Вы находитесь на странице: 1из 32

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN KERATITIS BAKTERIAL

EC LENSA KONTAK

Oleh:

Grace Shandy Siahaan

16014101128

Masa KKM 17 April 2017 14 Mei 2017

Residen Pembimbing:

Dr. Vincent Rooroh

Supervisor Pembimbing:

Dr. Novanita Satolom, SpM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :

SEORANG PASIEN DENGAN KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL

SUSPEK BAKTERIAL ODS EC LENSA KONTAK

telah dibacakan dan disetujui pada Mei 2017

Mengetahui,

Residen Pembimbing

Dr. Vincent Rooroh

Supervisor Pembimbing

Dr. Novanita Satolom, SpM


BAB I

PENDAHULUAN

Keratitis merupakan peradangan pada kornea akibat suatu iritasi yang


ditandai dengan timbulnya infiltrat pada lapisan kornea. Keratitis dapat disebabkan
oleh infeksi maupun noninfeksi. Keratitis akibat noninfeksi dapat disebabkan oleh
trauma ringan, seperti goresan kuku, atau akibat memakai lensa kontak yang terlalu
lama. Sedangkan keratitis akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan parasit.1-3 Keratitis jarang dijumpai pada orang dengan mata yang
normal karena kornea resisten terhadap infeksi. Namun terdapat beberapa faktor
predisposisi yang dapat mengubah mekanisme pertahanan permukaan mata dan
memperbolehkan agen infeksius berinvasi ke kornea. Faktor-faktor tersebut
termasuk penggunaan lensa kontak, trauma, pembedahan kornea, penyakit sekitar
mata, penyakit sistemik, dan imunosupresi.1,3
Kejadian keratitis bakteri sangat bervariasi, pada negara-negara yang
industri yang memiliki jumlah pengguna lensa kontak lebih sedikit, secara
signifikan lebih sedikit kejadian keratitis bakteri yang terjadi.4 Di Amerika sekitar
25.000 orang terkena keratitis bakteri setiap tahunnya. Sebuah studi menunjukkan
bakteri penyebab keratitis bakterial yang paling sering ialah spesies stafilokokus
dan pseudomonas. Hal ini diikuti dengan penggunaan lensa ontak, trauma, dan HIV.
Pada 1 dari 3 kasus keratitis bakterial akibat penggunaan lensa kontak ditemukan
bakteri penyebabnya ialah spesies pseudomonas.3
Lensa kontak merupakan suatu protesa okular yang dikenakan untuk
memperbaiki visus. Mayoritas lensa kontak dipakai untuk koreksi penglihatan
karena alasan kosmetik. Terdapat berbagai tingkat pengetahuan dalam penggunaan
dan perawatan lensa kontak. Dengan jutaan orang yang memakai lensa kontak,
walaupun kecil persentasenya komplikasi lensa kontak merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting.5,6
Komplikasi dari pemakaian lensa kontak terjadi karena beberapa faktor,
yakni penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa yang tidak sesuai, atau penyakit mata
sebelumnya. Komplikasi lensa kontak sangat beragam pada umumnya melibatkan

1
kelopak mata, konjungtiva, dan semua lapisan kornea (yaitu, epitel, stroma,
endotelium). Komplikasi lensa kontak yaitu mulai dari self-limiting sampai
mengganggu penglihatan, hal tersebut memerlukan diagnosis dan pengobatan yang
cepat untuk mencegah terjadinya kebutaan.5-7
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus mengenai keratitis suspek
bakterial ec lensa kontak pada pasien yang datang ke IGD Mata RSUP Prof. Dr.
RD Kandou.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kornea Mata
1. Anatomi Kornea Mata
Kornea berasal dari Bahasa Latin yaitu cornum yang berarti seperti
tanduk. Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata sebelah depan.1 Dari depan kornea tampak berbentuk oval dengan
diameter horizontal 11,5 mm dan vertikal 11 mm. Lapisan kornea lebih tebal
pada perifer (0,67 mm) dibandingkan sentral (0,52 mm).8

Gambar 1. Anatomi mata8

Kornea merupakan lanjutan dari sklera yang memiliki 5 lapisan, yaitu1:


a. Lapisan pertama, epitel.
Epitel kornea berasal dari ektoderm permukaan dan memiliki
ketebalaan 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel bertanduk yang saling
tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel
basal terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal
berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden dan ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

3
barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
b. Lapisan kedua, membran bowman
Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel komea
yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya
regenerasi.
c. Lapisan ketiga, stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang dan terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
d. Lapisan keempat, membran descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 m.
e. Lapisan kelima, endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40 pm. Endotel melekat spada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.

2. Persarafan Kornea
Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
saraf trigeminus. Saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman, dan melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu
tiga bulan.1

4
Gambar 2. Lapisan-lapisan kornea mata9

3. Fisiologi Kornea
Salah satu struktur yang penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea. Permukaan kornea yang melengkung, berperan paling besar dalam
kemampuan refraktif total mata karena perbedaan densitas pada pertemuan
udara dengan kornea jauh lebih besar daripada perbedaan densitas antara
lensa dan cairan di sekitarnya. Kornea memiliki kemampuan membiaskan
cahaya sebesar 80% dari total cahaya yang masuk ke mata. Pada
astigmatisme, kelengkungan kornea tidak rata sehingga sinar mengalami
refraksi yang tidak sama. Kemampuan refraktif kornea seseorang tidak
berubah, karena kelengkungan kornea tidak berubah.1,2
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea
disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgesen.

