Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Pengertian Audit
Menurut Mulyadi
Suatu proses sistemat untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyatan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian haisl-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan&nbs
"Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
2. Jenis-jenis Auditing
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran
laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil
auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit,
laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham,
kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak
2. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang di audit sesuai
dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak
yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian
daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu
3. Jenis-jenis Auditor
a. Akuntan Publik
adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam
bidang pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
b. Akuntan Pemerinta
Pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya
melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada
pemerintah
c. Akuntan Intern
Akuntan Intern adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap aset-aset organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi
yangdihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
10 Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan beserta interpretasinya.
Standar Umum
1. Proses audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis sebagai auditor.
2. Seorang Auditor harus mempertahankan dan mengedepankan sesuatu yang berhubungan
dengan Independensi dan Perikatan.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran ilmuya secara profesional dengan cermat dan seksama.
1. Pekerjaan mengaudit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan saat mengaudit.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit
Standar pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku umum
2. Laporan auditor harus menunjukkan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan.
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
Pengertian
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak
Funsi pajak ada 2 yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (regulered)
Yaitu pajak sebagai alat untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintah.
Hukum Pajak
1. Hukum pajak materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan objek pajak, subjek, tariff dll.
2. Hukum pajak formil
Cara melaksanakn hokum pajak materiil, missal : KUP.
Pengelompokkan Pajak
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung
Yaitu pajak yang ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain.
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang dapat dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut sifatntya
a. Pajak subyektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada subjeknya.
b. Pajak obyektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.
b. Pajak daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.
Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan
lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja
harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya.
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan
wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas
utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak
adalah:
Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle), berdasarkan
asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut
merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang
bersangkutan berkedudukan di negara itu.
Asas sumber, Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan
yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang
bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu.
Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan
(nationality/citizenship principle).Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.
Terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara asas domisili atau kependudukan dan asas
nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak, dengan asas sumber di pihak lainnya. Pertama,
pada kedua asas yang disebut pertama, kriteria yang dijadikan landasan kewenangan negara
untuk mengenakan pajak adalah status subjek yang akan dikenakan pajak, yaitu apakah yang
bersangkutan berstatus sebagai penduduk atau berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus
sebagai warga negara (dalam asas nasionalitas).
Di sini, asal muasal penghasilan yang menjadi objek pajak tidaklah begitu penting. Sementara
itu, pada asas sumber, yang menjadi landasannya adalah status objeknya, yaitu apakah objek
yang akan dikenakan pajak bersumber dari negara itu atau tidak. Status dari orang atau badan
yang memperoleh atau menerima penghasilan tidak begitu penting.
Indonesia, dari ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, khususnya
yang mengatur mengenai subjek pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam sistem perpajakannya. Indonesia juga
menganut asas kewarganegaraan yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur
mengenai pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007
yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu
tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
15. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,
yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak
yang terutang.
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh
suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau
telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja
yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan
bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat
Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal- hal
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan
gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak
terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak
tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal
disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam
hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
diterima secara langsung.
a. Fungsi NPWP
Sebagai tanda pengenal / identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan.
b. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, contoh: 01 . 234 . 456 . 7 . 888 . 000
d. Pendaftaran NPWP
Berdasarkan sistem self assessment semua Wajib Pajak harus mendaftarkan diri pada Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak untuk langsung dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus mendapatkan NPWP.
BAB III
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
3.1 Penghitungan PPh Orang Pribadi
Seperti telah dijelaskan dalam babbab sebelumnya bahwa penghitungan PPh Orang Pribadi
dibedakan sebagai berikut :
a Orang Pribadi Karyawan atau tidak menjalankan usaha
Untuk OP Karyawan atau bagi yang tidak menjalankan usaha menghitunga penghasilan
kena pajak sebesar gaji yang diterima atau diperoleh dikurangi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP).
b Orang Pribadi Usahawan atau pekerja bebas
Untuk OP yang menjalankan usahawan atau pekerja bebas penghitungan penghasilan kena
pajak adalah :
Untuk omzet/peredaran usaha dalam kurang dari Rp. 4.800.000.000,- menghitung penghasilan
bersihnya boleh menggunakan pembukuan atau perkiraan penghasilan neto (norma) kemudian
setelah itu dikurangi dengan PTKP
Untuk omzet sama dengan atau lebih dari Rp. 4.800.000.000,- menghitung penghasilan bersihnya
harus dengan pembukuan, kemudian dikurangi dengan PTKP
Tarif Pajak PPh Pasal 25/29 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2011
Tarif Pajak PPh Pasal 25/29 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi adalah berdasarkan pasal 17
Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan perincian sebagai berikut
:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
s.d Rp50.000.000,00 5%
di atas Rp50.000.000,00 s.d Rp250.000.000,00 15%
di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp500.000.000,00 25%
di atas Rp500.000.000,00 30%
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,00.
