja dikosongkan

6
BAB 2
TRANSFORMATOR DAYA DAN ISOLASI CAIR

2.1 Transformator
Transformator merupakan peralatan listrik yang statis.
Transformator disebut sebagai peralatan listrik yang statis karena tidak
ada bagian yang berputar ataupun bergerak, tidak seperti generator
ataupun motor. Transformator dapat memindahkan energi listrik bolak-
balik (AC) dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan
mengubah besaran tegangan tanpa mengubah frekuensi. Pengubahan
besaran tegangan pada transformator memanfaatkan prinsip induksi
elektromagnetik pada kumparan transformator. Fenomena induksi
elektromagnetik yang terjadi pada transformator dalam satu waktu adalah
induksi sendiri pada setiap belitan kumparan diikuti oleh induksi bersama
yang terjadi antar belitan kumparan.
Secara sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu belitan primer, belitan sekunder, dan inti besi yang terbuat
dari besi berlapis yang berlaminasi. Belitan sekunder terhubung dengan
sumber listrik bolak balik yang akan membangkitkan fluks magnet dan
akan dihantarkan oleh inti besi ke belitan sekunder, fluks pada belitan
sekunder akan menginduksikan gaya gerak listrik (GGL). Prinsip kerja
dan bagian transformator dapat ditunjukan pada Gambar 2.1. [1]

Gambar 2.1 Bagian dan Prinsip kerja transformator

Dalam pengoperasian penyaluran tenaga listrik, transformator


merupakan peralatan listrik yang sangat penting dalam sistem
pembangkitan, transmisi dan distribusi. Karena itu, dalam kondisi ini
7
suatu transformator diharapkan dapat beroperasi dengan maksimal.
Mengingat transformator bekerja secara terus menerus, maka
pemeliharaan transformator diperhatikan dengan tepat dan sebaik
mungkin.

2.1.1 Transformator Daya


Salah satu peralatan listrik dalam sistem tenaga listrik adalah
transformator yang dapat disebut transformator daya atau power
transformer. Salah satu contoh transformator daya dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Transformator Daya

Gambar 2.2 merupakan transformator daya yang merupakan


bagian dari sistem tenaga listrik, berfungsi mentransformasikan tegangan
tinggi ke tegangan rendah ataupun sebaliknya. Berdasarkan fasa,
transformator daya terdapat dua macam, yaitu transformator daya satu
fasa dan transformator tiga fasa. Transformator tiga fasa dapat disusun
dari tiga transformator satu fasa ataupun langsung dengan satu
transformator tiga fasa. Berdasarkan pemakaian, transformator daya
terdapat tiga macam, yaitu :
1. Transformator Step Up
Transformator step up digunakan sebagai, mentransformasikan
tegangan dari pembangkit atau generator ke saluran transmisi.

8
2. Transformator Transmisi
Transformator transmisi digunakan sebagai mentransformasikan
tegangan antar saluran transmisi.
3. Transformator control
Transformator control berfungsi sebagai pengatur perbandingan
transformasi tegangan untuk mendapatkan tegangan operasi
yang diinginkan. Transformator control terdapat tap changer
atau perubah tap, perubah tap terdapat di satu sisi ataupun dapat
di kedua sisi[2].

2.1.2 Jenis Gangguan Internal pada Transfomator


Terdapat beberapa gangguan internal pada transformator yang
dapat menimbulkan gas yang terlarut pada isolasi minyak saat
transformator beroperasi yaitu :
1. Partial Discharge
Munculnya peristiwa pelepasan atau loncatan bunga api listrik
pada suatu bagian dari bahan isolasi padat transformator.
2. Arching
Arching atau busur api yang terjadi pada isolasi minyak pada
transformator.
3. Thermal Fault
Pemanasan yang terjadi pada transformator mengakibatkan
kenaikan suhu pada isolasi minyak dan selulosa transformator
4. Deterioration
Pemburukan kertas penyekat pada transformator yang
disebabkan panas pada sambungan[3].

2.2 Isolasi Minyak pada Transormator


Isolator atau isolasi merupakan suatu sifat bahan yang mampu
untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang mempunyai jarak
yang berdekatan untuk mencegahnya adanya kebocoran arus atau hubung
singkat, dan dapat melindungi sebagai pelindung mekanik dari kerusakan
diakibatkan oleh korosif atau tekanan, baik tekanan elektrik ataupun
tekanan mekanik. Salah satu isolator pada transformator yaitu isolasi
minyak transformator.
Isolasi minyak transformator sebagai isolator cair pada
transformator yang mempunyai beberapa tugas utama, yaitu sebagai
media isolator, media pendingin, media untuk memadamkan busur api,
dan media pelindung terhadap oksidasi maupun korosi.

9
2.2.1 Jenis Isolasi Minyak Transformator
Berdasarkan pembuatan, Isolasi minyak pada transformator
terdapat tiga jenis, yaitu minyak mineral, minyak sintetik, dan minyak
organik. Isolasi minyak mineral merupakan minyak yang berasal dari
minyak bumi yang diproses secara destilasi, untuk mendapatkan tahanan
yang tinggi dan stabilitas panas yang baik diperlukan beberapa proses
destilasi. Isolasi minyak sintetik merupakan minyak yang diproses secara
kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik dari isolasi
minyak mineral namun isolasi minyak sintetik memiliki kekurangan,
yaitu berbahaya terhadap lingkungan. Isolasi Minyak Organik merupakan
minyak yang diperoleh dari ekstraksi beberapa tumbuhan seperti jarak,
kedelai, dan kelapa[4].

2.2.2 Isolasi Minyak Mineral


Minyak bumi telah digunakan pada tahun 1891 oleh Sebastian de
Ferranti pada isolasi minyak transformator. Minyak bumi merupakan
campuran dari beberapa hidrokarbon yang terdapat dalam fase cair dalam
reservoir di bawah permukaan tanah dan yang tetap cair pada tekanan
atmosfer melalui fasilitas destilasi. Minyak bumi terdiri dari senyawa
hidrokarbon dan sedikit sulfur. Berdasarkan susunan rantai hidrokarbon,
maka senyawa inti dalam minyak bumi dibedakan menjadi beberapa
kelompok utama, yaitu:
1. Linear (Senyawa Parafinis)
Rumus umum pada senyawa Parafinis adalah CnH2n+2,
misalnya metana CH4 dalam bentuk gas dan normal butana
C4H10. Minyak bumi linear digolongkan sebagai fraksi
hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih relatif rendah.
2. Sikloalifatik (Senyawa Naftenis)
Rumus umum pada senyawa Neftenis adalah CnH2n. Minyak
bumi Sikoloafatik mempunyai struktur ikatan berbentuk
lingkaran dengan enam atom karbon atau 14 atom karbon dengan
tiga kelompok lingkaran.
3. Aromatik
Minyak bumi aromatik merupakan senyawa yang mempunyai
struktur enam atom karbon, terbagi menjadi dua golongan yakni
monoaromatik (satu ikatan lingkaran) dan poliaromatik (dua atau
lebih ikatan lingkaran). Minyak bumi Aromatik digolongkan
dengan fraksi hidrokarbon paling berbahaya, dikarenakan
mempunyai titik didih tinggi dan mudah terlarut dalam air laut.

10
Kelompok minyak bumi berdasarkan struktur molekul
hidrokarbon dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(a) (b) (c)


Gambar 2.3 Struktur hidrokarbon pada minyak mineral dari Parafins (a),struktur
dari Neftinis (b), struktur dari Aromatik [4]

Minyak bumi memerlukan proses penyulingan sehingga menjadi


minyak yang mempunyai kegunaan untuk aplikasi tertentu. Proses
minyak bumi menggunakan unit destilasi vakum melalui beberapa proses,
yaitu ekstraksi, filtrasi, re-distalasi, dan hidrogenasi. Minyak mineral
hasil penyulingan dari minyak bumi diketahui baik sebagai bahan isolator
untuk peralatan listrik, khususnya pada peralatan listrik transformator,
karena memiliki karakteristik fisik dan elektrik yang baik. Tetapi dalam
permasalahan dalam penggunaan minyak mineral pada transformator
dapat membahayakan lingkungan dan memicu ledakan pada
transformator. Sehingga isolasi minyak harus memiliki beberapa
karakteristik supaya dapat menjalankan fungsi sebagai bahan isolasi pada
transformator.

2.2.3 Karakteristik Fisik Isolasi Minyak


Isolasi minyak transformator yang baik mempunyai karakteristik
fisik diantaranya, yaitu :
1. Kejernihan penampilan
Kejernihan penampilan dilihat dari warna minyak, warna
minyak yang baik memiliki warna yang jernih, bersih, dan bebas
endapan. Selama transformator dioperasikan, isolasi minyak
akan melarutkan suspensi atau endapan. Semakin banyak isolasi
minyak mengalami endapan yang terlarut, maka warna minyak
akan semakin gelap.
2. Viskositas Kinematik
Viskositas Kinematik merupakan nilai tahanan dari cairan untuk
mengalir secara kontinu dan merata tanpa adanya gaya gesekan

11
ataupun gaya yang lain. Sebagai media pendingin, nilai
viskositas memegang peranan penting dalam pendinginan,
sebagai faktor pemindahan panas secara aliran konveksi.
Semakin rendah nilai viskositas dari minyak, semakin bagus
konduktivitas termalnya, sehingga semakin baik kualitas dari
isolasi minyak transformator.
3. Massa Jenis
Massa jenis merupakan perbandingan massa suatu volume cairan
pada suhu 15,560C dengan massa volume air. Massa jenis isolasi
minyak transformator harus lebih ringan dari pada massa jenis
air.
4. Titik Nyala
Titik nyala merupakan nilai batas isolasi minyak dapat
dipanaskan sampai temperatur tertentu sebelum uap yang timbul
menjadi api yang berbahaya. Semakin tinggi nilai titik nyala
semakin baik isolasi minyak transformator.
5. Titik Tuang
Titik tuang merupakan merupakan nilai batas isolasi minyak
akan terus mengalir saat didinginkan pada temperatur di bawah
normal. Semakin rendah nilai titik tuang semakin baik isolasi
minyak transformator[5].

2.2.4 Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak


Isolasi minyak transformator yang baik mempunyai karakteristik
fisik diantaranya, yaitu :
1. Tegangan Tembus
Tegangan tembus merupakan nilai batas kemampuan untuk
menahan tekanan elektrik. Kandungan air dan partikel-partikel
pada isolasi minyak dapat menurunkan nilai batas tegangan
tembus. Sehingga isolasi minyak yang baik memiliki batas
tegangan tembus yang tinggi.
2. Tahanan Jenis
Nilai tahanan jenis sangat berpengaruh pada kontaminan yang
bersifat konduktif, semakin banyak kontaminan konduktif maka
semakin rendah tahanan jenis isolasi minyak.
3. Faktor Disipasi Dielektrik
Faktor disipasi elektrik merupakan ukuran dari rugi-rugi
dielektrik minyak. Tingginya nilai faktor disipipasi dilektrik
menunjukkan adanya kontaminasi atau kerusakan disebabkan

12
oleh air, hasil oksidasi, koloid bermuatan, logam alkali, dan
lainya. Faktor disipasi dielektrik berhubungan dengan tahanan
jenis, sehingga tingginya faktor nilai disipasi dielektrik akan
menunjukkan rendahnya tahanan jenis minyak.
4. Tegangan Antar Permukaan
Hasil kerusakan isolasi minyak diantaranya ada kontaminasi
dengan zat terlarut dan gas bebas umumnya akan menurunkan
nilai tegangan antar permukaan. Penurunan tegangan permukaan
sebagai pertanda bagi awal kerusakan isolasi minyak[5].

2.2.5 Karakteristik Kimia Isolasi Minyak


Isolasi minyak transformator yang baik mempunyai karakteristik
kimia diantaranya, yaitu :
1. Angka Kenetralan
Angka kenetralan merupakan angka yang menunjukkan kadar
penyusun asam minyak isolasi, dapat mendeteksi kontaminasi
minyak, menunjukkan kecenderungan perubahan kimia, dan
cacat kimia atau terdapatnya indikasi perubahan kimia dalam
penambahan bahan tambahan (additive). Angka kenetralan
sebagai penunjuk umum untuk menentukan pergantian atau
purifikasi isolasi minyak.
2. Stabilitas Oksidasi
Stabilitas oksidasi merupakan nilai untuk mempertahankan
dari proses oksidasi yang terjadi pada isolasi minyak. Proses
oksidasi menyebabkan bertambahnya kecenderungan isolasi
minyak untuk membentuk zat asam dan zat padat (pengotor)
yang akan membentuk endapan. Zat asam yang dibentuk akan
menyebabkan korosi pada logam dalam peralatan
transformator sedangkan zat padat akan menyebabkan naiknya
viskositan kinematik sehingga konduktivitas termal menjadi
terganggu. Isolasi minyak diharapkan memiliki stabilitas
oksidasi yang tinggi dan kemampuan pelarutan yang rendah
sehingga presentase terjadinya proses oksidasi semakin kecil.
3. Kandungan Air
Nilai kandungan air berpengaruh terhadap tegangan tembus
dan tahanan jenis isolasi minyak. Naiknya temperatur akan
menyebabkan air mengalir dari isolasi kertas menuju isolasi
minyak dan menurunkan tegangan tembus. Isolasi minyak

13
yang baik mempunyai nilai kandungan air serendah
mungkin[5].
2.2.6 Standar Pengujian Karakteristik Isolasi Minyak
Stanadar dan metode pengujian karakteristik fisik, elektrik dan
kimia isolasi minyak transformator dapat mengacu pada standar di tabel
berikut.

Tabel 2.1 Karakteristik isolasi minyak dan standar metode pengujian[5].


Standar
No Karakteristik Standar IEC
ASTM
1 Massa Jenis 296 D 1298
Viskositas
2 296 D 445
Kinematik
3 Titik Nyala 296 A D 92
Angka
4 296 D 974
Kenetralan
5 Kadar Air ISO.R.760 D 1553
6 Korosi Belerang 296 D 130
Stabilitas
7 474 D 2440
Oksidasi
Angka per
8 - D 1563
Oksidasi
Tegangan
9 - D 971
Antarpermukaan
10 Kandungan Gas - D 831
Tegangan
11 60156 D 877
Tembus
12 Resistivitas 93 D 1169
Faktor Disipasi
13 250 D 924
Elektrik

2.3 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair di Transfomator[6]


Isolasi berfungsi sebagai pemisah antara bagian yang mempunyai
beda potensial sehingga diantara bagian tersebut tidak terjadi percikan
(spark over) atau lompatan listrik (flash over). Kegagalan isolasi pada
peralatan listrik dapat menyebabkan kerusakan sehingga kontinuitas pada
sistem tenaga listrik terganggu. Kegagalan isolasi cair berupa lompatan
listrik pada media isolasi cair akan menyebabkan pembentukan

14
gelembung gas, pembentukan butiran zat padat hasil dekomposisi zat cair,
dan pembentukan lubang pada konduktor.
Terdapat empat jenis teori kegagalan pada media isolasi cair, yaitu
teori kegagalan zat murni atau elektronik, teori gelembung udara atau
kavitasi, teori kegagalan bola cair, dan teori butiran padat pada isolasi
cair.

