Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Rifqi Jauhari
NRP 2213100061
Dosen Pembimbing
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Ni Ketut Aryani, MT.
Rifqi Jauhari
NRP 2213100061
Advisors
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Ni Ketut Aryani, MT.
ABSTRAK
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
PHYSICAL AND ELECTRICAL CHARACTERISTIC ANALYSIS
FOR THE LIFE TIME ESTIMATION OF TRANSFORMER OIL
USING ARRHENIUS LAW
ABSTRACT
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Karyawan PT. Bambang Djaja yang telah membantu memberikan
bantuan untuk Tugas Akhir.
10. Pihak-pihak lain yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu yang
ikut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT.. iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI. vii
DAFTAR GAMBAR. xi
DAFTAR TABEL. xv
BAB I PENDAHULUAN. 1
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Sistematika Laporan..... 4
vii
BAB III EKSPERIMEN PERCEPATAN PENUAAN
TERMAL, PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA. 37
3.1 Identifikasi Masalah.. 37
3.2 Metodologi Penelitian .. 38
3.3 Peralatan Eksperimen... 39
3.3.1 Pengkondisian Sampel Uji Isolasi Minyak . 39
3.3.2 Percepatan Penuaan Minyak Secara Termal... 42
3.3.3 Pengamatan Visual untuk Karakteristik Fisik 45
3.3.4 Pengujian Tegangan Tembus.. 46
3.4 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transformator. 49
3.4.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Menggunakan
Pendekatan Hukum Arrhenius. 49
3.4.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Menggunakan
Pendekatan Ketahanan Isolasi Terhadap
Tegangan Tembus . 51
viii
4.2.4 Analisa Karakteristik Elektrik Tegangan
Tembus Isolasi Minyak 70
4.3 Estimasi Umur Isolasi Minyak Transformator.. 72
4.3.1 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan
Hukum Arrhenius 72
4.3.2 Estimasi Umur Isolasi Minyak Pendekatan
Ketahanan Isolasi Terhadap Tegangan Tembus... 77
4.3.3 Perbandingan Estimasi Menggunakan
Pendekatan Hukum Arrhenius dengan
Pendekatan Ketahanan Isolasi Terhadap
Tegangan Tembus 85
BAB V PENUTUP. 87
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Saran . 88
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
x
TABLE OF CONTENTS
TITLE
STATEMENT SHEET
APPROVAL SHEET
ABSTRAK ............... i
ABSTRACT .. iii
PREFACE ............................ v
TABLE OF CONTENT .. vii
LIST OF FIGURES xi
LIST OF TABLES ... xv
vii
CHAPTER III ACCELERATION OF AGING TERMAL
EXPERIMENTAL, TESTING METHODS AND DATA
PROCESSING. 37
3.1 Identification Problem 37
3.2 Research Methodology .. 38
3.3 Equipment Experiment ... 39
3.3.1 Conditioning a Test Sample of Insulation Oil .. 39
3.3.2 The Acceleration of Aging Oil in Thermal ...... 42
3.3.3 The Visual Observation to The Physical
Characteristics...... 45
3.3.4 Breakdown Voltage Test.. 46
3.4 Estimation Life Time Insulation Oil transformer. 49
3.4.1 Estimation Life Time Oil Used Arrhenius Law... 49
3.4.1 Estimation Life Time Oil Used Insulation
Voltage Endurance .. 51
viii
4.3 Estimation Life Time Isolation Oil Transformer 72
4.3.1 Estimation Life Time Oil Used Arrhenius Law 72
4.3.2 Estimation Life Time Oil Used Insulation
Voltage Endurance.............................................. 77
4.3.3 Comparison Estimation Used The Arrhenius
Law With The Insulation Voltage Endurance... 85
CHAPTER V CLOSING.. 87
5.1 Conclusion ........... 87
5.2 Suggestions 88
BIBLIOGRAPHY ... 89
CURRICULUM VITAE . 91
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
xii
Gambar 4.9 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1000C 63
Gambar 4.10 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1150C 64
Gambar 4.11 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak
dengan pengurutan sesuai durasi waktu pada
temperature 1250C 64
Gambar 4.12 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 100 0C 66
Gambar 4.13 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 115 0C 68
Gambar 4.14 Grafik data tegangan tembus antara tegangan
tembus dan durasi waktu pada temperatur 125 0C 69
Gambar 4.15 Gafik tren penurunan tegangan tembus isolasi
minyak pada variasi temperatur yang berbeda 71
Gambar 4.16 Kurva Arrhenius pada percepatan penuaan
sampel uji isolasi minyak transformator bejenis
minyak mineral dalam variasi temperatur 75
Gambar 4.17 Kurva Estimasi Umur Isolasi Minyak pada
variasi temperatur antara 850C-1500C dengan T
= 50C 77
Gambar 4.18 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1000C 82
Gambar 4.19 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1150C 83
Gambar 4.20 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus
pada temperatur 1250C 84
Gambar 4.21 Grafik eksponensial perbandingan estimasi umur
isolasi minyak transfomator 86
xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Karakteristik isolasi minyak dan standar metode
pengujian 14
Tabel 2.2 Petunjuk untuk melihat warna minyak
transformator 30
Tabel 2.3 Kategori peralatan berdasarkan tegangan
operasinya 35
Tabel 2.4 Aplikasi dan interpretasi dari tes pengujian
tegangan tembus 36
Tabel 3.1 Karakteristik dan spesifikasi isolasi minyak
berjenis minyak mineral berlebel Nynas Nitro
Libra 40
Tabel 3.2 Jadwal kelompok sampel uji isolasi minyak untuk
eksperimen percepatan penuaan termal 44
Tabel 3.3 Penamaan sampel pada sampel uji isolasi minyak 46
Tabel 3.4 Standar dielectric strength minyak isolasi 52
Tabel 4.1 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1000C 65
Tabel 4.2 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1150C 67
Tabel 4.3 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji
isolasi minyak setelah percepatan penuaan termal
pada temperatur 1250C 69
Tabel 4.4 Nilai hasil perhitungan dari eksperimen
percepatan penuaan sesuai temperatur dan durasi
waktu yang diterapkan 73
Tabel 4.5 Estimasi umur isolasi minyak secara ekesperimen 76
Tabel 4.6 Temperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1000C 79
Tabel 4.7 Temperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1150C 80
Tabel 4.8 emperatur saat pengujian tegangan tembus
sampel uji isolasi minyak pada saat 1250C 81
xv
Halaman ini sengaja dikosongkan
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem tenaga listrik menggunakan sistem tegangan AC
(Alternating Current) mulai dari pembangkitan, transmisi hingga
distribusi, transformator merupakan salah satu aset yang paling penting
dan berharga dalam penyaluran tenaga listrik. Transformator berfungsi
sebagai mentransformasikan tegangan tanpa mengubah frekuensi dari
listrik yang dibangkitkan. Dalam operasi sistem tenaga listrik
transformator tidak lepas dari fenomena kegagalan, baik berupa
kegagalan termal, kegagalan mekanik, maupun kegagalan elektrik. Jika
kegagalan terjadi secara terus menerus maka akan mengurangi dari umur
transformator itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kerusakan yang
fatal pada transformator. Kehandalan kerja transformator perlu dikontrol
secara kontinu untuk kerja transformator efektif dan dapat dioperasikan
secara kontinu. Jika terjadi kerusakan pada transformator, maka untuk
perbaikannya, dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan tidak mudah
untuk diperbaiki. Hal ini nantinya akan berdampak pada kerugian
finansial yang sangat besar.
Transformator daya yang bekerja secara kontinu selama 24 jam
akan memiliki suatu batasan umur yang efektif, dimana hal ini akan
menunjukkan apakah transformator tersebut masih layak dan handal
untuk dioperasikan ke dalam sistem tenaga listrik atau tidak
memungkinkan untuk dioperasikan. Kelangsungan kinerja dari
transformator sangat bergantung pada kualitas sistem isolasinya. Salah
satu sistem isolasi pada transformator yang sering digunakan adalah
pada kualitas isolasi minyak transfomator. Menurut standar pada IEEE,
umur untuk pemakaian transformator daya hingga 180000 jam atau
20,55 tahun, sedangkan menurut standar IEC tidak dapat ditentukan
secara spesifik, tetapi diperkirakan umur transformator hingga 30 tahun
tergantung pada tingkat penuaan yang dipengaruhi oleh suhu hotspot.
Terdapat beberapa fenomena kegagalan pada transformator yang
salah satu penyebabnya adalah adanya panas berlebih yang sering terjadi
pada sistem isolasi transformator. Terdapat beberapa faktor yang
menimbulkan panas pada transformator, seperti: pembebanan berlebih
pada transformator, pelepasan beban muatan, pemanasan dielektrik,
Arus Eddy, rugi histerisis, adanya proses oksidasi yang menghasilkan
karat, lingkungan sekitar dengan suhu yang tinggi, dan lain sebagainya.