5
Deturgesen atau keadaan dehidrasi relatif pada jaringan kornea dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan fungsi sawar oleh epitel dan
endotel.2
Lapis endotel lebih penting dari pada epitel dalam mekanisme dehidrasi,
dan kerusakan pada endotel jauh lebih serius dibandingkan kerusakan pada
epitel. Kerusakan pada lapisan endotel menyebabkan edem kornea dan
hilangnya sifat transparan, yang cenderung bertahan lama karena terbatasnya
potensi perbaikan fungsi endotel. Kerusakan pada epitel biasanya hanya
menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan cepat
menghilang dengan regenerasi sel-sel epitel yang cepat.2
Penetrasi obat melalui kornea yang utuh terjadi secara bifasik. Substansi
larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui
stroma yang utuh. Supaya dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak
sekaligus larut-air.2

B. Keratitis
1. Definisi
Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapis
kornea yang terkena seperti keratitis superfisial dan profunda. Selain itu,
keratitis berdasarkan penyebabnya yaitu keratitis karena berkurangnya
sekresi air mata, keratitis karena keracunan obat, keratitis reaksi alergi,
infeksi, reaksi kekebalan, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.1,2

2. Epidemiologi
Kejadian keratitis bakteri sangat bervariasi, pada negara-negara yang
industri yang memiliki jumlah pengguna lensa kontak lebih sedikit, secara
signifikan lebih sedikit kejadian keratitis bakteri yang terjadi.4 Di Amerika
sekitar 25.000 orang terkena keratitis bakteri setiap tahunnya. Sebuah studi
menunjukkan bakteri penyebab keratitis bakterial yang paling sering ialah
spesies stafilokokus dan pseudomonas. Hal ini diikuti dengan penggunaan
lensa kontak, trauma, dan HIV. Pada 1 dari 3 kasus keratitis bakterial akibat

6
penggunaan lensa kontak ditemukan bakteri penyebabnya ialah spesies
pseudomonas.3

3. Etiologi
Keratitis berdasarkan agen penyebabnya dibedakan menjadi infeksius
dan non-infeksius. Keratitis infeksius dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Sedangkan keratitis non-infeksius disebabkan oleh alergi,
nutrisi, dermatologi, lakrimal, neurologik, mekanik, traumatik, post-infeksi,
post-pembedahan, autoimun, dan lain-lain. Klasifikasi etiologi keratitis
berdasarkan agen penyebab dapat dilihat melalui tabel 1.10

Tabel 1. Klasifikasi etiologi keratitis berdasarkan agen penyebab10


Infectious
Bacterial Gram-positive cocci (staphylococci, streptococci, pneumococci)
Gram-positive bacilli (Corynebacteria, Clostridium, etc.)
Filamentous bacteria (Actinomyces, Nocardia)
Gram-negative rods (Pseudomonas, serratia, Moraxella,
hemophilus, E.coli, etc.)
Gram-negative cocci (Neisseria)
Mycobacterium
Spirochetes
Lyme disease
Virus Herpes simplex
Varicella-zoster
Adenovirus
Epstein-Barr
Mycotic Candida
Aspergillus
Cephalosporium
Fusarium
Parasitic Acanthamoeba
Microsporidiosis
Onchocerciasis
Non-infectious
Alergi phlyctenulosis
staphylococcal marginal
vernal keratoconjunctvitis
Nutritional keratomalacia
Dermatologic mucous membrane pemphigoid
erythema multiforme

7
rosacea
Lacrimal keratoconjunctivitis sicca
Neurologic neurotrophic
neuroparalytic
Mechanical lid margin defects
trichiasis
lagophthalmos
Traumatic
Postinfectious bacterial
viral
mycotic
Postsurgical
Autoimmune rheumatoid arthritis
diseases Moorens ulcer
collagen vascular disease
Other Thygesons SPK
Theodores superiorlimbic keratoconjunctivitis
Terriens degeneration

4. Patofisiologi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke
dalam kornea. Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang
avaskuler dan membrane Bowman mudah terinfeksi oleh berbagai macam
mikroorganisme seperti amoeba, bakteri dan jamur. Streptococcus
pneumonia (pneumokokus) adalah bakteri pathogen kornea sejati, pathogen
lain memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang lemah (misalnya
pada pasien yang mengalami defisiensi imun) agar dapat menimbulkan
infeksi.2
Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada
waktu peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya
yang banyak mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-
tama akan bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang ada di limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea.
Sesudah itu terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear,
sel plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai
bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin.1,2

8
Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yang berwarna
kehijauan pada kornea. Bila tukak pada kornea tidak dalam dengan
pengobatan yang baik dapat sembuh tanpa meninggakan jaringan parut,
namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perforasi penyembuhan
akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut. Mediator inflamasi yang
dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan siliar
menimbulkan peradangan pada iris. Peradangan pada iris dapat dilihat berupa
kekeruhan di bilik mata depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.2
Pada keratitis bakteri adanya gangguan dari epitel kornea yang intak dan
atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana akan
terjadi proliferasi dan menyebabkan ulkus. Faktor virulensi dapat
menyebabkan invasi mikroba atau molekul efektor sekunder yang membantu
proses infeksi. Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada struktur
fimbriasi dan struktur non fimbriasi yang membantu penempelan ke sel
kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan
infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil)
mengelilingi ulkus awal dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Difusi
produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di bilik posterior, menyalurkan
sel-sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya hipopion. Toksin
bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin protease) dapat
diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat menyebabkan
destruksi substansi kornea.1

5. Stadium Perjalanan Klinis


Pada Keratitis, dikenal dengan istilah stadium perjalanan keratitis yang
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:11
a. Stadium infiltrasi
Infiltrasi epitel stroma, sel epitel rusak, edema, nekrosis lokal.
Hanya stadium infiltrasi ini yang terjadi pada keratitis, sedangkan
stadium lainnya terjadi pada keratitis lanjut seperti pada ulkus kornea.