2.3.1 Teori Kegagalan Zat Murni atau Elektronik


Teori kegagalan zat murni atau elektronik merupakan perluasan
teori kegagalan pada media isolasi gas, sehingga kegagalan pada media
isolasi cair dianggap serupa dengan media isolasi gas. Kegagalan zat
murni atau elektronik diperlukan elektron awal yang dimasukkan ke
dalam media isolasi cair, elektron awal inilah yang memulai proses
kegagalan. Jika diantara kedua elektroda yang berbentuk runcing di
berikan tegangan yang tinggi sehingga muncul kuat medan listrik yang
tinggi di bagian runcing tersebut, sehingga kuat medan yang kuat tersebut
akan mengeluarkan elektron e-1, awal terbentuknya banjiran elektron
(avalnce) dapat dilihat di Gambar 2.4.
.

Gambar 2.4. Kegagalan elektronik[6]

Dalam teori kegagalan elektronik dianggap bahwa elektron-


elektron akan mendapatkan energi dari kuat medan listrik sehingga
elektron dapat membentur molekul-molekul. Proses pembenturan
elektron dengan molekul dapat dikatakan proses ionisasi, sehingga proses
ionisasi akan memperbanyak elektron yang akan menyebabkan banjiran
elektron.

15
Elektron yang dihasilkan berupa e1,e2,e3,e4.......,en sehingga akan
menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam media isolasi cair pada kuat
medan listrik tinggi. Menurut Schottky, arus yang timbul tersebut
mempunyai kerapatan sebesar :

4.4
= [ ] (2.1)
2
dengan,

= 2 (2.2)

= (2.3)

dimana, J = Kereapatan arus konduksi [2 ]


Jt = Kerapatan arus termionik [2 ]
Ea = Kuat medan yang diterapkan [1 ]
M = Faktor ketidakrataan permukaan (=10 untuk permukaan
halus)

Persamaan diatas menunjukkan ketergantungan pada keadaan suhu pada


media isolasi cair. Kondisi yang memungkinkan terjadinya banjiran
elektron, didapatkan dengan menyamakan perolehan energi pada elektron
yang menempuh lintasan besar rata-rata, yaitu

1 = = (2.4)

Dengan energi yang diperlukan untuk mengionisasi molekul

2 = (2.5)

dimana, E = medan yang diterapkan [1 ]


U = energi []
F = gaya []
= lintasan bebas rata rata []
= kuantum energi untuk mengionisasikan molekul []
= konstanta

16
2.3.2 Teori Kegagalan Gelembung Udara
Teori kegagalan Gelembung udara merupakan tidak kemurnian
media isolasi cair yang bercampur dengan gelembung udara, gelembung
udara merupakan pemicu dari tahap awal kegagalan total pada media cair.
Menurutkan Kao dan Krasucki, sebab-sebab timbulnya gelembung udara
adalah sebagai berikut :
1. Permukaan elektroda yang tidak rata, sehingga dapat
menimbulkan kantong-kantong udara pada elektroda yang tidak
rata pada permukaannya.
2. Adanya tabrakan elektron pada media isolasi cair sehingga
menimbulkan produk berupa gelembung udara.
3. Penguapan cairan karena adanya tegangan tembus pada bagian
elektroda yang tidak teratur
4. Media isolasi cair mengalami perubahan suhu dan tekanan
Medan listrik dalam gelembung udara yang terdapat pada media isolasi
cair dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
31 0
= (2.6)
21 + 1
dimana, = medan listrik dalam gelembung udara [1 ]
1 = permitivitas media isolasi cair
0 = medan listrik dalam media cair tanpa gelembung
[1 ]

Jika nilai sama dengan medan batas untuk ionisasi gas.


Maka akan terjadi lompatan listrik dalam gelembung. Ini dapat
mempercepat pembentukan gas karena dekomposisi media isolasi cair
dan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan.

Gambar 2.5 Kegagalan kavitas pada


media isolasi cair[6]

17
Karena pengaruh medan listrik antara kedua elektroda,
gelembung udara yang terdapat pada media isolasi cair antara kedua
elektroda tersebut akan menjadi memanjang searah medan, lihat pada
Gambar 2.5. Hal ini disebabkan oleh gelembung udara berusaha membuat
energi potensial minimum. Gelembung-gelembung udara yang
memanjang tersebut akan menyambung dan membentuk jembatan yang
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Guna
mendapatkan kriteria kegagalan, volume gelembung selama berubah
menjadi memanjang dianggap konstan. Kekuatan gagal medan
gelembung udara adalah, sebagai berikut:

1 2(21 + 2 )
0 = [ 1] (2.7)
1 2 4 20

Dimana, = gaya tegangan (tension) permukaan media cair [1 ]


1 = permitivitas media cair
2 = permitivitas gelembung
2 = jari-jari awal gelembung(dianggap seperti bola) []
= jatuh tegangan dalam gelembung []

Persamaan diatas dapat diartikan implisit dan sangat berpengaruh


terhadap jari-jari awal gelembung r. Oleh karena r adalah fungsi dari
tekanan suhu luar media isolasi cair, maka jika r besar akan
mengakibatkan kekuatan gagal 0 akan kecil sekali.

Gambar 2.6 Grafik perbandingan hasil


perhitungan sesuai dengan teori kekuatan gagal
medan gelembung dengan hasil percobaan. [6]

18
Gambar 2.6 diatas merupakan perbandingan antara perhitungan
teoritis dengan percobaan menurut teori kekuatan gagal medan
gelembung. Grafik tersebut menunjukkan bahwa teori tersebut kurang
relevan pada aktual karena misalnya l untuk cairan n-heksana, ternyata
terdapat perbedaan yang cukup besar antara perhitungan teori dengan
percobaan. Sebab diakibatkan tidak memperhitungkan gelembung udara
kecil awal sebelum terjadinya gelembung besar dengan jari-jari r.

2.3.3 Teori Kegagalan Bola Cair


Jika suatu media isolai mengandung sebuah bola cair dari jenis
cairan lain, maka akan menyebabkan kegagalan akibat ketidakstabilan
bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan listrik akan mempengaruhi
bentuk bola cair. Bola cair yang diberikan medan listrik E akan merubah
menjadi sferoida lihat pada Gambar 2.7 dengan medan didalamnya
sebesar 2 , sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut:

Gambar 2.7 Sferoida[6]

1
2 = (2.8)
1 (1 2 )

1 cos1 2
dimana, = { 1} dan =
2 1 (2 1) 1
2 = jari-jari panjang sferoida [cm]
1 = jari-jari pendek sferoida [cm]
1 = permitivitas media isolasi cair
2 = permitivitas bola cair

19
Persamaan kuat medan listrik dalam media isolasi cair, yaitu :

1 (2.9)
= 600 ( )( )
1 1 2

1
1
dimana, = 2 3 (2 1 )
2
3
= volume sferoida [cm3]
4
= gaya tegangan permukaan [Nm-1]

Kemudian bentuk persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

1
= ( ) (2.10)
1 2
600
1

Persamaan 2.11 sebagai persamaan yang mempunyai hubungan fungsi


terlihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.8 Grafik hubungan huat medan listrik terhadap nilai [6]

20
2
Pada Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa untuk nilai melebihi dari
1
20, maka nilai E akan melewati maksimum jika naik, sehingga dapat
dikatakan tidak ada bentuk sferoida yang stabil diatas tekanan listrik

kritis. Pada Gambar 2.8 juga dapat dilihat jika 2 kurang dari 20, maka
1
tidak ada medan kritis meskipun dapat melonjak cepat dengan kenaikan

medan listrik. Untuk bola cair yang menghantarkan listrik, maka 2 =
1
sehingga persamaan menjadi :

1 (2.11)
= 600 ( )( ) [1 ]
1 1 2

Sehingga medan listrik kritis dimana bola cair menjadi tidak stabil dapat
ditulis dalam persamaan :

(2.12)
= 487,7 [1 ]
1

Sebagai contoh untuk bola cair dalam media isolasi minyak dengan =
43 dyne/cm, 1 = 2 dan = 1 m, maka medan listrik kritisnya adalah
= 0,266 MVcm-1.
Medan listrik kritis ini jauh lebih rendah daripada kekuatan gagal
media isolasi cair yang bersih, sehingga merupakan sumber kegagalan
pada media isolasi cair. Bola air yang sangat kecil pun, misal R = 0,05
m masih dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan pada medan listrik
Ek=1 MVcm-1.
Contoh kegagalan dielektrik diakibatkan bola cair pada media
isolasi cair pada media silikon cair dapat kita lihat pada Gambar 2.9.
Setelah terjadi bola cair dan keadaan tidak stabil maka bola cair air akan
memanjang, sehingga jika bola cair sudah mencapai dua pertiga celah
elektroda, maka saluran-saluran lecutan akan timbul sehingga akan terjadi
kegagalan total.

21
Gambar 2.9 Bola air yang memanjang memicu kegagalan

2.3.4 Teori Butiran Padat


Kegagalan butiran padat merupakan jenis kegagalan yang
disebabkan oleh adanya partikel atau butiran zat padat pada media isolasi
cair yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Butiran padat
mempunyai sifat permitivitas berlainan dengan permitivitas zat isolasi
cair. Jika butiran-butiran padat mempunyai permitivitas 2 dan
permitivitas media isolasi cair adalah 1 , dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Kegagalan butiran padat


dalam media isolasi cair[6]

22
Besarnya gaya yang bekerja pada butiran padat dalam medan yang
tak seragam dapat dinyatakan dalam rumus, yaitu :

2 1
= 3 1 (2.13)
2 + 1

Dimana, F = gaya [Newton]


r = jari-jari butiran [cm]
grad E = gradien tegangan [Vcm-1]

Secara khusus, persamaan di atas dapat ditulis menjadi seperti:

1 2 1 2
= ( 3) ( ) (2.14)
2 2 + 1

Untuk persamaan di atas terdapat dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :


1. Jika 2 > 1 , maka menyebabkan arah gaya yang bekerja pada
butiran padat menjadi searah dengan tekanan elektrik maksimum
(FA), sehingga butiran padat akan terdorong kearah medan yang
paling kuat.
2. Jika 2 < 1 , maka arah gaya berlawanan dengan tekanan listrik
maksimum (FB)

Gaya F semakin besar jika 2 membesar. Untuk butiran yang mempunyai


nilai 2 = , maka akan menyebabkan gaya yang bekerja pada butiran
padar dalam medan yang tak seragam menjadi :

1
= ( 3 ) 2 (2.15)
2

Untuk medan yang seragam, seperti elektroda bola ataupun pada


elektroda piringan sejajar dengan celah kecil, medan paling kuat
bertempat pada tempat yang seragam. Dalam hal ini 2 = 0 dan
butiran dalam keadaan seimbang. Karena itu, butiran akan ditarik oleh
gaya ke tempat dimana medan seragam. Akibatnya butiran padat akan
menempati antara kedua elektroda dan seakan membuat jembatan yang
dapat disebut jembatan serat, kemudian jembatan serat ini yang akhirnya
akan mengawali terjadinya kegagalan pada media isolasi cair.

23
Adanya butiran penghantar di antara elektroda akan
mengakibatkan pembesaran medan dalam media isolasi cair di dekat
butiran padat. Pembesaran medan ditentukan oleh bentuk butiran, yaitu :
1. Butiran padat bulat ( = 1) ; 1 = 3
2. Butiran padat sferoida ( = 2) ; 1 = 5.8
3. Butiran padat sferoida ( = 5) ; 1 = 18
dimana, = perbandingan jari-jari pendek sferoida
E = medan dalam cairan tanpa butiran [Vcm-1]
E1 = medan dalam cairan pada ujung butiran [Vcm-1]
Apabila E1 melebihi tegangan gagal cairan maka akan terjadi
kegagalan setempat yang kemudian menimbulkan gelembung-
gelembung yang akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan total pada
cairan. Gerakan butiran yang disebabkan oleh gaya F akan dihambat oleh
kekentalan medan isolasi cair. Dalam hubungan ini dapat dihitung dalam
rumus waktu yang diperlukan terjadinya kegagalan menurut Kok-Corbey
besarnya adalah :

2 (2.16)
=
4 7 (2 02 )

dimana, = kekuatan gagal untuk waktu penerapan tekanan listrik


singkat [ Vcm-1]
0 = kekuatan gagal dalam waktu lama [ Vcm-1]
g = faktor kekasaran (asperity)
= 3 untuk kekasaran berbentuk setengah bola
N = konsentrasi butiran
= kekentalan (viskositas) [mm2s-1]
r = jari-jari butiran [cm]
c = konstanta
= waktu kegagalan [s]

Untuk waktu penerapan tegangan yang lama akan merubah


persamaan, sehingga persamaan lamanya waktu kegagalan diatas
berubah menjadi :

(1 1) 3 02 = 2 (2.17)

24
dimana adalah energi termal (Joule). Bila r = 3, yaitu bila
kekasarannya berbentuk setengah bola, maka persamaannya menjadi:
1
3 02 = (2.18)
4

