Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.

1 (April 2009) 54 - 61

STUDI PEMBUATAN SABUN MANDI CAIR DARI DAUR ULANG


MINYAK GORENG BEKAS (KAJIAN PENGARUH LAMA PENGADUKAN
DAN RASIO
RASIO AIR:SABUN TERHADAP KUALITAS)
KUALITAS)

The Study on Liquid Soap Production from Recycled Frying Oil


(The Effect of Mixing Time and Water:Soap Ratio on the Quality)
Quality)

Susinggih Wijana, Soemarjo, dan Titik Harnawi

Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fak. Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya


Jl. Veteran Malang
*Penulis korespondensi, email: susinggihwijana@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this study is to find out the best combination treatment of the processing
of liquid soap from recycled frying oil. The process step of refining was as follow:
steaming with ratio water to oil of 1:1 (w/w), neutralization with NaOH 4N, and bleaching
with bentonit 0,84% (w/w). The factorial experiment was employed by Randomized
Block Design, mixing time (60, 90 and 120 minutes) was the first factor, and water/soap
ratio (2:1; 3:1 and 4:1 w/w) was second factor. Analysis on the product included pH,
residual of free alkali, foam ability, viscosity, fatty acid total, and the sensory evaluation
was conducted on the appearance, viscosity, foam ability, astringency, and aroma.
The results showed that the best combination treatment achieved by mixing time of
90 minutes and water/soap ratio of 2:1 w/w. The liquid soap had characteristics of pH
value of 10.07, residual free alkali of 0.03%, foam ability of 2,03 cm, viscosity of 5.20
cps, and residual fatty acid of 8.60%, and the organoleptic evaluation indicated that the
product had the preference of appearance of 3.27 (neutral), viscosity of 2.97 (less
preferred), foam ability of 2.4 (less preferred), astrigency of 3 (neutral), and aroma of
3.87 (neutral).
Keywords: liquid soap, mixing, water/soap ratio, recycled frying oil, refining

PENDAHULUAN senyawa tersebut menyebabkan


penurunan kualitas yang sangat tajam,
Berkembangnya industri perhotel-
baik dari kualitas sensoris (rasa, aroma
an, restoran dan fast food, berdampak
dan rasa) maupun daya simpan produk
pada semakin banyaknya limbah minyak
(Rukmini dkk., 1986).
goreng bekas yang dihasilkan.
Lebih lanjut Bheem-Reddy, et al.
Penggunaan minyak yang berkali-kali
(1999) menyatakan bahwa pada minyak
untuk menggoreng akan mengakibatkan
yang digunakan menggoreng berkali-kali
kerusakan minyak, antara lain minyak
akan terjadi peningkatan total polar
menjadi cepat berasap, berbuih, dan
compound (TPC) hal tersebut diperkuat
mempengaruhi bahan pangan yang
dengan penelitian Bheem-Reddy, et al.
digoreng. Selain itu juga terjadi
(2001). Hasil penelitian minyak goreng
perubahan warna, reaksi oksidasi yang
bekas di hotel yang digunakan selama
diikuti dengan polimerisasi dan rekasi
satu minggu menunjukkan terjadinya
hidrolisis dengan adanya air bahan
kenaikkan asam lemak bebas mencapai
pangan yang digoreng (Andarwulan dkk.
>2%, kadar polimer >16% dan kandungan
1997 dan Manullang, 1998). Adanya
polar compound atau PC >25%.

54
Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana, dkk.)

Hasil penelitian Astuti (2003) me- mengalirkan gelembung uap air dengan
nunjukkan bahwa minyak goreng bekas ratio uap:minyak (1:1 b/b) dan netralisasi
yang telah mengalami recycling yang dengan larutan NaOH 4N (Room, 2003),
terdiri dari tahapan steaming, netralisa- selanjutnya dilakukan bleaching dengan
si, dan pemucatan (bleaching) kualitasnya menggunakan bentonit 8,43% b/b pada
o
mendekati SII, namun dikawatirkan masih suhu 72+2 C (Astuti, 2003). Minyak
mengandung bahan berbahaya bagi hasil pemurnian dipanaskan pada suhu
kesehatan apabila dikonsumsi sebagai 45+2C, selanjutnya ditambah air. NaOH
o
bahan pangan. Oleh karena itu alternatif 32% (suhu 35+2 C) sebanyak 60,25 ml.,
pemanfaatan yang terbaik adalah untuk kemudian dilakukan pengadukan dengan
bahan baku industri sabun, nilai manfaat mixer dengan waktu sesuai perlakuan
dan ekonomi meningkat. (30, 45, dan 60 menit) sampai diperoleh
Sugeng (1999) menyatakan bahwa masa sabun kental.
pada pembuatan sabun mandi dapat Selanjutnya ditambah dekstrin
ditambahkan bahan pengisi untuk sebanyak 2,5% dari berat minyak, dan
menambah volume produksi, selain itu ditambahkan air sesuai dengan perlakuan
juga untuk memberi bentuk yang kompak dengan rasio sabun:air (2:1, 3:1, dan 4:1
dan padat. Salah satu bahan pengisi yang b/b) ke dalam sabun kemudian diaduk
dapat ditambahkan adalah dekstrin, selama 10 menit menggunakan mixer.
dekstrin memiliki sifat lebih mudah larut Minyak melati sebanyak 1% (v/b)
dalam air dan memiliki kekentalan lebih dimasukkan ke dalam bahan dan diaduk
rendah dibandingkan pati sehingga pe- selama 5 menit, selanjutnya bahan sabun
makaian dalam jumlah banyak masih yang telah mengental dimasukkan wadah
diizinkan. Lebih lanjut Wijana dkk. plastik. Sabun dibiarkan selama sehari
(2005), menyatakan bahwa minyak go- agar konsistensinya stabil, selanjutnya
reng daur ulang dapat digunakan untuk dikeluarkan untuk analisis kualitas.
pembuatan sabun mandi padat. Dengan
lama penyabunan 45 menit dan tambahan Analisis
dekstrin sebagai pengisi 1% diperoleh Analisis terhadap minyak goreng
sabun yang disukai oleh panelis. daur ulang dan produk sabun meliputi
Penelitian ini bertujuan untuk kadar air (AOAC dalam Soedarmadji dkk,
mendapatkan sabun mandi cair yang 1992), asam lemak bebas (Mehenbacker,
terbaik dari berbagai lama pengadukan 1960 dalam Sudarmadji dkk, 1992),
dalam proses penyabunan dan rasio bilangan peroksida (AOCS dalam
antara air yang ditambahkan dengan Sudarmadji dkk, 1992), residu alkali
bahan sabun yang digunakan. bebas, pH, tekstur (Bourne, 1982),
daya buih, rendemen, dan uji
organoleptik (warna, tekstur dan daya
BAHAN DAN METODE
buih). Analisis data menggunakan Anava,
Bahan dan bila terdapat perbedaan nyata antar
Minyak goreng bekas diperoleh dari perlakuan dilanjutkan dengan uji beda
berbagai hotel di Malang, karbon-aktif, nyata terkecil (BNT).
NaOH, akuades, dekstrin dan parfum
minyak melati (jasmine oil). Bahan kimia
analisis yang digunakan meliputi alkohol HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
96 %, H2SO4 20 %, KOH 0,1 %, HCl 0,1
%, indikator fenolftalein, akuades dan Karakteristik Bahan Baku
HCl 0,1 N. Minyak goreng bekas tersebut
sebelum dijadikan sebagai bahan baku
Metode Penelitian sabun cair terlebih dahulu melalui
Minyak goreng bekas dimurnikan tahapan pemurnian ulang (recycling)
dengan tahapan steaming dengan cara meliputi tahapan pemberian uap air

55
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1 (April 2009) 54 - 61

(steaming), netralisasi, dan bleaching Karakteristik Fisiko-


Fisiko-kimia Sabun Cair
(pemucatan), karakteristik minyak Karakteristik sabun cair yang
setelah pemurnian ulang disajikan pada dihasilkan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1.
Tabel 2. Karakteristik fisik dan kimia
Tabel 1. Karakteristik minyak goreng
sabun cair
hasil daur ulang
Merek Hasil
Minyak Goreng Parameter SII
Standar Nossy Penelitian
Parameter Daur
SII* Bekas Bentuk Cair Cair. Cair.
Ulang
homogen homogen homogen
Kadar Air (%) Maks. 0,3 0,83 0,10 Bau Khas Aroma Aroma jeruk
jeruk
Kadar ALB (%) Maks. 0,3 1,68 0,12
Warna Khas Kuning Kuning
Bil. Peroksida Maks. 2 3,457 1,044 emas
(mek/kg) pH (25oC) 8-11 7,20 9,84-10,28
Warna : Alkali bebas Maks. 0,1 - 0,12-0,13
L* (kecerahan) Min. 24 19,86 24 (%)
a* (merah) Maks. 9 11,52 8,348 Total asam Min. 15 37,33 6,40-8,60
b* (kuning) Min. 10 7,23 10,552 lemak (%)
*Sumber: Astuti (2003) Viskositas - 7,6 1,47-5,20
(cps)
Daya buih - 2,2 0,87-2,73
Penggunaan minyak goreng hasil (cm)
recycling ini dikarenakan hampir semua
jenis lemak dan minyak dapat digunakan a. Nilai pH
sebagai sabun (Anonymous, 2003). Nilai pH merupakan parameter yang
Dalam pembuatan sabun, karakteristik sangat penting dalam pembuatan sabun,
minyak yang penting adalah bilangan karena nilai pH menentukan kelayakan
penyabunan. Berdasarkan hasil analisis sabun untuk digunakan sebagai sabun
diketahui bahwa bahan baku yang mandi. Nilai pH larutan sabun bergan-
digunakan memiliki bilangan penyabunan tung pada jenis lemak, sebagai contoh
178,18 mg KOH/g. sabun yang dibuat dari minyak kelapa
Hal tersebut menunjukkan bahwa mempunyai pH antara 9 dan 10,
KOH untuk menyabunkan 1 g bahan baku sedangkan sabun dari lemak hewani
minyak adalah 178,18 mg. Bilangan memberikan pH sekitar 10,8. Sabun cair
penyabunan menunjukkan jumlah alkali hasil penelitian memiliki nilai rerata pH
yang diperlukan untuk dapat antara 9,84-10,29 (Tabel 3).
menyabunkan 1 gram minyak atau
dinyatakan dalam jum-lah mg K0H/NaOH Tabel 3. Rerata pH sabun cair pada
(Ketaren, 1986). Bi-langan penyabunan perlakuan lama pengadukan dan rasio
digunakan sebagai informasi jumlah alkali air/sabun
yang diperlukan untuk dapat Lama Rasio
menyabunkan seluruh mi-nyak, hal ini pH pH
penga- Air/
sangat penting agar sabun yang Sabun Sabun
dukan Sabun
dihasilkan tidak mengandung residu Cair Cair
(menit) (b/b)
minyak atau asam lemak bebas yang 60 10,17a 2:1 10,12a
tinggi, dan juga mengandung residu alkali 90 10,05b 3:1 10,03a
yang tinggi sehingga tidak menyebabkan 120 9,92b 4:1 9,99a
iritasi pada kulit. Keterangan: angka pada kolom sama yang
didampingi notasi (huruf) beda berarti beda nyata
pada uji t 5%

Nilai pH mempunyai kecenderungan


semakin turun dengan semakin lamanya

56
Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana, dkk.)

pengadukan dan semakin banyaknya menunjukkan bahwa mereka akan merasa


rasio air/sabun. Hal tersebut karena puas jika, sabun yang dipakai berbuih
alkali yang digunakan (KOH) bereaksi banyak. Sabun cair yang dihasilkan
semakin sempurna dengan asam-asam memiliki rerata daya buih 0,87-2,73 cm.
lemak yang terdapat dalam minyak, Daya buih mempunyai kecenderungan
sehingga residu KOH semakin rendah makin menurun dengan semakin lamanya
dan sabun tidak lagi menjadi terlalu basa. pengadukan dan sema-kin banyaknya
Selain itu, peningkatan rasio air rasio air-sabun.
menyebabkan pH menurun, karena air
bersifat netral sehingga penambahan air Tabel 4. Rerata daya buih sabun cair
menyebabkan konsentrasi sabun turun pada perlakuan lama pengadukan dan
dan akibatnya pH menurun. Lama rasio air/sabun
pengadukan berpengaruh sangat nyata Rasio
Lama
terhadap pH sabun cair dan rasio Daya Air / Daya
pengadukan
air/sabun berpengaruh nyata terhadap pH buih Sabun buih
(menit)
sabun cair. Namun interaksi antara (b/b)
kedua tidak berbeda nyata, 60 2,51a 2:1 1,96a
Rerata pH tertinggi adalah pada lama 90 1,53b 3:1 1,58b
pengadukan 60 menit (pH 10,17) dan 120 0,98c 4:1 1,50c
terendah pada lama pengadukan 120 (pH Keterangan: angka pada kolom sama yang
9,92). Nilai pH sabun dipengaruhi oleh didampingi notasi (huruf) beda berarti beda nyata
pada uji t 5%
kandungan alkali, nilai pH meningkat
seiring dengan meningkatnya alkalinitas
Adanya penurunan buih tersebut
dan menurun seiring dengan
karena daya buih dipengaruhi oleh pH,
meningkatnya keasaman, disamping itu
sehingga semakin menurun pH daya buih
penurunan pH juga terjadi seiring dengan
yang dihasilkan ikut menurun. Disamping
waktu (Anonymous, 2004).
itu, adanya peningkatan jumlah air yang
Rerata pH sabun cair tertinggi pada
ditambahkan dalam sabun juga berpe-
rasio air-sabun (2:1 b/b) dengan pH
ngaruh terhadap buih yang dlhasilkan.
10,12 dan terendah pada rasio air/sabun
Hal tersebut dapat dilihat dari daya
(4:1 b/b) yaitu pH 9,99. Adanya
bersih sabun cair yang dlhasilkan, karena
perbedaan pH ini disebabkan oleh
daya buih sabun menunjukkan tingkat
perbedaan kandungan alkali bebas dalam
keefektifan daya bersih dari sabun
sabun cair. Semakin banyak rasio air
(Anonymous, 2004), sehingga adanya
yang ditambahkan dalam sabun, rerata
penurunan daya buih akibat penambahan
pH cenderung menurun. Hal ini
air menunjukkan daya bersih sabun ikut
disebabkan air dengan sifatnya yang
menurun.
netral dapat menurunkan konsentrasi
Rerata daya buih tertinggi pada lama
suatu larutan.
pengadukan 60 menit (sebesar 2,51 cm)
Sabun cair hasil penelitian memiliki
dan terendah pada 90 menit (sebesar
pH antara 9-10, dan menurut SNI pH
0,98 cm). Perbedaan daya buih ini
sabun cair berkisar 8-11. pH sabun cair
mungkin disebabkan oleh perbedaan
hasil penelitian telah memenuhi standar
kandungan alkali dalam sabun cair yang
yang ditetapkan, namun, dalam penggu-
dihasilkan akibat perbedaan lama
naannya sabun cair hasil penelitian ini
pengadukan. Hal tersebut dikarenakan
direkomendasikan sebagal sabun rumah
dalam proses saponifikasi, alkali
tangga dengan alasan pH masih terlalu
memegang peran yang sangat penting.
tinggi bila dijadikan sabun mandi.
Disamping itu, penurunan daya buih juga
dipengaruhi oleh kandungan asam lemak
b. Daya Buih
bebas yang terdapat dalam sabun yang
Salah satu daya tarik sabun adalah
dihasilkan, karena asam lemak bebas
kandungan buihnya. Perilaku konsumen

57
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1 (April 2009) 54 - 61

yang terdapat dalam sabun dapat sabun cair menurut SNI adalah 0,03%.
menghambat daya bersih dari sabun itu Hal ini menunjukkan bahwa sabun cair
yang ditandai dengan sedikitnya buih hasil penelitian sudah memenuhi standar.
yang diliasilkan. Semakin rendah residu alkali bebas
Rasio air/sabun berbeda nyata semakin dianjurkan untuk menjamin
terhadap daya buih sabun cair, daya buih kesempurnaan reaksi penyabunan dan
tertinggi pada rasio air sabun (2:1 b/b) efek antibakterial.
dengan nilai 1,96 cm, dan terendah pada
rasio air-sabun (4:1 b/b), yaitu sebesar Tabel 5 Rerata residu alkali bebas (%)
1,49 cm. Penurunan daya buih akibat sabun cair pada perlakuan lama
meningkatnya rasio air ini diduga pengadukan dan rasio air/ sabun
disebabkan oleh kandungan bahan aktif Lama Alkali Rasio Alkali
sabun yang lebih sedikit dibandingkan pengaduk- bebas air/sabun bebas
kandungan bahan selain sabun (air). an (menit) (%) (b/b) (%)
Daya buih sabun cair hasil 60 0,0307a 2:1 0,0269a
90 0,0342ab 3:1 0,0244a
penelitian memiliki daya buih sebesar
120 0,0161b 4:1 0,0198a
0,87-2,73 cm, sedangkan sabun
Keterangan: angka pada kolom sama yang
komersial merk Nossy sebesar adalah didampingi notasi (huruf) beda berarti beda nyata
2,2 cm, hal tersebut menunjukkan sabun pada uji t 5%.
cair hasil penelitian mampu memproduksi
buih sebanyak sabun yang beredar
dipasaran. d. Viskositas (Kekentalan)
Rerata viskositas sabun cair yang
c. Residu Alkali Bebas dihasilkan adalah 1,47-5,20 cps (Tabel
Sabun cair yang dihasilkan mempu- 6). Viskositas tertinggi sabun cair pada
nyai rerata residu alkali bebas 0,01- pengadukan 90 menit dan rasio air/sabun
0,03%. Residu alkali bebas memiliki 2:1 (b/b). Penurunan viskositas akibat
kecenderungan semakin menurun akibat peningkatan rasio air/sabun dikarenakan
lama pengadukan dan akibat kenaikkan viskositas dipengaruhi oleh kadar air
rasio air/sabun. Hal ini akibat adanya dalam sabun tersebut. Makin sedikit
reaksi alkali dengan asam-asam lemak kadar air dalam sabun viskositas semakin
yang terdapat pada minyak hasil daur tinggi, dan sebaliknya makin banyak
ulang sehingga reaksi penyabunan se- kadar air dalarn sabun maka viskositas
makin sempurna, yang berdampak pada semakin rendah.
penurunan residu alkali bebas. Adanya
penurunan residu alkali bebas ini juga di- Tabel 6. Rerata viskositas sabun cair
sebabkan oleh rasio air/sabun yang di- pada berbagai perlakuan
tambahkan, karena air dapat menurunkan Lama Rasio air/ Viskositas
konsentrasi alkali bebas dalam sabun. pengadukan sabun (b/b) (cps)
Rerata residu alkali bebas tertinggi (menit)
pada pengadukan 60 menit (0,031%) dan 2:1 1,73 a
60
terendah pada pengadukan 120 menit 3:1 1,57 a
(0,02%) (Tabel 5). Hal ini menunjukkan 4:1 1,53 a
bahwa semakin lama waktu pengadukan 2:1 5,20 c
90
semakin banyak alkali (KOH) yang 3:1 3,50 b
bereaksi dengan asam lemak yang 4:1 3,43 b
terdapat pada minyak hasil daur ulang, 2:1 1,57 a
120
sehingga residu alkali bebas atau alkali 3:1 1,47 a
yang tidak tersabunkan semakin sedikit. 4:1 1,47 a
Keterangan: angka pada kolom sama yang
Residu alkali bebas sabun cair hasil
didampingi notasi (huruf) beda berarti beda nyata
penelitian berkisar antara 0,01%-0,03%, pada uji t 5%
sedangkan kadar maksimal alkali bebas

58
Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana, dkk.)

Viskositas sabun cair sebesar 1,4- Kadar total asam lemak sabun cair
5,2 cps, sedangkan viskositas sabun hasil penelitian berada pada kisaran 6,3-
Nossy sebesar 7,6 cps. Hal tersebut 8,6%. Kadar total asam lemak menurut
menunjukkan bahwa viskositas sabun SNI sabun mandi cair jenis S minimal
hasil penelitian masih dibawah sabun sebesar 15%. Hal tersebut menunjukkan
komersial yang kemungkinan disebabkan bahwa kadar total asam lemak sabun cair
kurangnya bahan pengental yang hasil penelitian masih di bawah standar
ditambahkan atau kadar air yang terlalu akibat terlalu banyak yang ditambahkan
tinggi. saat pembuatan sabun.

e. Total Asam Lemak Kualitas Organoleptik Sabun Cair


Total asam lemak adalah jumlah Hasil analisis kualitas sensoris
seluruh lemak pada sabun yang telah produk sabun mandi cair yang dihasilkan
ataupun yang belum bereaksi dengan disajikan pada Tabel 8.
alkali. Sabun cair yang dihasilkan
memiliki kadar total asam lemak antara a. Kenampakan
6,34-8,60% (Tabel 7). Kadar total asam Kenampakan suatu produk sangat
lemak mempunyai kecenderungan penting, karena dapat mempengaruhi
menurun dengan bertambahnya lama minat konsumen. Kenampakan dalam
pengadukan dan rasio air/sabun. Pada sabun cair ini meliputi bentuk dan warna.
produk sabun, lemak menunjukkan jumlah Rerata nilai kesukaan terhadap
asam lemak dari trigliserida yang belum kenampakan berkisar 2,33-3,80 (antara
tersabunkan dan yang tersabunkan, nilai agak tidak suka - netral). Nilal terendah
tersebut bergantung pada jenis bahan pada perlakuan pengadukan 60 menit dan
baku minyak/lemak yang digunakan rasio air/sabun 2:1, dan tertinggi
untuk produksi sabun. Penurunan jumlah pengadukan 90 menit dan rasio air/sabun
total asam lemak disebabkan akibat 4:1.
proporsi bahan sabun menurun dengan
meningkatnya jumlah air yang digunakan. b. Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu
Tabel 7. Rerata kadar total asam lemak parameter penting dalam pembuatan
sabun cair pada perlakuan rasio sabun cair. Rerata nilai kesukaan
air/sabun terhadap kekentalan berkisar 2,13-2,97
Rasio air/sabun Total asam lemak (agak tidak suka). Nilai terendah pada
(b/b) (%) perlakuan pengadukan 120 menit dan
2:1 8,51 a rasio air/sabun 4:1 b/b (sebesar 2,13),
3:1 7,51 b dan tertinggi pada pengadukan 90 menit
4:1 6,57 c dan rasio air/sabun 2:1 b/b (sebesar
Keterangan: angka pada kolom sama yang 2,67). Hal ini diduga karena panelis
didampingi notasi (huruf) beda berarti beda nyata kurang dapat membedakan kekentalan
pada uji t 5%
antar perlakuan, karena panelis yang
difibatkan dalam uji organoleptik ini
Rerata total asam lemak tertinggi
merupakan panelis tidak terlatih.
pada rasio air/sabun 2:1 (b/b) dan
terendah pada rasio air/sabun 4:1 (b/b).
c. Daya Buih
Buih
Hal ini terjadi karena semakin banyak air
Daya buih yang dimaksud dalam
yang ditambahkan dalam sabun
sabun cair ini adalah banyaknya buih
mengakibatkan kandungan bahan aktif
yang ditimbulkan saat dipakai. Rerata
dalam sabun semakin sedikit. Kadar
nilai kesukaan terhadap daya buih
total asam lemak dalam sabun
berkisar 1,23-2,90 (antara tidak suka-
menunjukkan kandungan bahan aktif
agak tidak suka). Nilai terendah
dalam sabun tersebut.
ditunjukkan pada pengadukan 60 menit

59
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1 (April 2009) 54 - 61

dan rasio air/sabun 3:1 (sebesar 1,23) Lama pengadukan dan rasio
dan nilai tertinggi pada pengadukan 120 air/sabun berpengaruh nyata terhadap
menit rasio air/sabun 2:1 (sebesar 2,90) daya buih. Adanya perbedaan ini
dan pengadukan 90 menit rasio air/sabun disebabkan semakin lama pengadukan
4:1 (sebesar 2,33). Daya buih makin dan semakin banyak rasio air dalam
menurun dengan lamanya pengadukan sabun membuat sabun yang terbentuk
dan makin banyaknya rasio air yang makin tidak berminyak, sehingga daya
ditambahkan. Hasil uji kesukaan panelis bersih sabun makin baik dan pada
menunjukkan bahwa panelis menyukai akhirnya mempengaruhl tingkat kesukaan
daya buih dari sabun dengan perlakuan para panelis.
pengadukan paling lama.

Tabel 8. Rerata skor kesukaan panelis terhadap sabun cair yang dihasilkan
Lama Rasio Kenampakan Kekentalan Daya Rasa Aroma
pengadukan air/sabun (b/b) buih kesat
2:1 2,33 2,57 1,50 1,53 3,70
60
3:1 2,93 2,43 1,23 1,23 4,30
menit
4:1 3,13 2,40 2,07 2,40 5,10
2:1 3,27 2,97 2,40 3,00 3,87
90
3:1 3,57 2,67 2,43 2,97 4,03
menit
4:1 3,80 2,67 2,33 2,67 4,07
2:1 3,73 2,50 2,90 3,20 3,87
120
3:1 3,37 2,33 2,87 3,27 3,97
menit
4:1 3,47 2,13 2,90 3,47 3,77
Keterangan: skor organoleptik (1 tidak suka, 2 agak tidak suka, 3 netral, 4 agak suka dan 5 suka)

d. Rasa Kesat Aroma vang dligunakan dalarn sabun cair


Rasa kesat yang dimaksud disini ini adalah aroma jeruk. Rerata kesukaan
adalah rasa tidak licin di tangan sehabis terhadap aroma berkisar antara 3,70-
memakai sabun cair. Rerata nilai 5,10 (antara agak suka-suka). Nilai
kesukaan terhadap rasa kesat berkisar terendah ditunjukkan pada perlakuan
1.23-3,47 (antara tidak suka-netral). pengadukan 60 menit dan rasio air/sabun
NiIai terendah pada pengadukan 60 menit 2:1 (sebesar 3,70 atau agak suka), dan
dan rasio air/sabun 3:1 (sebesar 1,23) nilai tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
dan tertinggi pada pengadukan 120 menit pengadukan 90 menit dan rasio air/sabun
dengan rasio air/sabun 4:1 (sebesar 4:1 (sebesar 5,10 atau menyukai).
3,47). Semakin lama pengadukan, sabun
yang terbentuk makin tidak berminyak, Perlakuan Terbaik
sehingga daya bersih sabun makin baik Hasil analisis dengan metode indeks
dan ditandai dengan makin kesatya efektifitas, menunjukkan bahwa
tangan setelah memakai sabun. perlakuan terbaik yang didapatkan
(pengadukan 90 menit dan rasio
e. Aroma air/sabun 2:1) bila dibandingkan dengan
Keberadaan parfum dan pewarna SNI sabun mandi cair (jenis sabun)
dalam produk sabun berdasarkan fungsi berdasarkan parameter pH dan alkali
teknisnya memang tidak signifikan, bebas masih memenuhi standar, kecuali
artinya suatu produk secara fungsional pada total asam lemak masih jauh di
adalah sama meskipun diberi atau tidak bawah standar, sehingga dapat
diberi parfurn atau pewarna. Namun, disimpulkan bahwa sabun cair hasil
dari segi pemasaran, pernilaian parfum penelitian ini masih belum memenuhi
dan pewarna yang tepat akan sangat standar SNI. Rendahnya kadar total
berarti bagi produk yang dipasarkan. asam lemak dikarenakan sabun cair ini

60
Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana, dkk.)

memiliki kandungan air yang sangat Fakultas Teknologi Pertanian.


tinggi. Universitas Brawijaya. Malang
Bheem-Reddy, R., M.S. Chinnan, K.S.
Pannu, K. Holownia, and A.E.
Reynolds. 1999. Reducing Quality
KESIMPULAN
Degradation of Frying Oil and
Maintaining Fried Food Quality by
Perlakuan terbaik adalah pada lama Active Treatment of Oil.
pengadukan 90 menit dan rasio air/sabun http://www.Griffin.
2:1(b/b). Perlakuan tersebut menghasil- peachnet.edufst/Pages/
kan sabun cair dengan pH 10,07, daya FryingOil.html.
buih 2,0 cm, alkali bebas 0,03%, Bheem-Reddy, R., M.S. Chinnan, and
viskositas 5,20 centipois, dan total asam Holownia. 2001. Estimation of
lemak 8,60%. Perlakuan tersebut memi- Polar Compounds in Frying Using
liki nilal kesukaan kenampakan 3,27 Sep-pak Cartridges. Frying Oil.
http://www.Griffin.peachnet.edufs
(netral), kekentalan 2,97 (agak tidak
t/ Pages/FryingOil.html.
suka), daya buih 2,4 (agak tidak suka), Manullang, M. 1998. Perlakuan Panas
rasa kesat 3 (netral), dan aroma 3,87 pada Minyak Goreng. Buletin
(netral). Sabun yang dihasilkan masih Teknologi Industri Pertanian. 9(2):
dibawah sabun komersial. 13-21
Onyedbado, C.O., I.T. Iyagba, and O.J.
Offor. 2002. Solid Soap Production
DAFTAR PUSTAKA using Plantaion Peel Ash as
Source of Alkali. Journal of
Anonymous, 2003. Is Reusing Cooking Applied Science and
Environmental Management. 6(1):
Oil Safe?. Go Ask Alice!. Columbia
73-77
Universitys Health Question &
Room. F. A. 2003. Optimasi Proses
Answer Internet Service.
Steaming dan Netralisasi pada
http://www.goaskalice.columbia.
Minyak Goreng Bekas dengan
edu/2277.htm1
_________, 2004. Soy Oil Refining Metode Steaming. Skripsi.
Technologies. New Industrial Jurusan Teknologi Industri
Product and Processes. Pertanian. Fakultas Teknologi
http://www.ag.iastate.edu/center Pertanian. Universitas Brawijaya.
s/occur/newindus.2.htm1 Malang
Andarwulan, N., Y.T. Sadikin, dan F.G. Rukmini, A., Hardiman, dan B. Kartika,
Winarno. 1997. Pengaruh Lama 2000. Prospek Bahan Tanaman
Penggorengan dan Penggunaan Bersilikat untuk Regenerasi
Adsorben terhadap Mutu Minyak Minyak Goreng Bekas. Prosiding
Goreng bekas Penggorengan Tahu Seminar Nasional Industri
dan Tempe. Buletin Teknologi dan Pangan. 2000(11): 22-30
Industri Pangan. VII(1): 40-45 Wijana, S., S.A. Mustaniroh, dan I.
Astuti, F. D. 2003. Optimasi Proses Wahyuningrum. 2005. Pemanfaat-
an Minyak Goreng Bekas untuk
Bleaching dengan Metode Adsorbsi
Sabun Padat: Kajian Lama
pada Minyak Goreng Bekas yang
Penyabunan dan Konsentrasi
telah Mengalami Steaming dan
Dekstrin. Jurnal Teknologi
Netralisasi. Skripsi. Jurusan
Pertanian. 6(3): 193-201
Teknologi Industri Pertanian.

61

Вам также может понравиться