9
Gejala pada stadium ini terdapat penglihatan yang kabur, disertai tanda
radang, warna keabu-abuan dan injeksi perikorneal.
b. Stadium regresi
Ulkus disertai infiltrasi di sekitarnya, vaskularisasi meningkat
dengan tes flouresensi positif.
c. Stadium sikatrik
Pada stadium ini terjadi epitelisasi, ulkus menutup, terdapat
jaringan sikatrik dengan warna kornea kabur. Tanpa disertai tanda
keratitis, batas jelas, tanpa tanda radang, warna keputihan dan tanpa
injeksi perikorneal.

6. Klasifikasi
Keratitis berdasarkan klasifikasi morfologi dibedakan menjadi ulseratif
dan nonulseratif (Tabel 2).10

Tabel 2. Klasifikasi keratitis berdasarkan morfologi10


Ulcerative
Infiltrative (suppurative) Central
Marginal
Noninfiltrative (non-suppurative) Central
Marginal
Nonulcerative
Epithelial Punctate erosions
Punctate keratitis
Deep epithelial keratitis
Combined epithelial and subepithelial
Subepithelial infiltrative
Stromal Interstitial
Disciform
Ring abscess
Stromal abscess
Endothelial, e.g. corneal graft rejection

Pada kasus inflamasi kornea pada lesi yang bersifat superfisial umumnya
berbeda dengan kasus pada lesi dalam. Pada lesi superfisial, dapat
ditemukan:9

10
Gambar 3. Lesi Superfisial Kornea Erosi epitel pungtata, Keratitis epitel
pungtata, filamen, edema kornea dengan bula, neovaskularisasi superfisial,
pannus.9

Erosi epitel pungtata, merupakan tanda awal dari defek epitel, berupa
defek berukuran sangat kecil pada pulasan dengan fluorescein dan rose
bengal.
Keratitis epitel pungtata, berupa gambaran sel epitel yang granular,
opalescent, membengkak, disertai dengan infiltrat intraepitelial fokal,
umumnya dapat terlihat tanpa pulasan khusus.
Infiltrat subepitelial, tampak fokus-fokus kecil di bawah permukaan
infiltrat inflamasi.
Keratitis pungtata superfisialis, dengan morfologi seperti titik.
Filamen, berupa struktur seperti benang yang terdiri atas mukus dan sel
epitel yang telah mengalami degenerasi, bergerak dengan mengedip, dan
menempel pada ujung kornea.

11
Edema epitel, umumnya disertai vesikel kecil dalam jumlah banyak atau
bula.
Neovaskularisasi superfisial, merupakan pertana adanya iritasi
permukaan okular kronik maupun hiposkia.
Pannus, yaitu neovaskularisasi yang disertai dengan perubahan
subepitelial dari limbus yang bersifat degeneratif.

Sedangkan pada lesi dalam, dapat ditemukan:9


Infiltrat, merupakan area fokal dengan inflamasi stromal akut yang
tersusun atas sel inflamatori disertai debris seluler maupun ekstraseluler
dan nekrosis. Temuan yang tampak adalah gambaran berwarna
kekuningan atau putih kelabu pada stroma anterior. Secara umum,
infiltrat yang terbentuk dapat bersifat infektif maupun steril, dengan
pembeda sesuai dengan parameter pada tabel berikut:

Tabel 3. Karakteristik Infiltrat Kornea9


Parameter Infiltrat Infektif Infiltrat Steril
(Supuratif) (Non Supuratif)
Ukuran Besar Kecil
Progresi Cepat Lambat
Defek Epitel Umumnya ada dan besar Umumnya tidak ada dan kecil
Nyeri (Pain) Sedang berat Ringan
Sekret (Discharge) Purulen Mukopurulen
Jumlah Lesi Tunggal Jamak
Lokasi pada Mata Unilateral Bilateral
Reaksi COA Berat Ringan
Lokasi Sentral Perifer
Reaksi Kornea Ekstensif Terbatas
di sekitarnya

Ulserasi, merupakan tanda adanya ekskavasi jaringan terkait dengan


defek epitel sering dengan infiltrasi dan nekrosis.
Melting mendeskripsikan disintegrasi jaringan akibat respons dari
aktivitas enzimatik terkadang dengan atau tanpa infiltrat ringan.
Vaskularisasi, terjadi pada respons sebagian besar dari stimulasi.

12
Deposisi lemak, penanda inflamasi kronik dengan kebocoran dari
pembuluh darah kornea yang baru.
Lipatan pada membran Descemet, dapat dihasilkan dari edema kornea
yang telah melampaui batas toleransi endotelium.
Descemetocele, merupakan herniasi dari membran Descemet ke dalam
kornea dengan gambaran menyerupai gelembung.
Kerusakan pada membran Descemet.
Gambaran kebocoran cairan pada tes Seidel. Tes ini dilakukan
menggunakan tetes fluorescein 2% pada slit lamp dengan cobalt blue
filter untuk mendeteksi perubahan dari warna jingga jelap menjadi hijau
kuning terang.

Gambar 4. Lesi Dalam Kornea Infiltrasi, ulserasi, vaskularisasi, deposisi lemak,


lipatan pada membran Descemet, kerusakan traumatik pada membran Descemet.9

13
7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan


hasil pemeriksaan mata. Dari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat
trauma, adanya riwayat penyakit kornea, misalnya pada keratitis herpetik
akibat infeksi herpes simpleks yang kambuh. Anamnesis mengenai
pemakaian obat lokal oleh pasien, karena kortikosteroid merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau virus terutama keratitis herpes
simpleks.1,2
Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan,
adanya sensasi benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang
sedikit kabur, dan silau (fotofobia) serta sulit membuka mata
(blepharospasme). Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea
memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi
kornea superfisialis maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan
palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan
merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi
pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi
terletak sentral pada kornea.1,2
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris
yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga
mengeluhkan mata berair namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran
mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang purulen.1,2
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:1,2
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi
penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan menggunakan kartu Snellen maupun secara manual yaitu
menggunakan jari tangan.