2.4 Penuaan Isolasi Minyak Transformator


Pada kondisi operasi normal bahan isolasi akan mengalami
perubahan kondisi yaitu mengalami pemburukan atau penuaan. Tingkat
perubahan kondisi penuaan bergantung kepada besarnya tekanan elektrik,
termal dan mekanik yang diterapkan pada bahan isolasi. Selain itu, hal ini
juga dipengaruhi oleh komposisi dan struktur molekul, seperti
karakteristik fisik, elektrik dan kimia dari bahan isolasi. Kondisi dari
lingkungan dimana tempat isolasi ditempatkan juga berpengaruh terhadap
perubahan penuaan bahan isolasi.
Tekanan termal disebabkan oleh gradien temperatur pada bahan
isolasi selama waktu operasi jangka panjang, temperatur lingkungan
(ambient) paling atas dan paling bawah, dan temperatur yang tinggi
diakibatkan oleh operasi beban maksimum yang diizinkan selama operasi
transformator. Tekanan elektrik disebabkan oleh peluahan muatan
sebagian (partial discharge), jalur pohon (electrical treeing), dan tingkat
pemanasan dielektrik sehingga menyebabkan rugi dielektrik atau
kontaminasi material konduktif. Sedangkan untuk tekanan mekanik akan
berbeda, proses penuaan isolasi akan bergantung pada torsi, kompresi,
tegangan, dan faktor pembengkokan (bending). Tekanan lingkungan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat kelembapan lingkungan,
tingkat korosif, dan radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Komposisi dan
struktur dari bahan isolasi akan mengalami pemburukan oleh semua
tekanan tersebut, menyebabkan suatu kondisi dimana akhirnya bahan
isolasi akan mengalami kehilangan fungsi sebagai isolasi.
Minyak isolasi pada transformator daya memiliki peran utama
sebagai bahan isolasi dan media pendingin pada transformator.
Mengingat kebutuhan akan kehandalan transformator daya dan tingginya
harga minyak transformator, maka isolasi minyak transformator harus
dijaga dalam keadaan karakteristik yang berkualitas baik secara terus-
menerus. Minyak transformator dapat mengalami degradasi atau
penurunan kualitas sebagai bahan isolasi Karena faktor temperatur yang
tinggi serta reaksi kimia yang terjadi seperti oksidasi. Banyak
karakteristik yang dapat diukur untuk menentukan kualitas dari minyak
transformator, manfaat dari penentuan kondisi dan mengetahui seberapa
25
cepat penuaan pada minyak transformator, maka dapat mengestimasikan
apakah isolasi minyak masih dapat digunakan dalam waktu yang selama
mungkin. Kemudian dapat dilakukan tindakan preventif dengan
mengganti atau mereklamasi isolasi minyak tersebut sebelum mengalami
kerusakan yang serius pada isolasi atau material lain yang terdapat pada
transformator daya.
Isolasi minyak transformator berjenis minyak mineral merupakan
hasil dari ekstrak dari minyak bumi yang dihasilkan dari proses
penyulingan (refining), yakni proses secara kolektif sehingga
mendapatkan hasil karakteristik minyak yang dapat menjadi isolasi
minyak transformator. Selama beroperasi transformator daya, isolasi
minyak mengalami oksidasi, terkena panas, dan pelepasan elektrik yang
dapat menyebabkan degradasi isolasi minyak. Sehingga jika sudah terjadi
degradasi karakteristik pada isolasi minyak transformator akan
menyebabkan menurunnya fungsi kerja isolasi minyak sebagai isolasi dan
pemindah panas, karena produk dari penuaan isolasi minyak akan
mengurangi sifat elektrik dan efesiensi pendingin. Oleh sebab itu,
pemantauan dan pemeliharaan kualitas minyak transformator sangat
penting dilakukan untuk menjaminnya kehandalan operasi dari
transformator daya.
Laju degradasi isolasi minyak transformator memiliki faktor
umum yang dapat mempercepat laju degradasi, yaitu faktor temperatur
dan kelembapan. Isolasi minyak transformator akan mengalami penuaan
pada temperatur tinggi dan kelembapan akan bertindak sebagai katalisator
dalam penuaan isolasi minyak. Mekanisme utama dalam laju degradasi
isolasi minyak adalah proses oksidasi yang akan membentuk asam dan
senyawa polar lain. Pembentukan senyawa asam dan senyawa polar hasil
proses oksidasi dalam minyak transformator akan menyebabkan
penurunan kualitas dari isolasi minyak transformator. Secara singkat
proses laju degraadasi pada isolasi minyak terjadi saat tekanan termal dan
elektrik dalam suasana oksidasi, maka secara bertahap akan kehilangan
stabilitas, menjadi terurai atau teroksidasi, meningkatkan keasaman dan
akhirnya mulai menghasilkan endapan. Penuaan isolasi minyak yang
menghasilkan senyawa asam akan memicu korosi pada komponen lain
dalam transformator. Proses penuaan atau laju degradasi pada isolasi
minyak dapat diilustrasikan pada Gambar 2.11, dimana dipengaruh oleh
tekeanan termal dan tekanan elektrik pada isolasi minyak[7].

26
Gambar 2.11 Mekanisme laju degradasi pada isolasi minyak [7]

Pada Gambar 2.11 kita lihat proses laju degradasi isolasi minyak
yang disebabkan oleh tekanan termal dan tekanan elektrik, oksigen yang
terdapat pada isolasi minyak dapat dihasilkan dari udara yang terlarut
ataupun tekanan termal dan tekanan elektrik yang dapat memulai
terjadinya kegagalan pada transformator yang sedang beroperasi.
Beberapa metode penelitian estimasi penilaian umur
transformator telah ditetapkan untuk memprediksi umur optimum dari
transformator. Salah satunya dengan mengestimasi umur transformator
yang dapat ditentukan dari laju kegagalan pada isolasi transformator.
Hubungan antara laju kegagalan transformator dengan waktu estimasi
umur transformator ditunjukan dengan kurva bak mandi pada Gambar
2.12.

Gambar 2.12 Kurva bak mandi dari estimasi umur transformator [7]

27
Pada Gambar 2.12 dapat dilihat kurva yang membentuk seperti
bak mandi, terdapat tiga bagian yang menentukan fase dari estimasi umur
minyak transformator, yaitu.
a. Kurva fase A, pada masa ini umur transformator diantara 1-3
tahun atau dapat digolongkan delam keadaan baru.
Tranformator keadaan baru akan dilakukan komisioning
(commissioning) atau serangkaian pemeriksaan dan pengujian
instalasi transformator yang hendak dioperasikan, sehingga
penilaian dari transformator jika terjadi kegagalan dapat
dilihat. Kebanyakan kegagalan disebabkan oleh produksi atau
pabrikasi transformator yang kurang baik.
b. Kurva fase B, pada masa ini transformator digolongkan pada
umur 10-30 tahun atau tranformator bekerja dalam kondisi
operasi normal. Kegagalan yang terjadi pada fasa ini terjadi
secara acak seperti terjadi surja hubung, surja petir, atau
kesalahan operator selama operasi transformator.
c. Kurva fasa C, kegagalan secara signifikan meningkat pada
transformator setelah beroperasi selama 20 tahun. Kegagalan
terjadi disebabkan oleh degradasi atau pemburukan dari
sistem isolasi transformator.

2.5 Proses Percepatan Penuaan Termal


Isolasi minyak transformator akan mengalami kerusakan seiring
dengan berjalannya waktu transformator beroperasi. Laju degradasi
isolasi minyak transformator bergantung kepada tekanan elektrik,
mekanik dan termal. Hal ini juga ditentukan oleh struktur molekul dan
komposisi dari isolasi minyak. Prinsip dari percepatan penuaan termal
diperoleh dari kondisi termal pada isolasi minyak itu sendiri. Kenaikan
temperatur dalam durasi yang panjang akan mempengaruh sifat fisik,
elektrik dan kimia dari isolasi minyak itu sendiri. Hal ini berpengaruh
kepada laju degradasi serta oksidasi, dimana interaksi antara hidrokarbon
dalam isolasi minyak dan oksigen yang terlarut dari udara, akan
menimbulkan proses oksidasi dan membentuk senyawa asam serta
endapan yang dapat memicu terjadinya kegagalan isolasi.
Studi untuk menghitung dan mengestimasi umur dari
transformator sudah banyak dilakukan terutama pada isolasi
transformator karena isolasi transformator sangat berpengaruh terhadap
umur dari suatu transformator. Seiring jalannya waktu isolasi pada
transformator akan mengalami tekanan elektrik, termal dan mekanik

28
sehingga akan menyebabkan kegagalan elektrik pada transformator.
Berbagai eksperimen telah dilakukan dengan mempercepat proses
penuaan secara termal pada bahan isolasi. Contohnya, pada eksperimen
percepatan termal pada isolasi minyak dan isolasi padat transformator
oleh Mountsinger selama 70 minggu dengan suhu 7 0c-1100C, oleh Dakin
selama 100 minggu dengan suhu 1000c-1350C, oleh Shroff selama 16
minggu dengan suhu 1100C-1400C, dan oleh Moser selama 57 minggu
dengan 1000c-1350c. Kemudian Moser melakukan eksperimen kembali
dengan waktu selama 3 minggu dengan suhu 1450C-1900C dan penelitian
terakhir dilakukan oleh Oomen selama 1 minggu pada suhu 1200C-
1800C[8].
Dari penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Thomas W.
Daikin dengan memodifikasi persamaan laju degradasi pada bahan
isolasi. Hukum Arrhenius yang digunakan oleh Thomas W. Daikin
diformulasikan dalam persamaan berikut[8]:

Umur isolasi() = ( ) (2.19)

dimana, = waktu/umur bahan isolasi [jam]


T = temperatur mutlak dari material isolasi [kelvin]
A dan B = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit

Berdasarkan standar IEC 61125, stabilitas oksidasi pada cairan


isolasi dapat diukur menggunakan percepatan penuaan termal pada
sampel uji, kemudian dipanaskan dalam temperatur yang dijaga konstan
sebesar 1000c atau 1200c dan diberi katalis berupa kawat tembaga.
Terdapat tiga pengkondisian yang dapat diterapkan sebagai percepatan
penuaan termal, diantaranya adalah[7] :

a. Metode A
Metode ini diterapkan pada sampel uji isolasi cair dengan
temperatur 1000c0,50c selama 168 jam dan menggunakan
katalis berupa kawat tembaga.
b. Metode B
Metode ini diterapkan pada sampel uji isolasi cair dengan
temperatur 1200c0,50c tanpa durasi pemanasan tertentu dan
menggunakan katalis berupa kawat tembaga.

29
c. Metode C
Metode ini diterapkan pada sampel uji dengan temperatur
1200c0,50c selama 168 jam dan menggunakan katalis berupa
kawat tembaga. Pada cairan isolasi tertentu yang mempunyai
karakteristik lebih kuat maka diperlukan waktu yang lebih
lama.
2.6 Standar Warna Minyak Transformator[9]
Penentuan layak atau tidaknya isolasi minyak transformator dapat
dilihat dari warna minyak, penentuan warna minyak dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Petunjuk untuk melihat warna minyak transformator

No Warna Diagnosa
Bagus
1 Pendingin dan isolasi baik
Kuning pucat
Terjadi endapan (sludge) yang
Contoh A membaur di minyak yang akan
2
Kuning Muda menyebabkan kekuatan kertas (IFT)
menurun
Terjadi endapan tipis pada lilitan,
Umum
3 sludge. Hal ini akan menjadi
Kuning Terang
penyebab gangguan
Hampir semua trafo pada keadaan
Jelek
4 ini terdapat endapan sludge pada
Kuning Sawo
lilitan dan inti
Endapan Sludge akan beroksidasi
Amat Jelek
5 kemudian mengeras dan terjadi juga
Kuning Sawo
di isolasi kertas
Sludge menyumbat sirip sirip
Sangat Jelek
6 pendingin yang menyebabkan
Coklat Kehitaman
kenaikan temperatur sampai 200C
Minyak Kelas 7 Diperlukan suatu cara untuk
7 (crude oil) menghilangkan sludge. Pada kondisi
hitam ini transformator harus di-overhaul

30
2.7 Dasar Pengujian Tegangan Tinggi
Pada teori pengujian peralatan listrik menggunakan tegangan
tinggi dibagi menjadi dua metode, yaitu pengujian yang tidak merusak
peralatan listrik (non-destructive) dan pengujian yang dapat merusak
(destructive). Dalam kedua metode tersebut terdapat cara-cara untuk
pengujian menggunakan tegangan tinggi, yaitu[2]:
1. Pengujian tak merusak (non-destructive)
a. Pengukuran tahanan isolasi
b. Pengukuran korona
c. Pengukuran Faktor Daya Dielektrik ( Tan )
Pengukuran karakteristik tan untuk mengetahui kualitas
dari kekuatan efisiensi dielektrik. Kenaikan nilai tan akan
mengakibatkan pemanasan dielektrik. Sedangkan pengaruh
tidak langsungnya mengakibatkan timbulnya korosi pada
konduktor, laju degradasi dielektrik, larutan air, emulsifikasi
air, dengan kecepatan oksidasi.
Persamaan faktor rugi-rugi dielektrik tan , yaitu:

| | 1
tan = = = (2.20)
| |

2. Pengujian merusak (destructive)


a. Pengujian ketahanan (Withstand Test)
Tegangan dinaikkan secara bertahap dengan ditahan dengan
jangka waktu tertentu. Jika tidak terjadi kegagalan maka
pegujian dianggap memuaskan.
b. Pengujian Pelepasan (Discharge Test)
Tegangan dinaikkan secara bertahap dengan ditahan dengan
jangka waktu tertentu. Jika pada nilai tegangan tertentu
terjadi pelepasan muatan maka nilai tersebut yang di ucari.
c. Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)
Tegangan dinaikkan hingga terjadi kegagalan / breakdown.

31
Gambar 2.13 Grafik Tegangan dan Waktu Pengujian merusak
(destructive)[2]

Gambar 2.13 merupakan grafik tegangan dan waktu untuk macam


pengujian merusak (destructive), dimana :
1. Pengujian ketahanan pada tegangan bertahap V selama T
(detik).
2. Pengujian lompatan dengan tegangan secara bertahap sampai
mencapai tegangan lompatan Vd.
3. Pengujian kegagalan dengan tegangan secara bertahap sampai
tegangan gagal Vb.

2.8 Penerapan dalam Model Hukum Arrhenius[10]


Pada tahun 1889, Arrhenius mengusulkan sebuah persaman
empiris dengan faktor pengaruh temperatur terhadap laju reaksi.
Persamaan ini telah disesuaikan dengan memperkirakan hubungan antara
umur isolasi dengan temperatur. Persamaan empiris yang diusulkan
Arrhenius untuk menentukan laju reaksi kimia sebagaimana berikut ini:


= (2.21)
dimana, = konstanta laju reaksi
E = energi aktivasi reaksi, yakni jumlah minimum energi yang
diperlukan untuk mengawali reaksi kimia (diasumsikan
konstan), [kalori/mol] atau [ J/mol] atau [eV]
R = konstanta Boltzman(1.987 kalori/mol/K atau 8.314 J/mol/K)
T = temperatur mutlak [Kelvin =273 + 0C)
A = faktor frekuensi (diasumsikan konstan), tergantung pada
besarnya tumbukan antar molekul yang bereaksi kemudian
menghasilkan kerusakan secara kimia pada isolasi cair.
32
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dari energi
aktivitas, diantaranya adalah :
a. Faktor Temperatur
Fraksi molekul dapat bereaksi hingga dua kali lipat dengan
kenaikan suhu 100C, hal ini akan menyebabkan laju reaksi
akan menjadi berlipat ganda.
b. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini perubahan temperatur kurang lebih
konstan atau perubahannya sangat kecil. Perlu dilihat
bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau
lebih dari energi aktivitas.
c. Faktor katalis
Katalis akan menyebabkan reaksi berlangsung lebih cepat
dengan energi aktivitas yang rendah.
Umur dari bahan isolasi cair () yang diuji diasumsikan
mempunyai persamaan terbalik dengan laju reaksi kimia (), sehingga
persamaan 2.22 dapat dituliskan dalam persamaan logaritma natural,
sebagaimana berikut:


ln = ln ( ) (2.22)

(2.23)
ln = ( ) +ln

Persamaan 2.23 dapat dinyatakan dalam bentuk aljabar sebagai berikut:

= () + (2.24)

dimana, = ln
1
=

= intersep ln , konstanta karakteristik dari populasi bahan
isolasi cair yang diuji, metode pengujian, dan jenis
kegagalan.