1
Suhu yang tinggi ini menjadi parameter yang paling banyak berpengaruh
terhadap penuaan pada sistem isolasi transformator, sehingga
transformator memerlukan sistem pendingin untuk mengontrol suhu
yang tinggi akibat berbagai faktor. Suhu yang tinggi akan memicu reaksi
berantai yang akan mempercepat penurunan umur dan kualitas kerja dari
sistem isolasi transformator, baik pada isolasi minyak maupun isolasi
kertas pada transformator, dan menimbulkan turunnya efektifitas kerja
sistem pendingin sehingga nantinya mengakibatkan transformator
mengalami kerusakan.
Penuaan isolasi minyak pada transformator akan menyebabkan
penurunan terhadap kehandalan dan umur transformator. Selain
berdampak pada kerugian finansial yang besar, hal ini juga akan
berpengaruh terhadap kualitas tenaga listrik yang disuplai kepada
pelanggan. Dalam studi ini, dilakukan analisa dan estimasi umur minyak
transformator dengan melakukan percepatan penuaan termal pada isolasi
minyak transformator melalui eksperimen dan menganalisis pengaruh
percepatan penuaan termal terhadap karakteristik fisik dan elektrik
isolasi minyak serta mengestimasi umur isolasi minyak transformator
menggunakan Hukum Arrhenius. Melalui studi ini, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia tenaga listrik,
khususnya pada pengkajian estimasi umur minyak transformator
sehingga dapat mengambil langkah-langkah efektif dan preventif dalam
menangani permasalahan yang berkaitan dengan isolasi minyak
transformator, baik dalam penggantian maupun purifikasi minyak
transformator.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berjudul Analisa
Karakteristik Fisik dan Elektrik Untuk Estimasi Umur Minyak
Transformator Menggunakan Hukum Arrhenius Permasalahan yang
akan dibahas dalam studi ini yaitu menganalisa karakteristik fisik dan
elektrik dari isolasi minyak transformator setelah dan sebelum dilakukan
percepatan penuaan termal, serta melakukan estimasi umur minyak
transformator menggunakan Hukum Arrhenius dan dibandingkan
dengan menggunakan ketahan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan. Tujuan dari studi ini adalah mensimulasikan
percepatan penuaan termal pada isolasi minyak transformator melalui
eksperimen dan mengetahui karakteristik fisik dan elektrik pasca
penuaan termal serta memprediksi estimasi umur dari isolasi minyak
transformator menggunakan Hukum Arrhenius.
2
Dalam menyelesaikan permasalahan pada studi ini diperlukan
batasan permasalahan. Objek yang diuji adalah minyak mineral jenis
Nynas Nitro Libra sebagai isolasi minyak transformator. Dalam
melakukan penuaan percepatan termal, dilakukan sesuai dengan standar
IEC 61125. Dalam menganalisa pengaruh penuaan termal hanya
dilakukan terhadap karakteristik fisik, yaitu pengamatan secara visual
terhadap perubahan fisik minyak dan karakteristik elektrik, yaitu
tegangan tembus minyak isolasi. Dalam pengolahan data estimasi umur
minyak transformator menggunakan hukum Arrhenius yang sesuai
perhitungan standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the
Statistical Analysis of Thermal Life Test Data dan dibandingkan
dengan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -
1987 IEEE Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation
Voltage Endurance Data.
Dalam studi ini, diperlukan metode penelitian yang tepat agar
pelaksanaan studi sesuai dengan perencanaan. Metode penelitian pada
studi ini meliputi studi literatur, persiapan dan pengkondisian sampel,
eksperimen penuaan percepatan termal, pengambilan data, pengolahan
data dan estimasi umur minyak transformator dan kesimpulan.
Dalam studi literatur, pengumpulan dan mempelajari referensi
dilakukan untuk mencari pengertian, definisi dan berbagai tulisan yang
berhubungan dengan studi ini. Beberapa kata kunci untuk studi literatur
seperti transformator, isolator minyak, karakteristik minyak sebagai
isolasi cair pada tranformator, proses penuaan terhadap isolasi minyak,
estimasi umur minyak isolasi berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius
dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan. Dari literatur yang didapat akan dijadikan sebagai
pendukung dalam studi ini.
Setelah studi literatur terlaksanakan, selanjutnya adalah persiapan
dan pengkondisian sampel. Persiapan tahap pertama untuk memulai
studi dengan mempersiapkan alat dan bahan untuk dilakukannya
percepatan termal, serta sampel isolasi minyak yang ingin diuji. Dalam
studi ini digunakan sampel minyak Nynas Nitro Libra yang didapat dari
PT. Bambang Djaya. Setelah tahap persiapan alat dan bahan, dilakukan
pengkondisian sampel dimana setiap sampel dibagi menjadi 16 dan
diberi katalis tembaga sepanjang 10 cm.
Setelah dilakukan persiapan dan pengkondisian sampel,
dilanjutkan dengan eksperimen percepatan penuaan secara termal.
3
Dalam eksperimen percepatan penuaan secara termal dilakukan sesuai
dengan standart IEC 61125. Sampel minyak mineral dipanaskan di
dalam pemanas (oven) listrik selama 168 jam pada temperatur 100 0C, 90
jam pada temperatur 1150C, dan 48 jam pada temperatur 1250C.
Pengambilan data dilakukan secara pengujian tegangan tembus
pada setiap sampel isolasi minyak transformator menggunakan standar
IEC 60156, dengan menggunakan elektroda berbentuk jamur dan jarak
elektroda 2,5mm.
Pengolahan data eksperimen dan estimasi umur isolasi minyak
transformator dengan menerapkan model Hukum yang sesuai
perhitungan standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the
Statistical Analysis of Thermal Life Test Data dan dibandingkan
dengan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan
model kegagalan yang sesuai perhitungan standar ANSI/IEEE Std 930 -
1987 IEEE Guide for the Statistical Analysis of Electricl Insulation
Voltage Endurance Data.
Memberikan kesimpulan bagaimana karakteristik fisik dan
elektrik setelah dilakukan percepatan penuaan secara termal dan
mendapatkan estimasi umur minyak transformator dengan pendekatan
Hukum Arrhenius yang akan dibandingkan dengan pendekatan
ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan.
4
Bab keempat akan dibahas mengenai hasil pengujian dan analisa
data. Pengujian karakteristik fisik dengan dilakukan pengamatan secara
visual dan karakteristik elektrik dengan dilakukan pengujian tegangan
tembus pada isolasi minyak. Dilakukan analisa estimasi umur minyak
transformator.
Bab kelima merupakan penutup dari studi pengujian dan estimasi
umur minyak transformator. Bab lima berisikan kesimpulan dari hasil
pengujian yang telah dilakukan dan juga berisi saran-saran. Kesimpulan
diambil melalui pengamatan, pengujian dan analisis pada sampel isolasi
minyak transformator.
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
6
BAB 2
TRANSFORMATOR DAYA DAN ISOLASI CAIR
2.1 Transformator
Transformator merupakan peralatan listrik yang statis.
Transformator disebut sebagai peralatan listrik yang statis karena tidak
ada bagian yang berputar ataupun bergerak, tidak seperti generator
ataupun motor. Transformator dapat memindahkan energi listrik bolak-
balik (AC) dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan
mengubah besaran tegangan tanpa mengubah frekuensi. Pengubahan
besaran tegangan pada transformator memanfaatkan prinsip induksi
elektromagnetik pada kumparan transformator. Fenomena induksi
elektromagnetik yang terjadi pada transformator dalam satu waktu adalah
induksi sendiri pada setiap belitan kumparan diikuti oleh induksi bersama
yang terjadi antar belitan kumparan.
Secara sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu belitan primer, belitan sekunder, dan inti besi yang terbuat
dari besi berlapis yang berlaminasi. Belitan sekunder terhubung dengan
sumber listrik bolak balik yang akan membangkitkan fluks magnet dan
akan dihantarkan oleh inti besi ke belitan sekunder, fluks pada belitan
sekunder akan menginduksikan gaya gerak listrik (GGL). Prinsip kerja
dan bagian transformator dapat ditunjukan pada Gambar 2.1. [1]
8
2. Transformator Transmisi
Transformator transmisi digunakan sebagai mentransformasikan
tegangan antar saluran transmisi.
3. Transformator control
Transformator control berfungsi sebagai pengatur perbandingan
transformasi tegangan untuk mendapatkan tegangan operasi
yang diinginkan. Transformator control terdapat tap changer
atau perubah tap, perubah tap terdapat di satu sisi ataupun dapat
di kedua sisi[2].
9
2.2.1 Jenis Isolasi Minyak Transformator
Berdasarkan pembuatan, Isolasi minyak pada transformator
terdapat tiga jenis, yaitu minyak mineral, minyak sintetik, dan minyak
organik. Isolasi minyak mineral merupakan minyak yang berasal dari
minyak bumi yang diproses secara destilasi, untuk mendapatkan tahanan
yang tinggi dan stabilitas panas yang baik diperlukan beberapa proses
destilasi. Isolasi minyak sintetik merupakan minyak yang diproses secara
kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik dari isolasi
minyak mineral namun isolasi minyak sintetik memiliki kekurangan,
yaitu berbahaya terhadap lingkungan. Isolasi Minyak Organik merupakan
minyak yang diperoleh dari ekstraksi beberapa tumbuhan seperti jarak,
kedelai, dan kelapa[4].