14
b. Uji dry eye
Pemeriksaan mata kering (dry eye) termasuk penilaian terhadap lapis
film air mata (tear film), danau air mata (teak lake), dilakukan uji break
up time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata
yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air
mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih dari 25 detik.
Pembasahan kornea kurang dari 15 detik menunjukkan film air mata
tidak stabil.
c. Ofthalmoskop
Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat
yang pucat atropi, tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan
peripapilar.
d. Keratometri (pegukuran kornea)
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear
lake juga dapat dilihat dengan cara fokus kita alihkan kearah lateral
bawah, secara subjektif dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi
air mata.
e. Tonometri digital palpasi
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat
dipakai atau sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan
infeksi kornea. Pada cara ini diperlukan pengalaman pemeriksa karena
terdapat factor subjektif, tekanan dapat dibandingkan dengan tahahan
lentur telapak tangan dengan tahanan bola mata bagian superior.

8. Penatalaksanaan

Pada seluruh kasus keratitis, tatalaksana yang umumnya dilakukan


meliputi kontrol infeksi serta inflamasi dan promosi penyembuhan epitel.
Infeksi dapat dikontol dengan agen antimikrobial sesuai dengan etiologinya.
Penggunaan steroid topikal dengan tujuan supresi inflamasi harus dilakukan
dengan hati-hati karena dapat melemahkan imunitas tubuh dan mendukung
pertumbuhan mikroorganisme tertentu serta memperlambat proses
reepitelisasi. Pada kasus keratitis akibat penyakit autoimun, agen

15
imunosupresif dapat digunakan. Ketika telah diperoleh hasil kultur maupun
tes sensitivitas, terapi dapat disesuaikan dengan etiologi penyebabnya. Dalam
hal ini, antibiotik sistemik umumnya tidak dibutuhkan.1,2,9
Promosi penyembuhan epitel dapat dilakukan dengan reduksi pajanan
pada obat-obatan toksik, lubrikasi dengan air mata buatan dan salep,
penutupan kelopak mata sementara, cangkok membran ambrionik pada defek
epitel persisten yang unresponsif, maupun perekat jaringan untuk menutup
perforasi kecil.2,9
Terapi spesifik mencakup administrasi antibiotik topikal dengan terapi
inisial mencakup organisme gram negatif dan positif. Umumnya, dipilih tetes
mata gentamycin 14 mg/ml atau tobramisin bersamaan dengan sefazolin (50
mg/ml) setiap hingga 1 jam untuk beberapa hari pertama, kemudian
dikurangi menjadi setiap 2 jam sekali.2,10

Tabel 4. Penanganan pada Keratitis Bakterial, Fungal, atau Amuba2

Terapi non spesifik yang dapat diberikan adalah agen siklopegik,


analgesik, anti inflamasi, serta vitamin. Agen siklopegik yang umumnya
dipakai adalah tetes mata atau salep atropin 1% untuk mengurangi nyeri dari
spasme silier atau mencegah pembentukan sinekia posterior, sekaligus
meningkatkan suplai darah pada uvea anterior dengan cara menurunkan
tekanan pada arteri siliaris anterior, sehingga lebih banyak antibodi yang

16
dapat dibawa. Analgesik dan anti inflamasi yang umumnya digunakan adalah
parasetamol dan ibuprofen, untuk meredakan nyeri dan mengurangi edema.
Vitamin yang dipakai adalah A, B kompleks, dan C untuk membantu
penyembuhan ulkus.1,2,8,9
Di samping itu, dapat pula dilakukan tatalaksana tambahan berupa
pemberian kompres hangat untuk menimbulkan vasodilatasi dan mengurangi
nyeri, penggunaan kacamata hitam untuk mencegah fotofobia, serta tirah
baring.10

C. Lensa Kontak

Lensa kontak adalah alat bantu yang diletakkan di permukaan kornea untuk
mengatasi gangguan refraksi. Lensa kontak mudah digunakan, nyaman untuk
beraktivitas dan berolahraga, memberikan lapang pandang lebih luas, dan lebih
baik secara estetik. Saat ini pengguna lensa kontak di Indonesia meningkat lebih
dari 15% per tahun. Dengan bertambahnya jumlah pemakai, komplikasi lensa
kontak juga meningkat. Sebanyak 4-10% pengguna lensa kontak mengalami
komplikasi iritasi ringan hingga buta.10
Berbagai jenis lensa kontak yang tersedia saat ini dapat dikelompokkan
menurut bahan lensa kontak, lama pemakaian, desain lensa, dan tujuan
pemakaian (Tabel 5).6

Tabel 5. Jenis-jenis lensa kontak6


Bahan Lensa lensa keras
lensa lunak
lensa gas permeable
Lama pemakaian daily wear
extended wear
Desain lensa spherikal
bifokal
orthokeratology
torik
Tujuan pemakaian korektif
kosmetik
terapeutik

17
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung
atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian
lensa kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan
memicu komplikasi melalui: trauma, mengganggu kelembaban kornea dan
konjungtiva, penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan
inflamasi, dan infeksi.5,12
Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea
bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki
kondisi oksigenasi yang bervariasi untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik
dengan menutup mata maupun memakai lensa kontak keduanya dapat
mengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada permukaan
kornea. Transmisibilitas oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK)
dibagi dengan ketebalan lensa (L), merupakan variabel yang paling penting
dalam menentukan pengantaran relatif oksigen terhadap permukaan kornea pada
penggunaan lensa kontak. Pertukaran air mata di bawah lensa kontak juga
mempengaruhi tekanan oksigen kornea. Pada lensa kontak kaku dengan
diameter yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang sama atau lebih
rendah dapat mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika dibandingkan
dengan lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar karena pertukaran air
mata yang lebih baik. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya pada
lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh
oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous.5
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang
menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan
fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat
epitel, abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam
laktat pada stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya
ketebalan stroma dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen,
menyebabkan striae, lipatan pada posterior stroma, dan meningkatnya hamburan
balik cahaya. Hipoksia dan hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan
asidosis stroma, yang dalam waktu singkat akan menimbulkan edema endotel

18
dan blebs dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan polymegethism sel
endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia adalah hypoesthesia kornea dan
neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma. Vaskularisasi stroma dapat
berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang dalam, atau kadang-
kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian lensa kontak
yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan edema
stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.5
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa
kontak mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan
jaringan okular. Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya
menginduksi respon alergi pada individu-individu yang sensitif.
Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat menyebabkan konjungtivitis,
infiltrat epitel kornea, dan superior limbus keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap
deposit protein pada lensa kontak ini dapat mengakibatkan konjungtivitis giant
papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak yang tidak bergerak
berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada lapisan kornea
anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat kornea
perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas
larutan mengakibatkan keratopati pungtat epitel.5
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak
termasuk abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau
akibat fitting dan pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat
menyebabkan distorsi kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan
kornea menjadi bengkok. Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik
kronis dari pemakaian lensa kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan
oleh lensa kontak lunak yang terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara
sekunder akibat debris yang terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat
penting mengingat dominannya pemakaian lensa kontak kosmetik pada
perempuan.5
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
mata, sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang

19
kering akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel
beresiko terjadi cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.5
Satu dari tiga komplikasi lensa kontak disebabkan oleh ketidakpatuhan
pasien terhadap aturan pemakaian dan perawatan lensa kontak. Karena itu,
pengenalan penggunaan dan perawatan lensa kontak dengan baik merupakan
cara utama mencegah komplikasi. Calon pengguna lensa kontak perlu
berkonsultasi dengan dokter spesialis mata untuk menentukan tepat atau
tidaknya menggunakan lensa kontak, menentukan jenis lensa kontak, produk
perawatan yang sesuai, serta memberikan informasi lengkap cara pemakaian dan
perawatan lensa kontak. Pengguna lensa kontak juga harus memahami risiko
serta komplikasi lensa kontak.13

20
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Pekerjaan : Pramugari
Alamat : Jl. Sulawesi (Mess Sriwijaya)
Tanggal datang ke IGD : 23 April 2017

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Kedua mata merah dan perih
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD Mata RSUP Prof. Dr. RD Kandou bersama teman
dengan keluhan kedua mata merah dan perih sejak 1 hari yang lalu saat
memakai lensa kontak. Pasien kemudian melepas lensa kontak dan menetes
obat tetes mata Cendo Xytrol, namun pandangan menjadi kabur dan terasa
makin perih. Selain itu, pasien juga mengeluh mata berair dan lebih enak
menutup mata karena akan silau jika mata terbuka. Pasien diketahui baru
membeli lensa kontak sejak 2 minggu yang lalu dan sudah menggunakannya
3 kali. Namun baru kali ini timbul keluhan ketika memakai lensa kontak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Pasien
diketahui mempunyai silindris, namun tidak ingat nilainya. Pasien sudah
menggunakan kacamata sejak 7 tahun yang lalu, kemudian mengganti dengan
lensa kontak sejak 1 tahun lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit seperti ini

21
5. Riwayat alergi makanan : Tidak ada
6. Riwayat alergi obat : Tidak ada
7. Riwayat trauma : Tidak ada
8. Riwayat operasi : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36.5 C
4. Kepala : Normosefali
5. Telinga, Hidung, Tenggorokan : Deviasi septum (-), sekret (-)
6. Thoraks : Tidak ada kelainan
7. Abdomen : Tidak ada kelainan
8. Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
9. KGB : Tidak didapatkan pembesaran

D. Pemeriksaan Oftalmologi

1. Inspeksi

No Inspeksi OD OS
1 Palpebra Edema (-) Edema (-)
2 App. Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)
3 Silia Sekret (+) serous Sekret (+) serous
4 Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (+)
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
5 Posisi bola mata Normal, sentral Normal, sentral
nistagmus(-), nistagmus(-),

22
6 Pergerakan bola normal kesegala arah normal kesegala arah
mata

7 Kornea infiltrat pungtata (+) difus, infiltrat pungtata (+) difus,


defek epitel (+), defek epitel (+),
fluoresein staining (+) fluoresein staining (+)
8 COA Normal Normal
9 Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte
10 Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
11 Lensa Jernih Jernih

Gambar 5. Mata pasien pada pemeriksaan slit lamp

Gambar 6. Mata pasien pada pemeriksaan fluoresein

23
2. Palpasi
No Palpasi OD OS
1 Tensi Okuler Tn Tn
2 Nyeri tekan (-) (-)
3 Massa tumor (-) (-)
4 Glandula preaurikuler Tidak ada Pembesaran Tidak ada Pembesaran

3. Visus : VOD : 6/40 VOS : 6/15


4. Lapang pandang : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Light sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. FODS : Refleks fundus (+)

E. Resume

Seorang perempuan 28 tahun datang berobat ke IGD Mata RSUP Prof. Dr.
RD Kandou dengan keluhan utama kedua mata merah dan perih sejak 1 hari
yang lalu saat memakai lensa kontak. Pasien kemudian melepas lensa kontak dan
menetes obat tetes mata Cendo-Xytrol tetapi pandangan menjadi kabur dan
terasa semakin perih. Mata berair (+), silau jika buka mata (+). Keluhan baru
timbul saat ini setelah membeli lensa kontak 2 minggu yang lalu dan sudah
menggunakannya 3 kali. Pemeriksaan visus didapatkan VOD : 6/40, VOS : 6/15.
Pemeriksaan oftalmologi pada kedua mata didapatkan lakrimasi (+), sekret (+)
serous, injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+), hiperemis (+), infiltrat pungtata
(+) difus, defek epitel (+), pemeriksaan fluoresein staining (+), COA normal,
lensa jernih. Tekanan intra okuler kedua mata terkesan normal pada palpasi.

F. Diagnosis Kerja

Keratitis bakterialis ODS ec lensa kontak

G. Terapi

1. Tobramisin eye drop tiap 1 jam sekali 1 tetes pada kedua mata

24
2. Air mata buatan tiap 3 jam sekali 1 tetes pada kedua mata
3. Natrium diclofenac tablet 50 mg tiap 12 jam sekali
4. Vitamin C tablet tiap hari 1 tablet

H. Edukasi

1. Memberikan edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini merupakan penyakit


lapisan pada mata di bagian luar akibat dari penggunaan lensa kontak. Pada
kasus ini dicurigai kuman penyebabnya ialah bakteri, namun untuk
mengetahui secara pasti harus diidentifikasi dengan pemeriksaan swap dan
kultur kuman.
2. Edukasi untuk tidak menggunakan lensa kontak hingga sembuh agar tidak
memperberat keadaan penyakit. Bila ingin menggunakan lensa kontak
kembali, pastikan lensa kontak layak untuk digunakan agar terhindar dari
kejadian infeksi yang berulang. Jika perlu konsultasikan kembali lensa kontak
yang dimiliki, apakah aman untuk digunakan.
3. Edukasi untuk menjaga cara penggunaan dan perawatan lensa kontak.
4. Edukasi tentang kebersihan mata dengan tidak menyentuh bagian mata
dengan sembarangan dan tidak menggosok-gosokkan tangan ke area mata.
Bila ingin membersihkan mata sebisa mungkin menggunakan kain atau tisu
yang bersih.
5. Edukasi untuk menjaga kebersihan tangan dan mencuci tangan secara benar
menggunakan sabun.

I. Prognosis

1. Quo ad vitam : bonam


2. Quo ad Sanationam : bonam
3. Quo ad Functionam : bonam

25
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi pada pasien ini


didapatkan diagnosis keratitis bakterialis okuli dextra et sinistra ec lensa kontak.
Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 28 tahun datang dengan
keluhan kedua mata merah dan perik sejak 1 hari yang lalu saat memakai lensa
kontak. Selain itu pasien juga mengeluh mata berair, penglihatan kabur, dan silau.
Mengacu pada teori sebelumnya yang menyatakan bahwa gejala keratitis adalah
mata merah, nyeri, berair, penglihatan yang sedikit kabur, sensasi benda asing, silau
dan sulit membuka mata. Mata merah pada pasien ini disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah konjungtiva dan siliar pada mata yang juga tampak dari
pemeriksaan oftalmologi. Nyeri pada kedua mata pasien disebabkan oleh serabut
nyeri yang tersensitisasi karena kornea memiliki banyak serabut nyeri. Rasa silau
terjadi karena pembesaran pupil akibat dilatasi dari pembuluh darah iris akibat
respon dari ujung saraf kornea yang teriritasi. Pada pasien ini penglihatan kabur
diperiksa kembali dengan pemeriksaan visus. Hasil pemeriksaan menunjukkan
VOD 6/40 dan VOS 6/15. Penurunan visus disebabkan oleh adanya gangguan di
salah satu media refraksi mata yaitu kornea yang pada kasus ini kornea mengalami
kekeruhan akibat proses radang, sehingga cahaya tidak dapat menembus kornea
dengan sempurna.1,2
Pada pemeriksaan oftalmologi menggunakan slit lamp dengan uji fluoresein
didapatkan adanya defek pada epitel dan infiltrat pungtata difus yang ditandai
dengan warna hijau setelah diwarnai. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya
suatu inflamasi yang terjadi pada kornea lapisan epitel. Tampak berupa gambaran
infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, trauma kimia dan sinar ultra violet, sindrom dry eye, blefaritis,
keratopati lagoftalmus, keracunan obat topikal, dan pemakaian lensa kontak.1
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini yaitu tobramisin eye drop,
air mata buatan, natrium diclofenac tablet, dan vitamin c tablet. Berdasarkan
kepustakaan, tatalaksana keratitis umumnya dilakukan meliputi kontrol infeksi

26
serta inflamasi dan promosi penyembuhan epitel. Infeksi dikontrol dengan agen
antimikroba sesuai etiologi. Apabila belum diketahui mikroorganisme penyebab,
sebagai terapi inisial keratitis bakterial dapat diberikan tetes mata gentamycin 14
mg/ml atau tobramisin bersamaan dengan sefazolin (50 mg/ml) setiap hingga 1
jam untuk beberapa hari pertama, kemudian dikurangi menjadi setiap 2 jam
sekali.2,10 Pada kasus ini diberikan tetes mata tobramisin tiap 1 jam sekali 1 tetes
pada kedua mata.
Penatalaksanaan selanjutnya yang dapat diberikan ialah promosi
penyembuhan epitel, dilakukan dengan reduksi pajanan pada obat-obatan toksik
lubrikasi dengan air mata buatan dan salep, dan penutupan kelopak mata
sementara.1,2 Pada kasus ini diberikan air mata buatan tiap 3 jam sekali 1 tetes pada
kedua mata. Selain itu diberikan pula analgesik, anti inflamasi, serta vitamin.2,8,9
Pada kasus ini diberikan natrium dicofenac tablet 50 mg tiap 12 jam sekali untuk
meredakan nyeri. Vitamin yang diberikan ialah vitamin c tablet tiap hari 1 tablet
untuk membantu penyembuhan ulkus.
Pasien juga diedukasi untuk menggunakan kacamata hitam untuk mencegah
fotofobia. Penghentian penggunaan lensa kontak untuk sementara hingga sembuh
agar tidak terjadi perburukan. Bila ingin menggunakan lensa kontak kembali harus
mengetahui cara penggunaan dan perawatan lensa kontak yang baik dan benar. Bila
perlu berkonsultasi kembali ke dokter spesialis mata untuk menentukan tepat atau
tidaknya menggunakan lensa kontak, menentukan jenis lensa kontak, produk
perawatan yang sesuai, dan informasi lengkap cara pemakaian dan perawatan lensa
kontak. Gejala dan tanda yang terjadi bila terjadi komplikasi penggunaan lensa
kontak juga harus dipahami oleh pasien agar dapat memberikan informasi kepada
dokter bila terjadi kejadian ulangan.13