Pajak Penghasilan yang terutang :
5 % x Rp 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15 % x Rp. 200.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
25 % x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-
30 % x Rp. 100.000.000,- = Rp. 30.000.000,-( +)
Jumlah PPh terutang = Rp. 125.000.000,-
Contoh Perhitungan PPh Orang Pribadi Bagi Wanita Kawin Yang Pisah Harta dan
Penghasilan dengan Suami Serta Yang Memilih Memiliki NPWP Sendiri.
Wajib Pajak Samsul yang memperoleh penghasilan neto dari usaha perdagangan bahan
bangunan sebesar Rp. 100.000.000,- dan mempunyai seorang isteri yang menjalankan usaha
salon kecantikan dengan penghasilan neto sebesar Rp. 150.000.000,-, pengenaan pajaknya
dihitung berdasarkan jumlah penghasilan neto sebesar Rp. 250.000.000,00 (100.000.000 +
150.000.000).
Misalnya , Samsul tidak mempunyai anak maka pajak yang terutang atas jumlah penghasilan
tersebut adalah sebesar :
Penghasilan Neto : Rp. 250.000.000
PTKP (K/I/0) : Rp. 33.000.000
Penghasilan Kena Pajak : Rp. 217.000.000
PPh Terutang
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 167.000.000 = Rp. 25.050.000
: Rp. 27.550.000
Apabila suami dan isteri pisah harta dan penghasilan maka untuk masing-masing suami dan
isteri pengenaan pajak terutangnya dihitung sebagai berikut :
Suami : Rp. 100.000.000 x Rp. 27.550.000 = 11.020.000
Rp. 250.000.000
Isteri : Rp. 150.000.000 x Rp. 27.550.000 = 16.530.000
Rp. 250.000.000
Contoh Perhitungan PPh Orang Pribadi Tahun 2011 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Tuan Adit seorang pengusaha perdagangan bahan bangunan dengan nama toko Makmur di
Purwokerto dengan status menikah dan mempunyai dua anak. Dari toko tersebut tuan Adit
memperoleh penghasilan kotor (bruto) dalam satu tahun adalah Rp.600.000.000,- Penghasilan
neto dihitung dengan metode norma penghitungan penghasilan neto.
Dalam penjualan tahun 2011 terdapat penjualan kepada bendaharawan pemerintah dan telah
dipungut PPh Pasal 22 sebesar Rp.1.000.000,-
Selama tahun 2011 Tuan Adit telah membayar angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp.6.000.000,-
Pajak Penghasilan Pasal 25/29 untuk SPT tahunan PPh Orang Pribadi Tahun 2011 tuan Adit
dihitung sebagai berikut :
Penghasilan Bruto : Rp. 600.000.000
Norma penghasilan neto kode 62440 : 20 %
Penghasilan neto(600.000.000 x 20 % = 120.000.000) : Rp. 120.000.000
PTKP (K/2)
Wajib Pajak : Rp. 15.840.000
Kawin : Rp. 1.320.000
Anak ke-1 : Rp. 1.320.000
Anak ke-2 : Rp. 1.320.000 (+)
: Rp. 19.800.000 ()
Penghasilan Kena Pajak : Rp. 100.200.000
PPh Terutang :
Rp. 050.000.000 x 5% = Rp. 02.500.000
Rp. 050.200.000 x 15% = Rp. 07.530.000 (+)
(Rp. 100.200.000) : Rp. 10.030.000
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 : Rp. 1.000.000
PPh Pasal 25 : Rp. 6.000.000 (+)
: Rp. 7.000.000 (-)
PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) : Rp. 3.030.000
Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2012 :
PPh Terutang : Rp. 10.030.000
PPh Pasal 22 : Rp. 1.000.000 (-)
Rp. 9.030.000
Angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan Rp. 9.030.000 = Rp. 752.500
12
Persayaratan Pembukuan :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak Badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan diIndonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang.