= , konstanta karakteristik lainnya dari populasi bahan

isolasi cair yang di uji, metode pengujian, dan jenis
kegagalan

33
Dari persamaan 2.24, maka didapatkan persamaan hubungan
antara umur isolasi terhadap temperatur dapat dianalisa dalam bentuk
1
grafik ln dengan (berupa garis linear) dengan gradien = dan

intersep ln . Koefisien a dan b diestimasikan dengan cara fitting
persamaan 2.24 dengan data eksperimen. Fitting ini dapat dilakukan
secara grafis, atau lebih tepatnya dengan metode kuadrat terkecil (last
square). Secara teoritis didapatkan persamaan 3.4 dan 3.5 berlaku jika
reaksi kimia dan kegagalan diterapkan dengan memberikan faktor
tekanan termal pada bahan uji isolasi cair. Aplikasi persamaan Arrhenius
seringkali digunakan dan berlaku secara praktik. Pada setiap bahan isolasi
memiliki karakteristik sendiri sehingga titik temperatur tertentu untuk
pengujian dapat berbeda untuk reaksi kimia dari bahan isolasi, sehingga
pada kondisi reaksi kimia lainnya dengan rentang temperatur tertentu dan
jenis kegagalan yang berbeda, maka hal ini memberikan dampak yang
berbeda pada setiap bahan isolasi cair. Devisiasi dari hasil pemodelan
Arrhenius terjadi karena perbedaan variasi temperatur, jenis kegagalan,
dan rentang waktu yang diterapkan pada bahan isolasi yang diuji,
sehingga hal ini juga akan berdampak pada estimasi umur bahan isolasi
cair yang digunakan.

2.9 Ketahanan Isolasi Terhadap Tegangan Tembus


Ketahan isolasi terhadap tegangan tembus mengacu pada standar
IEC 60422 tentang Dielectric strength. Penerapan isolasi minyak pada
peralatan listrik dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan penilaian
tegangan kerja dari sebuah peralataan listrik. Kategori yang dibagi
berdasarkan IEC 60422, adalah sebagai berikut:

34
Tabel 2.3 Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya[11]
Kategori Tipe Peralatan
Transformator daya/reaktor dengan sistem tegangan
O nominal sama dengan dan diatas 400 kV
Transfomator daya/reaktor dengan sistem tegangan
A nominal diatas 170 kV dan dibawah 400 kV. Juga untuk
transformator yang dinilai untuk melayani beban
penting.
Transformator daya/reaktor dengan sistem tegangan
B nominal diatas 72.5 kV dan dibawah 170 kV
Transformator daya/reaktor untuk aplikasi MV/LV
C misalanya sistem tegangan dengan nominal sampai
dengan 72.5 kV
Isolasi minyak pada circuit breaker dengan sistem
tengan diatas 72.5 kV
Isolasi minyak pada switch, seperti metal-enclosed
switchgear dan perlengkapan kendali dengan sistem
tegangan sama dengan atau lebih besar dari 16 kV
Instrumen/proteksi transformator dengan sistem
D tegangan nominal diatas 170 kV
Instrumen/proteksi transformator dengan sistem
E tegangan nominal sampai dengan 170 kV
Diverter tanks pada on-load tap-changers (OLTC),
F termasuk combined selector/diverter tank
Isolasi minyak pada circuit breaker dengan sistem
G tegangan sampai dengan 72.5 kV
Isolasi minyak pada switch, seperti metal-enclosed
switchgear dan perlengkapan kendali dengan sistem
tegangan di bawah 16 kV

Dari Tabel 2.3 dapat ditentukan kategori untuk sistem isolasi


minyak pada transformator daya sesuai dengan sistem tegangan nominal.
Sedangkan untuk klasifikasi tes tegangan tembus dari kategori peralatan
transformator, adalah sebagai berikut:

35
Tabel 2.4 Aplikasi dan interpretasi dari tes pengujian tegangan tembus10]
Jenis Kategori Batas rekomendasi
pengujian Baik Sedang Buruk
Tes O, A, D >60 50-60 <50
tegangan B, E >50 40-50 <40
tembus (kV) C >40 30-40 <30
F <30 kV untuk OLTC pada aplikasi
titik belitan bintang
<40 kV untuk OLTC pada aplikasi
titik belitan delta
G <30

Ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model


kegagalan menggambarkan isolasi minyak akan terjadi kegagalan pada
suatu waktu. Dalam keadaan umum isolasi minyak yang diuji dengan
pengujujian tegangan tembus menghasilkan hasil yang terus menurun
maka waktu durasi dari umur isolasi minyak tersebut akan berkurang.
Dalam standar perhitungan sesuai ANSI/IEEE Std 930 -1987 IEEE
Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation Voltage
Endurance Data. Dalam bentuk eksponensial adalah sebagai
berikut[12].

= () (2.25)

dimana, = Waktu untuk terjadi kegagalan pada waktu tegangan yang


ditentukan
c = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
h = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
G = nilai batas rekomendasi dari standar pengujian tegangan
tembus

36
BAB 3
EKSPERIMEN PERCEPATAN PENUAAN TERMAL,
PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang identifikasi masalah,
metodologi penelitian, dan eksperimen untuk mengetahui pengaruh
percepatan penuaan termal terhadap karakteristik fisik dan elektrik dari
bahan uji isolasi minyak transformator, serta mengestimasi umur minyak
isolasi tersebut.

3.1 Identifikasi Masalah


Permasalahan yang terjadi adalah terjadinya penuaan atau
pemburukan isolasi minyak pada transformator akibat temperatur yang
tinggi saat pembebanan berlebih selama proses transformator beroperasi
pada sistem. Saat terjadinya pembebanan berlebih maka transformator
akan menyuplai beban yang besar, sehingga arus yang di lewati pada
transformator semakin besar. Kenaikan arus yang besar ini akan
mengakibatkan hilangnya daya pada belitan kumparan transformator,
yaitu berupa panas. Panas yang timbul secara terus menerus akan
menaikkan temperatur pada transformator sehingga isolasi minyak
transformator akan ikut mengalami kenaikan temperatur. Isolasi minyak
akan mengalami degradasi kualitas sebagai bahan isolasi pada
transformator Karena faktor temperatur yang tinggi serta mengalami
reaksi kimia seperti proses oksidasi. Degradasi kualitas atau penuaan pada
isolasi minyak transformator akan mempengaruh karakteristiknya, seperti
karakteristik fisik berupa warna dan karakteristik elektrik berupa
tegangan tembus. Karakteristik fisik berupa warna pada isolasi minyak
transformator yang baik adalah dengan kejernihan warna, bersih dan
bebas endapan merupakan beberapa indikator kualitas isolasi minyak
yang baik. Selain itu, tegangan tembus juga dapat dijadikan salah satu
indikator untuk karakteristik elektrik dari isolasi minyak, baik atau
tidaknya kemampuan isolasi minyak dalam menjalankan fungsinya
sebagai bahan isolasi cair pada tranformator. Isolasi cair berupa minyak
tranformator memiliki nilai tegangan tembus yang tinggi. Ketika
transformator diberi beban yang lebih dan temperatur naik, isolasi minyak
akan mengalami pemanasan berlebih dalam waktu yang terus-menerus,
maka senyawa hidrokarbon dalam minyak akan mengalami proses
oksidasi dan mengalami dekomposisi sehingga akan terbentuk endapan.

37
Proses tersebut menjadikan karaktersitik fisik berupa warna pada isolasi
minyak akan berubah, dan endapan yang ada pada isolasi minyak akan
menurunkan nilai tegangan tembus.

3.2 Metodologi Penelitian


Objek eksperimen yang diuji adalah isolasi minyak transformator
daya yang dalam kondisi baru, isolasi minyak transformator diberikan
oleh PT. Bambang Djaja berupa Nynas Nytro Libra. Pada eksperimen ini
sampel uji dilakukan percepatan termal di dalam pemanas litrik berupa
oven listrik selama 168 jam dengan temperatur 100 0C, 96 jam dengan
temperatur 1150C, dan 48 jam dengan temperatur 125 0C. Penerapan
temperatur pada sampel uji dipilih sesuai dengan standar IEC 61125
dengan metoda A yaitu dengan 1000C delama 168 jam menggunakan
kawat tembaga sebagai katalis dan sampel uji dengan suhu 115 0C dan
1250C dipilih dibawah temperatur titik nyala minyak Nynas Nitro Libra
yaitu pada suhu 1520C, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor keamanan selama berjalannya eksperimen. Kenaikan suhu dengan
nilai 100C-150C diharapkan fraksi molekul-molekul dalam sampel uji
mampu bereaksi dua kali lipat sehingga hal ini dapat mengakibatkan laju
rekasi pada sampe uji berlipat ganda.
Setelah melakukan eksperimen percepatan penuaan secara termal,
dilakukan observasi dan pengujian tegangan tembus pada setiap sampel
isolasi minyak. Pengujian tegangan tembus pada isolasi minyak dilakukan
dengan standart IEC 60156, dimana menggunakan dua buah elektroda
berbentuk jamur dengan jarak 2.5 mm. Nilai tegangan tembus yang baik
dalam isolasi minyak transformator memiliki nilai antara 40kV-60kV
lebih tinggi dari nilai tersebut lebih baik.
Setelah data diperoleh dari hasil observasi dan pengujian, maka
dilakukan pengolahan data untuk mengestimasi umur dari minyak
transformator menggunakan model Hukum Arrhenius pada IEEE Std.
101-1987 (Revisi IEEE Std. 101-1972) dan dilakukan perbandingan nilai
dengan menggunakan pengolahan data pendekatan ketahanan isolasi
terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan. Diharapkan Estimasi
dari kedua metode didapatkan hasil yang sama. Setelah melakukan
pengolahan data untuk mengestimasi umur minyak isolasi, maka menarik
kesimpulan dari keseluruhan proses yang telah dilakukan.

38
3.3 Peralatan dan Prosedur Eksperimen
Eksperimen perpceatan penuaan secara termal pada sampel uji
isolasi minyak transformator dilakukan di labroatorium Tegangan Tinggi
Elektro ITS dan pengujian sampel uji diambil di Quality Control PT.
Bambang Djaja. Penggunaan peralatan yang dibutuhkan untuk
eksperimen percepatan penuaan secara termal dan pengujian dibutuhken
beberapa alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen antara lain adalah:
1. Sampel uji isolasi minyak transformator dengan jenis minyak
mineral berlabel Nynas Nytro Libra sebanyak 9 liter.
2. Gelas beaker berukuran 500 ml senamyak 17 buah
3. Kawat tembaga sebeagai katalis sepanjang 10 cm untuk setiap
sampel isolasi minyak yang di uji
4. Satu unit pemanas listrik yaitu berupa oven listrik
5. Alat ukur termometer Fluke 63 IR Thermometer
6. Satu set alat ukur tegangan tembus dengan dua buah elektroda
berbentuk jamur, dengan jarak 2.5 mm.

Prosedur eksperimen dan pengujian yang dilakukan dalam


penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Pengkondisian sampel untuk bahan uji isolasi minyak
transformator
2. Percepatan penuaan isolasi minyak transformator secara
termal
3. Pengamatan visual terhadap karakteristik fisik dari sampel uji
isolasi minyak transformator
4. Pengujian tegangan tembus pada setiap sampel uji isolasi
minyak transformator

3.3.1 Pengkondisian Sampel Uji Isolasi Minyak


Sampel yang ingin di uji dalam penelitian ini berjenis minyak
mineral berlabel Nynas Nytro Libra, dimana isolasi minyak ini
digolongkan dalam jenis minyak mineral ke dalam golongan Sikloalifatik
(Neftinis) dan golongan standar. Berikut ini terdapa tabel karateristik dan
spesifikasi untuk isolasi minyak berjenis minyak mineral berlabel Nynas
Nytro Libra, sebagai berikut :

39
Tabel 3.1 Karakteristik dan spesifikasi isolasi minyak berjenis minyak mineral berlabel
Nynas Nitro Libra[13]
Karakteristik Satuan Metode Tipikal Data
Pengujian
1. Fisik
a. Penampilan - IEC 60296 Jernih, bebas
dari endapan

b. Masa jenis (200C) Kg/dm3 ISO 12185 0.875


c. Viskositas (400C) mm2/s ISO 3104 9.6
0
d. Titik Nyala C ISO 2719 152
0
e. Titik Tuang C ISO 3016 -51
2. Kimia
a. Angka kenetralan mg KOH/g IEC 62021 <0.01
b. Stabilitas Oksidasi - IEC 61125 -
c. Kandungan Air mg/kg IEC 60814 <20
d. Korosif Sulfur - DIN 51353 Tidak korosif
e. Endapan wt % - 0.18
f. Kadar aromatik % IEC 60590 9
3. Elektrik
a. Tegangan Tembus
Sebelum perlakuan kV IEC 60156 40-60
Sesudah perlakuan kV - >70
b. Faktor Disipasi - IEC 60247 <0.001
Elektrik (900C)
mN/m EN 14210 48
c. Tegangan antar
permukaan

40
Prosedur pertama, pengkondisian sampel uji isolasi minyak
transformator. Sampel isolasi minyak baru akan di bagi menjadi 17
sampel, dimana setiap sampel akan ditempatkan ke dalam gelas beaker
dan volume pada setiap sampel pada gelas beaker adalah 500 ml. Sebelum
sampel uji di tuangkan ke dalam gelas beaker, gelas beaker terlebih
dahulu dipanaskan, untuk menghindari adanya air yang terkandung dalam
gelas beaker dan menghindari adanya pengotor yang dapat bereaksi
dengan sampel uji isolasi minyak.

Gambar 3.1 Pengkondisian pemanasan pada gelas


beaker 500 ml

Setelah gelas beaker dipanaskan isolasi minyak dapat dituangkan


kedalam gelas beaker. Temperatur yang digunakan untuk eksperimen
percepetan penuaan termal adalah 1000C, 1150C, dan 1250C sehingga
sempel uji di bagi menjadi 3 kelompok, dimana kelompok dengan
temperatur 1000C terdapat 6 sampel uji, untuk temperatur 1150C terdapat
5 sampel uji, dan untuk temperatur 1250C terdapat 6 sampel uji. Pada
setiap sampel diberi sebuah katalis berupa kawat tembaga sepanjang 10
cm, sebelum katalis dimasukkan ke dalam isolasi minyak uji dibersihkan
dari pengotor menggunakan isolasi minyak uji yang sama.

41
(a) (b)
Gambar 3.2 Katalis berupa kawat tembaga dengan panjang 10
cm (a). Sampel uji isolasi minyak Nynas Nytro Libra 500 ml
dalam gelas beaker(b)

Gambar 3.3 Pengkondisian sampel uji isolasi minyak menggunakan katalis


berupa kawat tembaga

3.3.2 Percepatan Penuaan Minyak Secara Termal


Setelah pengkondisian sampel uji isolasi minyak transformator,
maka dilakukan penuaan pada isolasi minyak dengan mensimulasikan
dengan memanaskan sampel uji dalam pemanas listrik. Sampel secara
langsung dibiarkan mendapat kontak dengan udara di dalam pemanas
sebagai representasi sistem pernafasan pada transformator. Katalis yang
sudah dimasukkan ke dalam sampel uji berfungsi sebagai mempercepat

42
terjadinya proses oksidasi pada isolasi minyak. Proses percepatan
penuaan termal dilakukan selama 168 jam pada temperatur 1000C, 96 jam
pada temperatur 1150C, dan 48 jam pada temperatur 125 0C. Sampel uji
dimasukkan secara berkelompok mengikuti kelompok temperatur dan
setiap jadwal dikeluarkan dari pemanas listrik hingga batas waktu yang
sudah ditentukan.

Gambar 3.4 Kelompok sampel uji temperatur 1000C

Gambar 3.5 Proses pemanasan sampel isolasi minyak di dalam


pemanas listrik (oven)
Berikut ini adalah jadwal setiap kelompok temperatur sampel uji
isolasi minyak transformator :

43
Tabel 3.2 Jadwal kelompok sampel uji isolasi minyak untuk eksperimen percepatan
penuaan termal
Eksperimen Waktu percepatan penuaan termal (jam)
Durasi penuaan
0 24 48 96 120 168
termal 1000C
Durasi penuaan
0 24 48 72 96
termal 1150C
6,
Durasi penuaan 36,
0 12,
termal 1250C 48
24

Dari Tabel 3.2, perlu diketahui penerapan temperatur pemanasan


pada sampel uji dipilih sesuai dengan IEC 61125 metode A dan untuk
penerapan temperatur 1150C dan 1250C sebagai pembanding dan tetap
diperhatikan dibawah titik nyala pada sampel uji isolasi minyak yaitu
1520C, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keamanan
selama berjalannya ekperimen. Kenaikan temperatur 10 0C-150C
diharapkan fraksi molekul-molekul dalam sampel uji isolasi minyak
dapat bereaksi dua kali lipat sehingga hal ini akan mengakibatkan laju
rekasi menjadi berlipat ganda. Dengan kenaikan laju reaksi menjadi
berlipat ganda akan mempercepat durasi penuaan termal menjadi separuh
dengan kenaikan temperatur. Kemudian dilakukan pemastian temperatur
pada pemanas listrik menggunakan alat uji fluke 63 IR Thermometer.

Gambar 3.6 Pengukuran temperatur pada 1000C

44
Gambar 3.7 Pengukuran temperatur pada 1150C

Gambar 3.8 Pengukuran temperatur pada 1250C

3.3.3 Pengamatan Visual untuk Karakteristik Fisik


Setelah sampel uji isolasi minyak dikeluarkan dari pemanas listrik
sesuai jadwal, katalis berupa kawat tembaga yang ada pada sampel uji
dikeluarkan dan sampel uji dibiarkan dingin secara alami selama 3-5
jam dengan temperatur ruangan 200C 50C. Kemudian dilakukan
pengamatan secara visual pada sampel uji isolasi minyak terhadap
perubahan fisik yang kemungkinan terjadi seperti perubahan warna dan
endapan pada sampel uji pasca percepatan penuaan secara termal.
Kemudian dibandingkan sampel uji pada setiap jadwal pengeluaran dari
pemanas listrik

45
3.3.4 Pengujian Tegangan Tembus
Setelah sampel uji minyak dingin secara alami pada temperatur
ruang dan dilakukan pengamatan secara visual terhadap karakteristik fisik
isolasi minyak, selanjutnya dilakukan pengujian tegangan tembus
menggunakan alat ukur dengan berdasarkan standar IEC 60156.
Pengujian tegangan tembus dilakukan di Quality Control PT. Bambang
Djaja. Standar IEC 60156 dengan dua buah elektroda berbentuk jamur
dan berjarak 2.5 0.05 mm tetapi jika sudah batas tidak terjadi tegangan
tembus maka jarak kedua elektroda 1.5 0.05 mm. Pengisian pada wadah
alat ukur, sampel uji isolasi minyak harus mengisi wadah pengujian dan
menutupi seluruh bagian elektroda dengan temperatur yang sesuai dengan
temperatur ruang. Sampel uji isolasi minyak yang sudah dilakukan
percepatan secara termal dipindahkan dari gelas beaker menggunakan
botol kaca karena untuk mengurangi reaksi kimia dari wadah jika
menggunakan botol plastik. Setelah dipindahkan dalam botol maka perlu
diberi nama pada setiap sampel uji agar mempermudah saat pengujian
nanti di Quality Control PT. Bambang Djaja.
Tabel 3.3 Penamaan sampel pada sampel uji isolasi minyak
No Nama Sampel Temperatur Waktu
1 A01 1000c 0 jam
2 A02 1000c 24 jam
3 A03 1000c 48 jam
4 A04 1000c 96 jam
5 A05 1000c 120 jam
6 A06 1000c 168 jam
7 B01 1150c 24 jam
8 B02 1150c 48 jam
9 B03 1150c 72 jam
10 B04 1150c 96 jam
11 C01 1250c 6 jam
12 C02 1250c 12 jam
13 C03 1250c 24 jam
14 C04 1250c 36 jam
15 C05 1250c 48 jam

46
Berikut ini adalah tahap-tahap sebelum melakukan pengujian
tegangan tembus menggunakan alat Magger OTS08PB, di antaranya
adalah:
a. Persiapan Umum
- Siapkan sampel isolasi minyak transformator yang ingin
diuji dan pastikan tidak ada gelembung udara
- Buka pengait (hook) pada penutup Magger OTS08PB
- Keluarkan kotak bejana uji isolasi cair
- Pilih elektroda jamur sesuai standar IEC 60156 .
- Atur jarak kedua buah elektroda sampai dengan 2.5 mm
dengan memutar pengatur jarak maju mundur elektroda
- kemudian pastikan jarak mengunakan alat ukur
- Pilih jenis minyak mineral

Gambar 3.9 Alat uji tegangan tembus Magger OTS80PB di


Quality Control PT. Bambang Djaja

Posisi elektroda dipasang secara horisontal. Karena jika elektroda


dipasang secara vertikal sperti gambar 3.5(a), maka gelembung gas yang
terbentuk setelah terjadi tegangan tembus akan mencoba terlepas dan
melayang menuju ke udara, namun banyak dari gelembung gas ini justru
akan terperangkap di dalam isolasi minyak karena dihalangi oleh pososisi
elektroda bagian atas. Tetapi jika elektroda dipasang secara horisontal
seperti gambar 3.5(b), maka gelembung gas yang terbentuk akan dengan
mudah terlepas dan melayang ke udara tanpa ada halangan.

47
(a) (b)
Gambar 3.10 Proses jalannya arah gelembung gas pada posisi elektroda
vertikal(a). Proses jalannya arah gelembung gas pada posisi elektroda
horisontal(b).[7]

Gambar 3.11 Bejana pengujian tegangan tembus pada Magger


OTS80PB

Gambar 3.12 Elektroda berbentuk jamur


dengan jarak 2.5 mm

48
b. Prosedur pengujian tegangan tembus
- Hidupkan peralatan uji yaitu Magger OTS80PB
dengan menekan tombol daya ON pada panel kontrol
sehingga peralatan uji akan menyala menggunakan
baterai internal.
- Pada layar tampilan akan menunjukkan menu utama,
gambar elektroda, jarak eletroda 2.5 mm dan
kemudian peralatan uji akan melakukan pengujian
sendiri (self-test) selama 15 detik
- Pilih menu dan arahkan kursor ke standart IEC
156/1995 05 dengan menggunakan tanda panah turun
atau tanda panah naik pada panel kontrol.
- Tekan tombol TEST, maka setelah 5 menit peralatan
uji tegangan tembus akan bekerja secara otomatis.

3.4 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transfromator


Setelah data hasil eksperimen dan pengujian telah diperoleh,
kemudian melakukan estimasi umur isolasi minyak dengan pendekatan
Hukum Arrhenius dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan
tembus dengan metode kegagalan dari hasil pengujian tegangan tembus.
Lalu dari kedua pendekatan tersebut dibandingkan hasil estimasi umur
untuk isolasi minyak transfromator.

3.4.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Menggunakan Pendekatan


Hukum Arrhenius
Estimasi umur isolasi minyak transformator dapat dilakukan
dengan pendekatan Hukum Arrhenius yang menunjukkan hubungan
antara laju reaksi kimia dengan temperatur. Hal ini sudah dijelaskan pada
Bab 2 berdasarkan formula dari penelitian eksperimental Thomas W.
Dakin, diamana formula tersebut adalah sebagai berikut ini :

= ( ) (3.1)

dimana, = waktu/umur bahan isolasi [jam]


T = temperatur mutlak dari material isolasi [kelvin]
A dan B = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit

49
Dari persamaan 3.1, estimasi umur dari isolasi minyak dapat
1
ditentukan dan menerapkan fungsi linear antara ln() terhadap . Selain

itu, dari formula 3.1 estimasi umur isolasi minyak merupakan fungsi
eksponensial terhadap temperatur isolasi minyak. Berikut ini adalah
langkah-langkah pengolahan data secara eksperimental berdasarkan
standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the Statistical
Analysis of Thermal Life Test Data[9], sebagaimana berikut ini :

1. Konversi data ke variasi waktu fungsi log dan ubah temperatur


celcius kedalam bentuk temperatur kelvin

Konversi temperatur celcius pada bahan isolasi uji kedalam


temperatur kelvin.

1
= (3.2)
( + 273)
Konversi variasi waktu (t) ke dalam fungsi ln untuk penuaan
bahan isolasi uji.

= ln() (3.3)

2. Akumulasi nilai dan , meliputi :


; ; 2 ; 2 ; ()

3. Estimasi koefisien Arrhenius

Kemiringan atau gradien kurva:

() ( )( ) (3.4)
=
( 2 ) ( )2

Intersep ln :

( ( )) (3.5)
=

Dimana N adalah jumlah dari sampel yang dihitung.

50
4. Persamaan kurva regressi Arrhenius:

Persamaan kurva Arhenius, Tc sebagai keadaan temperatur


yang dipilih :
1
() = [ ]+ (3.6)
(273 +

Untuk estimasi umur isolasi minyak transformator :


(3.7)
= 2.303()

3.4.2 Estimasi umur Isolasi Minyak Menggunakan Pendekatan


Ketahanan Isolasi Terhadap Tegangan Tembus
Setelah didapatkan hasil dari pengujian tegangan tembus pada
sampel uji isolasi minyak transformator, estimasi menggunakan
pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model
kegagalan yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -1987
IEEE Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation Voltage
Endurance Data. Hasil pengujian tegangan tembus menggunakan
persamaan eksponensial dari grafik hasil tegangan tembus antara
tegangan (kV) dengan waktu pengujian. Persamaan eksponensial laju
degradasi tegangan tembus sebagai berikut :

(3.8)
= ()
dimana, = Waktu untuk terjadi kegagalan pada waktu tegangan yang
ditentukan [jam]
c = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
h = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
G = nilai batas rekomendasi dari standar pengujian tegangan
tembus

Untuk nilai batas rekomendasi dari standar pengujian tegangan


tembus dilakukan pemilihan pada peralatan transformator daya dengan

51
sistem tegangan nominal yang sesuai dengan standar IEC 60422. Dapat
dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Standar dielectric strength minyak isolasi


Tegangan Tembus Isolasi (kV/2,5 mm)
Kategori Baik Sedang Buruk
Tegangan (kV)
>60 50-60 <50
500
>50 40-50 <40
150
>40 30-40 <30
70

Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data secara


eksperimental berdasarkan pendekatan ketahanan isolasi terhadap
tegangan tembus dengan model kegagalan, berikut ini[14] :

1. Estimasi yang dilakukan disebabkan oleh dua tekanan termal


dan tekanan elektrik tembus sehingga dilakukan persamaan
untuk mendapatkan hubungan antara kedua faktor

Perhitungan pendekatan ketahanan isolasi terhadap


tegangan tembus dengan model kegagalan dalam bentuk
eksponensial sehingga ubah persamaan pendekatan Hukum
Arrhenius ka dalam bentuk eksponensial.

(3.9)
= +273

= (3.10)

=
(3.11)

52
Lalu didapatkan konstanta hubungan antara tekanan termal
dan tekanan elektrik

= 0 () (3.12)

dimana, = umur dari estimasi isolasi minyak


berdasarkan Hukum Arrhenius
0 = konstanta estimasi umur isolasi minyak
yang disebabkan oleh gabungan tekanan
termal dan tekanan elektrik yang berupa
tegangan tembus
= konstanta

Untuk adalah

0 (3.13)
=
0

dimana, = temperatur eksperimen percepatan penuaan


termal
0 = temperatur saat pengujian tegangan tembus
dilakukan

2. Setelah didapat konstanta hubungan antara tekanan termal dan


tekanan elektrik maka didapatkan estimasi menggunakan
pendekatan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan
tembus dengan model kegagalan, dari persamaan berikut:

Persamaan estimasi umur isolasi minyak pendekatan


ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model
kegagalan

= () (3.14)

Untuk mencari konstanta h dilakukan curve fitting pada data


tegangan tembus hasil pengujian menggunakan program
matlab sehingga didapatkan persamaan eksponensial

53
Halaman ini sengaja dikosongkan

54
BAB IV
ANALISA DATA
Data yang sudah didapatkan dari hasil eksperimen, observasi, dan
pengujian tegangan tembus dikumpulkan dan disajikan dalam gambar
dan tren grafik yang kemudian dianalisa untuk mengetahui pengaruh
penuaan secara termal terhadap karakteristik fisik dan karakteristik
elektrik pada isolasi minyak transformator. Selanjutnya diestimasikan
umur isolasi minyak transformator menggunakan pendekatan hukum
Arrhenius dan dibandingkan dengan pendekatan ketahanan isolasi
terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan.

4.1 Analisa Pengaruh Penuaan terhadap Karakteristik Fisik


Isolasi Minyak Setelah Percepatan Penuaan Termal
Isolasi minyak mineral yang baik untuk sistem isolasi pada
peralatan tegangan tinggi khususnya transformator diharuskan memiliki
karakteristik yang baik sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai
isolasi. Salah satunya adalah karateristik fisik yang berupa kejernihan
secara penampilan pada isolasi minyak. Minyak mineral berlabel Nynas
Nytro Libra yang masuk kelas dengan spesifikasi standar, dalam kondisi
awal memiliki karkateristik fisik berupa jernih, bebas endapan dan
berwarna putih sedikit pucat. Tentunya dengan karakteristik fisik seperti
ini yang sesuai standar IEC 60296 minyak berlabel Nynas Nitro Libra
layak menjadi sistem isolasi pada transformator. Jika suatu transformator
memiliki sistem isolasi yang baik maka transformator dapat beroperasi
dengan baik dan menjaga kehandalannya dalam menyuplai tenaga listrik.
Namun dengan berjalannya waktu dalam pengoprasian transformator
yang berjalan secara kontinu dan diberikan beban berlebih, tentunya akan
muncul penuaan yaitu berupa faktor tekanan termal yang dapat
mempengaruhi sistem isolasi dari transformator. Faktor tekanan termal ini
dapat mempengaruhi karakteristik fisik isolasi minyak transformator dari
kondisi awal.
Sampel uji isolasi minyak yang telah dikeluarkan dari pemanas
listrik setelah dilakukan proses percepatan penuaan secara termal sesuai
jadwal pada tabel 3.2. Kemudian dilakukan observasi secara visual
terhadap sampel uji isolasi minyak, didapatkan perubahan warna pada
sampel uji isolasi minyak setelah dilakukan percepatan penuaan secara
termal sehingga eksperimen penuaan dengan faktor tekanan termal
mempunyai pengaruh terhadap karakteristik fisik secara penampilan.

55
4.1.1 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak Temperatur 1000C
Berikut ini adalah gambar dari sampel uji isolasi minyak yang
diurutkan sesuai dengan jadwal percepatan penuaan secara termal pada
temperatur 1000C.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.1 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0
jam atau baru (a), 24 jam (b), 48 jam (c), 96 jam(d), 120 jam(e), dan 168 jam(f) pada
temperatur 1000C

56
(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.2 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0 jam
atau baru (a), 24 jam (b), 48 jam (c), 96 jam(d), 120 jam(e), dan 168 jam(f) pada temperatur
1000C

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat jelas perubahan karakteristik fisik


penampilan berupa warna pada sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal selama 24 jam, 48 jam, 96 jam , 120 jam, dan
168 jam dengan temperatur 1000C yang dijaga konstan. Dapat dilihat
perubahan warna pada sampel uji isolasi minyak dari warna putih pucat
pada saat 0 jam menjadi warna kuning pucat hingga menjadi warna coklat
gelap pada 168 jam. Perubahan warna dari 0 jam ke 24 jam hanya berubah
sedikit tambah pucat, dari 24 jam ke 48 jam warna sampel uji menjadi
kuning pucat, dari 48 ke 96 dengan jarak waktu 48 jam terlihat jelas
perubahan warna menjadi kuning terang, dari 96 ke 120 dengan jarak
waktu 48 jam terlihat perubahan warnanya menjadi kuning sawo, dan
yang terakhir dari 120 ke 168 perubahan warnanya berubah sangat jelas
dari kuning gelap menjadi coklat. Dari gambar 4.2 dapat dilihat sampel
uji isolasi masih tidak ada endapan setelah percepatan penuaan termal

57
mapun di waktu 168 jam masih tidak ada endapan pada isolasi minyak
transformator.

4.1.2 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak Temperatur 1150C


Berikut ini adalah gambar dari sampel uji isolasi minyak yang
diurutkan sesuai dengan jadwal percepatan penuaan secara termal pada
temperatur 1150C.

(a) (b)

(c) (d) (e)


Gambar 4.3 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0
jam atau baru (a), 24 jam (b), 48 jam (c), 72 jam(d), dan 96 jam(e), pada temperatur 1150C

58
(a) (b)

(c) (d) (e)


Gambar 4.4 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0
jam atau baru (a), 24 jam (b), 48 jam (c), 72 jam(d), dan 96 jam(e), pada temperatur 1150C

Dari Gambar 4.3, perubahan karakteristik fisik penampilan secara


visual dengan temperatur 1150C yang di jaga konstan terlihat jelas
perubahan warna pada sampel uji mulai dari 0 jam ke 24 jam perubahan
warna dari putih pucat ke kuning terang, setelah itu dari 24 jam ke 48 jam
perubahan warna dari kuning terang ke kuning sawo, kemudian dari 48
jam ke 72 jam perubahan warna dari kuning sawo ke coklat kehitaman
lalu yang terakhir dari 72 jam ke 96 jam perubahan warna dari coklat
kehitaman ke warna hitam pada sampel uji. Ketika temperatur yang di
naikan 150C dari 1000C ternyata semakin cepat pemburukan pada sampel
uji isolasi minyak, dapat dilihat dari warna sampel uji isolasi minyak pada
durasi percepatan penuaan termal yang sama semisal dari durasi 24 jam
pada 1000C dan durasi 24 jam pada 1150C perubahan warna yang berubah
lebih cepat jika dibandingkan dengan warna sampel uji isolasi minyak
pada durasi 0 jam.

59
Dilihat pada Gambar 4.4 endapan pada sampel uji isolasi minyak
dari durasi 0 jam hingga 48 jam dapat dilihat tidak terjadi endapan yang
terjadi pada sampel uji isolasi minyak, tetapi pada saat 72 jam dan 96 jam
tidak dapat dilihat dari tampak atas karena warna yang terlalu pekat.
Setelah observasi visual secara tampak bawah pada Gambar 4.5 terdapat
endapan pada sampel uji isolasi minyak.

(a) (b)
Gambar 4.5 Penampilan tampak bawah sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 72
jam (a) dan durasi waktu 96 jam (b) pada temperatur 1150C

Dari Gambar 4.5 endapan yang terjadi pada durasi waktu 96 jam
lebih banyak dibandingkan dengan durasi waktu 72 jam. Sehingga lebih
lama isolasi minyak diberi tekanan termal maka semakin banyak endapan
yang terjadi pada isolasi minyak. Terbentuknya endapan dapat menjadi
pertanda bahwa isolasi minyak tersebut sudah mengalami penuaan atau
penurunan kualitas sebagai bahan isolasi yang berfungsi sebagai isolasi,
terbentuknya diakibatkan proses oksidasi dan dari penerapan tekanan
termal yang diberikan pada sampel uji isolasi minyak dengan percepatan
penuaan secara termal. Sehingga jika dibandingkan dengan temperatur
1000C tidak terjadi endapan yang terjadi sampel uji isolasi minyak, maka
lebih tingginya temperatur yang diterapkan maka semakin cepat penuaan
yang terjadi pada sampel uji isolasi minyak.

60
4.1.3 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak Temperatur 1250C
Berikut ini adalah gambar dari sampel uji isolasi minyak yang
diurutkan sesuai dengan jadwal percepatan penuaan secara termal pada
temperatur 1250C.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.6 Penampilan tampak depan sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0
jam atau baru (a), 6 jam (b), 12 jam (c), 24 jam(d), 36 jam(e), dan 48 jam(f) pada temperatur
1250C

61
(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.7 Penampilan tampak atas sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 0 jam
atau baru (a), 6 jam (b), 12 jam (c), 24 jam(d), 36 jam(e), dan 48 jam(f) pada temperatur
1250C

Dari Gambar 4.6, telihat jelas perubahan karakteristik fisik secara


penampilan melalui cara visual dengan perubahan warna yang terjadi
pada sampel uji isolasi minyak pada temperatur 125 0C yang dijaga
konstan. Perubahan warna pada durasi wakut 0 jam ke 6 jam, perubahan
warna dari putih pucat ke warna kuning terang, setelah itu dari 6 jam ke
12 jam perubahan warna dari kuning terang ke kuning sawo, lalu dari 12
jam ke 24 jam perubahan warna ke coklat , kemudian dari 24 jam ke 36
jam perubahan warna dari coklat ke coklat kehitaman setalah itu dari 36
jam ke 48 jam perubahan warna dari coklat kehitaman ke warna hitam.
Jika dibandingkan dengan temperatur 1150C pada durasi waktu yang
sama semisal 24 jam dibandingkan dengan durasi waktu 0 jam maka lebih
cepat terjadi penuaan pada sampel uji isolasi minyak dengan dibuktikan
bewarna coklat pada temperatur 1250C.

62
Dilihat dari Gambar 4.7 endapan yang terjadi pada sampel uji
isolasi minyak pada durasi waktu 0 jam hingga 24 jam dapat dilihat tidak
adanya endapan pada sampel uji isolasi minyak tetapi pada durasi waktu
36 jam dan 48 jam tidak dapat dilihat karena terhalang oleh warna yang
terlalu gelap, kemudian dilakukan observasi ternyata yang terjadi endapan
hanya pada waktu durasi 48 jam dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Penampilan tampak bawah sampel uji


isolasi minyak dengan durasi waktu 48 jam pada
temperatur 1250C

4.1.4 Perbandingan Analisa Karakter Fisik Isolasi Minyak


Sehingga secara teori kenaikan temperatur 10 0C akan
meningkatkan laju reaksi menjadi dua kali lipat, maka akan menyebabkan
percepatan penuaan waktu pemburukan sampel menjadi separuhnya.
Pemburukan yang terjadi dapat dilihat secara visual dengan melihat warna
dari sampel uji isolasi minyak. Dapat lihat perbandingan warna setelah
percepatan penuaan secara termal antara temperatur 100 0C, 1100C, dan
1250C dibawah ini.

Gambar 4.9 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1000C

63
Gambar 4.10 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1150C

Gambar 4.11 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1250C

Dari Gambar 4.9, 4.10, dan 4.11 terjadi perubahan warna yang
signifikan dibandingkan antara durasi waktu sampel uji isolasi minyak 0
jam atau baru dengan akhir dari durasi penuaan secara termal pada setiap
variasi temperatur. Pada temperatur 1000C penuaan untuk mencapai
warna coklat dibutuhkan waktu 168 jam, tetapi pada temperatur 115 0C
dengan kenaikan 150C dibutuhkan waktu 72 jam sudah mencapai warna
coklat kehitaman sehingga dengan kenaikan 100C-150C akan
meningkatkan laju reaksi menjadi dua kali lipat, maka percepatan waktu
penuaan menjadi separuhnya, berlaku pula dengan 1250C penuaan sampel
uji. Jika dibandingkan pada temperatur 125 0C dibutuhkan durasi waktu
48 jam untuk mencapai warna yang sama dengan waktu 96 jam pada
temperatur 1150C, hanya dibutuhkan separuh waktu untuk penuaan pada
sampel uji isolasi minyak jika dinaikkan 10-150C.

64
4.2 Analisa Pengaruh Penuaan terhadap Karakteristik Elektrik
Isolasi Minyak Setelah Percepatan Penuaan Termal
Karakateristik elektrik yang dilihat pada sampel uji isolasi minyak
menggunakan nilai tegangan tembus atau breakdown voltage (BdV).
Tegangan tembus merupakan satu indikator yang baik untuk menentukan
kemampuan isolasi minyak dalam menjalankan fungsinya sebagai bahan
isolasi cair pada peralatan transformator. Tegangan tembus juga
menentukan seberapa jauh kekuatan suatu bahan isolasi menahan
tegangan tinggi sampai terjadinya kegagalan tegangan tembus. Pada
pengujian tegangan tembus pada penelitian ini, menggunakan alat ukur
tegangan tembus yaitu magger OTS80PB dengan dua buah elektroda
berbentuk jamur dengan jarak 2.5 mm. Pegujian tegangan tembus
dilakukan enam kali pada setiap sampel uji untuk mendapatkan nilai rata
rata tegangan tembus yang lebih akurat.

4.2.1 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak Temperatur


1000C
Berikut ini hasil pengujian tegangan tembus pada sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan secara termal pada temperatur
1000C yang disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1000C
Drajat Tegangan tembus (kV)
No termal 24 48 96 120 168
(0C) 0 jam
jam jam jam jam jam
1 48.5 36.9 38.7 21.2 21.4 11.6
2 36.4 27.5 29.9 27.2 24.3 12.8
3 34.3 27.7 26.3 19.2 17.5 14.9
1000C
4 32.3 25.9 27.7 26.7 17.4 34.8
5 32.5 33.2 25.2 25.9 20.0 12.7
6 35.4 35.7 26.5 22.5 24.7 33.0
Rata-rata 36.6 31.2 29.1 23.8 20.9 20.0

65
Dari nilai yang didapatkan dari hasil pengujian tegangan tembus
sebanyak 6 kali, dibuat dalam grafik pada Gambar 4.12 menggunakan
program Microsoft excel, sebagai berikut :

Gambar 4.12 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan durasi
waktu pada temperatur 1000C

Dari Tabel 4.1, data tegangan tembus yang didapat dan dilihat dari
nilai rata-rata selalu mengalami penurunan. Durasi waktu 0 jam atau
isolasi minyak yang baru mempunyai tegangan tembus 36.6 kV di bawah
nilai karakteristik dari isolasi minyak Nynas Nitro Libra keadaan ini dapat
terjadi karena proses pemindahan isolasi minyak ke dalam botol yang
terkena kontaminan atau terkena udara langsung karena isolasi minyak
sangat sensitif terhadap faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi
nilai di bawah karakteristik karena terlalu lama disimpan dalam botol
yang keadannya tutup botol tersebut kurang rapat dengan menunggu
pengujian yang dilakukan oleh Quality Control PT. Bambang Djaja.
Nilai tegangan tembus setelah percepatan penuaan secara termal
mengalami penurunan dilihat dari nilai rata-rata dari hasil pengujian, dari
durasi waktu 0 jam dengan nilai 36.6 kV ke durasi waktu 24 jam turun
dengan nilai 31.2 kV, kemudian dari durasi waktu 24 jam ke durasi waktu
48 jam turun menjadi 29.1 kV, setelah itu kedurasi waktu 96 jam turun
menjadi 23.8 kV, niali tegangan tembus turun menjadi 20.9 kV, dan di

66
periode akhir turun menjadi 20 kV. Dilihat dari Gambar 4.12 grafik yang
dilihat dari garis biru yang menunjukan nilai rata-rata, selalu mengalami
penurunan dari durasi waktu ke periode berikutnya. Sehingga dapat
diketahui isolasi minyak setelah mengalami percepatan penuaan secara
termal pada temperatur 1000C akan mengalami penurunan karakteristik
elektrik yang ditunjukan dengan penurunan nilai dari tegangan tembus.

4.2.2 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak Temperatur


1150C
Berikut ini hasil pengujian tegangan tembus pada sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan secara termal pada temperatur
1150C yang disajikan dalam Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1150C
Drajat Tegangan tembus (kV)
No termal
(0C) 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam
1 48.5 28.0 17.6 14.4 19.7
2 36.4 21.9 26.2 26.2 17.8
3 34.3 33.4 16.6 15.3 17.7
1150C
4 32.3 19.7 24.6 28.2 17.7
5 32.5 36.1 22.3 12.8 18.0
6 35.4 35.9 23.5 19.7 17.3
Rata-rata 36.6 29.2 21.8 19.4 17.9

Dari nilai yang didapatkan dari hasil pengujian tegangan tembus


sebanyak 6 kali, dibuat dalam grafik pada Gambar 4.13 menggunakan
program Microsoft excel, sebagai berikut :

67
Gambar 4.13 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan
durasi waktu pada temperatur 1150C

Dari Tabel 4.2, nilai tegangan tembus rata-rata pada temperatur


1150C selalu mengalami penurunan. Dari durasi waktu 0 jam dengan nilai
36.6 kV ke durasi waktu 24 jam mengalami penurunan menjadi 29.2 kV,
setelah itu ke durasi waktu 48 jam menjadi 21.8 kV, kemudian ke duasi
waktu 72 jam 19,4 kV, dan periode terakhir menjadi 17.9 kV. Dilihat dari
Gambar 4.13 grafik garis biru yaitu nilai rata-rata selalu mengalami
penurunan dari durasi waktu ke periode durasi waktu selanjutnya dengan
demikian percepatan penuaan termal pada temperatur 115 0C sampel uji
isolasi minyak mengalami penurunan karakteristik elektrik yang dilihat
dari nilai tegangan tembus. Jika temperatur 115 0C dibandingkan dengan
temperatur 1000C pada durasi waktu yang sama semisal 24 jam, maka
nilai tegangan tembus lebih kecil di temperatur 1150C.

4.2.3 Analisa Karakteristik Elektrik Isolasi Minyak Temperatur


1250C
Berikut ini hasil pengujian tegangan tembus pada sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan secara termal pada temperatur
1250C yang disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini:

68
Tabel 4.3 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1250C
Tegangan tembus (kV)
Drajat
No termal 12 24 36 48
(0C) 0 jam 6 jam
jam jam jam jam

1 48.5 26.7 15.0 28.0 22.0 13.6


2 36.4 24.8 17.7 18.0 13.2 13.5
3 34.3 21.1 20.3 17.9 16.1 12.5
1250C
4 32.3 22.0 19.4 18.1 13.8 14.2
5 32.5 16.9 19.2 18.0 17.9 13.2
6 35.4 20.9 17.7 18.5 18.6 15.2
Rata-rata 36.6 22.1 18.2 19.8 16.9 13.7

Dari nilai yang didapatkan dari hasil pengujian tegangan tembus


sebanyak 6 kali, dibuat dalam grafik pada Gambar 4.14 menggunakan
program Microsoft excel, sebagai berikut :

Gambar 4.14 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan durasi
waktu pada temperatur 1250C

69
Dari Tabel 4.3, nilai tegangan tembus rata-rata pada temperatur
1250C pada durasi waktu 0 jam memiliki nilai 36.6 kV, kemudian pada
durasi waktu 6 jam turun menjadi 22.1 kV, setelah itu turun menjadi 18.2
kV pada dusari waktu 12 jam, setelah itu pada durasi 24 jam naik menjadi
19.8 kV, pada periode berikutnya pada durasi 36 jam mengalami
penuruna kembali menjadi 16.9 kV, dan yang terakhir mengalami
penurunan menjadi 13.7 kV. Kenaikan yang terjadi dari periode durasi
waktu 12 jam ke 24 jam dapat terjadi dikarenakan pada sampel uji isolasi
12 jam lebih banyak kadar air ataupun lebih terpapar dengan udara bebas
saat setelah percepatan termal dilakukan karena pengujian tidak langsung
dilaksanakan dikarenakan menunggu pengujian dari Quality control PT.
Bambang Djaja. Tetapi jika dibandingkan pada temperatur 1150C dengan
temperatur 1250C pada durasi waktu yang sama, semisal durasi waktu 24
jam pada temperatur 1150C didapatkan nilai 29.2 kV kemudian di
temperatur 1250C didapatkan nilai 19.8 kV, maka dengan kenaikan
temperatur nilai tegangan tembus pada durasi waktu yang sama akan
mengalami penurunan nilai.
Kemudian dilihat dari Gambar 4.14, grafik mengalami penurunan
dilihat dari garis biru yaitu nilai rata-rata dari keenam nilai pengujian
yang dilakukan. Sehingga semakin lama durasi waktu yang diterapkan
pada sampel uji isolasi minyak pada temperatur 125 0C, maka sampel uji
isolasi minyak akan mengalami laju degradasi atau penuaan yang dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sebagai bahan isolasi yang berfungsi
sebagai isolasi pada transformator.

4.2.4 Analisa Karakteristik Elektrik Tegangan Tembus Isolasi


Minyak
Dari hasil pengujian tegangan tembus yang dilakukan setelah
penerapan percepatan penuaan secara termal pada isolasi minyak maka
didapatkan nilai tegangan tembus yang semakin menurun pada periode
durasi waktu yang semakin lama, yang berarti penurunan pada
karakteristik elektrik pada isolasi minyak jika diberi tekanan termal
dengan durasi yang lama. Semakin tinggi penerapan temperatur yang
dilakukan untuk percepatan penuaan maka semakin menurun nilai yang
didapatkan untuk tegangan tembus isolasi minyak, yang berarti jika
tekanan termal yang dialami isolasi minyak semakin tinggi temperatur
maka semakin cepat penuaan yang terjadi pada isolasi minyak yang
ditent1ukan dengan nilai tegangan tembus yang semakin menurun.

70
Selanjutnya dari ketiga nilai tegangan tembus dengan variasi
temperatur yang dapat disajikan dalam grafik tren penurunan tegangan
tembus seperti terlihat pada Gamabar 4.15 berikut ini:

Gambar 4.15 Gafik tren penurunan tegangan tembus isolasi minyak pada variasi
temperatur yang berbeda

Dilihat dari Gambar 4.15, grafik tren penurunan tegangan tembus


dibuat dengan pendekatan regresi non linear eksponensial menggunakan
program matlab 2015b dengan aplikasi curve fitting. Sumbu X adalah
waktu karena sebagai variabel independen atau variabel bebas dan sumbu
Y sebagai variabel dependen atau variabel terikat karena tegangan
tembus dipengaruh oleh waktu percepatan penuaan secara termal.
Sehingga didapatkan fungsi eksponensial untuk temperatur 1000C =
35.37 0.003925 , untuk temperatur 1150C = 35.79 0.008355 , dan untuk
temperatur 1250C = 30.06 0.0192 .
Dilihat dari ketiga grafik semakin lama durasi waktu pemanasan
maka semakin menurun nilai dari tegangan tembus isolasi minyak dan
semakin tingginya penerapan tekanan termal pada isolasi minyak maka
semakin menurun nilai dari tegangan tembus, dapat dilihat grafik 115 0C
di bawah grafik 1000C dan grafik 1250C di bawah grafik 1150C.
Tingginya temperatur akan mempengaruh laju tren tegangan tembus
dimana semakin tinggi temperatur maka akan menyebabkan grafik

71
berbentuk lebih curam. Sehingga tingginya temperatur dan durasi waktu
mempengaruhi dari tegangan tembus isolasi minyak.

4.3 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transformator


Dari data eksperimen yang sudah dilakukan maka dapat dihitung
estimasi umur isolasi minyak transformator menggunakan pendekatan
hukum Arrhenius yang berkaitan dengan waktu dan temperatur pada
eksperimen yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std. 101-1987
IEEE Guide for the Statistical Analysis of Thermal Life Test Data.
Kemudian akan dibandingkan perhitungan estimasi dengan pendekatan
ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan
yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -1987 IEEE Guide
for the Statistical Analysis of Electricl Insulation Voltage Endurance
Data.

4.3.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan Hukum Arrhenius


Pada perhitungan estimasi umur isolasi minyak pendekatan
hukum Arrhenius secara eksperimen, maka parameter yang digunakan
adalah variabel temperatur dan variabel durasi waktu penuaan termal
yang diterapkan pada setiap isolasi minyak yang diuji pada eksperimen.
Variabel temperatur sebagai variabel independen atau bebas dan variabel
durasi waktu sebagai variabel dependen atau terikat dikarenakan
penelitian akan menghitung estimasi umur isolasi minyak sehingga
variabel durasi waktu atau yang sebagai umur isolasi minyak akan
dipengaruhi oleh variabel temperatur yang akan diterapkan pada isolasi
minyak. Perhitungan pendekatan Hukum Arhhenius menggunakan
regresi linear. Dengan mengambil contoh pada pengujian temperatur (Tc)
1000C dengan durasi waktu (t) 24 jam, maka didapatkan nilai X, Y, X2,
Y2, dan XY sebagai berikut:
1 1
= (+273)
= (100+273) = 0.002680965

= ln() = ln(24) = 3.17805383


2 = (0.002680965)2 = 7.18757x106
2 = (3.17805383)2 = 10.10003
= 0.002680965 3.17805383 = 0.00852

72
Sehingga didapatkan perhitungan seperti tabel 4.4, sebagai
berikut:

Tabel 4.4 Nilai hasil perhitungan dari eksperimen percepatan penuaan sesuai temperatur
dan durasi waktu yang diterapkan
Tc t
0 N X Y X2 Y2 XY
C jam
1 24 0.00268 3.17 7.18x10-6 10.1 0.00852
-6
2 48 0.00268 3.87 7.18x10 14.98 0.01037
-6
100 3 96 0.00268 4.56 7.18x10 20.83 0.01223
-6
4 120 0.00268 4.78 7.18x10 22.92 0.01283
-6
5 168 0.00268 5.12 7.18x10 26.25 0.01373
-5
Jumlah 100 0.01340 21.5 3.5 x10 95.09 0.05770
-6
6 24 0.00257 3.17 6.64x10 10.10 0.00819
-6
7 48 0.00257 3.87 6.64x10 14.98 0.00997
115
8 72 0.00257 4.27 6.64x10-6 18.28 0.01102
9 96 0.00257 4.56 6.64x10-6 20.83 0.01176
-5
Jumlah 115 0.01031 15.8 2.65x10 64.2 0.04095
-6
10 6 0.00251 1.79 6.31x10 3.21 0.00450
-6
11 12 0.00251 2.48 6.31x10 6.17 0.00624
-6
125 12 24 0.00251 3.17 6.31x10 10.1 0.00798
-6
13 36 0.00251 3.58 6.31x10 12.84 0.00900
-6
14 48 0.00251 3.87 6.31x10 14.98 0.00972
-5
Jumlah 125 0.01256 14.9 3.15x10 47.31 0.03746
-5
Jumlah total 0.03628 52.3 9.40x10 206.6 0.13612

Kemudian menghitung estimasi kemiringan kurva :

()( )( )
=
( 2 )( )2

73
(140.136123)(0.03627752.32476781)
= (149.4073E05)(0.0362772)
= 7484.982045

Mengitung estimasi dari intersep garis Arrhenius:

( ( ))
=

(52.32476781(7484.9820450.036277))
= = 15.65766523
14

Sehingga didapatkan persamaan garis linear :


= +
= 15.65766523 + 7484.982045
Dimana sumbu adalah waktu atau umur dari isolasi minyak
1
dan sebagai variabel temperatur dimana = (+273) dan sebagai
temperatur yang diterapkan pada isolasi minyak, sehingga dapat
dimasukan untuk estimasi umur isolasi minyak dalam persamaan 3.6 :

1
() = [ ]+
(273+

1
() = 7484.982045 [ ] 15.65766523
(273+)

Dari persamaan di atas maka dapat dihitung estimasi umur dari


isolasi minyak secara eksperimen, misalnya diambil satu contoh pada
temperatur 1000C.

1
() = 7484.982045 [ ] 15.65766523
(273+100

() = 4.409310759

= 2.303 4.409310759

= 25663.1971 jam

74
Berikut ini gambar kurva Arrhenius yang dapat diinterpretasikan dari
hasil eksperimen percepatan penuaan termal pada sampel uji isolasi
minyak:

Gambar 4.16 Kurva Arrhenius pada percepatan penuaan sampel uji isolasi
minyak transformator berjenis minyak mineral dalam variasi temperatur

Dari Gambar 4.16, kurva Arrhenius dapat diketahui bahwa


hubungan antara ln (t) terhadap 1/T(Kelvin) adalah linear, dengan
mengikuti persamaan :

= 15.65766523 + 7484.982045
Karena hubungan antara ln (t) berbanding terbalik dengan
temperatur, sehingga dapat diketahui jika temperatur yang diterapkan
untuk tekanan termal terhadap isolasi minyak dinaikan maka umur isolasi
minyak akan berkurang.

75
Sehingga untuk variasi temperatur yang terjadi pada isolasi
minyak disebabkan oleh tekanan termal dapat ditentukan estimasi umur
dari isolasi minyak. Estimasi umur isolasi minyak pada setiap kenaikan
temperatur minyak () sebesar 50C seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Estimasi umur isolasi minyak secara ekesperimen


Estimasi Estimasi Estimasi
Umur Umur Umur
No 0 ( + )
()
C Isolasi Isolasi Isolasi
Jam Hari Tahun
1 85 0.0028 5.25 177871.2 7411.30 20.30
2 90 0.0027 4.96 91647.37 3818.64 10.46
3 95 0.0027 4.68 48079.49 2003.31 5.49
4 100 0.0027 4.40 25663.20 1069.30 2.93
5 105 0.0026 4.14 13927.54 580.31 1.59
6 110 0.0026 3.88 7680.13 320.01 0.88
7 115 0.0026 3.63 4300.57 179.19 0.49
8 120 0.0025 3.38 2443.94 101.83 0.28
9 125 0.0025 3.14 1408.71 58.70 0.16
10 130 0.0025 2.91 823.17 34.30 0.09
11 135 0.0025 2.68 487.39 20.31 0.06
12 140 0.0024 2.46 292.27 12.18 0.03
13 145 0.0024 2.24 177.42 7.39 0.02
14 150 0.0024 2.03 108.98 4.54 0.01
= Eksperimen = Estimasi

Dari Tabel 4.5, estimasi umur isolasi minyak selalu mengalami


penurunan jika temperatur yang diterapkan semakin tinggi. Batas
tertinggi estimasi umur menggunakan temperatur 1500C karena batas dari
titik nyala karakteristik Nynas Nitro Libra dan batas bawah 850C
dikarenakan di bawah temperatur didapatkan nilai estimasi umur yang
lebih dari standar IEEE, sehingga didapatkan jika isolasi minyak bekerja
di bawah temperatur 850C dapat dikatakan aman, dan tidak merusak
isolasi minyak transformator.

76
Berikut kurva estimasi umur isolasi minyak pada setiap kondisi
temperatur yang terjadi pada tekanan termal pada isolasi minyak, sebagai
berikut:

Gambar 4.17 Kurva Estimasi Umur Isolasi Minyak pada variasi temperatur antara 850C-
1500C dengan T = 50C

Dari kurva estimasi umur isolasi minyak Gambar 4.17 di atas,


dalam skala eksprimen yang dilihat dari penerapan temperatur pada
tekanan termal isolasi minyak. Umur isolasi minyak akan berkurang
secara eksponensial mengikuti persamaan :

= 4.624108 0.1299

Dimana x adalah temperatur minyak isolasi dalam satuan 0C dan y adalah


umur dari isolasi minyak dalam satuan hari. Sehingga dapat diketahui
semakin tinggi temperatur pada isolasi minyak maka akan menyebabkan
penurunan umur secara eksponensial, sehingga temperatur sangat
berpengaruh terhadap umur dari isolasi minyak.

4.3.2 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan Ketahanan Isolasi


Terhadap Tegangan Tembus
Pada perhitungan estimasi umur isolasi minyak menggunakan
pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model
kegagalan secara eksperimen, variabel yang digunakan mengambil data

77
dari hasil pengujian tegangan tembus dan variabel durasi watu percepatan
penuaan secara termal, setelah itu menghubungkan antara estimasi umur
isolasi minyak pendekatan Hukum Arrhenius secara termal. Variabel
tegangan tembus sebagai variabel independen atau variabel bebas dan
durasi waktu atau umur isolasi minyak sebagai variabel dependen atau
terikat dikarenakan variabel tegangan tembus akan mempengaruhi
estimasi umur dari isolasi minyak yang akan ditentukan. Dikarenakan
bentuk persamaan estimasi umur isolasi minyak menggunakan
pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model
kegagalan dalam bentuk eksponensial, maka persamaan Hukum
Arrhenius dirubah menjadi bentuk eksponensial, sebagai berikut:

= exp() = exp(15.65766523) = 1.58476107

= = 7484.982045


= +273

7484.982045
= 1.58476107 +273

Sehingga didapatkan persamaan Hukum Arrhenius berbentuk


eksponensial yang berartikan t adalah tingkat penuaan termal (Thermal
aging rate) Setelah itu dilanjutkan perhitungan konstanta estimasi umur
isolasi minyak yang disebabkan oleh gabungan tekanan termal dan
tekanan elektrik yang berupa tegangan tembus ( 0 ). Dengan persamaan
sebagai berikut:

= 0 exp ()

dimana adalah terdiri dari sebagai temperatur percepatan penuaan


termal dan 0 sebaga temperatur saat pengujian tegangan tembus dilakukan.
Persamaan sebagai berikut :

78
0
=
0

Temperatur saat pengujian tegangan tembus pada sampel uji


isolasi minyak pada temperatur 1000C didapatkan dalam Tabel 4.5.
Sehingga perhitungan kontanta 0 pada temperatur 1000C, sebagai
berikut:

Tabel 4.6 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1000C
Temperatur isolasi minyak saat pengujian
Temperatur tegangan tembus 0C
No
eksperimen 0 24 48 96 120 168 Rata-
jam jam jam jam jam jam rata
1 1000C 28 27 27 27 27 27 27.167

dari Tabel 4.6 dapat dihitung , sebagai berkut:

(100+273)(27.167+273)
= (100+273)(27.167+273)

= 0.000650514

kemudian didapatkan konstanta persamaan 0 :

= 0 exp (7484.9820450.000650514 )

dimana adalah estimasi umur isolasi minyak pada saat


temperatur 1000C berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius yang
didapatkan.

= 25663.1971

25663.1971 = 0 exp (7484.9820450.000650514 )

25663.1971
0 = = 197.1037302
130.2014785

79
Temperatur saat pengujian tegangan tembus pada sampe uji
isolasi minyak pada temperatur 1150C didapatkan dalam tabel 4.6
Sehingga perhitungan kontanta 0 pada temperatur 1150C adalah sebegai
berikut:

Tabel 4.7 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1150C
No Temperatur Temperatur isolasi minyak saat pengujian
eksperimen tegangan tembus 0C
0 jam 24 jam 48 96 Rata-rata
jam jam
1 1150C 28 26 27 27 27

dari Tabel 4.7 dapat dihitung , sebagai berkut:

(115+273)(27.+273)
= (115+273)(27+273)

= 0.000756014

kemudian didapatkan konstanta persamaan 0 :

= 0 exp (7484.9820450.000756014 )

dimana adalah estimasi umur isolasi minyak pada saat


temperatur 1150C berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius yang
didapatkan.

= 4300.565881

4300.565881 = 0 exp (7484.9820450.000756014 )

4300.565881
0 = = 14.99553635
286.7897339

80
Temperatur saat pengujian tegangan tembus pada sampe uji
isolasi minyak pada temperatur 1250C didapatkan dalam tabel 4.7.
Sehingga perhitungan kontanta 0 pada temperatur 1250C adalah sebegai
berikut:

Tabel 4.8 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1250C
No Temperatur Temperatur isolasi minyak saat pengujian
eksperimen tegangan tembus 0C
0 6 12 24 36 48 Rata-
jam jam jam jam jam jam rata
1 1250C 28 27 28 27 27 28 27.5

dari tabel 4.8 dapat dihitung , sebagai berkut:

(100+273)(27.5+273)
= (100+273)(27.5+273)

= 0.000646822

kemudian didapatkan konstanta persamaan 0 :

= 0 exp (7484.982045 0.000646822)

dimana adalah estimasi umur isolasi minyak pada saat


temperatur 1250C berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius yang
didapatkan.

= 1408.712336

1408.712336 = 0 exp (7484.982045 0.000646822)

1408.712336
0 = = 5.120213103
275.1276768

81
Setelah didapatkan konstanta 0 , selanjutnya melakukan
pencarian persamaan eksponensial tegangan tembus untuk 100 0C, yang
dilakukan dengan program matlab 2015b dengan aplikasi curve fitting.
Variabel x sebagai variabel independen adalah tegangan tembus dan
variabel ya adalah durasi waktu yang akan menjadi perhitungan estimasi
umur isolasi minyak dikarenakan umur isolasi minyak dipengaruhi
tegangan tembus yang terjadi pada isolasi minyak.

Gambar 4.18 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 1000C

Dari Gambar 4.18 didapatkan persamaan eksponensial untuk


tegangan tembus, sebagai berikut:

= 3441 (0.1541 )

Sehingga didapatkan persamaan estimasi umur isolasi minyak :

= 0 ()

= = 0.1541

82
dimana 0 untuk temperatur 1000C adadalah 197.1037302 sehingga
dapat dihitung untuk estimasi umur isolasi minyak pada sampel uji
1000C. sebagai berikut :

= 197.1037302 exp (0.1541 )

untuk nilai G dalam satuan kV yang berdasarkan standar IEC 60422,


dimana Nynas Nytro Libra adalah standart grade sehingga digunakan
pada transformator sistem 20 kV. Transformator 20 kV mempunyai
standar terburuk untuk tegangan tembus adalah 30 kV, sehingga nilai G
adalah 30 kV.

= 197.1037302 exp (0.1541 x 30)

= 20064.95699 jam

Persamaan eksponensial untuk tegangan tembus pada sampel uji


isolasi minyak dari temperatur 1150C.

Gambar 4.19 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 1150C

83
Dari Gambar 4.18 didapatkan persamaan eksponensial untuk
tegangan tembus, sebagai berikut:

= 1476 ( 0.1541 )

Sehingga didapatkan persamaan estimasi umur isolasi minyak :

= 0 exp ()

= 14.99553635 exp (0.0.1541)

= 14.99553635 exp (0.1541 x 30)

= 1526.577375 jam

Persamaan eksponensial untuk tegangan tembus pada sampel uji


isolasi minyak dari temperatur 1250C.

Gambar 4.20 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 125 0C

84
Dari Gambar 4.18 didapatkan persamaan eksponensial untuk
tegangan tembus, sebagai berikut:

= 575.8 ( 0.1792 )

Sehingga didapatkan persamaan estimasi umur isolasi minyak :

= 0 exp ()

= 5.120213103 exp (0.1792)

= 5.120213103 exp ((0.1792 x 30)

= 1106.765866 jam

4.3.3 Perbandingan Estimasi Menggunakan Pendekatan Hukum


Arrhenius dengan Pendekatan Ketahanan Isolasi Terhadap
Tegangan Tembus
Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak antara
pendekatan Hukum Arrhenius dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap
tegangan tembus dengan model kegagalan secara eksperimen,
perbandingan dilihat dari sesama temperatur 1000C, 1150C, dan 1250C
yang dilakukan setelah percepatan penuaan secara termal. Perbandingan
diantara keduanya diharapkan kecil sehingga Hukum Arrhenius dapat
digunakan sebagai estimasi minyak isolasi transformator.
Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak
transformator pada temperatur 1000C didapatkan sebagai berikut :

% = 100%

25663.1971 20064.95699
% = 100% = 21.81427391 %
25663.1971
Didapatkan perbandingan perbedaannya sebesar 21.8143 %,
perbedaan ini disebabkan karena pendekatan Hukum Arrhenius hanya
melihat dari tekanan termal, sedangkan dari pendekatan ketahanan isolasi
dilihat dari tegangan tembus, dimana tegangan tembus dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya kandungan air, udara dan endapan pada
isolasi minyak.

85
Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak
transformator pada temperatur 1150C didapatkan sebagai berikut :
4300.57 1526.577375
% = 100% = 55.03177482 %
4300.57

Didapatkan perbedaannya sebesar 55.03177482 %, perbedaan


yang cukup besar ini didapatkan karena keadaan isolasi minyak pada
eksperimen percepatan secara termal dilakukan pertama kali percobaan
sehingga terlalu lama didiamkan dan terpapar udara yang cukup lama.

Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak


transformato pada temperatur 1250C didapatkan sebagai berikut :
1408.71 1106.76586
% = 100% = 21.4340875 %
1408.71

Didapatkan perbedaannya sebesar 21.4340875 %, perbedaan yang


didapatkan mendekati sama dengan temperatur 100 0C, sehingga
pengaruh perbedaannya sama pada temperatur 1000C.
Dari kedua pendekatan untuk estimasi umur isolasi minyak
transformator dapat dibuat grafik antara waktu dengan temperatur,
ditambahkan hasil percobaan estimasi umur pada penelitian IEEE
Std.101-1987.

Gambar 4.21 Grafik eksponensial perbandingan estimasi umur isolasi minyak transfomator

86
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen dan
analisa dari isolasi minyak transformator berdasarkan karakteristik fisik
dan karakteristik elektrik beserta estimasi dari umur isolasi minyak
transformator adalah sebagai berikut :
1. Eksperimen percepatan penuaan secara termal pada isolasi minyak
tranformator dapat menyebabkan penuaan atau penurunan kualitas
fungsi sebagai bahan isolasi pada isolasi minyak transformator.
2. Semakin tinggi temperatur yang diterapkan pada percepatan
penuaan termal akan menyebabkan penuaan menjadi lebih cepat.
3. Eksperimen percepatan penuaan secara termal yang dilakukan
pada isolasi minyak transformator akan mengubah karakteristik
fisik yang ditandai dengan perubahan warna, didapatkan semakin
lama isolasi minyak dipanaskan maka perubahan warna akan
semakin gelap warna dibandingkan dengan isolsi minyak baru,
serta terdapat endapan. Semakin tinggi temperatur yang diterapkan
maka semakin cepat warna isolasi minyak berubah.
4. Eksperimen percepatan penuaan secara termal akan menyebabkan
perubahan karakteristik elektrik yang ditandai dengan menurunya
nilai tegangan tembus, didapatkan jika semakin lama durasi
pemanasan, maka nilai tegangan tembus akan semakin turun dan
jika semakin tinggi temperatur yang diterapkan maka tegangan
tembus akan menurun lebih cepat.
5. Berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius untuk estimasi umur
isolasi minyak transformator didapatkan pada temperatur 100 0C
sebesar 25663.2 jam, temperatur 1150C sebesar 4300.57 jam, dan
temperatur 1250C sebesar 1408.71 jam

87
6. Berdasarkan pendekatan pendekatan ketahanan isolasi terhadap
tegangan tembus dengan model kegagalan untuk estimasi umur
isolasi minyak transformator didapatkan pada temperatur 1000C
sebesar 20064.96 jam, temperatur 1150C sebesar 1526.57 jam, dan
temperatur 1250C sebesar 1106.76 jam
7. Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak, didapatkan
pada temperatur 1000C sebesar 21.8 %, temperatur 1150C sebesar
55.03%, dan temperatur 1250C sebesar 21.4 %

5.2 Saran
Eksperimen percepatan penuaan secara termal dapat
menurunkan kualitas fungsi isolasi minyak dan penuaan yang ditandai
dengan berubahnya karakteristik fisik dan elektrik pada isolasi minyak
transformator. Tetapi, isolasi minyak transformator mudah beraksi
dengan udara sehingga perlu meminimalisir isolasi minyak kontak
langsung dengan udara bebas. Perlunya pengujian DGA (Disolve Gas
Analysis) sehingga diketahui kandungan gas yang terlarut pada sampel uji
isolasi minyak.

88
DAFTAR PUSTAKA

[1] Chapman, Stephen. J., Electric Machinary Fundamentals: Fourth


Edition, McGraw-Hill Education, New York, Ch. 2, 2005.
[2] Febrina, Dewi Cahya, Tugas Akhir, Pengaruh Temperatur
Terhadap Tegangan Tembus dan Usia Kerja Berbagai Jenis
Minyak Transformator di PT.PLN (Persero) P3B JB APP -
Surabaya, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Elektro,
ITS, 2016.
[3] Solikhudin, M,. Studi Gangguan Interbus Transformer (IBT-1)
500/150 kV di Gitet 500 kV Kembangan Jakarta Barat, Thesis,
Fakultas Teknik Program Pasca Sarjana Departemen Teknik
Elektro, UI, Bab 2, 2010.
[4] F. Husnayain, M. Latif, O, dan I. Garniwa, Transformer Oil
Lifetime Prediction Using the Arrhenius Law based on Physical
and Electrical Characteristics, IEEE 2015 International
Conference on Quality in Research, pp. 115 120, Aug, 2015.
[5] Arigayota, Abdul Rahman, Memantau Kualitas Minyak Trafo.
Teknologi dan Energi Vol.2 No.4: Halaman 392, Oktober 2012.
[6] Arismunandar, Artono, Teknik Tegangan Tinggi Suplemen,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
[7] Yuliastuti, Endah, Morshuis, P.H.F, and Chen, X, Analysis of
Dielectric Properties Comparison between Mineral Oil and
Synthetic Ester Oil, Master Thesis, Delft University of
Technology, Oktober 2010.
[8] Taghikhani, M.A, Power Transformer Insulation Lifetime
Estimation Methods, IEEE International Journal of Energy
Engineering 2011; 1(1): Sep 2011.
[9] PT. PLN (Persero), Diktat,Panduan Pemeliharaan
Transformator, SPLN, 2003.
[10] Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE Guide for
the Statistical Analysis of Thermal Life Test Data, ANSI/IEEE
Std. 101-1987. New York, Des 2010.
[11] International Electrotechnical Commission. Mineral insulating
oils in electrical equipment Supervision and maintenance
guidance, IEC 60422 Ed.4 2013-01, Jan 2013.

89
[12] Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE Guide for
the Statistical Analysis of Electrical Insulation Voltage Endurance
Data, ANSI/IEEE Std. 930-1987. New York, 1987.
[13] Nynas Nitro.Standart Grade Nytro Libra Electrical Insulating
Oil, Ed.4, 2012.
[14] Simoni, L., A General Approuch To The Eendurance Of
Electrical Insulation Under Temperature And Voltage, IEEE
Transaction on electrical insulation Vol. E1 No. 4, Agustus 1981.

90
Riwayat Hidup Penulis

Rifqi jauhari, Penulis biasa dipanggil dengan


sapaan Jo dilahirkan di Jombang pada tanggal 10
Januari 1995, anak ke dua dari empat bersaudara
dari orang tua Lukman Hakim Jauhari dan Sri
Purwaning Untari. Penulis memulai pendidikan
dari TK Ibunda pada tahun 1999-2001,
kemudian melanjutkan pendidikan di SD IT
Auliya pada tahun 2001-2007, selanjutnya
menempuh pendidikan di SMP N 177 Jakarta
pada tahun 2007-2010, setalah itu melanjutkan
di SMA N Cahaya Madani Banten Boarding
School pada tahun 2010-2013, dan penulis melanjutkan studi di S1
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. Penulis mengambil bidang studi Teknik
Sistem Tenaga sebagai fokus studinya. Selain itu penulis aktif dalam
pengurusan organisasi Himpunan Mahasiswa Elektro sebagai staf
Hubungan Luar dan staf ahli Hubungan Luar, penulis juga aktif dalam
kepengurusan kepanitian event atau pelatihan yang dilaksanakan di
jurusan Teknik Elektro Maupun tingkat universitas, sebagai panitia
display ITS EXPO pada tahun 2014, panitia dekorasi ee event pada tahun
2014. Saat ini penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Teknik
Tegangan Tinggi jurusan Teknik Elektro-ITS. Penulis dapat dihubungi
melalui email : rifqi.jauhari1@gmail.com

91
Halaman ini sengaja dikosongkan

92

Вам также может понравиться