27
BAB V

KESIMPULAN

Pasien didiagnosis dengan Keratitis Bakterial Okuli Dextra et Sinistra ec


Lensa Kontak setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada uji
fluoresein didapatkan gambaran infiltrat bintik-bintik halus di daerah sentral
kornea. Penatalaksanaan farmakologi diberikan antibiotik topikal, air mata buatan,
anti inflamasi sistemik, dan vitamin c. Prognosis pada pasien ini bonam.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam:
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014.
2. Biswell R. Kornea. Dalam: Eva PR, Whitcher JP. Vaughan dan Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC; Jakarta. 2014: h.125-48.
3. Garratt S. Bacterial Keratitis. [Internet]. San Francisco: American Academy of
Ophtalmology; 2013 [cited 28 April 2017]. pp. 1-37. Available from:
http://www.aao.org/ppp
4. Deschnes J. Bacterial Keratitis: Background, Pathophysiology, Epidemiology
[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2017 [cited 6 May 2017]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1194028-overview#a6
5. Gross EB. Complications of Contact Lenses. In: Duanes Clinical
Ophthalmology. 4th Volume. Lippincott Williams & Wilkins: USA; 2003.
6. Frank J. Weinstock F. Contact Lens Problems and Types of Lenses [Internet].
eMedicineHealth. 2017 [cited 27 April 2017]. Available from:
http://www.emedicinehealth.com/contact_lenses/article_em.htm
7. Tatham AJ. Contact Lens Removal: Overview, Indications, Contraindications
[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2017 [cited 27 April 2017]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1413506-overview#a1
8. Nema H, Nema N. Textbook of ophthalmology. 1st ed. New Dehli: Jaypee
Brothers; 2008. Pp 142-75.
9. Bowling B, Kanski J. Kanski's clinical ophthalmology. 1st ed. Elsevier; 2016.
Pp 167-237.
10. Ahmed E. Comprehensive manual of ophthalmology. 1st ed. New Delhi:
Jaypee Brothers; 2011. Pp 176-97.
11. Zorab R A, Straus H,Dondrea, et.al. Fundamental and Principles of
Ophtalmology. Section 2. International ophtalmology american academy of
ophtalmology. The Eye M.D;2008-2009.

29
12. Kara-Jose N., Coral-Ghanem C., Complications Associated with Contact Lens
Use. In: Contact Lenses in Ophthalmic Practice. Springer-Verlag. New York.
2004: 243 63.
13. Sitompul R. Perawatan Lensa Kontak untuk Mencegah Komplikasi. eJournal
Kedokteran Indonesia [Internet]. 2015 [cited 24 April 2017];3(1). Available
from: http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/4811/3346