5. Pencatatan tersebut terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan yang
dikenakan pajak yang bersifat final.
6. Buku-buku , catatan-catatan, dokumen-dokumen lain wajib disimpan selama 10
tahun diIndonesia, yaitu ditempat kegiatan atau ditempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak Badan.
7. Wajib Pajak yang tidak wajib melakukan pembukuan dan pencatatan adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh.
8. Bahasa asing yang dimaksud adalah bahasa Inggris (Lihat KMK Nomor 543/KMK.04/2000)
Bagi wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga tidak diketahui
besarnya pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan dengan
rincian sebagai berikut (Pasal 13 ayat (3) UU KUP No. 28 Tahun 2007):
50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
Tahun Pajak;
100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetorkan;
100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan :
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 dengan syarat
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari
tahun pajak yang bersangkutan, dan untuk menghitung penghasilan neto menggunakan
prosentase tertentu yang disebut norma penghitungan penghasilan neto.
2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
(contoh: Karyawan/pegawai)
Dipihak lain Bastian, dkk. (2006:60), harga pokok produksi adalah kumpulan biaya
produksi yang terdiri dari bahan baku langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah
semua biaya, baik langsung maupun tidak lansung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang selama periode tertentu.
2.3.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi menurut Kartadinata (2000:7) ada 3, yaitu bahan baku
dan bahan pembantu, upah langsung, biaya produksi tidak langsung.
Definisi biaya bahan baku langsung Bastian, dkk (2006:10), adalah biaya bahan baku
yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri
langsung dari produk selesai.
Hansen dan Mowen (2000:45), biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja
yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Pengamatan fisik dapat
digunakan untuk mengukur jumlah kerja yang digunakan untuk menghasilkan jasa atau
pelayanan.
Usry dan Carter (2004:411), biaya overhead pabrik adalah biaya tidak langsung, pekerja
tidak langsung dan biaya pabrik lainnya yang tidak seca
Bilamana seseorang menanyakan sesuatu hal berkaitan dengan biaya (Cost), maka reaksi
pertama hendaknya mencari tahu untuk apa informasi biaya tersebut hendak digunakan. Angka-
angka biaya dapat diartikan bervariasi tergantung pada tujuannya.
Biaya
Adalah beban terhadap penghasilan kaerna perusahaan menggunakan sumber daya
ekonomi yang ada. Biaya berasal dari aktiva atau terjadi langsung tanpa melalui aktiva.
Contoh : Uang yang dikeluarkan untuk mebayar Upah, Tagihan Telepon, Tagihan Listrik,
Sewa gudang dll.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan :
Berdasarkan Pengelompokan Biaya
a. Biaya Pabrikase / Pabrik
1). Bahan langsung (Direct Materials)
Adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi.
Contoh : Biaya pembelian Kayu di perusahaan meubel
b. Biaya Komersial
1) Biaya Pemasaran
Biaya pada saat setelah barang jadi telah siap untuk dijual.
Contoh : Biaya Iklan, Biaya Pengiriman Barang
2) Biaya Administrasi
Biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi.
Contoh : Biaya untuk Manager Puncak, Gaji Bagian Personalia
b. Biaya Tetap
Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi/dijual berubah-
ubah dalam kapasitas normal.
Contoh : Biaya pembelian mesin
Berdasarkan Pertanggungjawaban
a. Biaya Terkendali
Adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya dan atas pengeluaran biaya
tersebut seseorang harus mempertanggungjawabkan.
Contoh : Biaya pemasangan iklan merupakan biaya terkendali bagi
manager Pemasaran
Jawab :
Jam Biasa 45 x Rp 1.500 = Rp 67.500
Lembur 5 x Rp 1.500 = Rp 7.500
Premi Lembur 5 x Rp 750 = Rp 3.750 +
Total Upah Karyawan Tersebut Dalam Satu Minggu = Rp 78.750
2. Misalkan seorang karyawan harus bekerja 45 jam per minggu. Upahnya Rp 500 per jam.
Dari 45 jam kerja tersebut, 10 jam merupakan waktu mengangggur, dan sisanya digunakan untuk
mengerjakan pesanan tertentu. Maka bagaimanakah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
tersebut ?