10
Kelompok minyak bumi berdasarkan struktur molekul
hidrokarbon dapat dilihat pada Gambar 2.3.
11
ataupun gaya yang lain. Sebagai media pendingin, nilai
viskositas memegang peranan penting dalam pendinginan,
sebagai faktor pemindahan panas secara aliran konveksi.
Semakin rendah nilai viskositas dari minyak, semakin bagus
konduktivitas termalnya, sehingga semakin baik kualitas dari
isolasi minyak transformator.
3. Massa Jenis
Massa jenis merupakan perbandingan massa suatu volume cairan
pada suhu 15,560C dengan massa volume air. Massa jenis isolasi
minyak transformator harus lebih ringan dari pada massa jenis
air.
4. Titik Nyala
Titik nyala merupakan nilai batas isolasi minyak dapat
dipanaskan sampai temperatur tertentu sebelum uap yang timbul
menjadi api yang berbahaya. Semakin tinggi nilai titik nyala
semakin baik isolasi minyak transformator.
5. Titik Tuang
Titik tuang merupakan merupakan nilai batas isolasi minyak
akan terus mengalir saat didinginkan pada temperatur di bawah
normal. Semakin rendah nilai titik tuang semakin baik isolasi
minyak transformator[5].
12
oleh air, hasil oksidasi, koloid bermuatan, logam alkali, dan
lainya. Faktor disipasi dielektrik berhubungan dengan tahanan
jenis, sehingga tingginya faktor nilai disipasi dielektrik akan
menunjukkan rendahnya tahanan jenis minyak.
4. Tegangan Antar Permukaan
Hasil kerusakan isolasi minyak diantaranya ada kontaminasi
dengan zat terlarut dan gas bebas umumnya akan menurunkan
nilai tegangan antar permukaan. Penurunan tegangan permukaan
sebagai pertanda bagi awal kerusakan isolasi minyak[5].
13
yang baik mempunyai nilai kandungan air serendah
mungkin[5].
2.2.6 Standar Pengujian Karakteristik Isolasi Minyak
Stanadar dan metode pengujian karakteristik fisik, elektrik dan
kimia isolasi minyak transformator dapat mengacu pada standar di tabel
berikut.
14
gelembung gas, pembentukan butiran zat padat hasil dekomposisi zat cair,
dan pembentukan lubang pada konduktor.
Terdapat empat jenis teori kegagalan pada media isolasi cair, yaitu
teori kegagalan zat murni atau elektronik, teori gelembung udara atau
kavitasi, teori kegagalan bola cair, dan teori butiran padat pada isolasi
cair.
15
Elektron yang dihasilkan berupa e1,e2,e3,e4.......,en sehingga akan
menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam media isolasi cair pada kuat
medan listrik tinggi. Menurut Schottky, arus yang timbul tersebut
mempunyai kerapatan sebesar :
4.4
= [ ] (2.1)
2
dengan,
= 2 (2.2)
= (2.3)
1 = = (2.4)
2 = (2.5)
16
2.3.2 Teori Kegagalan Gelembung Udara
Teori kegagalan Gelembung udara merupakan tidak kemurnian
media isolasi cair yang bercampur dengan gelembung udara, gelembung
udara merupakan pemicu dari tahap awal kegagalan total pada media cair.
Menurutkan Kao dan Krasucki, sebab-sebab timbulnya gelembung udara
adalah sebagai berikut :
1. Permukaan elektroda yang tidak rata, sehingga dapat
menimbulkan kantong-kantong udara pada elektroda yang tidak
rata pada permukaannya.
2. Adanya tabrakan elektron pada media isolasi cair sehingga
menimbulkan produk berupa gelembung udara.
3. Penguapan cairan karena adanya tegangan tembus pada bagian
elektroda yang tidak teratur
4. Media isolasi cair mengalami perubahan suhu dan tekanan
Medan listrik dalam gelembung udara yang terdapat pada media isolasi
cair dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
31 0
= (2.6)
21 + 1
dimana, = medan listrik dalam gelembung udara [1 ]
1 = permitivitas media isolasi cair
0 = medan listrik dalam media cair tanpa gelembung
[1 ]
17
Karena pengaruh medan listrik antara kedua elektroda,
gelembung udara yang terdapat pada media isolasi cair antara kedua
elektroda tersebut akan menjadi memanjang searah medan, lihat pada
Gambar 2.5. Hal ini disebabkan oleh gelembung udara berusaha membuat
energi potensial minimum. Gelembung-gelembung udara yang
memanjang tersebut akan menyambung dan membentuk jembatan yang
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Guna
mendapatkan kriteria kegagalan, volume gelembung selama berubah
menjadi memanjang dianggap konstan. Kekuatan gagal medan
gelembung udara adalah, sebagai berikut:
1 2(21 + 2 )
0 = [ 1] (2.7)
1 2 4 20
18
Gambar 2.6 diatas merupakan perbandingan antara perhitungan
teoritis dengan percobaan menurut teori kekuatan gagal medan
gelembung. Grafik tersebut menunjukkan bahwa teori tersebut kurang
relevan pada aktual karena misalnya l untuk cairan n-heksana, ternyata
terdapat perbedaan yang cukup besar antara perhitungan teori dengan
percobaan. Sebab diakibatkan tidak memperhitungkan gelembung udara
kecil awal sebelum terjadinya gelembung besar dengan jari-jari r.
1
2 = (2.8)
1 (1 2 )
1 cos1 2
dimana, = { 1} dan =
2 1 (2 1) 1
2 = jari-jari panjang sferoida [cm]
1 = jari-jari pendek sferoida [cm]
1 = permitivitas media isolasi cair
2 = permitivitas bola cair
19
Persamaan kuat medan listrik dalam media isolasi cair, yaitu :
1 (2.9)
= 600 ( )( )
1 1 2
1
1
dimana, = 2 3 (2 1 )
2
3
= volume sferoida [cm3]
4
= gaya tegangan permukaan [Nm-1]
1
= ( ) (2.10)
1 2
600
1
Gambar 2.8 Grafik hubungan huat medan listrik terhadap nilai [6]
20
2
Pada Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa untuk nilai melebihi dari
1
20, maka nilai E akan melewati maksimum jika naik, sehingga dapat
dikatakan tidak ada bentuk sferoida yang stabil diatas tekanan listrik
kritis. Pada Gambar 2.8 juga dapat dilihat jika 2 kurang dari 20, maka
1
tidak ada medan kritis meskipun dapat melonjak cepat dengan kenaikan
medan listrik. Untuk bola cair yang menghantarkan listrik, maka 2 =
1
sehingga persamaan menjadi :
1 (2.11)
= 600 ( )( ) [1 ]
1 1 2
Sehingga medan listrik kritis dimana bola cair menjadi tidak stabil dapat
ditulis dalam persamaan :
(2.12)
= 487,7 [1 ]
1
Sebagai contoh untuk bola cair dalam media isolasi minyak dengan =
43 dyne/cm, 1 = 2 dan = 1 m, maka medan listrik kritisnya adalah
= 0,266 MVcm-1.
Medan listrik kritis ini jauh lebih rendah daripada kekuatan gagal
media isolasi cair yang bersih, sehingga merupakan sumber kegagalan
pada media isolasi cair. Bola air yang sangat kecil pun, misal R = 0,05
m masih dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan pada medan listrik
Ek=1 MVcm-1.
Contoh kegagalan dielektrik diakibatkan bola cair pada media
isolasi cair pada media silikon cair dapat kita lihat pada Gambar 2.9.
Setelah terjadi bola cair dan keadaan tidak stabil maka bola cair air akan
memanjang, sehingga jika bola cair sudah mencapai dua pertiga celah
elektroda, maka saluran-saluran lecutan akan timbul sehingga akan terjadi
kegagalan total.