30

Вам также может понравиться

  • Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Рейтинг: 4 из 5 звезд
    4/5 (11)
  • Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Рейтинг: 2.5 из 5 звезд
    2.5/5 (2)
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ19 страниц
    Referat Keratitis
    julio
    Оценок пока нет
  • Keratitis
    Keratitis
    Документ23 страницы
    Keratitis
    rio
    Оценок пока нет
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Документ41 страница
    Ulkus Kornea
    Nanik Herlina Marwan
    100% (1)
  • THT PDF
    THT PDF
    Документ92 страницы
    THT PDF
    Eklez Vivi Pioh
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Ulkus Kornea
    Laporan Kasus Ulkus Kornea
    Документ33 страницы
    Laporan Kasus Ulkus Kornea
    Yolanda Marsyella Simangunsong
    50% (2)
  • Referat Ulkus Kornea
    Referat Ulkus Kornea
    Документ28 страниц
    Referat Ulkus Kornea
    cacicut
    100% (2)
  • Referat Mata Keratitis
    Referat Mata Keratitis
    Документ44 страницы
    Referat Mata Keratitis
    adeline
    Оценок пока нет
  • Referat Ulkus Kornea Bakterial
    Referat Ulkus Kornea Bakterial
    Документ32 страницы
    Referat Ulkus Kornea Bakterial
    liana
    100% (1)
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ19 страниц
    Referat Keratitis
    Aizat Azher
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ23 страницы
    Referat Keratitis
    Paskalis
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Keratitis Punctata Superfisialis
    Laporan Kasus Keratitis Punctata Superfisialis
    Документ17 страниц
    Laporan Kasus Keratitis Punctata Superfisialis
    Karina Rizqi Sandy
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ30 страниц
    Referat Keratitis
    vanessapriscillia
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ14 страниц
    Referat Keratitis
    Juita Auglina Pasaribu
    Оценок пока нет
  • Laserasi Kornea - Molly Inta S
    Laserasi Kornea - Molly Inta S
    Документ22 страницы
    Laserasi Kornea - Molly Inta S
    molly
    Оценок пока нет
  • Referat Ulkus Kornea
    Referat Ulkus Kornea
    Документ30 страниц
    Referat Ulkus Kornea
    Rain Rainy
    Оценок пока нет
  • Bacterial Keratitis
    Bacterial Keratitis
    Документ17 страниц
    Bacterial Keratitis
    PrissilmaTania
    Оценок пока нет
  • Bab 1 Keratitis
    Bab 1 Keratitis
    Документ27 страниц
    Bab 1 Keratitis
    Raspuji Ramadhanti
    89% (9)
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ28 страниц
    Referat Keratitis
    wiwik yulandari
    Оценок пока нет
  • Anatomi Fisiologi Keratitis
    Anatomi Fisiologi Keratitis
    Документ19 страниц
    Anatomi Fisiologi Keratitis
    Dita Mintardi
    Оценок пока нет
  • Referat Mata-Sabrina Ayu Putri 112021190
    Referat Mata-Sabrina Ayu Putri 112021190
    Документ18 страниц
    Referat Mata-Sabrina Ayu Putri 112021190
    SabrinaAyuPutri
    Оценок пока нет
  • Ker
    Ker
    Документ34 страницы
    Ker
    Mahir Fika
    Оценок пока нет
  • Kps Mata
    Kps Mata
    Документ3 страницы
    Kps Mata
    Shelvia Simbolon
    Оценок пока нет
  • Keratitis
    Keratitis
    Документ21 страница
    Keratitis
    Dwi wahyuni
    Оценок пока нет
  • Keratitis
    Keratitis
    Документ34 страницы
    Keratitis
    Izzatu Ulil
    Оценок пока нет
  • Tutorial Ulkus Kornea
    Tutorial Ulkus Kornea
    Документ47 страниц
    Tutorial Ulkus Kornea
    Dessy Vinoricka Andriyana
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis Bacterial
    Referat Keratitis Bacterial
    Документ18 страниц
    Referat Keratitis Bacterial
    Mia San Mia
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Keratitis - Ari
    Laporan Kasus Keratitis - Ari
    Документ24 страницы
    Laporan Kasus Keratitis - Ari
    hizkia
    Оценок пока нет
  • CRS Ulkus Kornea
    CRS Ulkus Kornea
    Документ36 страниц
    CRS Ulkus Kornea
    Arisca
    Оценок пока нет
  • Ulkus Kornea Perforasi
    Ulkus Kornea Perforasi
    Документ29 страниц
    Ulkus Kornea Perforasi
    jukiloki
    Оценок пока нет
  • Defek Pada Kornea (Keratitis)
    Defek Pada Kornea (Keratitis)
    Документ27 страниц
    Defek Pada Kornea (Keratitis)
    Atika Rachmi
    Оценок пока нет
  • Lapkas Keratitis Bakterialis
    Lapkas Keratitis Bakterialis
    Документ25 страниц
    Lapkas Keratitis Bakterialis
    Fatmawati Latamu
    Оценок пока нет
  • Referat Mata
    Referat Mata
    Документ31 страница
    Referat Mata
    ana
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ19 страниц
    Bab I Pendahuluan
    sonia rahman
    Оценок пока нет
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Документ17 страниц
    Ulkus Kornea
    Aldo Rahman
    Оценок пока нет
  • Keratitis Pungtata
    Keratitis Pungtata
    Документ17 страниц
    Keratitis Pungtata
    Sutrisno Hadi Saputra
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Mata
    Laporan Kasus Mata
    Документ21 страница
    Laporan Kasus Mata
    Sarnisyah Dwi Martiani
    Оценок пока нет
  • Kaspan Ulkus Kornea
    Kaspan Ulkus Kornea
    Документ33 страницы
    Kaspan Ulkus Kornea
    Desi Rahmaniar
    Оценок пока нет
  • Responsi Keratitis
    Responsi Keratitis
    Документ33 страницы
    Responsi Keratitis
    desytrilistyoati
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis
    Referat Keratitis
    Документ20 страниц
    Referat Keratitis
    Syavina Haidar Alatas
    Оценок пока нет
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Документ30 страниц
    Ulkus Kornea
    Julia Mutiarani
    Оценок пока нет
  • Referat Keratitis Bakterial Atu
    Referat Keratitis Bakterial Atu
    Документ19 страниц
    Referat Keratitis Bakterial Atu
    hanifahnadia
    Оценок пока нет
  • Referat - Pterigium
    Referat - Pterigium
    Документ20 страниц
    Referat - Pterigium
    Suha Laomo
    Оценок пока нет
  • CRS Keratitis Infeksi
    CRS Keratitis Infeksi
    Документ19 страниц
    CRS Keratitis Infeksi
    Cindy Yuliza
    Оценок пока нет
  • Mata Merah Dengan Visus Menurun Lngkap
    Mata Merah Dengan Visus Menurun Lngkap
    Документ53 страницы
    Mata Merah Dengan Visus Menurun Lngkap
    Adlan Fariz
    Оценок пока нет
  • Corneal Ulcer
    Corneal Ulcer
    Документ28 страниц
    Corneal Ulcer
    DimasOktoferry
    Оценок пока нет
  • Gereja Masehi Injili Di Minahasa Jemaat Musafir Kleak
    Gereja Masehi Injili Di Minahasa Jemaat Musafir Kleak
    Документ3 страницы
    Gereja Masehi Injili Di Minahasa Jemaat Musafir Kleak
    Eklez Vivi Pioh
    Оценок пока нет
  • Dokter Mudatelinga
    Dokter Mudatelinga
    Документ37 страниц
    Dokter Mudatelinga
    Eklez Vivi Pioh
    Оценок пока нет
  • Tugas Nia
    Tugas Nia
    Документ9 страниц
    Tugas Nia
    Eklez Vivi Pioh
    Оценок пока нет