Jawab:
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah :
Barang dalam proses -biaya tenaga kerja langsung Rp 17.500
Biaya overhed pabrik sesungguhnya Rp 5.000
Gaji dan Upah Rp 22.500
3. Menurut penyelidikan waktu, jumlah keluaran standar per jam adalah 10 satuan. Jika upah
pokok sebesar Rp 800 per jam, maka tarif upah per satuan adalah Rp 80. Jika karyawan tidak
dapat menghasilkan jumlah standar per jam, ia tetap dijamin mendapatkan upah Rp 800 per jam.
Tetapi bila karyawan dapat menghasilakan 15 satuan per jam, maka berapakah upah yang
diperoleh oleh karyawan tersebut ?
Jawab:
Tarif upah per satuan Rp 800 : 10 = Rp 80
Jawab:
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja tersebut adalah :
Barang dalam proses -biaya tenaga kerja langsung Rp 60.000
Biaya overhed pabrik sesungguhnya Rp 10.000
Gaji dan upah Rp 70.000
5. Jika menurut penyelidikan waktu (time study), di butuhkan waktu 10 menit untuk
menghasilkan 1 satuan produk, maka jumlah keluaran standar per jam adalah 6 satuan. Jika upah
pokok sebesar Rp 2400 per jam, maka tarif upah per satuan adalah 400 (Rp 2400 : 6). Karyawan
yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam tetap dijamin mendapatkan upah Rp 2400
per jam, tetapi bila ia dapat menghasilkan 10 satuan per jam (ada kelebihan 4 satuan dari jumlah
satuan standar per jam). Maka bagaimana perhitungan upahnya?
Jawab :
Upah Dasar per jam Rp 2.400
Insentif : 4 x Rp 400 (2.400 : 6) 1.600 +
Upah yang di terima pekerja per jam Rp 4.000
6. Dalam suatu perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 50 jam dalam seminggu, maka
mereka memiliki hak untuk memperoleh premi lembur. Dalam hal ini, tarif lembur adalah 50%
dari tarif upah. Jika dalam seminggu seorang karyawan bekerja selama 52 jam dengan tarif upah
Rp 1.000 per jam, maka berapakah total upah yang diperoleh oleh karyawan tersebut ?
Jawab:
Jam Biasa 50 x Rp 1.000 = Rp 50.000
Lembur 2 x Rp 1.000 = Rp 2.000
Premi Lembur 2 x Rp 500 = Rp 1.000 +
Total Upah Karyawan Tersebut Dalam Satu Minggu = Rp 53.000
7. Jika seorang operator mesin bubut, Gunadi, memperoleh Rp 12.000 per jam untuk kerja
biasa dan lemburnya dibayar satu setengah kali tarif biasa, maka preminya adalah Rp 6.000 per
jam lembur. Jika dia bekerja 44 jam termasuk 4 jam lembur dalam satu minggu, dan jika mesin
operator bubut diberhentikan selama 3 jam, berapakah total upah Gunadi dan buatlah jurnalnya?
Jawab :
8. Misalkan Perusahaan A hanya mempekerjakan 3 orang karyawan; Sule, Andre, dan Nunung.
Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan Maret 2010, bagian pembuat daftar gaji dan upah
membuat daftar gaji dan upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir karyawan
Sule bekerja selama seminggu sebanyak 42 jam, dengan upah per jam Rp 1.500, Karyawan
Andre bekerja selama seminggu sebanyak 42 jam dengan tarif upah Rp 1.250 per jam.
Sedangkan Karyawan Nunung bekerja selama periode yang sama, bekerja 40 jam dengan tarif
upah Rp 1.200 per jam. Bagaimana penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut
menurut kartu jam kerja?
Jawab :
Penggunaan Waktu Kerja Sule Andre Nunung
Untuk pesanan # 103 15 jam 20 jam 20 jam
Untuk pesanan # 108 23 jam 18 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 4 jam 4 jam 10 jam
Dengan demikian upah karyawan tersebut di hitung sebesar Rp 163.500 (42 jam x Rp 1.500,
ditambah 42 jam x Rp 1.250, ditambah 40 jam x Rp 1.200)
Dan di distribusikan sebagai berikut :
9. PT. Maju Terus hanya memperkerjakan 2 orang karyawan, Anisa dan Hasna. Berdasarkan
kartu hadir minggu pertama bulan April 2010, bagian pembuat daftar gaji dan upah membuat
daftar gaji dan upah untuk perioda yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan Anisa
bekerja selama seminggu sebanyak 40 jam, dengan upah per jam Rp 1.500, sedangkan karyawan
Hasna selama perioda yang sama bekerja 30 jam dengan tarif upah Rp 1.000. Menurut kartu jam
kerja, penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut disajikan sebagai berikut:
Buatlah jurnal akuntansi biaya gaji dan upah berdasarkan data tersebut!