21
Gambar 2.9 Bola air yang memanjang memicu kegagalan
22
Besarnya gaya yang bekerja pada butiran padat dalam medan yang
tak seragam dapat dinyatakan dalam rumus, yaitu :
2 1
= 3 1 (2.13)
2 + 1
1 2 1 2
= ( 3) ( ) (2.14)
2 2 + 1
1
= ( 3 ) 2 (2.15)
2
23
Adanya butiran penghantar di antara elektroda akan
mengakibatkan pembesaran medan dalam media isolasi cair di dekat
butiran padat. Pembesaran medan ditentukan oleh bentuk butiran, yaitu :
1. Butiran padat bulat ( = 1) ; 1 = 3
2. Butiran padat sferoida ( = 2) ; 1 = 5.8
3. Butiran padat sferoida ( = 5) ; 1 = 18
dimana, = perbandingan jari-jari pendek sferoida
E = medan dalam cairan tanpa butiran [Vcm-1]
E1 = medan dalam cairan pada ujung butiran [Vcm-1]
Apabila E1 melebihi tegangan gagal cairan maka akan terjadi
kegagalan setempat yang kemudian menimbulkan gelembung-
gelembung yang akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan total pada
cairan. Gerakan butiran yang disebabkan oleh gaya F akan dihambat oleh
kekentalan medan isolasi cair. Dalam hubungan ini dapat dihitung dalam
rumus waktu yang diperlukan terjadinya kegagalan menurut Kok-Corbey
besarnya adalah :
2 (2.16)
=
4 7 (2 02 )
(1 1) 3 02 = 2 (2.17)
24
dimana adalah energi termal (Joule). Bila r = 3, yaitu bila
kekasarannya berbentuk setengah bola, maka persamaannya menjadi:
1
3 02 = (2.18)
4
26
Gambar 2.11 Mekanisme laju degradasi pada isolasi minyak [7]
Pada Gambar 2.11 kita lihat proses laju degradasi isolasi minyak
yang disebabkan oleh tekanan termal dan tekanan elektrik, oksigen yang
terdapat pada isolasi minyak dapat dihasilkan dari udara yang terlarut
ataupun tekanan termal dan tekanan elektrik yang dapat memulai
terjadinya kegagalan pada transformator yang sedang beroperasi.
Beberapa metode penelitian estimasi penilaian umur
transformator telah ditetapkan untuk memprediksi umur optimum dari
transformator. Salah satunya dengan mengestimasi umur transformator
yang dapat ditentukan dari laju kegagalan pada isolasi transformator.
Hubungan antara laju kegagalan transformator dengan waktu estimasi
umur transformator ditunjukan dengan kurva bak mandi pada Gambar
2.12.
Gambar 2.12 Kurva bak mandi dari estimasi umur transformator [7]
27
Pada Gambar 2.12 dapat dilihat kurva yang membentuk seperti
bak mandi, terdapat tiga bagian yang menentukan fase dari estimasi umur
minyak transformator, yaitu.
a. Kurva fase A, pada masa ini umur transformator diantara 1-3
tahun atau dapat digolongkan delam keadaan baru.
Tranformator keadaan baru akan dilakukan komisioning
(commissioning) atau serangkaian pemeriksaan dan pengujian
instalasi transformator yang hendak dioperasikan, sehingga
penilaian dari transformator jika terjadi kegagalan dapat
dilihat. Kebanyakan kegagalan disebabkan oleh produksi atau
pabrikasi transformator yang kurang baik.
b. Kurva fase B, pada masa ini transformator digolongkan pada
umur 10-30 tahun atau tranformator bekerja dalam kondisi
operasi normal. Kegagalan yang terjadi pada fasa ini terjadi
secara acak seperti terjadi surja hubung, surja petir, atau
kesalahan operator selama operasi transformator.
c. Kurva fasa C, kegagalan secara signifikan meningkat pada
transformator setelah beroperasi selama 20 tahun. Kegagalan
terjadi disebabkan oleh degradasi atau pemburukan dari
sistem isolasi transformator.
28
sehingga akan menyebabkan kegagalan elektrik pada transformator.
Berbagai eksperimen telah dilakukan dengan mempercepat proses
penuaan secara termal pada bahan isolasi. Contohnya, pada eksperimen
percepatan termal pada isolasi minyak dan isolasi padat transformator
oleh Mountsinger selama 70 minggu dengan suhu 7 0c-1100C, oleh Dakin
selama 100 minggu dengan suhu 1000c-1350C, oleh Shroff selama 16
minggu dengan suhu 1100C-1400C, dan oleh Moser selama 57 minggu
dengan 1000c-1350c. Kemudian Moser melakukan eksperimen kembali
dengan waktu selama 3 minggu dengan suhu 1450C-1900C dan penelitian
terakhir dilakukan oleh Oomen selama 1 minggu pada suhu 1200C-
1800C[8].
Dari penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Thomas W.
Daikin dengan memodifikasi persamaan laju degradasi pada bahan
isolasi. Hukum Arrhenius yang digunakan oleh Thomas W. Daikin
diformulasikan dalam persamaan berikut[8]:
Umur isolasi() = ( ) (2.19)
a. Metode A
Metode ini diterapkan pada sampel uji isolasi cair dengan
temperatur 1000c0,50c selama 168 jam dan menggunakan
katalis berupa kawat tembaga.
b. Metode B
Metode ini diterapkan pada sampel uji isolasi cair dengan
temperatur 1200c0,50c tanpa durasi pemanasan tertentu dan
menggunakan katalis berupa kawat tembaga.
29
c. Metode C
Metode ini diterapkan pada sampel uji dengan temperatur
1200c0,50c selama 168 jam dan menggunakan katalis berupa
kawat tembaga. Pada cairan isolasi tertentu yang mempunyai
karakteristik lebih kuat maka diperlukan waktu yang lebih
lama.
2.6 Standar Warna Minyak Transformator[9]
Penentuan layak atau tidaknya isolasi minyak transformator dapat
dilihat dari warna minyak, penentuan warna minyak dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini :
No Warna Diagnosa
Bagus
1 Pendingin dan isolasi baik
Kuning pucat
Terjadi endapan (sludge) yang
Contoh A membaur di minyak yang akan
2
Kuning Muda menyebabkan kekuatan kertas (IFT)
menurun
Terjadi endapan tipis pada lilitan,
Umum
3 sludge. Hal ini akan menjadi
Kuning Terang
penyebab gangguan
Hampir semua trafo pada keadaan
Jelek
4 ini terdapat endapan sludge pada
Kuning Sawo
lilitan dan inti
Endapan Sludge akan beroksidasi
Amat Jelek
5 kemudian mengeras dan terjadi juga
Kuning Sawo
di isolasi kertas
Sludge menyumbat sirip sirip
Sangat Jelek
6 pendingin yang menyebabkan
Coklat Kehitaman
kenaikan temperatur sampai 200C
Minyak Kelas 7 Diperlukan suatu cara untuk
7 (crude oil) menghilangkan sludge. Pada kondisi
hitam ini transformator harus di-overhaul
30
2.7 Dasar Pengujian Tegangan Tinggi
Pada teori pengujian peralatan listrik menggunakan tegangan
tinggi dibagi menjadi dua metode, yaitu pengujian yang tidak merusak
peralatan listrik (non-destructive) dan pengujian yang dapat merusak
(destructive). Dalam kedua metode tersebut terdapat cara-cara untuk
pengujian menggunakan tegangan tinggi, yaitu[2]:
1. Pengujian tak merusak (non-destructive)
a. Pengukuran tahanan isolasi
b. Pengukuran korona
c. Pengukuran Faktor Daya Dielektrik ( Tan )
Pengukuran karakteristik tan untuk mengetahui kualitas
dari kekuatan efisiensi dielektrik. Kenaikan nilai tan akan
mengakibatkan pemanasan dielektrik. Sedangkan pengaruh
tidak langsungnya mengakibatkan timbulnya korosi pada
konduktor, laju degradasi dielektrik, larutan air, emulsifikasi
air, dengan kecepatan oksidasi.
Persamaan faktor rugi-rugi dielektrik tan , yaitu:
| | 1
tan = = = (2.20)
| |
31
Gambar 2.13 Grafik Tegangan dan Waktu Pengujian merusak
(destructive)[2]
= (2.21)
dimana, = konstanta laju reaksi
E = energi aktivasi reaksi, yakni jumlah minimum energi yang
diperlukan untuk mengawali reaksi kimia (diasumsikan
konstan), [kalori/mol] atau [ J/mol] atau [eV]
R = konstanta Boltzman(1.987 kalori/mol/K atau 8.314 J/mol/K)
T = temperatur mutlak [Kelvin =273 + 0C)
A = faktor frekuensi (diasumsikan konstan), tergantung pada
besarnya tumbukan antar molekul yang bereaksi kemudian
menghasilkan kerusakan secara kimia pada isolasi cair.
32
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dari energi
aktivitas, diantaranya adalah :
a. Faktor Temperatur
Fraksi molekul dapat bereaksi hingga dua kali lipat dengan
kenaikan suhu 100C, hal ini akan menyebabkan laju reaksi
akan menjadi berlipat ganda.
b. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini perubahan temperatur kurang lebih
konstan atau perubahannya sangat kecil. Perlu dilihat
bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau
lebih dari energi aktivitas.
c. Faktor katalis
Katalis akan menyebabkan reaksi berlangsung lebih cepat
dengan energi aktivitas yang rendah.
Umur dari bahan isolasi cair () yang diuji diasumsikan
mempunyai persamaan terbalik dengan laju reaksi kimia (), sehingga
persamaan 2.22 dapat dituliskan dalam persamaan logaritma natural,
sebagaimana berikut:
ln = ln ( ) (2.22)
(2.23)
ln = ( ) +ln
= () + (2.24)
dimana, = ln
1
=
= intersep ln , konstanta karakteristik dari populasi bahan
isolasi cair yang diuji, metode pengujian, dan jenis
kegagalan.