Atas dasar rekapitulasi gaji dan upah tersebut, Bagian Akuntansi kemudian menjurnal:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 82.500
Biaya Overvead Pabrik Rp 7.500
Gaji dan Upah Rp 90.000
Atas dasar bukti kas keluar, Bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:
Gaji dan Upah Rp 90.000
Utang PPh Karyawan Rp 18.000
Utang Gaji dan Upah Rp 72.000
Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah ditandatangani karyawan, Bagian Akuntansi
membuat jurnal sebagai berikut:
Utang Gaji dan Upah Rp 72.000
Kas Rp 72.000
Penyetoran PPh karyawan ke Kantor Perbendaharaan Negara dijurnal oleh Bagian
Akuntansi sebagai berikut:
Utang PPh Karyawan Rp 18.000
Kas Rp 18.000
10. Perusahaan ABC hanya memperkerjakan 3 orang karyawan, Fitriani, Lala dan
Meddy. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan November 2010, bagian pembuat daftar
gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah untuk perioda yang bersangkutan. Menurut kartu
hadir, karyawan Fitriani bekerja selama seminggu sebanyak 35 jam, dengan upah per jam Rp
1.000; karyawan Lala bekerja selama seminggu sebanyak 35 jam, dengan upah per jam Rp.
1.200; sedangkan Meddy selama perioda yang sama bekerja 45 jam dengan tarif upah Rp 1.500.
Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut disajikan
sebagai berikut:
Buatlah jurnal akuntansi biaya gaji dan upah berdasarkan data tersebut!
Jawab: PT ABC
BIAYA BAHAN BAKU
MINGGU KE-1 NOVEMBER 2010
Atas dasar rekapitulasi gaji dan upah tersebut, Bagian Akuntansi kemudian menjurnal:
Atas dasar daftar gaji dan upah yang telah ditandatangani karyawan, Bagian Akuntansi
membuat jurnal sebagai berikut:
Soal Tingkat 2 - Jurnal transaksi perusahaan manufaktur (Normal Costing) John Michael
Company mengeluarkan biaya-biaya untuk pabrik selama bulan Agustus sebagai berikut:
Pembelian bahan baku Rp 82.000 secara kredit.
Mengeluarkan bahan baku Rp 90.000 (Rp 67.000 langsung ke produk).
Beban gaji terutang Rp 44.000; Rp 31.000 untuk tenaga kerja langsung.
Biaya Utilitas terutang Rp 3.500; Rp 800 adalah biaya tetap.
Pajak Property Pabrik terutang Rp 1.000.
Asuransi Dibayar Di Muka atas peralatan pabrik Rp 800 jatuh tempo pada Agustus
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Rp 20.000.
Predetermined overhead Rp 62.500 (Rp 28.000 variabel dan Rp 34.500 tetap)
dibebankan ke Barang Dalam Proses.
Barang senilai Rp171.200 ditransfer ke Persediaan Barang Jadi.
Penjualan secara kredit senilai Rp 350.000.
Harga Pokok Penjualan senilai Rp175.000.
Biaya Penjualan dan Administrasi senilai Rp 140.000 tunai Diminta: Jurnal transaksi
bulan Agustus
(1) Persediaan Bahan Baku 82,000
Utang Usaha 82,000
Penggolongan Biaya dan Jurnal Akuntansi Pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam metode harga pokok proses, biaya produksi digolongkan menjadi:
1. Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok pesanan tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan bahan
penolong, hal ini disebabkan produk yang dihasilkan bersifat homogin dan bentuknya standar,
Sehingga setiap satuan produk yang sama menikmati bahan yang relatif sama.
Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan, permintaan oleh setiap
departemen yang menggunakan bahan digunakan dokumen Bon Permintaan Bahan dan
pemakaian bahan di dalam produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian
Bahan yang akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok Produksi.
Jurnal yang digunakan untuk pemakaian bahan adalah:
Apabila produk diolah melalui beberapa departemen, semua biaya tenaga kerja pada departemen
produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga kerja departemen
pembantu diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik pada metode harga pokok proses adalah semua biaya produksi
didepartemen produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja, ditambah biaya yang terjadi di
departemen pembantu.
Jika biaya overhead terjadi, maka dilakukan jurnal sebagai berikut:
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut:
1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung
pada spesifikasi pemesan
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi biaya yang
digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk, metode harga pokok pesanan
menggunakan:
a. Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung , sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang ditentukan
dimuka.
b. Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga menggunakan Sistem harga pokok yang
ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya.
c. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan selesai,
dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan.
Harga pokok satuan dihitung dengan cara membagi jumlah total harga pokok pesanan dengan
jumlah satuan produk pesanan.
C. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan
dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik,
dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi
b. Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2. Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut
akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk
selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan produk selesai.
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim
kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan
pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi bahan dan
supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.
Transaksi dan Dokumen Jurnal Transaksi Buku Besar
Dasar Pembantu
Pesanan Pembelian
Kas xx
Atau:
Hutang Dagang xx
Penghasilan Lain-Lain xx
Kas xx
Pemakaian Bahan Baku: Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx Kartu Persediaan:
Kartu Harga
Pokok Pesanan
Kartu Biaya:
Overhead
Pabrik
Pemakaian Supplies
Pabrik: Biaya Overhead P Sesungguhnya xx
Kartu Biaya:
Overhead
Pabrik
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran
gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi
maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja adalah
sebagai berikut:
Transaksi dan Dokumen Jurnal Transaksi Buku Besar
Dasar Pembantu
Piutang Karyawan xx
Kas xx
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian
pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
sebagai berikut:
a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu
Harga Pokok Pesanan.
(2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya
tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak
langsung sbb:
Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:
Persekot Asuransi xx
Kas xx
(2) Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
BOP Sesungguhnya xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
Rugi-Laba xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:
Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:
E. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok
Pesanan
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan,
produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat
menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini
dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang
disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses
pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan atau
pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan
yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Kas xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil
penjualan dapat digunakan cara sbb:
(a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
(b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang
digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Penghasilan Lain Lain xx
2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu
yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik,
meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak
dapat digolongkan menjadi dua:
a. Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok
produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak, sehingga harga
pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang
harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka harga
pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal yang
harus dicatat adalah:
Kas xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx
(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk
yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx
(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan
produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Rugi Produk Rusak xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx
3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu
yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis
menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1) biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu.
Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan produk. Jurnal
yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Persediaan Bahan xx
(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode ini
digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang digunakan
untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Personalia, (1999 : 16) menyatakan bahwa pengendalian biaya adalah proses atau usaha yang
sistimatis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem informasi
rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien dalam
penggunaan biaya.
Kegiatan pengendalian biaya sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi manajemen
lainnya, oleh karena kegiatan pengendalian ini dapat dilihat apakah tujuan kegiatan yang telah
Agar dapat melaksanakan pengendalian biaya yang efektif, oleh Tuana Kotta, Petunjuk
Pemeriksaan Umum (2002 : 115), maka seorang pimpinan atau pelaksanan tugas memerlukan
a. Biaya yang digunakan apakah sesuai dengan hasil dari bagian pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya) di mana
dimana hal terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang
dikerjakan.
b. Merupakan biaya yang akan datang sesuai dengan rencana atau melebihi rencana. Tanggung
jawab pengendalian tidak hanya pada manajer saja tetapi merupakan tanggungjawab semua
orang yang terlihat pada aktivitas tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik dan
tepat waktu.
sederhana.
Pengendalian adalah proses untuk memberikan kembali menilai dan selalu memonitor
laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan.
Dalam pengeluaran uang diharuskan mempunyai catatan terpisah agar segala pengeluaran dan
pemasukan nampak kedua belah pihak dan bertanggung jawab segala hal yang mungkin terjasi.
Suatu system akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk dan jasa
Intinya :
Aktivitas (activity) setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya
Pemicu biaya (cost driver) factor penyebab (causal factor) dari biaya dikeluarkan
Dalam ABC, harus dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk
memproduksi produk. Ketelitian penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian
perhitungan harga pokok produk.