= , konstanta karakteristik lainnya dari populasi bahan
isolasi cair yang di uji, metode pengujian, dan jenis
kegagalan
33
Dari persamaan 2.24, maka didapatkan persamaan hubungan
antara umur isolasi terhadap temperatur dapat dianalisa dalam bentuk
1
grafik ln dengan (berupa garis linear) dengan gradien = dan
intersep ln . Koefisien a dan b diestimasikan dengan cara fitting
persamaan 2.24 dengan data eksperimen. Fitting ini dapat dilakukan
secara grafis, atau lebih tepatnya dengan metode kuadrat terkecil (last
square). Secara teoritis didapatkan persamaan 3.4 dan 3.5 berlaku jika
reaksi kimia dan kegagalan diterapkan dengan memberikan faktor
tekanan termal pada bahan uji isolasi cair. Aplikasi persamaan Arrhenius
seringkali digunakan dan berlaku secara praktik. Pada setiap bahan isolasi
memiliki karakteristik sendiri sehingga titik temperatur tertentu untuk
pengujian dapat berbeda untuk reaksi kimia dari bahan isolasi, sehingga
pada kondisi reaksi kimia lainnya dengan rentang temperatur tertentu dan
jenis kegagalan yang berbeda, maka hal ini memberikan dampak yang
berbeda pada setiap bahan isolasi cair. Devisiasi dari hasil pemodelan
Arrhenius terjadi karena perbedaan variasi temperatur, jenis kegagalan,
dan rentang waktu yang diterapkan pada bahan isolasi yang diuji,
sehingga hal ini juga akan berdampak pada estimasi umur bahan isolasi
cair yang digunakan.
34
Tabel 2.3 Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya[11]
Kategori Tipe Peralatan
Transformator daya/reaktor dengan sistem tegangan
O nominal sama dengan dan diatas 400 kV
Transfomator daya/reaktor dengan sistem tegangan
A nominal diatas 170 kV dan dibawah 400 kV. Juga untuk
transformator yang dinilai untuk melayani beban
penting.
Transformator daya/reaktor dengan sistem tegangan
B nominal diatas 72.5 kV dan dibawah 170 kV
Transformator daya/reaktor untuk aplikasi MV/LV
C misalanya sistem tegangan dengan nominal sampai
dengan 72.5 kV
Isolasi minyak pada circuit breaker dengan sistem
tengan diatas 72.5 kV
Isolasi minyak pada switch, seperti metal-enclosed
switchgear dan perlengkapan kendali dengan sistem
tegangan sama dengan atau lebih besar dari 16 kV
Instrumen/proteksi transformator dengan sistem
D tegangan nominal diatas 170 kV
Instrumen/proteksi transformator dengan sistem
E tegangan nominal sampai dengan 170 kV
Diverter tanks pada on-load tap-changers (OLTC),
F termasuk combined selector/diverter tank
Isolasi minyak pada circuit breaker dengan sistem
G tegangan sampai dengan 72.5 kV
Isolasi minyak pada switch, seperti metal-enclosed
switchgear dan perlengkapan kendali dengan sistem
tegangan di bawah 16 kV
35
Tabel 2.4 Aplikasi dan interpretasi dari tes pengujian tegangan tembus10]
Jenis Kategori Batas rekomendasi
pengujian Baik Sedang Buruk
Tes O, A, D >60 50-60 <50
tegangan B, E >50 40-50 <40
tembus (kV) C >40 30-40 <30
F <30 kV untuk OLTC pada aplikasi
titik belitan bintang
<40 kV untuk OLTC pada aplikasi
titik belitan delta
G <30
= () (2.25)
36
BAB 3
EKSPERIMEN PERCEPATAN PENUAAN TERMAL,
PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang identifikasi masalah,
metodologi penelitian, dan eksperimen untuk mengetahui pengaruh
percepatan penuaan termal terhadap karakteristik fisik dan elektrik dari
bahan uji isolasi minyak transformator, serta mengestimasi umur minyak
isolasi tersebut.
37
Proses tersebut menjadikan karaktersitik fisik berupa warna pada isolasi
minyak akan berubah, dan endapan yang ada pada isolasi minyak akan
menurunkan nilai tegangan tembus.
38
3.3 Peralatan dan Prosedur Eksperimen
Eksperimen perpceatan penuaan secara termal pada sampel uji
isolasi minyak transformator dilakukan di labroatorium Tegangan Tinggi
Elektro ITS dan pengujian sampel uji diambil di Quality Control PT.
Bambang Djaja. Penggunaan peralatan yang dibutuhkan untuk
eksperimen percepatan penuaan secara termal dan pengujian dibutuhken
beberapa alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen antara lain adalah:
1. Sampel uji isolasi minyak transformator dengan jenis minyak
mineral berlabel Nynas Nytro Libra sebanyak 9 liter.
2. Gelas beaker berukuran 500 ml senamyak 17 buah
3. Kawat tembaga sebeagai katalis sepanjang 10 cm untuk setiap
sampel isolasi minyak yang di uji
4. Satu unit pemanas listrik yaitu berupa oven listrik
5. Alat ukur termometer Fluke 63 IR Thermometer
6. Satu set alat ukur tegangan tembus dengan dua buah elektroda
berbentuk jamur, dengan jarak 2.5 mm.
39
Tabel 3.1 Karakteristik dan spesifikasi isolasi minyak berjenis minyak mineral berlabel
Nynas Nitro Libra[13]
Karakteristik Satuan Metode Tipikal Data
Pengujian
1. Fisik
a. Penampilan - IEC 60296 Jernih, bebas
dari endapan
40
Prosedur pertama, pengkondisian sampel uji isolasi minyak
transformator. Sampel isolasi minyak baru akan di bagi menjadi 17
sampel, dimana setiap sampel akan ditempatkan ke dalam gelas beaker
dan volume pada setiap sampel pada gelas beaker adalah 500 ml. Sebelum
sampel uji di tuangkan ke dalam gelas beaker, gelas beaker terlebih
dahulu dipanaskan, untuk menghindari adanya air yang terkandung dalam
gelas beaker dan menghindari adanya pengotor yang dapat bereaksi
dengan sampel uji isolasi minyak.
41
(a) (b)
Gambar 3.2 Katalis berupa kawat tembaga dengan panjang 10
cm (a). Sampel uji isolasi minyak Nynas Nytro Libra 500 ml
dalam gelas beaker(b)
42
terjadinya proses oksidasi pada isolasi minyak. Proses percepatan
penuaan termal dilakukan selama 168 jam pada temperatur 1000C, 96 jam
pada temperatur 1150C, dan 48 jam pada temperatur 125 0C. Sampel uji
dimasukkan secara berkelompok mengikuti kelompok temperatur dan
setiap jadwal dikeluarkan dari pemanas listrik hingga batas waktu yang
sudah ditentukan.
43
Tabel 3.2 Jadwal kelompok sampel uji isolasi minyak untuk eksperimen percepatan
penuaan termal
Eksperimen Waktu percepatan penuaan termal (jam)
Durasi penuaan
0 24 48 96 120 168
termal 1000C
Durasi penuaan
0 24 48 72 96
termal 1150C
6,
Durasi penuaan 36,
0 12,
termal 1250C 48
24
44
Gambar 3.7 Pengukuran temperatur pada 1150C
45
3.3.4 Pengujian Tegangan Tembus
Setelah sampel uji minyak dingin secara alami pada temperatur
ruang dan dilakukan pengamatan secara visual terhadap karakteristik fisik
isolasi minyak, selanjutnya dilakukan pengujian tegangan tembus
menggunakan alat ukur dengan berdasarkan standar IEC 60156.
Pengujian tegangan tembus dilakukan di Quality Control PT. Bambang
Djaja. Standar IEC 60156 dengan dua buah elektroda berbentuk jamur
dan berjarak 2.5 0.05 mm tetapi jika sudah batas tidak terjadi tegangan
tembus maka jarak kedua elektroda 1.5 0.05 mm. Pengisian pada wadah
alat ukur, sampel uji isolasi minyak harus mengisi wadah pengujian dan
menutupi seluruh bagian elektroda dengan temperatur yang sesuai dengan
temperatur ruang. Sampel uji isolasi minyak yang sudah dilakukan
percepatan secara termal dipindahkan dari gelas beaker menggunakan
botol kaca karena untuk mengurangi reaksi kimia dari wadah jika
menggunakan botol plastik. Setelah dipindahkan dalam botol maka perlu
diberi nama pada setiap sampel uji agar mempermudah saat pengujian
nanti di Quality Control PT. Bambang Djaja.
Tabel 3.3 Penamaan sampel pada sampel uji isolasi minyak
No Nama Sampel Temperatur Waktu
1 A01 1000c 0 jam
2 A02 1000c 24 jam
3 A03 1000c 48 jam
4 A04 1000c 96 jam
5 A05 1000c 120 jam
6 A06 1000c 168 jam
7 B01 1150c 24 jam
8 B02 1150c 48 jam
9 B03 1150c 72 jam
10 B04 1150c 96 jam
11 C01 1250c 6 jam
12 C02 1250c 12 jam
13 C03 1250c 24 jam
14 C04 1250c 36 jam
15 C05 1250c 48 jam
46
Berikut ini adalah tahap-tahap sebelum melakukan pengujian
tegangan tembus menggunakan alat Magger OTS08PB, di antaranya
adalah:
a. Persiapan Umum
- Siapkan sampel isolasi minyak transformator yang ingin
diuji dan pastikan tidak ada gelembung udara
- Buka pengait (hook) pada penutup Magger OTS08PB
- Keluarkan kotak bejana uji isolasi cair
- Pilih elektroda jamur sesuai standar IEC 60156 .
- Atur jarak kedua buah elektroda sampai dengan 2.5 mm
dengan memutar pengatur jarak maju mundur elektroda
- kemudian pastikan jarak mengunakan alat ukur
- Pilih jenis minyak mineral
47
(a) (b)
Gambar 3.10 Proses jalannya arah gelembung gas pada posisi elektroda
vertikal(a). Proses jalannya arah gelembung gas pada posisi elektroda
horisontal(b).[7]
48
b. Prosedur pengujian tegangan tembus
- Hidupkan peralatan uji yaitu Magger OTS80PB
dengan menekan tombol daya ON pada panel kontrol
sehingga peralatan uji akan menyala menggunakan
baterai internal.
- Pada layar tampilan akan menunjukkan menu utama,
gambar elektroda, jarak eletroda 2.5 mm dan
kemudian peralatan uji akan melakukan pengujian
sendiri (self-test) selama 15 detik
- Pilih menu dan arahkan kursor ke standart IEC
156/1995 05 dengan menggunakan tanda panah turun
atau tanda panah naik pada panel kontrol.
- Tekan tombol TEST, maka setelah 5 menit peralatan
uji tegangan tembus akan bekerja secara otomatis.
49
Dari persamaan 3.1, estimasi umur dari isolasi minyak dapat
1
ditentukan dan menerapkan fungsi linear antara ln() terhadap . Selain
itu, dari formula 3.1 estimasi umur isolasi minyak merupakan fungsi
eksponensial terhadap temperatur isolasi minyak. Berikut ini adalah
langkah-langkah pengolahan data secara eksperimental berdasarkan
standar ANSI/IEEE Std. 101-1987 IEEE Guide for the Statistical
Analysis of Thermal Life Test Data[9], sebagaimana berikut ini :
1
= (3.2)
( + 273)
Konversi variasi waktu (t) ke dalam fungsi ln untuk penuaan
bahan isolasi uji.
= ln() (3.3)
() ( )( ) (3.4)
=
( 2 ) ( )2
Intersep ln :
( ( )) (3.5)
=
50
4. Persamaan kurva regressi Arrhenius:
(3.8)
= ()
dimana, = Waktu untuk terjadi kegagalan pada waktu tegangan yang
ditentukan [jam]
c = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
h = konstanta eksperimen yang berdasarkan material
yang bereaksi, kondisi reaksi, dan sistem dari unit
G = nilai batas rekomendasi dari standar pengujian tegangan
tembus
51
sistem tegangan nominal yang sesuai dengan standar IEC 60422. Dapat
dilihat dari tabel dibawah ini :
(3.9)
= +273
= (3.10)
=
(3.11)
52
Lalu didapatkan konstanta hubungan antara tekanan termal
dan tekanan elektrik
= 0 () (3.12)
Untuk adalah
0 (3.13)
=
0
= () (3.14)
53
Halaman ini sengaja dikosongkan
54
BAB IV
ANALISA DATA
Data yang sudah didapatkan dari hasil eksperimen, observasi, dan
pengujian tegangan tembus dikumpulkan dan disajikan dalam gambar
dan tren grafik yang kemudian dianalisa untuk mengetahui pengaruh
penuaan secara termal terhadap karakteristik fisik dan karakteristik
elektrik pada isolasi minyak transformator. Selanjutnya diestimasikan
umur isolasi minyak transformator menggunakan pendekatan hukum
Arrhenius dan dibandingkan dengan pendekatan ketahanan isolasi
terhadap tegangan tembus dengan model kegagalan.
55
4.1.1 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak Temperatur 1000C
Berikut ini adalah gambar dari sampel uji isolasi minyak yang
diurutkan sesuai dengan jadwal percepatan penuaan secara termal pada
temperatur 1000C.
56
(a) (b) (c)
57
mapun di waktu 168 jam masih tidak ada endapan pada isolasi minyak
transformator.
(a) (b)
58
(a) (b)
59
Dilihat pada Gambar 4.4 endapan pada sampel uji isolasi minyak
dari durasi 0 jam hingga 48 jam dapat dilihat tidak terjadi endapan yang
terjadi pada sampel uji isolasi minyak, tetapi pada saat 72 jam dan 96 jam
tidak dapat dilihat dari tampak atas karena warna yang terlalu pekat.
Setelah observasi visual secara tampak bawah pada Gambar 4.5 terdapat
endapan pada sampel uji isolasi minyak.
(a) (b)
Gambar 4.5 Penampilan tampak bawah sampel uji isolasi minyak dengan durasi waktu 72
jam (a) dan durasi waktu 96 jam (b) pada temperatur 1150C
Dari Gambar 4.5 endapan yang terjadi pada durasi waktu 96 jam
lebih banyak dibandingkan dengan durasi waktu 72 jam. Sehingga lebih
lama isolasi minyak diberi tekanan termal maka semakin banyak endapan
yang terjadi pada isolasi minyak. Terbentuknya endapan dapat menjadi
pertanda bahwa isolasi minyak tersebut sudah mengalami penuaan atau
penurunan kualitas sebagai bahan isolasi yang berfungsi sebagai isolasi,
terbentuknya diakibatkan proses oksidasi dan dari penerapan tekanan
termal yang diberikan pada sampel uji isolasi minyak dengan percepatan
penuaan secara termal. Sehingga jika dibandingkan dengan temperatur
1000C tidak terjadi endapan yang terjadi sampel uji isolasi minyak, maka
lebih tingginya temperatur yang diterapkan maka semakin cepat penuaan
yang terjadi pada sampel uji isolasi minyak.
60
4.1.3 Analisa Karakteristik Fisik Isolasi Minyak Temperatur 1250C
Berikut ini adalah gambar dari sampel uji isolasi minyak yang
diurutkan sesuai dengan jadwal percepatan penuaan secara termal pada
temperatur 1250C.
61
(a) (b) (c)
62
Dilihat dari Gambar 4.7 endapan yang terjadi pada sampel uji
isolasi minyak pada durasi waktu 0 jam hingga 24 jam dapat dilihat tidak
adanya endapan pada sampel uji isolasi minyak tetapi pada durasi waktu
36 jam dan 48 jam tidak dapat dilihat karena terhalang oleh warna yang
terlalu gelap, kemudian dilakukan observasi ternyata yang terjadi endapan
hanya pada waktu durasi 48 jam dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.9 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1000C
63
Gambar 4.10 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1150C
Gambar 4.11 Penampilan visual sampel uji isolasi minyak dengan pengurutan sesuai durasi
waktu pada temperatur 1250C
Dari Gambar 4.9, 4.10, dan 4.11 terjadi perubahan warna yang
signifikan dibandingkan antara durasi waktu sampel uji isolasi minyak 0
jam atau baru dengan akhir dari durasi penuaan secara termal pada setiap
variasi temperatur. Pada temperatur 1000C penuaan untuk mencapai
warna coklat dibutuhkan waktu 168 jam, tetapi pada temperatur 115 0C
dengan kenaikan 150C dibutuhkan waktu 72 jam sudah mencapai warna
coklat kehitaman sehingga dengan kenaikan 100C-150C akan
meningkatkan laju reaksi menjadi dua kali lipat, maka percepatan waktu
penuaan menjadi separuhnya, berlaku pula dengan 1250C penuaan sampel
uji. Jika dibandingkan pada temperatur 125 0C dibutuhkan durasi waktu
48 jam untuk mencapai warna yang sama dengan waktu 96 jam pada
temperatur 1150C, hanya dibutuhkan separuh waktu untuk penuaan pada
sampel uji isolasi minyak jika dinaikkan 10-150C.
64
4.2 Analisa Pengaruh Penuaan terhadap Karakteristik Elektrik
Isolasi Minyak Setelah Percepatan Penuaan Termal
Karakateristik elektrik yang dilihat pada sampel uji isolasi minyak
menggunakan nilai tegangan tembus atau breakdown voltage (BdV).
Tegangan tembus merupakan satu indikator yang baik untuk menentukan
kemampuan isolasi minyak dalam menjalankan fungsinya sebagai bahan
isolasi cair pada peralatan transformator. Tegangan tembus juga
menentukan seberapa jauh kekuatan suatu bahan isolasi menahan
tegangan tinggi sampai terjadinya kegagalan tegangan tembus. Pada
pengujian tegangan tembus pada penelitian ini, menggunakan alat ukur
tegangan tembus yaitu magger OTS80PB dengan dua buah elektroda
berbentuk jamur dengan jarak 2.5 mm. Pegujian tegangan tembus
dilakukan enam kali pada setiap sampel uji untuk mendapatkan nilai rata
rata tegangan tembus yang lebih akurat.
Tabel 4.1 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1000C
Drajat Tegangan tembus (kV)
No termal 24 48 96 120 168
(0C) 0 jam
jam jam jam jam jam
1 48.5 36.9 38.7 21.2 21.4 11.6
2 36.4 27.5 29.9 27.2 24.3 12.8
3 34.3 27.7 26.3 19.2 17.5 14.9
1000C
4 32.3 25.9 27.7 26.7 17.4 34.8
5 32.5 33.2 25.2 25.9 20.0 12.7
6 35.4 35.7 26.5 22.5 24.7 33.0
Rata-rata 36.6 31.2 29.1 23.8 20.9 20.0
65
Dari nilai yang didapatkan dari hasil pengujian tegangan tembus
sebanyak 6 kali, dibuat dalam grafik pada Gambar 4.12 menggunakan
program Microsoft excel, sebagai berikut :
Gambar 4.12 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan durasi
waktu pada temperatur 1000C
Dari Tabel 4.1, data tegangan tembus yang didapat dan dilihat dari
nilai rata-rata selalu mengalami penurunan. Durasi waktu 0 jam atau
isolasi minyak yang baru mempunyai tegangan tembus 36.6 kV di bawah
nilai karakteristik dari isolasi minyak Nynas Nitro Libra keadaan ini dapat
terjadi karena proses pemindahan isolasi minyak ke dalam botol yang
terkena kontaminan atau terkena udara langsung karena isolasi minyak
sangat sensitif terhadap faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi
nilai di bawah karakteristik karena terlalu lama disimpan dalam botol
yang keadannya tutup botol tersebut kurang rapat dengan menunggu
pengujian yang dilakukan oleh Quality Control PT. Bambang Djaja.
Nilai tegangan tembus setelah percepatan penuaan secara termal
mengalami penurunan dilihat dari nilai rata-rata dari hasil pengujian, dari
durasi waktu 0 jam dengan nilai 36.6 kV ke durasi waktu 24 jam turun
dengan nilai 31.2 kV, kemudian dari durasi waktu 24 jam ke durasi waktu
48 jam turun menjadi 29.1 kV, setelah itu kedurasi waktu 96 jam turun
menjadi 23.8 kV, niali tegangan tembus turun menjadi 20.9 kV, dan di
66
periode akhir turun menjadi 20 kV. Dilihat dari Gambar 4.12 grafik yang
dilihat dari garis biru yang menunjukan nilai rata-rata, selalu mengalami
penurunan dari durasi waktu ke periode berikutnya. Sehingga dapat
diketahui isolasi minyak setelah mengalami percepatan penuaan secara
termal pada temperatur 1000C akan mengalami penurunan karakteristik
elektrik yang ditunjukan dengan penurunan nilai dari tegangan tembus.
Tabel 4.2 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1150C
Drajat Tegangan tembus (kV)
No termal
(0C) 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam
1 48.5 28.0 17.6 14.4 19.7
2 36.4 21.9 26.2 26.2 17.8
3 34.3 33.4 16.6 15.3 17.7
1150C
4 32.3 19.7 24.6 28.2 17.7
5 32.5 36.1 22.3 12.8 18.0
6 35.4 35.9 23.5 19.7 17.3
Rata-rata 36.6 29.2 21.8 19.4 17.9
67
Gambar 4.13 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan
durasi waktu pada temperatur 1150C
68
Tabel 4.3 Nilai hasil pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak setelah
percepatan penuaan termal pada temperatur 1250C
Tegangan tembus (kV)
Drajat
No termal 12 24 36 48
(0C) 0 jam 6 jam
jam jam jam jam
Gambar 4.14 Grafik data tegangan tembus antara tegangan tembus dan durasi
waktu pada temperatur 1250C
69
Dari Tabel 4.3, nilai tegangan tembus rata-rata pada temperatur
1250C pada durasi waktu 0 jam memiliki nilai 36.6 kV, kemudian pada
durasi waktu 6 jam turun menjadi 22.1 kV, setelah itu turun menjadi 18.2
kV pada dusari waktu 12 jam, setelah itu pada durasi 24 jam naik menjadi
19.8 kV, pada periode berikutnya pada durasi 36 jam mengalami
penuruna kembali menjadi 16.9 kV, dan yang terakhir mengalami
penurunan menjadi 13.7 kV. Kenaikan yang terjadi dari periode durasi
waktu 12 jam ke 24 jam dapat terjadi dikarenakan pada sampel uji isolasi
12 jam lebih banyak kadar air ataupun lebih terpapar dengan udara bebas
saat setelah percepatan termal dilakukan karena pengujian tidak langsung
dilaksanakan dikarenakan menunggu pengujian dari Quality control PT.
Bambang Djaja. Tetapi jika dibandingkan pada temperatur 1150C dengan
temperatur 1250C pada durasi waktu yang sama, semisal durasi waktu 24
jam pada temperatur 1150C didapatkan nilai 29.2 kV kemudian di
temperatur 1250C didapatkan nilai 19.8 kV, maka dengan kenaikan
temperatur nilai tegangan tembus pada durasi waktu yang sama akan
mengalami penurunan nilai.
Kemudian dilihat dari Gambar 4.14, grafik mengalami penurunan
dilihat dari garis biru yaitu nilai rata-rata dari keenam nilai pengujian
yang dilakukan. Sehingga semakin lama durasi waktu yang diterapkan
pada sampel uji isolasi minyak pada temperatur 125 0C, maka sampel uji
isolasi minyak akan mengalami laju degradasi atau penuaan yang dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sebagai bahan isolasi yang berfungsi
sebagai isolasi pada transformator.
70
Selanjutnya dari ketiga nilai tegangan tembus dengan variasi
temperatur yang dapat disajikan dalam grafik tren penurunan tegangan
tembus seperti terlihat pada Gamabar 4.15 berikut ini:
Gambar 4.15 Gafik tren penurunan tegangan tembus isolasi minyak pada variasi
temperatur yang berbeda
71
berbentuk lebih curam. Sehingga tingginya temperatur dan durasi waktu
mempengaruhi dari tegangan tembus isolasi minyak.
72
Sehingga didapatkan perhitungan seperti tabel 4.4, sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Nilai hasil perhitungan dari eksperimen percepatan penuaan sesuai temperatur
dan durasi waktu yang diterapkan
Tc t
0 N X Y X2 Y2 XY
C jam
1 24 0.00268 3.17 7.18x10-6 10.1 0.00852
-6
2 48 0.00268 3.87 7.18x10 14.98 0.01037
-6
100 3 96 0.00268 4.56 7.18x10 20.83 0.01223
-6
4 120 0.00268 4.78 7.18x10 22.92 0.01283
-6
5 168 0.00268 5.12 7.18x10 26.25 0.01373
-5
Jumlah 100 0.01340 21.5 3.5 x10 95.09 0.05770
-6
6 24 0.00257 3.17 6.64x10 10.10 0.00819
-6
7 48 0.00257 3.87 6.64x10 14.98 0.00997
115
8 72 0.00257 4.27 6.64x10-6 18.28 0.01102
9 96 0.00257 4.56 6.64x10-6 20.83 0.01176
-5
Jumlah 115 0.01031 15.8 2.65x10 64.2 0.04095
-6
10 6 0.00251 1.79 6.31x10 3.21 0.00450
-6
11 12 0.00251 2.48 6.31x10 6.17 0.00624
-6
125 12 24 0.00251 3.17 6.31x10 10.1 0.00798
-6
13 36 0.00251 3.58 6.31x10 12.84 0.00900
-6
14 48 0.00251 3.87 6.31x10 14.98 0.00972
-5
Jumlah 125 0.01256 14.9 3.15x10 47.31 0.03746
-5
Jumlah total 0.03628 52.3 9.40x10 206.6 0.13612
()( )( )
=
( 2 )( )2
73
(140.136123)(0.03627752.32476781)
= (149.4073E05)(0.0362772)
= 7484.982045
( ( ))
=
(52.32476781(7484.9820450.036277))
= = 15.65766523
14
1
() = [ ]+
(273+
1
() = 7484.982045 [ ] 15.65766523
(273+)
1
() = 7484.982045 [ ] 15.65766523
(273+100
() = 4.409310759
= 2.303 4.409310759
= 25663.1971 jam
74
Berikut ini gambar kurva Arrhenius yang dapat diinterpretasikan dari
hasil eksperimen percepatan penuaan termal pada sampel uji isolasi
minyak:
Gambar 4.16 Kurva Arrhenius pada percepatan penuaan sampel uji isolasi
minyak transformator berjenis minyak mineral dalam variasi temperatur
= 15.65766523 + 7484.982045
Karena hubungan antara ln (t) berbanding terbalik dengan
temperatur, sehingga dapat diketahui jika temperatur yang diterapkan
untuk tekanan termal terhadap isolasi minyak dinaikan maka umur isolasi
minyak akan berkurang.
75
Sehingga untuk variasi temperatur yang terjadi pada isolasi
minyak disebabkan oleh tekanan termal dapat ditentukan estimasi umur
dari isolasi minyak. Estimasi umur isolasi minyak pada setiap kenaikan
temperatur minyak () sebesar 50C seperti tabel di bawah ini:
76
Berikut kurva estimasi umur isolasi minyak pada setiap kondisi
temperatur yang terjadi pada tekanan termal pada isolasi minyak, sebagai
berikut:
Gambar 4.17 Kurva Estimasi Umur Isolasi Minyak pada variasi temperatur antara 850C-
1500C dengan T = 50C
= 4.624108 0.1299
77
dari hasil pengujian tegangan tembus dan variabel durasi watu percepatan
penuaan secara termal, setelah itu menghubungkan antara estimasi umur
isolasi minyak pendekatan Hukum Arrhenius secara termal. Variabel
tegangan tembus sebagai variabel independen atau variabel bebas dan
durasi waktu atau umur isolasi minyak sebagai variabel dependen atau
terikat dikarenakan variabel tegangan tembus akan mempengaruhi
estimasi umur dari isolasi minyak yang akan ditentukan. Dikarenakan
bentuk persamaan estimasi umur isolasi minyak menggunakan
pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus dengan model
kegagalan dalam bentuk eksponensial, maka persamaan Hukum
Arrhenius dirubah menjadi bentuk eksponensial, sebagai berikut:
= = 7484.982045
= +273
7484.982045
= 1.58476107 +273
= 0 exp ()
78
0
=
0
Tabel 4.6 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1000C
Temperatur isolasi minyak saat pengujian
Temperatur tegangan tembus 0C
No
eksperimen 0 24 48 96 120 168 Rata-
jam jam jam jam jam jam rata
1 1000C 28 27 27 27 27 27 27.167
(100+273)(27.167+273)
= (100+273)(27.167+273)
= 0.000650514
= 0 exp (7484.9820450.000650514 )
= 25663.1971
25663.1971
0 = = 197.1037302
130.2014785
79
Temperatur saat pengujian tegangan tembus pada sampe uji
isolasi minyak pada temperatur 1150C didapatkan dalam tabel 4.6
Sehingga perhitungan kontanta 0 pada temperatur 1150C adalah sebegai
berikut:
Tabel 4.7 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1150C
No Temperatur Temperatur isolasi minyak saat pengujian
eksperimen tegangan tembus 0C
0 jam 24 jam 48 96 Rata-rata
jam jam
1 1150C 28 26 27 27 27
(115+273)(27.+273)
= (115+273)(27+273)
= 0.000756014
= 0 exp (7484.9820450.000756014 )
= 4300.565881
4300.565881
0 = = 14.99553635
286.7897339
80
Temperatur saat pengujian tegangan tembus pada sampe uji
isolasi minyak pada temperatur 1250C didapatkan dalam tabel 4.7.
Sehingga perhitungan kontanta 0 pada temperatur 1250C adalah sebegai
berikut:
Tabel 4.8 Temperatur saat pengujian tegangan tembus sampel uji isolasi minyak pada saat
1250C
No Temperatur Temperatur isolasi minyak saat pengujian
eksperimen tegangan tembus 0C
0 6 12 24 36 48 Rata-
jam jam jam jam jam jam rata
1 1250C 28 27 28 27 27 28 27.5
(100+273)(27.5+273)
= (100+273)(27.5+273)
= 0.000646822
= 1408.712336
1408.712336
0 = = 5.120213103
275.1276768
81
Setelah didapatkan konstanta 0 , selanjutnya melakukan
pencarian persamaan eksponensial tegangan tembus untuk 100 0C, yang
dilakukan dengan program matlab 2015b dengan aplikasi curve fitting.
Variabel x sebagai variabel independen adalah tegangan tembus dan
variabel ya adalah durasi waktu yang akan menjadi perhitungan estimasi
umur isolasi minyak dikarenakan umur isolasi minyak dipengaruhi
tegangan tembus yang terjadi pada isolasi minyak.
Gambar 4.18 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 1000C
= 3441 (0.1541 )
= 0 ()
= = 0.1541
82
dimana 0 untuk temperatur 1000C adadalah 197.1037302 sehingga
dapat dihitung untuk estimasi umur isolasi minyak pada sampel uji
1000C. sebagai berikut :
= 20064.95699 jam
Gambar 4.19 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 1150C
83
Dari Gambar 4.18 didapatkan persamaan eksponensial untuk
tegangan tembus, sebagai berikut:
= 1476 ( 0.1541 )
= 0 exp ()
= 1526.577375 jam
Gambar 4.20 Kurva persamaan eksponensial tegangan tembus pada temperatur 125 0C
84
Dari Gambar 4.18 didapatkan persamaan eksponensial untuk
tegangan tembus, sebagai berikut:
= 575.8 ( 0.1792 )
= 0 exp ()
= 1106.765866 jam
25663.1971 20064.95699
% = 100% = 21.81427391 %
25663.1971
Didapatkan perbandingan perbedaannya sebesar 21.8143 %,
perbedaan ini disebabkan karena pendekatan Hukum Arrhenius hanya
melihat dari tekanan termal, sedangkan dari pendekatan ketahanan isolasi
dilihat dari tegangan tembus, dimana tegangan tembus dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya kandungan air, udara dan endapan pada
isolasi minyak.
85
Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak
transformator pada temperatur 1150C didapatkan sebagai berikut :
4300.57 1526.577375
% = 100% = 55.03177482 %
4300.57
Gambar 4.21 Grafik eksponensial perbandingan estimasi umur isolasi minyak transfomator
86
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen dan
analisa dari isolasi minyak transformator berdasarkan karakteristik fisik
dan karakteristik elektrik beserta estimasi dari umur isolasi minyak
transformator adalah sebagai berikut :
1. Eksperimen percepatan penuaan secara termal pada isolasi minyak
tranformator dapat menyebabkan penuaan atau penurunan kualitas
fungsi sebagai bahan isolasi pada isolasi minyak transformator.
2. Semakin tinggi temperatur yang diterapkan pada percepatan
penuaan termal akan menyebabkan penuaan menjadi lebih cepat.
3. Eksperimen percepatan penuaan secara termal yang dilakukan
pada isolasi minyak transformator akan mengubah karakteristik
fisik yang ditandai dengan perubahan warna, didapatkan semakin
lama isolasi minyak dipanaskan maka perubahan warna akan
semakin gelap warna dibandingkan dengan isolsi minyak baru,
serta terdapat endapan. Semakin tinggi temperatur yang diterapkan
maka semakin cepat warna isolasi minyak berubah.
4. Eksperimen percepatan penuaan secara termal akan menyebabkan
perubahan karakteristik elektrik yang ditandai dengan menurunya
nilai tegangan tembus, didapatkan jika semakin lama durasi
pemanasan, maka nilai tegangan tembus akan semakin turun dan
jika semakin tinggi temperatur yang diterapkan maka tegangan
tembus akan menurun lebih cepat.
5. Berdasarkan pendekatan Hukum Arrhenius untuk estimasi umur
isolasi minyak transformator didapatkan pada temperatur 100 0C
sebesar 25663.2 jam, temperatur 1150C sebesar 4300.57 jam, dan
temperatur 1250C sebesar 1408.71 jam
87
6. Berdasarkan pendekatan pendekatan ketahanan isolasi terhadap
tegangan tembus dengan model kegagalan untuk estimasi umur
isolasi minyak transformator didapatkan pada temperatur 1000C
sebesar 20064.96 jam, temperatur 1150C sebesar 1526.57 jam, dan
temperatur 1250C sebesar 1106.76 jam
7. Perbandingan perbedaan estimasi umur isolasi minyak, didapatkan
pada temperatur 1000C sebesar 21.8 %, temperatur 1150C sebesar
55.03%, dan temperatur 1250C sebesar 21.4 %
5.2 Saran
Eksperimen percepatan penuaan secara termal dapat
menurunkan kualitas fungsi isolasi minyak dan penuaan yang ditandai
dengan berubahnya karakteristik fisik dan elektrik pada isolasi minyak
transformator. Tetapi, isolasi minyak transformator mudah beraksi
dengan udara sehingga perlu meminimalisir isolasi minyak kontak
langsung dengan udara bebas. Perlunya pengujian DGA (Disolve Gas
Analysis) sehingga diketahui kandungan gas yang terlarut pada sampel uji
isolasi minyak.
88
DAFTAR PUSTAKA
89
[12] Institute of Electrical and Electronics Engineers. IEEE Guide for
the Statistical Analysis of Electrical Insulation Voltage Endurance
Data, ANSI/IEEE Std. 930-1987. New York, 1987.
[13] Nynas Nitro.Standart Grade Nytro Libra Electrical Insulating
Oil, Ed.4, 2012.
[14] Simoni, L., A General Approuch To The Eendurance Of
Electrical Insulation Under Temperature And Voltage, IEEE
Transaction on electrical insulation Vol. E1 No. 4, Agustus 1981.
90
Riwayat Hidup Penulis
91
Halaman ini sengaja dikosongkan
92