Tradisional vs ABC
Tradisional
ABC
Memakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit, yang jumlah pemicu biayanya
lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada system tradisional, sehingga meningkatkan
akurasi penentuan biaya pokok produk.
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk
dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah
itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.
1. Sistem ABC menghendaki data-data yang tidak biasa dikumpulkan oleh suatu perusahaan, seperti
jumlah set-up, jumlah inspeksi, jumlah order yang diterima.
2. Pada ABC pengalokasian biaya overhead pabrik, seperti biaya asuransi dan biaya penyusutan pabrik
ke pusat-pusat aktivitas lebih sulit dilakukan secara akurat karena makin banyaknya jumlah pusat-
pusataktivitas.
Tahap-tahap ABC
Tahap-tahap dalam penerapan ABC adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
Pengindentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang terdapat
dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi.
b. Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas
Setiap kali suatu aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut ditentukan.
c. Menentukan activity driver
Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masing-masing aktivitas yang merupakan
faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut.
d. Menentukan tarif
Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap aktivitas dibagi dengan total activity driver yang
digunakan untuk aktivitas tersebut.
e. Membebankan biaya ke produk
Langkah selanjutnya adalah mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut dengan
aktivitas driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk yang diproduksi kemudian membaginya
dengan jumlah unit yang diproduksi untuk tiap produk
Cost Volume Profit Analysis (CVP) analysis adalah sebuah alat yang menghubungkan kaitan
antara Biaya, Volume, dan Profit (Laba) dari suatu perusahaan dengan fokus kepada lima hal
berikut :
Dengan bantuan CVP ini, Manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang
dimiliki
CVP ini berguna dalam mengkalkulasikan BEP (Break Even Point). Langkah awal dalam
menghitung BEP adalah dengan menentukan Contribution Margin
Contribution Margin
Contribution Margin adalah saldo dari revenues (pendapatan) setelah dikurangi variable
expense (Biaya tak tetap). Nilai tersebut sudah mencover fixed expense. Jadi seandainya
Contribution Margin lebih kecil daripada fixed expense, maka bisa dipastikan bahwa perusahaan
ada dalam keadaan rugi (loss).
Ketika membicarakan Contribution Margin mungkin saja kita bertanya apa Contribution Margin
itu secara agregat, per unit atau secara rasio? Kita lihat contoh berikut :
PT Cyle, yang beroperasi sebagai sebuah perusahaan manufacture dalam pembuatan sepeda.
Diketahui bahwa biaya produksi untuk membuat sebuah sepeda adalah sebesar 500.000 dan PT
Cycle memberikan komisi kepada sales representative sebesar 100.000 per sepeda yang terjual.
Dengan demikian maka variable costnya sebesar 600.000 per sepeda yang terjual. Jika Sepeda
dijual dengan Harga 1.000.000 per unit, dan diasumsikan bahwa biaya tetap (fixed cost) sebesar
20.000.000 dan memproduksi 100 unit dan terjual semuanya.
Apa yang akan terjadi Jika PT Cycle berhasil menjual hanya 50 unit?
Ketika diperhatikan, ternyata perubahan volume penjualan tidak merubah terhadap komposisi
per unit dan ratio. Perubahan volume hanya merubah Total Sales Revenue saja sedangkan
contribution margin per unit serta Variable cost perunit memiliki ratio yang konstan terhadap
total sales revenue.
BEP adalah keadaan dimana Profit sama dengan nol. Dengan kata lain sales revenue expense =
0. Atau bisa juga Sales Revenue = Fixed Cost + Variable Cost
BEP bisa dihitung berdasarkan Equation method ataupun contribution margin method.
1. Equation Method
Q : Sales Quantity
Contoh :
Jika PT A menjual barang seharga 250.000 per unit dengan variable cost per unit 150.000 dan
total fixed exp 35.000.000, hitung berapa barang yang harus dijual supaya PT A mencapai BEP.
Jawab :
Q = 35.000.000/(250.000-150.000)
Q = Fixed Exp/ (UP-Var Cost/unit), sedangkan Contribution Margin per unit adalah
Maka :
Maka Qty BEP = Q = Fixed Exp/ Contribution Margin per unit = 35.000.000/100.000 = 350 unit
A. Pengertian Umum
Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil
operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas
yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau
perusahaan satu perusahaan.
B. Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi
Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar dapat
memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu
perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa,
dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga.